Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI POKOK PENGERTIAN

PERUNDANG-UNDANGAN PADA SISWA KELAS V SDN 1 BONEGUNU


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAK BERBANTUAN MEDIA AUDIO
VISUAL

Resnawati Sondi1 Yulianti2


1
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka,
e-mail: resnawati.sondi@gmail.com
2
Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka,
email:

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1
Bonegunu melalui model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual pada materi pengertian
perundang-undangan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas V yang berjumlah 32 orang siswa. Instrumen yang digunakan yaitu tes hasil
belajar dan lembar observasi. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini tercapai bila minimal 75%
siswa yang menjadi subyek penelitian telah mencapai nilai minimal sebesar 65 (KKM dari sekolah).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1 Bonegunu melalui
model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual pada materi pengertian perundang-
undangan mengalami peningkatan pada tiap siklusnya yaitu pada siklus I presentase ketuntasan
belajar siswa adalah 59,37% pada siklus II meningkat menjadi 87,5%. Kesimpulan dalam penelitian
ini adalah hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1 Bonegunu dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran VAK berbantuan media audio visual pada materi pengertian perundang-undangan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar guru menggunakan model pembelajaran VAK
berbantuan media audio visual sebagai salah satu alternatif mengatasi kesulitan siswa dalam
memahami mata pelajaran PKn.

Kata kunci: Hasil Belajar, Media Audio Visual, Model Pembelajaran VAK,

Pendahuluan
Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan Nasional yang ikut
menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai jenis dimensi
kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Jadi pendidikan
adalah usaha sadar, dilaksanakan secara teratur dan terencana untuk menyiapakan peserta
didik melalui berbagai kegiatan baik berupa bimbingan pengajaran maupun latihan agar
peserta didik dapat berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam upayaa melaksanakan pendidikan nasional, pemerintah bersama masyarakat
telah berusaha melakukan pembinaan dalam berbagai aspek, antara lain melalui program
pembinaan dan pengembangan kurikulum dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
(Setiawan, 2015).

1
Dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan hasil dari suatu proses maka
diperlukannya alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat
ukur seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah diajarkan. Hal ini biasanya
disebut dengan hasil belajar, dan hasil belajar ini akan didapatkan oleh seseorang ketika
selesai melaksanakan proses belajar. Belajar adalah proses multisegi yang biasanya dianggap
sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitahan saat menghadapi
tugas yang kompleks. Akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan
manusia dari makhluk lainya. Aktivitas kognitif ini terkait dengan tiga hal aspek unik dari
kecerdasan manusia. Pertama, manusia mampu mempelajari penemuan, penciptaan dan ide-
ide dari pemikir besar dan ilmuan besar dimasa lampau. Kedua, individu mampu
mengembangkan pengetahuan tentang tempat dan kejadian yang belum mereka alami secara
personal melalui pengalaman orang lain. Ketiga, manusia menyesuaikan lingkungan dengan
diri mereka, bukan sekedar adaptasi dengan lingkungan.
Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di dunia
ditentukan oleh pembangunan dibidang pendidikan. Mereka menganggap kebodohan adalah
musuh kemajuan dan kejayaan bangsa. Oleh karena itu harus diperangi dengan mengadakan
revolusi pendidikan (Kunandar, 2016:8). Mulai indonesia merdeka, para pemimpin bangsa
telah merancang untuk merumuskan tujuan negara yang akan dibangun. Termasuk program
pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebuah bangsa yang besar bukanlah
bangsa yang banyak penduduknya, tetapi bangsa yang besar adalah jika elemen
masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya.
Lembaga pendidikan adalah salah satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa bangkit
dari keterpurukan dalam semua aspek kehidupan. Bangsa yang dilanda krisi sejak 1997 dan
sampai sekarang belum mampu keluar dari krisis multidimensional ini membutuhkan lahirnya
kader-kader muda handal yang sadar ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Di pundak
merekalah kejayaan bangsa ini dipertaruhkan. Namun, kelahiran mereka tidak cukup hanya
dinanti, ditunggu, dan dibayangkan. Kader-kader muda masa depan tersebut harus
direncanakan, diupayakan, dimunculkan, dan diperjuangkan dengan usaha maksimal,
sistematis, dan terstruktur (Jamal Ma’mur Asmani, 2013:5).
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang salah satunya
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan formal (sekolah). Didalam pendidikan terdapat
kesatuan faktor-faktor yang menunjukkan suatu proses bimbingan yang didalamnya
mengandung unsur pendidik, peserta didik, isi bahan pengajaran, alat bantu belajar, strategi
pembelajaran, manajemen, struktur, serta tujuan pendidikan (Daryanto, 2016: 1.9). Kemajuan

2
peningkatan kualitas hidup tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan dalam usaha
pendidikan. Oleh karena itu, sudah seharusnya pendidikan di desain guna memberikan
pemahaman serta meningkatkan prestasi belajar.
Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar Isi Pendidikan Nasional,
PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945. PKn adalah aspek pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga negara
dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina
peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Cholisin, 2016: 9).
Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan strategi dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Pendidikan sebagai wahana utama pembangunan sumber daya manusia
berperan dalam mengembangkan peserta didik menjadi sumber yang produktif dan memiliki
kemampuan profesional dalam meningkatkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara.
Disamping itu pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia, melalui proses yang panjang berlangsung sepanjang hayat (Sudjana, 2013: 2).
Guru mengharapkan siswa memiliki pribadi yang tekun dan ulet, menyelesaikan tugas
sesuai dengan yang guru targetkan, bersikap kompromis, tidak selalu bertentangan pendapat
dengan guru, percaya diri dan mengingat dengan baik. Kemampuan kognitif yang dipelajari
sebagian besar berpusat pada pemahaman materi pelajaran yang bersifat ingatan. Guru lebih
sering menggunakan komunikasi satu arah, yaitu dengan menggunakan metode ceramah.
Dalam situasi yang demikian, biasanya peserta didik dituntut untuk menerima apa yang
dianggap penting oleh guru dan menghafalnya. Siswa bisa diibaratkan sebagai kaset kosong
yang siap dijejali dengan berbagai rekaman informasi, tanpa siswa banyak mengetahui
tentang siapa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa materi itu diberikan (Sitorus, 2013).
Berkaitan dengan persoalan pembelajaran PKn, sebagai guru kelas V SDN 1
Bonegunu peneliti menemukan suatu masalah dalam proses pembelajaran antara lain masih
rendahnya hasil belajar PKn khususnya pada materi pokok pengertian perundang-undangan.
Selama ini, PKn dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, termasuk oleh siswa di jenjang
sekolah dasar. PKn dianggap sulit dibuktikan melalui hasil ujian akhir sekolah yang
dilaporkan oleh Departemen Pendidikan Nasional masih jauh dari standar yang diharapkan
(Susanto, 2016). Kelemahan tersebut dikarenakan sebagian besar siswa dalam kesehariannya

3
mengikuti proses belajar mengajar hanya berusaha menghafal setiap akan diadakan ulangan
harian atau tes hasil belajar. Kemampuan siswa hanya terfokus untuk mengahafal dan
mengingat informasi, yang pada akhirnya tertimbun tanpa memahami materi yang diperoleh
untuk dihubungkan dengan situasi pada kehidupan sehari-hari. Hal yang harus diutamakan
pada siswa sekolah dasar adalah bagaimana mengembangkan daya berpikir kritis serta rasa
ingin tahu siswa mengenai suatu permasalahan (Susanto, 2016). Untuk mengembangkan daya
berpikir kritis serta rasa ingin tahu siswa, dibutuhkan suatu proses pembelajaran dimana siswa
mengalami sendiri pengalamannya saat memahami ilmu tersebut sehingga dapat
mempergunakannya dalam kehidupan.
Dalam hal ini, diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat memberi pengalaman
langsung kepada siswa. Menurut Sitorus (2013) model pembelajaran yang dapat menggiatkan
siswa untuk menggali ide-idenya melalui melihat, mendengar, serta langsung mempraktikkan
apa yang dilihat dan didengar adalah model pembelajaran Visuaization Auditory Kinesthetic
(VAK).
Model pembelajaran VAK mengoptimalkan tiga modalitas belajar yang dimiliki oleh
siswa. DePorter dkk (dalam Shoimin, 2014:226) model pembelajaran VAK mengutamakan
pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar
secara langsung melalui belajar dengan melihat (visual), belajar dengan mendengar
(auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (kinesthetic). Selain memberikan pengalaman
langsung kepada siswa, pembelajaran akan lebih efektif karena setiap gaya belajar siswa
dapat dijangkau dan mampu melatih potensi yang telah dimiliki oleh masingmasing individu.
Guna mempermudah penyampaian informasi kepada siswa, model pembelajaran ini dapat
dipadukan dengan berbagai media yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga
modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si pelajar merasa nyaman. Menurut Herdian,
model pembelajaran VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap
pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan hal tersebut (visual, auditory dan
kinestetic) dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan
potensi siswa yang telah dimilikinya dan melatih dan mengembangkannya (Setiawan, 2015).
Salah satu media yang dapat digunakan yaitu media audio visual. Proses pembelajaran
akan terkesan semakin menarik karena audio visual memadukan unsur gambar dan suara yang
dapat menarik minat siswa. Media audio visual menurut Agustien, dkk (2018) merupakan
media perantara yang penyerapannya melalui pendengaran dan pengelihatan sehingga
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan..

4
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1
Bonegunu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran VAK berbantuan media
audio visual pada materi pokok pengertian perundang-undangan?
Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1
Bonegunu yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran VAK berbantuan media
audio visual pada materi pokok pengertian perundang-undangan? Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1 Bonegunu
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual
pada materi pokok pengertian perundang-undangan.

Metode Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian dalam perbaikan pembelajaran ini adalah
siswa kelas V SDN 1 Bonegunu yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SDN
1 Bonegunu yang berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 mulai bulan
Oktober–November 2023. Adapun mata pelajaran yang menjadi fokus perbaikan yaitu mata
pelajaran PKn.
Pada prinsipnya langkah-langkah dalam perbaikan pembelajaran merupakan suatu
daur atau siklus yang terdiri dari Merencanakan perbaikan, melaksanakan tindakan,
mengamati, dan melakukan refleksi. Setiap tahapan yang dilakukan dapat berulang kembali
dan setiap tahapan dapat terdiri dari atau didahului oleh beberapa langkah, dimana siklusnya
dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Observasi awal Alternatif Pemecahan Pelaksanaan


Permasalahan Rencana Tindakan I Tindakan I
Siklus
I
Terselesaikan Refleksi I Analisis Data I Observasi I
Evaluasi

Belum Alternatif Pemecahan Pelaksanaan


Terselesaikan Rencana Tindakan II Tindakan II
Siklus
II
Terselesaikan Refleksi II Analisis Data II Obsevasi II
Evaluasi

Siklus Tidak dilanjutkan

5
Gambar 3.1. Siklus pelaksanaan penelitian.

Dengan mengacu pada gambar 3.1 di atas, maka prosedur pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
evaluasi, dan (4) refleksi. Secara rinci kegiatan pada masing-masing tahap ini dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
a. Peneliti bersama dengan guru berdiskusi, mengeksplorasi teori yang relevan,
dan mengidentifikasi masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif tindakan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di sekolah, yaitu penerapan
model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual dalam pembelajaran PKn.
b. Peneliti membuat perencanaan pengajaran/skenario pembelajaran sesuai
dengan tahap-tahap model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual yang akan
diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Bonegunu.
c. Mengembangkan format pengamatan pembelajaran.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual dalam pembelajaran PKn
sesuai dengan rencana pembelajaran.
3. Observasi dan evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan format pengamatan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk menganalisa data pada setiap akhir siklus
dengan prosedur analisis sebagai berikut : mereduksi data; menyajikan data; dan
penyimpulan. Refleksi dilakukan terhadap seluruh hasil observasi untuk menentukan
tindakan pada tahap berikutnya. Dalam setiap siklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran
peneliti diamati oleh teman sejawat.
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian/perbaikan pembelajaran ini adalah
jika 75% jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian telah memperoleh hasil belajar
serendah-rendahnya 65 (ketentuan dari sekolah). Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Data mengenai kondisi pelaksanaan model pembelajaran VAK berbantuan media audio
visual diperoleh dengan menggunakan lembar observasi.

6
2. Data mengenai hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar.
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen pengumpulan data yaitu: tes hasil
belajar dan lembar observasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif sehingga teknik
analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan
gambaran hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Bonegunu yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual. Langkah-langkah analisis data
sebagai berikut.
a. Mengkonversi skor hasil tes menjadi nilai (X) skala 0 – 100, dengan menggunkan
rumus:

(Arikunto, 2019)

b. Menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar rumus:

1) Secara individu TB =

2) Secara kelompok =

3) Nilai klasikal =

c. Menentukan persentase ketuntasan belajar

(Arikunto, 2019)

dengan: Σ TB = Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar.


N = Jumlah siswa secara keseluruhan.

Hasil Dan Pembahasan


1. Kegiatan Pendahuluan
Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan pertemuan awal
dengan Kepala SDN 1 Bonegunu. Pertemuan ini bermaksud untuk menyampaikan tujuan
dari peneliti yaitu mengadakan penelitian di SDN 1 Bonegunu, kepala sekolah menyambut
hangat maksud dari peneliti dan untuk selanjutnya mengarahkan peneliti berdiskusi langsung
dengan guru kelas V. Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas V
selaku observer di SDN 1 Bonegunu. Hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa
hasil belajar PKn Siswa Kelas V SDN 1 Bonegunu masih tergolong rendah serta model
pembelajarannya masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang hanya

7
menggunakan metode ceramah, penugasan, dan demonstrasi. Berdasarkan kenyataan
tersebut, maka diputuskan untuk menerapkan model pembelajaran VAK berbantuan media
audio visual dalam proses pembelajaran PKn pada materi pokok pengertian perundang-
undangan.

2. Tindakan Siklus I
Pada akhir pelaksanaan siklus I. Pemberian tes ini harus dengan alokasi waktu yang
cukup bagi siswa untuk menyelesaikannya. Soal tes siklus I merupakan soal-soal materi
pengertian undang-undang dari pertemuan kedua. Adapun data hasil tes belajar siswa pada
siklus I selengkapnya dapat digambarkan pada tabel 2 berikut.
Tabel 1. Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa L/P Tes Siklus I Keterangan
1 LMF L 70 Tuntas
2 JMD L 60 Belum Tuntas
3 USM L 56 Belum Tuntas
4 SMA L 55 Belum Tuntas
5 AS L 70 Tuntas
6 TSL L 70 Tuntas
7 FSR L 70 Tuntas
8 RDS L 57 Belum Tuntas
9 AAS L 65 Belum Tuntas
10 AMY L 50 Belum Tuntas
11 ZAD L 55 Belum Tuntas
12 MD L 70 Tuntas
13 SKL L 80 Tuntas
14 WJK L 80 Tuntas
15 RKA L 70 Tuntas
16 MI P 65 Belum Tuntas
17 POLS P 70 Tuntas
18 DD P 75 Tuntas
19 KLL P 80 Tuntas
20 ZX P 80 Tuntas
21 RR P 65 Belum Tuntas
22 R P 55 Belum Tuntas
23 CBR P 65 Belum Tuntas
24 HON P 70 Tuntas
25 ZUZX P 70 Tuntas
26 DK P 80 Tuntas
27 LT P 55 Belum Tuntas
28 DD P 75 Tuntas
29 DT P 75 Tuntas
30 AU P 70 Tuntas
31 AD P 70 Tuntas
32 AL P 65 Belum Tuntas

8
Jumlah 2155
Nilai Rata-rata 67,34

Adapun rekapitulasi data hasil tes belajar siswa siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I


No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata kuis siklus I 67,34
2 Nilai maksimum 80
3 Nilai minimum 50
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar 19
5 Persentase ketuntasan klasikal 59,37%
6 Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 13
7 Persentase ketidaktuntasan klasikal 40,62%

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil belajar siswa adalah
67,34 dengan rincian hanya 19 siswa yang tuntas belajar atau memenuhi nilai KKM yang
diterapkan oleh sekolah ≥70 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 59,37% sedangkan
13 siswa lainnya belum tuntas belajarnya atau memenuhi nilai KKM yang ditetapkan oleh
sekolah yaitu ≥70 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 59,37%. Pelaksanaan
pembelajaran PKn materi pengertian perundang-undangan dari pertemuan pertama dan sub
materi pengertian undang-undang dari pertemuan kedua dengan menerapkan model
pembelajaran VAK berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 1 Bonegunu
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar jika dibandingkan dengan hasil
belajar siswa pada smester ganjil tahun ajaran 2023/2024 diketahui dari 45 siswa hanya 20
siswa yang berkriteria tuntas atau memperoleh nilai kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥70 dengan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar
44,44%. walaupun hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan, tetapi karena belum mencapai
indikator kinerja keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 85% maka penelitian
ini dilanjutkan pada siklus II.
2. Tindakan Siklus II
Pada akhir pelaksanaan tindakan siklus II. Selengkapnya dapat digambarkan
sebagaimana pada tabel 5 berikut.
Tabel 3. Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II
No Nama Siswa L/P Tes Siklus I Keterangan
1 LMF L 80 Tuntas
2 JMD L 70 Tuntas

9
3 USM L 73 Tuntas
4 SMA L 70 Tuntas
5 AS L 83 Tuntas
6 TSL L 85 Tuntas
7 FSR L 70 Tuntas
8 RDS L 65 Belum Tuntas
9 AAS L 70 Tuntas
10 AMY L 80 Tuntas
11 ZAD L 75 Tuntas
12 MD L 70 Tuntas
13 SKL L 90 Tuntas
14 WJK L 90 Tuntas
15 RKA L 75 Tuntas
16 MI P 65 Belum Tuntas
17 POLS P 70 Tuntas
18 DD P 75 Tuntas
19 KLL P 80 Tuntas
20 ZX P 80 Tuntas
21 RR P 88 Tuntas
22 R P 88 Tuntas
23 CBR P 68 Belum Tuntas
24 HON P 70 Tuntas
25 ZUZX P 88 Tuntas
26 DK P 80 Tuntas
27 LT P 72 Tuntas
28 DD P 75 Tuntas
29 DT P 90 Tuntas
30 AU P 72 Tuntas
31 AD P 73 Tuntas
32 AL P 70 Tuntas
Jumlah 2450
Nilai Rata-rata 76,56

Adapun rekapitulasi data hasil tes belajar siswa siklus II dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Data Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata kuis siklus II 76,56
2 Nilai maksimum 90
3 Nilai minimum 60
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar 28
5 Persentase ketuntasan klasikal 87,5%
6 Jumlah siswa yang belum tuntas 4
7 Persentase ketidaktuntasan klasikal 12,5%

10
Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil belajar siswa adalah
76,56 dengan rincian hanya 28 siswa yang tuntas belajar atau memenuhi KKM yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥70 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87,5%
sedangkan 5 Siswa lainnya belum tuntas belajarnya belum memenuhi nilai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah ≥70 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87,5%.
Pelaksanaan pembelajaran PKn materi pengertian perundang-undangan model pembelajaran
VAK berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 1 Bonegunu menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar jika dibandingkan dengan hasil tes siklus I yaitu
hanya 19 siswa dari 32 siswa memperoleh nilai ≥70 atau yang tuntas belajarnya dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 59,37% dan meningkat pada siklus II menjadi 87,5%
atau 28 siswa dari 32 siswa yang memperoleh nilai ≥70 atau yang tuntas belajarnya. Dan nilai
rata-rata hasil belajar siswa dari 67,34 pada tes siklus I meningkat menjadi 76,56 pada siklus
II.
Dari hasil tes siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan dan telah mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu minimal 85% siswa telah memperoleh nilai
≥70. Hal ini bisa terjadi disebabkan karena siswa sudah mulai mengerti dan paham atau
bahkan terbiasa dengan model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual, siswa
sudah mulai terbiasa dan terlatih untuk bekerja sama untuk mengetahui materi dan
memecahkan masalah atau pertanyaan dengan tanggung jawab bersama-sama. Dengan
demikian tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1
Bonegunu melalui penerapan model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual telah
tercapai maka pelaksanaan tindakan dihentikan sampai pada siklus II.

Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran VAK berbantuan media audio visual belum sepenuhnya sempurna meskipun
hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai tes awal. Masih
terdapat kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki, hal ini
terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap guru menunjukkan masih
ada hal-hal yang belum terlaksana, seperti guru belum memberikan motivasi yang kuat
kepada siswa untuk belajar, guru belum menyampaikan model pembelajaran kepada siswa
dengan jelas sehingga siswa masih kebingungan dalam mengikuti tahapan-tahapan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru; pada kegiatan diskusi kelompok berlangsung,
guru tidak mengintruksikan agar setiap kelompok bekerja sama dalam menjawab soal LKS

11
sehingga sebagian anggota kelompok masih kurang aktif dalam diskusi; dan pada akhir
pembelajaran, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi
pembelajaran yang dipelajari sehingga siswa belum bisa memahami inti sari dari materi yang
telah diajarkan.
Sementara itu, pada siklus I siswa belum sepenuhnya mengetahui apa yang harus
dilakukan dalam pembelajaran model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual
padahal yang diharapkaan adalah yang terpenting adanya kerjasama dan kekompakan dari
masing-masing siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan setiap tugas dan pertanyaan
dari guru yang diberikan melalui lembar kerja siswa (LKS), siswa harus mampu memberikan
sumbangsih berupa pendapat terhadap masalah yang ada sudah dipahami agar siapa pun
nantinya nomor urut yang dipanggil oleh guru mampu untuk mempersentasikan hasil kerja
kelompoknya, dengan demikian setiap siswa dalam kelompok baik yang memiliki
kemampuan tinggi maupun rendah memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya,
berkesempatan untuk maju ke depan sehingga motivasi belajar terus ada dalam diri siswa.
Hal di atas didasarkan pada hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama
pembelajaran PKn pada siklus I dimana masih terdapat kekurangan dan kelemahan seperti
masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga dari pada itu
motivasi dan perhatian harus diberikan, sebagian siswa kurang aktif dalam kelompoknya dan
siswa belum dapat menyampaikan pendapatnya pada saat materi pelajaran diajarkan atau pada
saat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS, hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran VAK berbantuan
media audio visual maka dari itu guru harus secara intensif memberikan bimbingan secara
menyeluruh pada setiap kelompok dan memberikan arahan yang jelas, masih ada kelompok
yang takut bertanya apabila mengalami kesulitan sehingga sulit menyelesaikan soal yang telah
dibuat dengan benar sehingga guru harus memberikan perhatian lebih pada kelompok yang
kurang aktif, masih ada sebagian kecil siswa yang hanya mengharapkan siswa lain dalam
kelompoknya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga guru perlu memberikan
penjelasan bahwa setiap siswa mempunyai peran yang sama pentingnya dalam kelompok, dan
siswa harus diberikan kesempatan untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan.
Berdasarkan pencapaian pada siklus I, maka setelah dilakukan tindakan perbaikan
pembelajaran siklus II hasil observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran VAK
berbantuan media audio visual sudah lebih baik dari sebelumnya. Guru terus berupaya untuk

12
menyempurnakan model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual. Kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I sudah diperbaiki. Siswa
yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dan lebih
merespon apersepsi dan motivasi guru. Dalam tahap diskusi kelompok siswa dalam masing-
masing kelompok sudah bekerja sama dengan baik, siswa sudah berani memberikan
argumennya pada teman kelompoknya dan sudah tidak takut lagi menanyakan kepada guru
jika ada hal yang kurang dimengerti. Kegiatan persentasi yang dilaksanakanpun sudah
menunjukkan hasil yang baik dimana siswa sudah mampu menyampaikan hasil kerja
kelompoknya secara baik dan sudah mulai banyak siswa yang menanggapi persentasi dari
kelompok lainnya ini dikarenakan dari motivasi yang terus diberikan oleh guru sehingga
tergantung lagi pada siswa yang dianggap pintar.
Dengan meningkatnya persentase keberhasilan aktivitas belajar siswa tentunya juga
memberikan dampak pada hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa
siklus II di mana penguasaan siswa secara klasikal terhadap materi pembelajaran sebesar
87,5% atau sebanyak 28 dari 32 siswa telah tuntas belajarnya atau memperoleh nilai ≥70
dengan nilai rata-rata 76,56. Selanjutnya, persentase peningkatan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas V SDN 1 Bonegunu secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar histogram berikut:

Gambar 2. Histogram peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SDN 1


Bonegunu yang dicapai tersebut selain dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran VAK
berbantuan media audio visual, juga disebabkan peningkatan aktivitas mengajar guru dan

13
aktivitas belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Wina Sanjaya (2014:28) yang
mengatakan bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru harus dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar siswa dengan: a) memperjelas tujuan yang ingin dicapai; b)
membangkitkan motivasi siswa; c) ciptakan suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran; d) berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa; e) berilah
penilaian; f) berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa; dan g) ciptakan persaingan dan
kerjasama.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari setiap siklus; berdasarkan hasil tes
tindakan siklus I diperoleh bahwa penguasaan siswa secara klasikal terhadap materi
pembelajaran sebesar 59,37% atau sebanyak 19 dari 32 siswa yang memperoleh nilai ≥70
dengan nilai rata-rata 67,34 sedangkan hasil tes tindakan siklus II penguasaan siswa secara
klasikal terhadap materi pembelajaran sebesar 87,5% atau sebanyak 28 siswa dari 32 siswa
yang memperoleh nilai ≥70 dengan nilai rata-rata 76,56. Dengan demikian hipotesis tindakan
yang menyatakan bahwa hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1 Bonegunu akan meningkat
dengan menerapkan model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual pada siswa
kelas V SDN 1 Bonegunu dapat diterima.
Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyampaikan
beberapa saran berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual sebagai upaya untuk
mengoptimalkan hasil belajar siswa hendaknya disesuaikan dengan pelajaran dan kondisi
kelas, mengingat penerapan pembelajaran tersebut belum tentu cocok untuk diterapkan
disemua materi pelajaran PKn pada semua kelas dan perlunya manajemen waktu yang
baik terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran VAK
berbantuan media audio visual sehingga siswa benar-benar dapat memanfaatkan waktu
untuk mendemonstrasikan apa yang ia ketahui dan memahami materi yang dipelajari;
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dipilih model pembelajaran VAK
berbantuan media audio visual.

14
3. Kepada para peneliti berikutnya diharapkan dapat menyesuaikan penggunaan model
pembelajaran VAK berbantuan media audio visual dengan materi yang akan diajarkan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Daftar Pustaka

Agustien, R., N. Umamah., dan Sumarno. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Video
Animasi Dua Dimensi Situs Pekauman di Bondowoso Dengan Model Addie Mata
Pelajaran Sejarah Kelas X IPS. Jurnal Edukasi Vol. 1, 19-23.
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta.
Asmani, J.M. (2013). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogyakarta: Diva
Press.
Cholisin. (2016). Ilmu Negara. Tangerang Selatan: Universitas terbuka
Daryanto. (2016). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Kunandar. (2016). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ngalimun. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Nurmayani. (2016). Pengaruh Gaya Belajar VAK pada Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa SMP Negeri 2
Narmada Tahun Ajaran 2015/2016. Jural Pendidikan Fisika dan Teknologi. Vol II(16).
ISSN 2407-6902
Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sanjaya, Wina (2014). Media Komunikasi Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada
Sari, Ariesta Kartika. (2014). Analisis Karakteristik Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial,
Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan Informatika Angkatan 2014. Jurnal Ilmiah Edutic.
Vol.1 (1), Hal. 1-12. ISSN 2407-4489.
Setiawan. (2015). Optimalisasi Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe VAK (Visual, Auditory, Kinestetik). Berkata Ilmiah Pendidikan Fisika.
Vol 3(2), hal 87-92.
Sitorus, F.H. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik)
Terhadap Kemampuan Menulis Puisi oleh Siswa Kelas VIII SMP N. 2 Porsea Tahun
Pembelajaran 2012/2013. Jurnal Pepatuzdu. Vol 9 (1). Hal 72-84.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA
Sudjana. N. (2013). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar. Baru Algesindo
Susanto, A. (2016). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Prenada media Group.
A.Ubaedillah & Abdul Rozak. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):
Pancasila,demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat madani. Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidayatullah.
15

Anda mungkin juga menyukai