igede.upadana@pasca.undiksha.ac.id, lasmawan@pasca.undiksha.ac.id,
nengah.bawa@pasca.undiksha.ac.id.
Abstrak
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran
six thinking hats terhadap kreativitas dan hasil belajar IPS. Penelitian ini merupakan eksperimen semu
dengan menggunakan rancangan The Posttest-Only Control Group Design dengan melibatkan sampel
sebanyak 55 orang siswa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan MANOVA berbantuan SPSS
20.00 for windows. Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data ada dua, yaitu
kuisioner kreativitas dan tes hasil belajar IPS. Hasil analisis data sebagai berikut. Pertama, kreativitas
antara siswa dengan metode pembelajaran six thinking hats tidak berbeda secara signifikan dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F sebesar 0,065 dan Sig = 0,799;p ˃ 0,05). Kedua,
hasil belajar IPS antara siswa dengan metode pembelajaran six thinking hats lebih baik daripada siswa
dengan pembelajaran konvensional (F sebesar 15,242 dan sig = 0,000;p< 0,05). Ketiga, Kreativitas dan
hasil belajar IPS antara siswa dengan metode pembelajaran six thinking hats lebih baik daripada siswa
dengan pembelajaran konvensional (F sebesar 2422,500 dan sig = 0,000;p< 0,05).
Kata kunci: metode pembelajaran six thinking hats, kreativitas, hasil belajar IPS, Sekolah Menengah
Pertama.
Abstract
This research aims at investigating the effect of six thinking hats method on creativity and social
studies achievement. This is a quasi experiment of the Posttest-Only Control Group Design with the
sample of 55 students. The gathered data were analyzed using MANOVA with the assistance of SPSS
20.00 for Windows. There were two instruments for collecting data; questionnaire of creativity and social
studies achievement test. The results of the data analysis are as follows. First, the creativity between
students with six thinking hats method is not significantly different with those with conventional learning (F
= 0.065 and sig.= 0.799;p>0.05). Second, social studies achievement of students with six thinking hats
method is better than those with conventional learning F = 15.242 and sig.=0.000;p<0.05). Third,
creativity and social studies achievement of students with six thinking hats method are better than those
with conventional learning (F = 2422.500 and sig = 0.000;p<0.05).
Keywords: six thinking hats method, creativity, social studies achievement, junior high school.
guna menghadapi kompetisi yang semakin Guru harus mampu mengelola seluruh
ketat. Dengan kata lain pendidikan dalam proses kegiatan pembelajaran dengan
konteks global harus mampu menciptakan kondisi-kondisi belajar
mengembangkan setiap insan untuk dapat sedemikian rupa sehingga setiap siswa
berpikir cepat dan jernih dalam menyikapi dapat belajar secara efektif dan efisien
berbagai permasalahan dan (Slameto, 2003 : 98).
kecenderungan yang berkembang di Demi mewujudkan pembelajaran
masyarakat. Selain itu, pendidikan harus yang kondusif dan bermakna (meaningfull),
mampu mengembangkan insan yang paradigma pembelajaran terus menerus
memiliki nilai-nilai budaya yang mengalami perkembangan, pembelajaran
mencerminkan identitas bangsa sehingga yang dulunya berpusat pada siswa (teacher
pada akhirnya terbentuk isan yang mampu centered) kini berkembang ke arah
bersaing di era global tanpa harus pembelajaran yang berorientasi pada siswa
kehilangan jati dirinya. (student centered) yang nemempatkan
Menyadari pentingnya proses peserta didik sebagai subjek belajar.
peningkatan kualitas sumber daya manusia, Sehingga pembelajaran tidak lagi
maka pemerintah terus berupaya dipandang sebagai pemidahan
mewujudkan amanat tersebut melalui pengetahuan (transfer knowladge) dari
berbagai usaha dalam mewujudkan benak guru ke murid yang berupa informasi
pendidikan yang lebih berkualitas antara hafalan tentang data atau fakta, namun
lain melalui pengembangan dan perbaikan peserta didik lebih di dorong agar mampu
pengelolaan pendidikan, kurikulum dan membangun pengetahuan dan
sistem evaluasi, perbaikan sarana pemahamannya sendiri sehingga
pendidikan, pengembangan dan pengadaan pembelajaran menjadi lebih bermakna
materi ajar, pelatihan dan pemberian (meaningfull). Berpijak pada paradigma
sertifikasi bagi guru dan tenaga baru dalam pembelajaran tersebut,
kependidikan lainnya. Tetapi pada diharapkan siswa tidak hanya sekedar
kenyataannya upaya pemerintah tersebut dijejali materi yang bersifat hafalan namun
belum cukup berarti dalam meningkatkan lebih pada optimalisasi perasaan dan
kualitas pendidikan. Data empiris harapan siswa dalam mengembangkan
menyebutkan berdasarkan laporan United daya nalar dan kemampuan berpikirnya.
Nation Development Programme (UNDP, Sehingga pada akhirnya kompetensi yang
2011) mengungkapkan bahwa Human dimiliki siswa tidak hanya berkaitan dengan
Development Index (HDI) di Indonesia fungsi otak dan intelegensi, namun lebih
berada pada peringkat 124 dari 186 negara. pada penanaman nilai, sikap dan
Hal ini menunjukkan belum adanya kepribadian. Paradigma pembelajaran
perbaikan yang signifikan terhadap sumber student centered harus menjadi
daya manusia di Indonesia. pertimbangan dalam merancang
Rendahnya mutu pendidikan pembelajaran pada setiap mata pelajaran,
disinyalir bersumber pada proses tidak terkecuali pada pelajaran IPS di
pembelajaran yang berlangsung. Proses Sekolah Menengah Pertama (SMP)
pembelajaran merupakan kegiatan Pendidikan IPS merupakan suatu
fundamental dari proses pendidikan. Pada program pendidikan yang mengintegrasikan
hakikatnya pembelajaran adalah proses konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora
interaksi peserta didik dengan pendidik dan untuk tujuan pendidikan (membentuk warga
sumber belajar pada suatu lingkungan Negara yang memiliki kompetensi sosial,
belajar. Guru dan siswa merupakan dua baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,
komponen yang memegang peranan maupun sebagai warga Negara maupun
sentral dalam proses pembelajaran. Dalam warga dunia) (Lasmawan, 2010:55).
pembelajaran, guru bertanggung jawab National Council for Social Studies (NCSS),
dalam mengatur dan mengelola lingkungan mendefisikan IPS sebagai berikut.
sekolahnya demi pencapaian tujuan Social studies is the integrated study
pendidikan sesuai arah yang diinginkan. of the science and humanities to
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
belajar mengajar yang sudah dilakukan. individu tidak mungkin untuk dilakukan
Hasil belajar berkaitan dengan kemampuan karena dapat merusak populasi kelas yang
siswa dalam menyerap atau memahami ada. Berdasarkan hasil ramdomisasi,
suatu bahan yang telah diajarkan. Dengan didapatkan hasil, yakni kelas VIIIB sebagai
kata lain hasil belajar IPS adalah kelas eksperimen dan kelas VIIIC sebagai
kekampuan-kemampuan yang diperoleh kelas kontrol.
pebelajar setelah mengalami proses belajar Variabel dalam penelitian ini dapat
yang berupa angka-angka sebagai simbol dibedakan menjadi dua, yaitu variabel
dari ketuntasan belajar bidang studi IPS. bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah metode
METODE pembelajaran six thinking hats sedangkan
Penelitian ini merupakan penelitian variabel terikatnya adalah kreativitas dan
eksperimen semu, mengingat tidak semua hasil belajar IPS. Data pada penelitian ini
variabel (gejala yang muncul) dan kondisi dikumpulkan dengan beberapa metode
eksperimen dapat diukur dan dikontrol pengumpulan data yang disesuaikan
secara ketat (Campbell dan Stanley, dengan tuntutan data dari masing-masing
1996:34) Penelitian ini menggunakan rumusan permasalahan. Oleh karena itu
rancangan penelitian eksperimen dalam data yang diperoleh haruslah valid dan
bentuk Post-test Only Control Group reliabel. Berkaitan dengan permasalahan
Design, dengan rancangan faktorial 2 X 2. yang dikaji pada penelitian ini maka ada
Penelitian ini melibatkan tiga dua jenis data yang diperlukan, yakni
variabel yang terdiri dari satu variabel bebas kreativitas siswa dan hasil belajar IPS
dan dua variabel terikat. Variabel bebasnya siswa. Data kreativitas dan hasil belajar IPS
adalah metode pembelajaran six thinking kelas VIII SMP diperoleh melalui kuisioner
hats, sedangkan variabel terikatnya adalah kreativitas dan data hasil belajar IPS
kreativitas dan hasil belajar IPS. Selama diperoleh melalui tes hasil belajar IPS. Tes
penelitian, peneliti memanipulasi variabel tersebut kemudian divalidasi.
bebas yang berupa manajemen metode Data yang sudah dikumpulkan
pembelajaran six thinking hats serta ditabulasi rerata dan simpangan baku
memberlakukannya pada kelompok menyangkut data kreativitas dan hasil
eksperimen, dan pembelajaran belajar IPS siswa Kelas VII SMP. Analisis
konvensional yang diberlakukan pada statistik yang digunakan untuk menguji
kelompok kontrol. Pada akhir eksperimen, hipotesis adalah dengan menggunakan
peneliti melakukan penilaian terhadap MANOVA. Penelitian ini menyelidiki
kreativitas dan hasil belajar IPS siswa pada pengaruh satu variabel bebas terhadap dua
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol variabel terikat.
untuk mengetahui ada tidaknya efek Data hasil penelitian dianalisa
manipulasi yang telah dilakukan. secara bertahap. Tahapan-tahapan tersebut
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah deskripsi data, uji prasyarat, dan uji
seluruh siswa kelas VIII SMP N 4 Tembuku hipotesis. Uji prasyarat yang dilakukan
tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari adalah uji normalitas data, uji homogenitas
kelas VIIIA,VIIIB,VIIIC, VIIID. Jumlah varian dan uji korelasi antar variabel terikat.
anggota polusi sebanyak 109 orang terdiri Hipotesis yang dipakai dalam
dari 48 orang siswa laki-laki dan 61 orang penelitian ini, yaitu 1) terdapat perbedaan
siswa perempuan. kreativitas siswa dalam pembelajaran
Penentuan sampel penelitian terhadap mata pelajaran IPS antara siswa
dilakukan dengan random sampling. Dalam yang mengikuti metode pembelajaran six
penelitian ini, random sampling dilakukan thinking hats dan siswa yang mengikuti
secara acak dengan teknik undian untuk pembelajaran konvensional pada siswa
memilih satu kelas eksperimen, dan satu kelas VIII SMP N 4 Tembuku. 2) terdapat
kelas control dari empat kelas paralel yang perbedaan hasil belajar IPS siswa yang
ada. Randomisasi dilakukan pada tingkat mengikuti metode pembelajaran six thinking
kelas mengingat pengacakan secara hats dan siswa yang mengikuti
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
six thinking hats terhadap kreativitas melebihi dari alokasi yang telah
menunjukkan bahwa tidak terdapat direncanakan.
perbedaan kreativitas antara siswa yang Kedua hal di atas berkaitan dengan
mengikuti metode pembelajaran six thinking pelaksanaan dan teknis dari metode
hats dengan siswa yang mengikuti pembelajaran six thinking hats yang
pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat diterapkan pada pembelajaran IPS di SMP
pada hasil analisis MANOVA (Tests of N 2 Tembuku. Sehingga kedepannya demi
Between-Subjects Effects) yang mengoptimalkan metode pembelajaran six
menunjukkan harga F sebesar 0,06 dengan thinking hats untuk meningkatkan kreativitas
signifikansi 0,779. Jadi dapat disimpulkan diperlukan pembiasaan siswa dalam
bahwa secara signifikan tidak terdapat penerapan metode pembelajaran ini dan
perbedaan kreativitas antara siswa yang yang tidak kalah penting adalah
mengikuti metode pembelajaran six thinking keterampilan guru dalam menerapkan
hats dengan siswa yang mengikuti metode pembelajaran ini yang masih
pembelajaran konvensional. tergolong baru dalam pembelajaran IPS.
Tidak terdapatnya perbedaan Selain pengaruh faktor di atas, ada
kreativitas yang signifikan antara siswa variabel lain yang berpengaruh pada
yang mengikuti model pembelajaran six kreativitas yang tidak terkontrol dan terukur
thinking hats dengan siswa yang mengikuti dalam penelitian ini. Hal tersebut terjadi
pembelajaran konvensional disebabkan mengingat banyaknya aspek/variabel yang
oleh hal-hal berikut ini. berpengaruh dalam proses pembelajaran
Pertama, siswa pada kelompok yang menentukan tinggi rendahnya
eksperimen belum terbiasa mengikuti model kreativitas seorang siswa. Minat dan
pembelajaran six thinking hats. Siswa motivasi merupakan faktor interinsik siswa
terbiasa belajar secara konvensional, yaitu yang berpengaruh pada kreativitas. Selain
dengan mendengarkan penjelasan dari perhatian, dorongan dan pelatihan dari
guru. Siswa belum terbiasa dihadapkan lingkungan baik di keluarga, sekolah
pada permasalahan yang terkait dengan maupun masyarakat diperlukan motivasi
materi yang memerlukan pemecahan yang interinsik dan minat siswa untuk melakukan
kreatif sehingga pada saat pemecahan sesuatu atas keinginannya sendiri
masalah, siswa masih kurang mampu (Munandar,1999:110)
memunculkan ide kreatif. Selain itu, siswa Berdasarkan hasil analisis, rata-rata
memerlukan bimbingan dan waktu yang kreativitas siswa yang mengikuti metode
lebih banyak dalam menyelesaikannya. Hal pembelajaran six thinking hats yakni 148,56
tersebut juga dipengaruhi oleh kebiasaan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata
siswa yang masih sangat bergantung pada kreativitas siswa yang mengikuti
buku paket yang mereka pegang dengan pembelajaran konvensional yakni, 147,96.
kata lain, sumber belajar mereka masih Kontribusi metode pembelajaran six thinking
terbatas pada buku karena kurangnya hats terhadap kreativitas terlihat pada
sumber belajar lain yang mendukung. struktur pembelajaran dan langkah-langkah
Kedua, guru belum terbiasa pembelajaranya. Dari segi struktur
menerapkan pembelajar six thinking hats. pembelajaran, metode pembelajaran six
Diperlukan keterampilan guru dalam thinking hats menggunakan outline yang
membimbing siswa pada setiap langkah berupa pertanyaan yang harus dijawab
dalam pembelajaran six thinking hats. Guru yang memungkinkan siswa menggali
dan siswa memerlukan waktu yang lebih pengetahuannya sendiri dan memecahkan
banyak dalam membimbing siswa dalam masalah dengan berbagai alternatif
belajar, sehingga terkadang jam pelajaran jawaban. Selain itu permasalahan yang
tidak mencukupi dalam menyelesaikan diajukan bersifat kontekstual yang diambil
suatu permasalahan. Diperlukan dari fenomena di sekitar mereka maupun
keterampilan dalam pengelolaan kelas yang dari surat kabar. Hal ini tentu berpengaruh
efisien agar waktu yang diperlukan tidak pada semangat belajar siswa karena
mereka menganggap permasalahan yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
mereka hadapi dalam proses pembelajaran hats method its great effectiveness in
tidak jauh dari kehidupan mereka dan organizing thinking in a highly productive
nantinya dapat berguna bagi mereka dalam way”. Metode six thinking hats merupakan
menjalani hidup dan kehidupan. metode yang sangat efektif dalam
Dilihat dari segi langkah meningkatkan produktivitas berpikir.
pembelajaran, pada fase pendahuluan guru Widowati (2012) kembali mempertegas
menyampaikan suatu permasalahan bahwa keenam topi berpikir merupakan alat
kontekstual yang terkait dengan materi untuk menggabungkan beberapa
pelajaran. Siswa ditugaskan untuk pendekatan dalam berpikir divergen dan
menjawab masing-masing pertanyaan yang konvergen dan gaya pemikiran yang
ada pada outline. Pada fase diskusi, guru berbeda, untuk membimbing pencetusan
membantu siswa dalam memecahkan ide dan proses seleksi. Dengan
masalah yang didapatkan oleh masing- menggunakan sejumlah gaya berpikir untuk
masing kelompok. Langkah metode mengatasi masalah atau peluang, berbagai
pembelajaran six thinking hats juga melatih pertimbangan dapat diperhitungkan.
siswa untuk meningkatkan kreativitas, siswa Pada metode six thinking hats, “topi
belajar dengan cara berkelompok dalam putih” merupakan kegiatan yang berfokus
mengerjakan outline yang diberikan pada pengumpulan informasi yang nantinya
sehingga terjadi tukar pikiran dan berbagi dapat dijadikan acuan dalam memecahkan
pendapat antara masing-masing anggota permasalahan. Pengumpulan informasi/
kelompok. Dalam diskusi kelompok siswa pengetahuan yang dilakukan pada tahap
diberikan permasalahan kontekstual yang “topi putih” dipermudah dengan outline yang
memerlukan banyak pemecahan masalah. telah disediakan sebagai acuan. Dengan
Dalam memecahkan masalah siswa adanya outline diharapkan diskusi tidak
menggunakan urutan pemecahan masalah melebar keberbagai topik dan dapat
six thinking hats yakni dimulai dari topi putih memperoleh hasil sesuai dengan tujuan
(mengumpulkan informasi), topi merah yang diharapkan. Pengumpulan
(perasaan tentang suatu masalah), topi informasi/penetahuan sangat dipengaruhi
hitam (hal negatif dari suatu masalah), topi oleh sumber belajar misalnya buku paket,
kuning (hal positif dari masalah), topi hijau surat kabar, internet, televisi dll. Semakin
(alternatif pemecahan masalah) dan terakhir banyak sumber belajar yang dimiliki siswa,
adalah topi biru yaitu kesimpulan. Urutan maka informasi yang dapat dikumpulkan
tersebut dapat memudahkan siswa dalam yang sangat menunjang pemahaman siswa
memecahkan permasalahan karena dapat terhadap suatu permasalahan. Karadag
memusatkan fokus perhatian pada satu (2009) menyatakan aktivitas “topi putih”
sudut pandang yang digunakan dalam dilakukan dengan mendiskusikan informasi
memecahkan suatu permasalahan. apa saja yang diperlukan, informasi apa
Setelah selesai melakukan diskusi saja yang hilang, bagaimana menemukan
kelompok, masing-masing kelompok informasi, kemudian siswa mengevaluasi
melakukan presentasi di depan kelas informasi yang diperoleh untuk keperluan
mengenai hasil diskusi kelompok mereka. belajar. Hal yang tidak kalah penting
Strategi ini dapat membantu adalah keterampilan siswa dalam
pembelajar dalam mengevaluasi suatu mengumpulkan informasi dan
permasalahan, topik, situasi, pilihan, mengkonstruksi pemahaman mereka
ataupun solusi dari berbagai sudut pandang sendiri harus terus dilatih secara
(Widowati, 2012). Six thinking hats sangat berkelanjutan dengan mendapat bimbingan
tepat digunakan dalam memecahkan yang intensif dari guru.
permasalahan yang membutuhkan Aktivitas “topi merah” mengenai
pemikiran kreatif. Six thinking hats perasaan, insting dan naluri yang
merupakan salah satu strategi untuk digunakan sebagai perspektif dalam
melatih kemampuan creative problem memandang suatu kejadian, fakta maupun
solving. Sebagaimana dikemukakan Hupp& permasalahan.kadang-kadang insting dan
Richardason (2002) bahwa “the Six thinking naluri dapat menyampaikan apa yang tidak
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
terlihat di balik fakta. Pada kegiatan “topi yang diambil oleh siswa dalam menyikapi
merah” siswa diajak untuk mengungkapkan suatu permasalahan menjadi tepat.
perasaannya mengenai suatu peristiwa, Pengaruh metode pembelajaran six
kejadian dan permasalahan sehingga thinking hats terhadap hasil belajar IPS
mereka menjadi lebih berempati terhadap siswa disebabkan dalam metode
apa yang mereka pelajari. Karadag (2009) pembelajaran six thinking hats siswa
menyatakan “ the red hats activity created membangun pengetahuan mereka sendiri
an opportunity for student to develop their dengan berinteraksi dengan rekan
emphathy skill”. kelompoknya, sehingga terjadi bertukar
Kegiatan “topi hitam” mengenai hal- pikiran, kerjasama dan saling membantu
hal/dampak negatif dari suatu kejadian antara anggota kelompok dalam menggali
maupun permasalahan. Pada kegiatan ini informasi/pengetahuan. Dalam kondisi
siswa diajak untuk mengkritisi suatu seperti itu, siswa belajar dengan mengalami
peristiwa, kejadian ataupun permasalahan sediri, pembelajaran tidak lagi didominasi
yang muncul di masyarakat. Al-Bakri (2011) oleh guru sebagai sumber belajar, terjadi
menyatakan “The Black Hat denotes interaksi multi arah dalam pembelajaran.
constructive criticism, and explores the Pengalaman siswa dalam membangun
negative aspects of the given topic”. pengetahuannya sendiri membuat
Selanjutnya Bono (1999,62) menyatakan pemahaman tentang suatu materi lebih
“the thinker of black hat indicates to the melekat yang pada akhirnya akan
risks and dangers”. Kegiatan “topi hitam” berpengaruh pada hasil belajarnya.
ditekankan pada aktivitas siswa dalam Interaksi multi arah mengisyaratkan adanya
mengkritisi dampak negatif berupa bahaya, peran guru lebih pada fasilitator dalam
atau kerusakan yang dapat timbul dari pembelajaran dengan memberikan
suatu permasalahan dimasyarakat. bimbingan dan mengarahkan jawaban
Aktivitas siswa pada kegiatan “topi siswa agar menjadi benar apabila ada
kuning” adalah berdiskusi mencari hal-hal kesalahan pemahaman.
positif atau manfaat yang terdapat dalam Berdasarkan hasil uji Hipotesis 2
suatu fenomena atau peristiwa. Pada mengenai pengaruh metode pembelajaran
kegiatan ini, siswa diarahkan untuk six thinking hats terhadap Hasil Belajar IPS
memikirkan secara mendalam tentang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
manfaat dari suatu topik yang dievaluasi. hasil belajar IPS antara siswa yang
Sehingga siswa melakukan eksplorasi mengikuti metode pembelajaran six thinking
terhadap sisi negatif yang nantinya dapat hats dengan siswa yang mengikuti
dijadikan rujukan dalam mengambil pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat
keputusan pada kegiatan selanjutnya. pada hasil analisis MANOVA (Tests of
Kegiatan “topi hijau” ditekankan pada Between-Subjects Effects) yang
aktivitas berdiskusi menyangkut pencarian menunjukkan harga 15,242 dengan
alternatif penyelesaian masalah yang signifikansi 0,000. Hasil tersebut
didasarkan pada informasi yang telah menunjukkan H₁ yang berbunyi terdapat
terkumpul secara menyeluruh. Karadag perbedaan hasil belajar IPS antara siswa
(2009) menyatakan Aktivitas ini bermanfaat yang mengikuti metode pembelajaran six
dalam membantu siswa dalam usaha thinking hats dengan siswa yang mengikuti
mengembangkan keterampilan berpikir pembelajaran konvensional diterima. Jadi
kreatif. Kegiatan yang terakhir adalah “topi dapat disimpulkan bahwa secara signifikan
biru” berkaitan dengan aktivitas siswa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara
dalam mendiskusikan mengambilan siswa yang mengikuti metode pembelajaran
keputusan terhadap suatu topi yang six thinking hats dengan siswa yang
dievaluasi. Pengambilan keputusan ini mengikuti pembelajaran konvensional.
didasarkan atas pengetahuan yang holistik Adanya perbedaan hasil belajar IPS
terhadap suatu topik yang diperoleh dalam siswa yang mengikuti metode pembelajaran
kegiatan sebelumnya. Sehingga keputusan six thinking hats dengan hasil belajar IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)