Anda di halaman 1dari 13

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIX THINKING HATS TERHADAP KREATIVITAS


DAN HASIL BELAJAR IPS

I Gede Upadana, I Wayan Lasmawan, Nengah Bawa Atmadja,


Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

igede.upadana@pasca.undiksha.ac.id, lasmawan@pasca.undiksha.ac.id,
nengah.bawa@pasca.undiksha.ac.id.

Abstrak
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran
six thinking hats terhadap kreativitas dan hasil belajar IPS. Penelitian ini merupakan eksperimen semu
dengan menggunakan rancangan The Posttest-Only Control Group Design dengan melibatkan sampel
sebanyak 55 orang siswa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan MANOVA berbantuan SPSS
20.00 for windows. Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data ada dua, yaitu
kuisioner kreativitas dan tes hasil belajar IPS. Hasil analisis data sebagai berikut. Pertama, kreativitas
antara siswa dengan metode pembelajaran six thinking hats tidak berbeda secara signifikan dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F sebesar 0,065 dan Sig = 0,799;p ˃ 0,05). Kedua,
hasil belajar IPS antara siswa dengan metode pembelajaran six thinking hats lebih baik daripada siswa
dengan pembelajaran konvensional (F sebesar 15,242 dan sig = 0,000;p< 0,05). Ketiga, Kreativitas dan
hasil belajar IPS antara siswa dengan metode pembelajaran six thinking hats lebih baik daripada siswa
dengan pembelajaran konvensional (F sebesar 2422,500 dan sig = 0,000;p< 0,05).

Kata kunci: metode pembelajaran six thinking hats, kreativitas, hasil belajar IPS, Sekolah Menengah
Pertama.

Abstract
This research aims at investigating the effect of six thinking hats method on creativity and social
studies achievement. This is a quasi experiment of the Posttest-Only Control Group Design with the
sample of 55 students. The gathered data were analyzed using MANOVA with the assistance of SPSS
20.00 for Windows. There were two instruments for collecting data; questionnaire of creativity and social
studies achievement test. The results of the data analysis are as follows. First, the creativity between
students with six thinking hats method is not significantly different with those with conventional learning (F
= 0.065 and sig.= 0.799;p>0.05). Second, social studies achievement of students with six thinking hats
method is better than those with conventional learning F = 15.242 and sig.=0.000;p<0.05). Third,
creativity and social studies achievement of students with six thinking hats method are better than those
with conventional learning (F = 2422.500 and sig = 0.000;p<0.05).

Keywords: six thinking hats method, creativity, social studies achievement, junior high school.

PENDAHULUAN melakoni kehidupan global diperlukan


Memasuki Abad ke 21 kita sumber daya manusia yang berkualitas
dihadapkan pada suatu era baru, yaitu era yang mampu berkompetisi dalam tatanan
globalisasi. Globalisasi menghadirkan dunia global yang penuh tantangan dan
nuansa baru bagi kehidupan masyarakat peluang. Salah satu wahana dalam
dunia dalam berbagai aspek kehidupan, meningkatkan sumber daya manusia
mulai dari ekonomi, sampai sosial budaya. adalah melalui pendidikan.
Ciri utama dari globalisasi, yaitu adanya Pendidikan merupakan media
keterbukaan, kesejagatan. Batas-batas strategis untuk mewujudkan sumber daya
region suatu negara sudah mulai memudar yang berkualitas (Lasmawan, 2005:16).
dan kompetisi antar negara yang semakin Terkait dengan tantangan dan peluang
terbuka merupakan hal yang tidak globalisasi, pendidikan harus mampu
terhindarkan pada era globalisasi. Demi membekali peserta didik dengan
mejaga eksistensi suatu bangsa dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

guna menghadapi kompetisi yang semakin Guru harus mampu mengelola seluruh
ketat. Dengan kata lain pendidikan dalam proses kegiatan pembelajaran dengan
konteks global harus mampu menciptakan kondisi-kondisi belajar
mengembangkan setiap insan untuk dapat sedemikian rupa sehingga setiap siswa
berpikir cepat dan jernih dalam menyikapi dapat belajar secara efektif dan efisien
berbagai permasalahan dan (Slameto, 2003 : 98).
kecenderungan yang berkembang di Demi mewujudkan pembelajaran
masyarakat. Selain itu, pendidikan harus yang kondusif dan bermakna (meaningfull),
mampu mengembangkan insan yang paradigma pembelajaran terus menerus
memiliki nilai-nilai budaya yang mengalami perkembangan, pembelajaran
mencerminkan identitas bangsa sehingga yang dulunya berpusat pada siswa (teacher
pada akhirnya terbentuk isan yang mampu centered) kini berkembang ke arah
bersaing di era global tanpa harus pembelajaran yang berorientasi pada siswa
kehilangan jati dirinya. (student centered) yang nemempatkan
Menyadari pentingnya proses peserta didik sebagai subjek belajar.
peningkatan kualitas sumber daya manusia, Sehingga pembelajaran tidak lagi
maka pemerintah terus berupaya dipandang sebagai pemidahan
mewujudkan amanat tersebut melalui pengetahuan (transfer knowladge) dari
berbagai usaha dalam mewujudkan benak guru ke murid yang berupa informasi
pendidikan yang lebih berkualitas antara hafalan tentang data atau fakta, namun
lain melalui pengembangan dan perbaikan peserta didik lebih di dorong agar mampu
pengelolaan pendidikan, kurikulum dan membangun pengetahuan dan
sistem evaluasi, perbaikan sarana pemahamannya sendiri sehingga
pendidikan, pengembangan dan pengadaan pembelajaran menjadi lebih bermakna
materi ajar, pelatihan dan pemberian (meaningfull). Berpijak pada paradigma
sertifikasi bagi guru dan tenaga baru dalam pembelajaran tersebut,
kependidikan lainnya. Tetapi pada diharapkan siswa tidak hanya sekedar
kenyataannya upaya pemerintah tersebut dijejali materi yang bersifat hafalan namun
belum cukup berarti dalam meningkatkan lebih pada optimalisasi perasaan dan
kualitas pendidikan. Data empiris harapan siswa dalam mengembangkan
menyebutkan berdasarkan laporan United daya nalar dan kemampuan berpikirnya.
Nation Development Programme (UNDP, Sehingga pada akhirnya kompetensi yang
2011) mengungkapkan bahwa Human dimiliki siswa tidak hanya berkaitan dengan
Development Index (HDI) di Indonesia fungsi otak dan intelegensi, namun lebih
berada pada peringkat 124 dari 186 negara. pada penanaman nilai, sikap dan
Hal ini menunjukkan belum adanya kepribadian. Paradigma pembelajaran
perbaikan yang signifikan terhadap sumber student centered harus menjadi
daya manusia di Indonesia. pertimbangan dalam merancang
Rendahnya mutu pendidikan pembelajaran pada setiap mata pelajaran,
disinyalir bersumber pada proses tidak terkecuali pada pelajaran IPS di
pembelajaran yang berlangsung. Proses Sekolah Menengah Pertama (SMP)
pembelajaran merupakan kegiatan Pendidikan IPS merupakan suatu
fundamental dari proses pendidikan. Pada program pendidikan yang mengintegrasikan
hakikatnya pembelajaran adalah proses konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora
interaksi peserta didik dengan pendidik dan untuk tujuan pendidikan (membentuk warga
sumber belajar pada suatu lingkungan Negara yang memiliki kompetensi sosial,
belajar. Guru dan siswa merupakan dua baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,
komponen yang memegang peranan maupun sebagai warga Negara maupun
sentral dalam proses pembelajaran. Dalam warga dunia) (Lasmawan, 2010:55).
pembelajaran, guru bertanggung jawab National Council for Social Studies (NCSS),
dalam mengatur dan mengelola lingkungan mendefisikan IPS sebagai berikut.
sekolahnya demi pencapaian tujuan Social studies is the integrated study
pendidikan sesuai arah yang diinginkan. of the science and humanities to
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

promote civic competence. Whitin fundamental pendidikan IPS pada jenjang


the school program, social studies pendidikan dasar dapat terwujud secara
provides coordinated, systematic ideal. Pola pembelajaran IPS pada jenjang
study drawing upon such disciplines pendidikan dasar hendaknya lebih
as anthropology, economics, menekankan pada unsur-unsur pendidikan
geography, history, law, philosophy, dan pembekalan pemahaman, nilai-moral
political science, psychology, dan keterampilan-keterampilan sosial pada
religion, and sociology, as well as anak (Lasmawan, 2010:126)
appropriate content from the Kenyataan di lapangan, proses
humanities, mathematics, and pembelajaran di lingkungan sekolah
natural sciences. The primary dewasa ini masih diwarnai oleh penekanan
purpose of social studies is to help pada aspek pengetahuan dan masih sedikit
young people develop the ability to yang mengacu pada pelibatan siswa dalam
make informed and reasoned proses belajar itu sendiri. Kondisi ini
decisions for the public good as didukung oleh kenyataan yang ada di
citizen of a culturally diverse, lapangan bahwa aspek metodologis dan
democratic society in an pendekatan ekspositorik sangat menguasai
interdependent world. seluruh proses belajar mengajar (Sumantri,
Pendidikan IPS adalah studi yang 1996). Hal ini cenderung menyebabkan
terintegrasi dari ilmu pengetahuan pembelajaran IPS menjadi membosankan
dan humaniora untuk membentuk warga dan kurang diminati peserta didik, karena
Negara yang baik dan berkompeten. Dalam mereka beranggapan bahwa konten dari
program sekolah, Pendididikan IPS pendidikan IPS hanya berkenaan dengan
merupakan kajian yang terkoordinasi dan fakta, kejadian dan informasi yang bersifat
sistematis dari disiplin-disiplin ilmu, hafalan belaka sehingga pada akhirnya
diataranya antropologi, ekonomi, geografi, menempatkan pendidikan IPS sebagai
sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, mata pelajaran yang dianggap sepele dan
psikologi, agama,dan sosiologi, serta kurang penting serta memposisikannya
konten yang sesuai dengan humaniora, dibawah mata pelajaran lainya, seperti
matematika, dan ilmu alam. Tujuan utama Matematika dan IPA.
dari pendidikan IPS adalah Berdasarkan hasil pencatatan
untuk membantu generasi muda dokumen yang dilakukan penulis pada
mengembangkan kemampuan untuk kelas VIII di SMP N 4 Tembuku, terungkap
membuat keputusan informasi bahwa hasil belajar siswa pada mata
dan beralasan untuk kepentingan pelajaran IPS masih kurang memuaskan.
publik sebagai warga masyarakat Hal tersebut diakui oleh guru IPS kelas VIII,
yang beragam secara budaya demokratis bahwa hasil belajar IPS masih relatif rendah
di dunia yang saling tergantung. jika dibandingkan dengan mata pelajaran
Berpegang dari pemahaman lainnya. Berdasarkan hasil wawancara
tersebut, pendidikan IPS menjadi salah satu dengan guru bersangkutan juga terungkap
bidang studi yang memegang peranan bahwa guru kesulitan dalam memilih
sentral dalam mewujudkan warga negara metode pembelajaran yang tepat dengan
yang baik dan bertanggung jawab. Berpijak pelajaran IPS, selain itu siswa kurang
dari hal tersebut, suatu pola pembelajaran tertarik dengan pembelajaran IPS karena
diperlukan dalam menjematani tercapainya konten/isi dari pelajaran IPS sangat sesak
tujuan pendidikan IPS secara ideal. Guru dengan materi yang harus mereka kuasai.
sebagai ujung tombak proses pembelajaran Kondisi seperti ini juga diakui sebagai
harus senantiasa terus meningkatkan penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
kemampuan dan keterampilannya, baik Selain wawancara dengan guru,
dalam memilih pendekatan, metode peneliti juga melakukan wawancara dengan
maupun teknik yang sesuai dengan tahap beberapa siswa kelas VIII mengenai
perkembangan peserta didik, karakteristik pembelajaran IPS yang berlangsung
pendidikan IPS sehingga tujuan selama ini, hampir semua siswa yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

diwawancarai berpendapat bahwa mata dilakukan oleh guru berdasarkan kajian


pelajaran IPS merupakan mata pelajaran empirik terhadap realitas dilapangan. Hal ini
yang sarat dengan materi pelajaran berupa penting dilakukan demi menciptakan
hafalan sehingga mereka merasa belajar suasana yang kondusif dalam pembelajaran
IPS kurang bermakna. Hal ini dipertegas pendidikan IPS yang nantinya dapat
dengan temuan peneliti saat melakukan menjembatani tercapainya tujuan
observasi pelaksanaan pembelajaran di pendidikan IPS secara ideal. Penentuan
kelas VIIIA, secara keseluruhan metode pembelajaran secara tepat
pembelajaran masih didominasi oleh guru, merupakan sesuatu yang mutlak
materi disampaikan secara langsung diperhatikan oleh guru. Pemilihan metode
dengan metode ceramah, informasi pembelajaran dapat disesuaikan dengan
mengalir satu arah yaitu dari guru kepada perkembangan peserta didik dan hakikat,
siswa sehingga guru menjadi satu-satunya tujuan dan peran kritis pendidikan IPS
sumber belajar di kelas. Siswa hanya sehingga hasil belajar siswa diharapkan
memperoleh informasi secara langsung akan meningkat secara bertahap. Salah
tanpa adanya proses pembentukan satu pembelajaran yang dirasakan relevan
pengetahuan sendiri melalui pengalaman dalam upaya perbaikan program
yang bermakna, hal ini tentu akan pembelajaran IPS adalah metode
berpengaruh pada hasil belajar siswa. pembelajaran six thinking hats.
Mengacu pada analisis empirik Six thinking hats merupakan suatu
terhadap kondisi pembelajaran metode yang digunakan dalam
pembelajaran IPS di SMP 4 Tembuku dan pengambilan keputusan dan menyelesaikan
kajian terhadap hakikat, tujuan dan peran masalah secara kreatif. Menurut Bono
kritis yang akan dituju oleh pendidikan IPS (2001) menyatakan bahwa metode ini
nampaknya diperlukan alternatif sangat ampuh digunakan dalam
penyelesaian permasalah yang mendesak meningkatkan focus pemikiran, pemikiran
demi mengatasi permasalahan- canggih dalam pemecahan masalah,
permasalahan khususnya pada jenjang pemantikan ide-ide baru dan optimalisasi
SMP. produktivitas otak manusia. Childs (2012)
Berdasarkan permasalahan dan mengemukakan bahwa “The six thinking
rasional di atas, maka penelitian ini akan hats tool combines several approaches in
diarahkan untuk membuktikan pengaruh divergent and convergent thinking and
metode pembelajaran six thinking hats different thinking styles, in order to guide the
terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa idea generation and selection process. ...By
kelas VIII SMP N 4 Tembuku. Tujuan using a number of thinking styles to tackle
penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) an issue or opportunity, a wide range of
untuk mengetahui perbedaan kreativitas considerations can be taken into account”.
antara siswa yang mengikuti metode Keenam topi berpikir merupakan alat untuk
pembelajaran six thinking hats dengan menggabungkan beberapa pendekatan
siswa yang mengikuti pembelajaran dalam berpikir divergen dan konvergen dan
konvensional? 2) untuk mengetahui gaya pemikiran yang berbeda, untuk
perbedaan hasil belajar siswa antara siswa membimbing pencetusan ide dan proses
yang mengikuti metode pembelajaran six seleksi. Dengan menggunakan sejumlah
thinking hats dengan siswa yang mengikuti gaya berpikir untuk mengatasi masalah atau
pembelajaran konvensional? 3) untuk peluang, berbagai pertimbangan dapat
mengetahui pengaruh metode diperhitungkan. Karadağ (2009) dalam
pembelajaran six thinking hats terhadap penelitiannya menyatakan bahwa “The ‘six
kretivitas dan hasil belajar siswa pada mata thinking hats’ model is a method of learning
pelajaran IPS? that not only improved the students’ creative
Bertalian dengan hal tersebut, and critical thinking abilities; it also had a
penyelesaian berbagai permasalahan dapat positive effect on their empathy skills and
direalisasikan dengan perbaikan pada getting to know themselves”. Six thinking
program pembelajaran yang selama ini hats merupakan suatu metode belajar yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

tidak hanya mengembangkan keterampilan bahwa kemampuan berpikir kreatif


berfikir kreatif dan kritis siswa tetapi juga bertujuan untuk menolong atau membantu
memliki dampak positif pada empati siswa seseorang dalam membuat keputusan dan
karena six thinking hats tidak hanya menyelesaikan masalah (Iskandar,
menuntut penggunaan pikiran, tetapi 2009:88). Beranjak dari urgensi tersebut,
perasaan juga menjadi salah satu aspek Munandar (1999:46) menyatakan bahwa
yang mendapat perhatian serius. Six pemikiran kreatif perlu dilatih karena
thinking hats merupakan metode untuk membuat anak lancar dan luwes dalam
mengerjakan satu jenis kegiatan berpikir berpikir, mampu melihat suatu masalah dari
pada satu saat. Kita menggunakan hanya berbagai sudut pandang dan mampu
satu topi, bukan banyak topi sekaligus pada melahirkan banyak gagasan.
saat bersamaan. Ada enam topi dengan Memasuki era globalisasi yang
warna yang berbeda-beda. Setiap warna berkembang begitu pesat, kreativitas
mewakili satu jenis kegiatan berpikir menjadi suatu hal yang mutlak diperlukan
(Bono,2007:95). Metode six thinking hats agar mampu berkompetisi di tataran
terdiri dari enam topi berpikir, yaitu topi masyarakat global yang penuh dengan
putih (mengumpulkan informasi), topi merah tantangan. Hal tersebut dipertegas oleh
(perasaan tentang suatu masalah), topi Munandar (1999) yang menyatakan bahwa
hitam (hal negatif dari suatu masalah), topi di tengah kemajuan IPTEKS dan
kuning (hal positif dari masalah), topi hijau meledaknya pertumbuhan penduduk yang
(alternatif pemecahan masalah) dan terakhir disertai berkurangnya persediaan sumber-
adalah topi biru yaitu membuat kesimpulan/ sumber alami, serta bencana dan krisi
mengambil keputusan. moneter yang dialami banyak Negara,
Metode ini dirasa relevan dengan sangat menuntut kemampuan adaptasi
karakteristik dan tujuan pendidikan IPS secara kreatif dan piawai mencari
mengingat dalam pendidikan IPS, materi pemecahan yang imajinatif. Mengingat
yang dikembangkan dalam pelajaran pentingnya ketivitas dalam kehidupan,
banyak menyangkut permasalahan- maka sudah seharusnya pengembangan
permasalahan sosial yang sangat kreativitas dilakukan dengan serius demi
memerlukan keterampilan berpikir dalam mewujudkan sumberdaya yang berkualitas.
mengambil keputusan dan pemecahan Pendidikan sebagai salah satu wahana
masalah secara tepat. Sehingga pada dalam mewujudkan sumberdaya manusia
akhirnya melalui metode ini diharapkan yang berkualitas tentu memiliki peranan
siswa menjadi lebih kreatif dengan sentral dalam pengembangan kreativitas
melahirkan ide-ide baru dalam menghadapi generasi muda bangsa ini. Namun dalam
masalah-masalah sosial di masyarakat. bidang pendidikan, penekanan lebih pada
Kreativitas secara sederhana dapat pemikiran reproduktif, hafalan dan mencari
diartikan sebagai kemampuan melihat satu jawaban yang benar terhadap soal-
bermacam-macam cara untuk soal yang diberikan (Munandar, 1999:5).
menyelesaikan permasalahan. Munandar Proses-proses berpikir tingkat tinggi
(1999:50) menyatakan secara operasional, termasuk berpikir kreatif jarang diberikan,
kreativitas dapat dirumuskan sebagai padahal kemampuan berpikir kreatif sangat
kemampuan yang mencerminkan penting bagi peserta didik dalam mengambil
kelancaran, keluesan (fleksibelitas), dan suatu keputusan maupun dalam
orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan memecahkan pemasalah yang dihadapi
untuk mengelaborasi (mengembangkan, dalam kehidupannya.
memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Selain meningkatkan kreativitas, six
Dengan kemampuan berpikir kreatif thinking hats juga diharapkan dapat
seseorang dapat melihat suatu meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
permasalahan dari sudut pandang yang Dalam proses pembelajaran, hasil belajar
berbeda sehingga melahirkan ide-ide baru merupakan hal yang penting karena dapat
dalam mengambil keputusan dan menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh
menyelesaikan suatu masalah. Perlu diingat mana keberhasilan siswa dalam kegiatan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

belajar mengajar yang sudah dilakukan. individu tidak mungkin untuk dilakukan
Hasil belajar berkaitan dengan kemampuan karena dapat merusak populasi kelas yang
siswa dalam menyerap atau memahami ada. Berdasarkan hasil ramdomisasi,
suatu bahan yang telah diajarkan. Dengan didapatkan hasil, yakni kelas VIIIB sebagai
kata lain hasil belajar IPS adalah kelas eksperimen dan kelas VIIIC sebagai
kekampuan-kemampuan yang diperoleh kelas kontrol.
pebelajar setelah mengalami proses belajar Variabel dalam penelitian ini dapat
yang berupa angka-angka sebagai simbol dibedakan menjadi dua, yaitu variabel
dari ketuntasan belajar bidang studi IPS. bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah metode
METODE pembelajaran six thinking hats sedangkan
Penelitian ini merupakan penelitian variabel terikatnya adalah kreativitas dan
eksperimen semu, mengingat tidak semua hasil belajar IPS. Data pada penelitian ini
variabel (gejala yang muncul) dan kondisi dikumpulkan dengan beberapa metode
eksperimen dapat diukur dan dikontrol pengumpulan data yang disesuaikan
secara ketat (Campbell dan Stanley, dengan tuntutan data dari masing-masing
1996:34) Penelitian ini menggunakan rumusan permasalahan. Oleh karena itu
rancangan penelitian eksperimen dalam data yang diperoleh haruslah valid dan
bentuk Post-test Only Control Group reliabel. Berkaitan dengan permasalahan
Design, dengan rancangan faktorial 2 X 2. yang dikaji pada penelitian ini maka ada
Penelitian ini melibatkan tiga dua jenis data yang diperlukan, yakni
variabel yang terdiri dari satu variabel bebas kreativitas siswa dan hasil belajar IPS
dan dua variabel terikat. Variabel bebasnya siswa. Data kreativitas dan hasil belajar IPS
adalah metode pembelajaran six thinking kelas VIII SMP diperoleh melalui kuisioner
hats, sedangkan variabel terikatnya adalah kreativitas dan data hasil belajar IPS
kreativitas dan hasil belajar IPS. Selama diperoleh melalui tes hasil belajar IPS. Tes
penelitian, peneliti memanipulasi variabel tersebut kemudian divalidasi.
bebas yang berupa manajemen metode Data yang sudah dikumpulkan
pembelajaran six thinking hats serta ditabulasi rerata dan simpangan baku
memberlakukannya pada kelompok menyangkut data kreativitas dan hasil
eksperimen, dan pembelajaran belajar IPS siswa Kelas VII SMP. Analisis
konvensional yang diberlakukan pada statistik yang digunakan untuk menguji
kelompok kontrol. Pada akhir eksperimen, hipotesis adalah dengan menggunakan
peneliti melakukan penilaian terhadap MANOVA. Penelitian ini menyelidiki
kreativitas dan hasil belajar IPS siswa pada pengaruh satu variabel bebas terhadap dua
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol variabel terikat.
untuk mengetahui ada tidaknya efek Data hasil penelitian dianalisa
manipulasi yang telah dilakukan. secara bertahap. Tahapan-tahapan tersebut
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah deskripsi data, uji prasyarat, dan uji
seluruh siswa kelas VIII SMP N 4 Tembuku hipotesis. Uji prasyarat yang dilakukan
tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari adalah uji normalitas data, uji homogenitas
kelas VIIIA,VIIIB,VIIIC, VIIID. Jumlah varian dan uji korelasi antar variabel terikat.
anggota polusi sebanyak 109 orang terdiri Hipotesis yang dipakai dalam
dari 48 orang siswa laki-laki dan 61 orang penelitian ini, yaitu 1) terdapat perbedaan
siswa perempuan. kreativitas siswa dalam pembelajaran
Penentuan sampel penelitian terhadap mata pelajaran IPS antara siswa
dilakukan dengan random sampling. Dalam yang mengikuti metode pembelajaran six
penelitian ini, random sampling dilakukan thinking hats dan siswa yang mengikuti
secara acak dengan teknik undian untuk pembelajaran konvensional pada siswa
memilih satu kelas eksperimen, dan satu kelas VIII SMP N 4 Tembuku. 2) terdapat
kelas control dari empat kelas paralel yang perbedaan hasil belajar IPS siswa yang
ada. Randomisasi dilakukan pada tingkat mengikuti metode pembelajaran six thinking
kelas mengingat pengacakan secara hats dan siswa yang mengikuti
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

pembelajaran konvensional pada mata Setelah dilakukan analisis terhadap


pelajaran IPS siswa kelas VIII SMP N 4 data kreativitas siswa yang mengikuti
Tembuku. 3) terdapat perbedaan kreativitas metode pembelajaran six thinking hats,
dan hasil belajar IPS secara simultan antara diperoleh skor minimal 108, skor maksimal
siswa yang mengikuti metode pembelajaran 189, rentangan 40, banyaknya kelas
six thinking hats dengan siswa yang interval 6, panjang kelas interval 14, dengan
mengikuti pembelajaran konvensional pada rata-rata 148,56 standar deviasi sebesar
siswa kelas kelas VIII SMP N 4 Tembuku 19,52 modus 160, median 147. Data hasil
pada mata pelajaran IPS. analisis tersebut menunjukkan bahwa
Pengujian hipotesis 1 dan 2 kreativitas siswa masih berada pada
menggunakan MANOVA melalui statistik kualifikasi “sedang” dengan rata-rata
varians. Kriteria pengujiannya adalah 148,56.
apabila nilai F dengan signifikansi kurang Setelah dilakukan analisis
dari 0,05 maka H0 ditolak. Pengujian terhadap data hasil belajar siswa yang
hipotesis 3 dilakukan dengan uji F melalui mengikuti metode pembelajaran six thinking
MANOVA. Perhitungan dilakukan dengan hats diperoleh skor minimum 19 dari skor
menggunakan bantuan SPSS 20.00 for minimum ideal 0, skor maksimal 34 dari
windows dengan kriteria pengujian taraf skor maksimal 40, rentangan 15, banyaknya
signifikansi F = 5 %. Keputusan diambil kelas interval 6, panjang kelas interval 3,
dengan analisis pillae trace dan Roy’s dengan rata-rata 26,46 , standar deviasi
Largest Root. Jika angka signifikansi F sebesar 4,32 , modus 22, median 27. Hasil
hitung kurang dari 0,05 maka hipotesis nol analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil
ditolak. belajar siswa berada pada kualifikasi “tinggi”
dengan rata-rata skor 26,46.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan perhitung kreativitas
Data yang telah terkumpul dalam siswa yang mengikuti model pembelajaran
penelitian ditabulasi sesuai dengan konvensional pada siswa kelas VIII SMP N
keperluan analisis data yang digunakan 4 Tembuku didapat skor minimum sebesar
dalam menggambarkan sebaran atau 110 dari skor minimum ideal 50 skor
distribusi data. Sebagaimana telah maksimum sebesar 195 dari skor
dikemukakan dalam rancangan penelitian maksimum ideal 250 rentangan 85 banyak
bahwa penelitian ini adalah penelitian kelas interval 6 panjang kelas interval 15,
eksperimen semu dalam bentuk Post-test dengan rata-rata 147,96 standar deviasi
Only Control Group Design, dengan sebesar19,85 , modus 140, median 145.
rancangan faktorial 2 X 2. Objek pada Berdasarkan hasil analisis tersebut
penelitian ini adalah kereativitas dan hasil menunjukkan kreativitas siswa berada pada
belajar IPS sebagai hasil perlakuan antara kualifikasi “sedang” dengan skor rata-rata
penerapan metode pembelajaran six 147,96.
thinking hats dan pembelajaran Setelah dilakukan analisis dari data
konvensional. Deskripsi data yang disajikan hasil belajar siswa yang mengikuti
dikelompokkan untuk melihat pembelajaran konvensional yang telah
kecenderungan: 1) kereativitas yang terkumpul, diperoleh skor minimal 14, skor
dibelajarkan dengan metode pembelajaran maksimal 30, rentangan 16, banyaknya
six thinking hats 2) hasil belajar IPS yang kelas interval 6, panjang kelas interval 3,
dibelajarkan dengan metode pembelajaran dengan rata-rata 22,15, standar deviasi
six thinking hats, 3) kreativitas yang sebesar 3,85 , modus 23, median 23. Hasil
dibelajarkan dengan model konvensional, 4) belajar IPS siswa tersebut berada pada
hasil belajar IPS yang dibelajarkan dengan kualifikasi sedang dengan rata-rata skor
model konvensional.Masing-masing dari ke 22,15.
empat distribusi tersebut, disajikan dengan Setelah data dianalisis statistik
cara menyajikan rata-rata sebagai ukuran deskriptif, selanjutnya dilakukan pengujian
sentral, standar deviasi sebagai ukuran hipotesis. Bersarkan uji Hipotesis 1
penyebaran, tabel frekuensi dan histogram. mengenai pengaruh metode pembelajaran
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

six thinking hats terhadap kreativitas melebihi dari alokasi yang telah
menunjukkan bahwa tidak terdapat direncanakan.
perbedaan kreativitas antara siswa yang Kedua hal di atas berkaitan dengan
mengikuti metode pembelajaran six thinking pelaksanaan dan teknis dari metode
hats dengan siswa yang mengikuti pembelajaran six thinking hats yang
pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat diterapkan pada pembelajaran IPS di SMP
pada hasil analisis MANOVA (Tests of N 2 Tembuku. Sehingga kedepannya demi
Between-Subjects Effects) yang mengoptimalkan metode pembelajaran six
menunjukkan harga F sebesar 0,06 dengan thinking hats untuk meningkatkan kreativitas
signifikansi 0,779. Jadi dapat disimpulkan diperlukan pembiasaan siswa dalam
bahwa secara signifikan tidak terdapat penerapan metode pembelajaran ini dan
perbedaan kreativitas antara siswa yang yang tidak kalah penting adalah
mengikuti metode pembelajaran six thinking keterampilan guru dalam menerapkan
hats dengan siswa yang mengikuti metode pembelajaran ini yang masih
pembelajaran konvensional. tergolong baru dalam pembelajaran IPS.
Tidak terdapatnya perbedaan Selain pengaruh faktor di atas, ada
kreativitas yang signifikan antara siswa variabel lain yang berpengaruh pada
yang mengikuti model pembelajaran six kreativitas yang tidak terkontrol dan terukur
thinking hats dengan siswa yang mengikuti dalam penelitian ini. Hal tersebut terjadi
pembelajaran konvensional disebabkan mengingat banyaknya aspek/variabel yang
oleh hal-hal berikut ini. berpengaruh dalam proses pembelajaran
Pertama, siswa pada kelompok yang menentukan tinggi rendahnya
eksperimen belum terbiasa mengikuti model kreativitas seorang siswa. Minat dan
pembelajaran six thinking hats. Siswa motivasi merupakan faktor interinsik siswa
terbiasa belajar secara konvensional, yaitu yang berpengaruh pada kreativitas. Selain
dengan mendengarkan penjelasan dari perhatian, dorongan dan pelatihan dari
guru. Siswa belum terbiasa dihadapkan lingkungan baik di keluarga, sekolah
pada permasalahan yang terkait dengan maupun masyarakat diperlukan motivasi
materi yang memerlukan pemecahan yang interinsik dan minat siswa untuk melakukan
kreatif sehingga pada saat pemecahan sesuatu atas keinginannya sendiri
masalah, siswa masih kurang mampu (Munandar,1999:110)
memunculkan ide kreatif. Selain itu, siswa Berdasarkan hasil analisis, rata-rata
memerlukan bimbingan dan waktu yang kreativitas siswa yang mengikuti metode
lebih banyak dalam menyelesaikannya. Hal pembelajaran six thinking hats yakni 148,56
tersebut juga dipengaruhi oleh kebiasaan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata
siswa yang masih sangat bergantung pada kreativitas siswa yang mengikuti
buku paket yang mereka pegang dengan pembelajaran konvensional yakni, 147,96.
kata lain, sumber belajar mereka masih Kontribusi metode pembelajaran six thinking
terbatas pada buku karena kurangnya hats terhadap kreativitas terlihat pada
sumber belajar lain yang mendukung. struktur pembelajaran dan langkah-langkah
Kedua, guru belum terbiasa pembelajaranya. Dari segi struktur
menerapkan pembelajar six thinking hats. pembelajaran, metode pembelajaran six
Diperlukan keterampilan guru dalam thinking hats menggunakan outline yang
membimbing siswa pada setiap langkah berupa pertanyaan yang harus dijawab
dalam pembelajaran six thinking hats. Guru yang memungkinkan siswa menggali
dan siswa memerlukan waktu yang lebih pengetahuannya sendiri dan memecahkan
banyak dalam membimbing siswa dalam masalah dengan berbagai alternatif
belajar, sehingga terkadang jam pelajaran jawaban. Selain itu permasalahan yang
tidak mencukupi dalam menyelesaikan diajukan bersifat kontekstual yang diambil
suatu permasalahan. Diperlukan dari fenomena di sekitar mereka maupun
keterampilan dalam pengelolaan kelas yang dari surat kabar. Hal ini tentu berpengaruh
efisien agar waktu yang diperlukan tidak pada semangat belajar siswa karena
mereka menganggap permasalahan yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

mereka hadapi dalam proses pembelajaran hats method its great effectiveness in
tidak jauh dari kehidupan mereka dan organizing thinking in a highly productive
nantinya dapat berguna bagi mereka dalam way”. Metode six thinking hats merupakan
menjalani hidup dan kehidupan. metode yang sangat efektif dalam
Dilihat dari segi langkah meningkatkan produktivitas berpikir.
pembelajaran, pada fase pendahuluan guru Widowati (2012) kembali mempertegas
menyampaikan suatu permasalahan bahwa keenam topi berpikir merupakan alat
kontekstual yang terkait dengan materi untuk menggabungkan beberapa
pelajaran. Siswa ditugaskan untuk pendekatan dalam berpikir divergen dan
menjawab masing-masing pertanyaan yang konvergen dan gaya pemikiran yang
ada pada outline. Pada fase diskusi, guru berbeda, untuk membimbing pencetusan
membantu siswa dalam memecahkan ide dan proses seleksi. Dengan
masalah yang didapatkan oleh masing- menggunakan sejumlah gaya berpikir untuk
masing kelompok. Langkah metode mengatasi masalah atau peluang, berbagai
pembelajaran six thinking hats juga melatih pertimbangan dapat diperhitungkan.
siswa untuk meningkatkan kreativitas, siswa Pada metode six thinking hats, “topi
belajar dengan cara berkelompok dalam putih” merupakan kegiatan yang berfokus
mengerjakan outline yang diberikan pada pengumpulan informasi yang nantinya
sehingga terjadi tukar pikiran dan berbagi dapat dijadikan acuan dalam memecahkan
pendapat antara masing-masing anggota permasalahan. Pengumpulan informasi/
kelompok. Dalam diskusi kelompok siswa pengetahuan yang dilakukan pada tahap
diberikan permasalahan kontekstual yang “topi putih” dipermudah dengan outline yang
memerlukan banyak pemecahan masalah. telah disediakan sebagai acuan. Dengan
Dalam memecahkan masalah siswa adanya outline diharapkan diskusi tidak
menggunakan urutan pemecahan masalah melebar keberbagai topik dan dapat
six thinking hats yakni dimulai dari topi putih memperoleh hasil sesuai dengan tujuan
(mengumpulkan informasi), topi merah yang diharapkan. Pengumpulan
(perasaan tentang suatu masalah), topi informasi/penetahuan sangat dipengaruhi
hitam (hal negatif dari suatu masalah), topi oleh sumber belajar misalnya buku paket,
kuning (hal positif dari masalah), topi hijau surat kabar, internet, televisi dll. Semakin
(alternatif pemecahan masalah) dan terakhir banyak sumber belajar yang dimiliki siswa,
adalah topi biru yaitu kesimpulan. Urutan maka informasi yang dapat dikumpulkan
tersebut dapat memudahkan siswa dalam yang sangat menunjang pemahaman siswa
memecahkan permasalahan karena dapat terhadap suatu permasalahan. Karadag
memusatkan fokus perhatian pada satu (2009) menyatakan aktivitas “topi putih”
sudut pandang yang digunakan dalam dilakukan dengan mendiskusikan informasi
memecahkan suatu permasalahan. apa saja yang diperlukan, informasi apa
Setelah selesai melakukan diskusi saja yang hilang, bagaimana menemukan
kelompok, masing-masing kelompok informasi, kemudian siswa mengevaluasi
melakukan presentasi di depan kelas informasi yang diperoleh untuk keperluan
mengenai hasil diskusi kelompok mereka. belajar. Hal yang tidak kalah penting
Strategi ini dapat membantu adalah keterampilan siswa dalam
pembelajar dalam mengevaluasi suatu mengumpulkan informasi dan
permasalahan, topik, situasi, pilihan, mengkonstruksi pemahaman mereka
ataupun solusi dari berbagai sudut pandang sendiri harus terus dilatih secara
(Widowati, 2012). Six thinking hats sangat berkelanjutan dengan mendapat bimbingan
tepat digunakan dalam memecahkan yang intensif dari guru.
permasalahan yang membutuhkan Aktivitas “topi merah” mengenai
pemikiran kreatif. Six thinking hats perasaan, insting dan naluri yang
merupakan salah satu strategi untuk digunakan sebagai perspektif dalam
melatih kemampuan creative problem memandang suatu kejadian, fakta maupun
solving. Sebagaimana dikemukakan Hupp& permasalahan.kadang-kadang insting dan
Richardason (2002) bahwa “the Six thinking naluri dapat menyampaikan apa yang tidak
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

terlihat di balik fakta. Pada kegiatan “topi yang diambil oleh siswa dalam menyikapi
merah” siswa diajak untuk mengungkapkan suatu permasalahan menjadi tepat.
perasaannya mengenai suatu peristiwa, Pengaruh metode pembelajaran six
kejadian dan permasalahan sehingga thinking hats terhadap hasil belajar IPS
mereka menjadi lebih berempati terhadap siswa disebabkan dalam metode
apa yang mereka pelajari. Karadag (2009) pembelajaran six thinking hats siswa
menyatakan “ the red hats activity created membangun pengetahuan mereka sendiri
an opportunity for student to develop their dengan berinteraksi dengan rekan
emphathy skill”. kelompoknya, sehingga terjadi bertukar
Kegiatan “topi hitam” mengenai hal- pikiran, kerjasama dan saling membantu
hal/dampak negatif dari suatu kejadian antara anggota kelompok dalam menggali
maupun permasalahan. Pada kegiatan ini informasi/pengetahuan. Dalam kondisi
siswa diajak untuk mengkritisi suatu seperti itu, siswa belajar dengan mengalami
peristiwa, kejadian ataupun permasalahan sediri, pembelajaran tidak lagi didominasi
yang muncul di masyarakat. Al-Bakri (2011) oleh guru sebagai sumber belajar, terjadi
menyatakan “The Black Hat denotes interaksi multi arah dalam pembelajaran.
constructive criticism, and explores the Pengalaman siswa dalam membangun
negative aspects of the given topic”. pengetahuannya sendiri membuat
Selanjutnya Bono (1999,62) menyatakan pemahaman tentang suatu materi lebih
“the thinker of black hat indicates to the melekat yang pada akhirnya akan
risks and dangers”. Kegiatan “topi hitam” berpengaruh pada hasil belajarnya.
ditekankan pada aktivitas siswa dalam Interaksi multi arah mengisyaratkan adanya
mengkritisi dampak negatif berupa bahaya, peran guru lebih pada fasilitator dalam
atau kerusakan yang dapat timbul dari pembelajaran dengan memberikan
suatu permasalahan dimasyarakat. bimbingan dan mengarahkan jawaban
Aktivitas siswa pada kegiatan “topi siswa agar menjadi benar apabila ada
kuning” adalah berdiskusi mencari hal-hal kesalahan pemahaman.
positif atau manfaat yang terdapat dalam Berdasarkan hasil uji Hipotesis 2
suatu fenomena atau peristiwa. Pada mengenai pengaruh metode pembelajaran
kegiatan ini, siswa diarahkan untuk six thinking hats terhadap Hasil Belajar IPS
memikirkan secara mendalam tentang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
manfaat dari suatu topik yang dievaluasi. hasil belajar IPS antara siswa yang
Sehingga siswa melakukan eksplorasi mengikuti metode pembelajaran six thinking
terhadap sisi negatif yang nantinya dapat hats dengan siswa yang mengikuti
dijadikan rujukan dalam mengambil pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat
keputusan pada kegiatan selanjutnya. pada hasil analisis MANOVA (Tests of
Kegiatan “topi hijau” ditekankan pada Between-Subjects Effects) yang
aktivitas berdiskusi menyangkut pencarian menunjukkan harga 15,242 dengan
alternatif penyelesaian masalah yang signifikansi 0,000. Hasil tersebut
didasarkan pada informasi yang telah menunjukkan H₁ yang berbunyi terdapat
terkumpul secara menyeluruh. Karadag perbedaan hasil belajar IPS antara siswa
(2009) menyatakan Aktivitas ini bermanfaat yang mengikuti metode pembelajaran six
dalam membantu siswa dalam usaha thinking hats dengan siswa yang mengikuti
mengembangkan keterampilan berpikir pembelajaran konvensional diterima. Jadi
kreatif. Kegiatan yang terakhir adalah “topi dapat disimpulkan bahwa secara signifikan
biru” berkaitan dengan aktivitas siswa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara
dalam mendiskusikan mengambilan siswa yang mengikuti metode pembelajaran
keputusan terhadap suatu topi yang six thinking hats dengan siswa yang
dievaluasi. Pengambilan keputusan ini mengikuti pembelajaran konvensional.
didasarkan atas pengetahuan yang holistik Adanya perbedaan hasil belajar IPS
terhadap suatu topik yang diperoleh dalam siswa yang mengikuti metode pembelajaran
kegiatan sebelumnya. Sehingga keputusan six thinking hats dengan hasil belajar IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

konvensional mengindikasikan adanya yang diharapkan. Pengumpulan


pengaruh dari pemberian perlakuan berupa informasi/penetahuan sangat dipengaruhi
metode pembelajaran six thinking hats. oleh sumber belajar misalnya buku paket,
Adanya pengaruh tersebut dipertegas surat kabar, internet, televisi dll. Semakin
dengan adanya temuan yang menunjukkan banyak sumber belajar yang dimiliki siswa,
rerata hasil belajar IPS siswa yang maka informasi yang dapat dikumpulkan
mengikuti pembelajara six thinking hats yang sangat menunjang pemahaman siswa
lebih besar dibandingkan dengan hasil terhadap suatu permasalahan. Hal yang
belajar IPS siswa yang mengikuti tidak kalah penting adalah keterampilan
pembelajaran konvensional. Rerata hasil siswa dalam mengumpulkan informasi dan
belajar IPS siswa yang mengikuti metode mengkonstruksi pemahaman mereka
pembelajaran six thinking hats sebesar sendiri harus terus dilatih secara
26,46 sedangkan hasil belajar IPS siswa berkelanjutan dengan mendapat bimbingan
yang mengikuti pembelajaran konvensional yang intensif dari guru.
adalah 22,15. Berdasarkan uji Hipotesis 3 mengenai
Perbedaan hasil belajar IPS antara pengaruh metode pembelajaran six thinking
siswa yang mengikuti metode pembelajaran hats terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar
six thinking hats dengan siswa yang IPS menunjukkan bahwa terdapat
mengikuti pembelajaran konvensional perbedaan kreativitas dan hasil belajar IPS
disebabkan dalam metode pembelajaran six secara simultan antara siswa yang
thinking hats siswa membangun mengikuti pembelajaran metode
pengetahuan mereka sendiri dengan pembelajaran six thinking hats dengan
berinteraksi dengan rekan kelompoknya, model pembelajaran konvensional. Dari
sehingga terjadi bertukar pikiran, kerjasama hasil penghitungan MANOVA terhadap
dan saling membantu antara anggota pengaruh metode pembelajaran six thinking
kelompok dalam menggali hats terhadap kreativitas dan hasil belajar
informasi/pengetahuan. Pada kondisi didapatkan harga F dengan signifikan
seperti itu, siswa belajar dengan mengalami 0,000. Kriteria pengujian adalah jika angka
sediri, pembelajaran tidak lagi didominasi signifikan untuk Pillae Trace, Wilk Lambda,
oleh guru sebagai sumber belajar, terjadi Hotelling’s Trace, Roy’s Largest Root lebih
interaksi multi arah dalam pembelajaran. kecil dari 0,05. Berarti semua nilai Pillae
Pengalaman siswa dalam membangun Trace, Wilk Lambda, Hotelling’s Trace,
pengetahuannya sendiri membuat Roy’s Largest Root signifikan. Hasil tersebut
pemahaman tentang suatu materi lebih menunjukkan H₁ yang berbunyi terdapat
melekat yang pada akhirnya akan perbedaan kreativitas dan hasil belajar IPS
berpengaruh pada hasil belajarnya. secara simultan antara siswa yang
Interaksi multi arah mengisyaratkan adanya mengikuti pembelajaran metode
peran guru lebih pada fasilitator dalam pembelajaran six thinking hats dengan
pembelajaran dengan memberikan model pembelajaran konvensional diterima.
bimbingan dan mengarahkan jawaban Jadi dapat disimpulkan bahwa secara
siswa agar menjadi benar apabila ada signifikan terdapat perbedaan kreativitas
kesalahan pemahaman. dan hasil belajar IPS secara simultan antara
Dalam six thinking hats, “topi putih” siswa yang mengikuti pembelajaran metode
merupakan kegiatan yang berfokus pada pembelajaran six thinking hats dengan
pengumpulan informasi yang nantinya model pembelajaran konvensional.
dapat dijadikan acuan dalam memecahkan Temuan dalam penelitian ini relevan
permasalahan. Pengumpulan informasi/ dengan hasil penelitian tentang six thinking
pengetahuan yang dilakukan pada tahap hats yang dilakukan oleh Karadağ (2009)
“topi putih” dipermudah dengan outline yang yang menunjukkan bahwa metode
telah disediakan sebagai acuan. Dengan pembelajaran six thinking hats mendapat
adanya outline diharapkan diskusi tidak pandangan positif dari siswa.
melebar keberbagai topik dan dapat
memperoleh hasil sesuai dengan tujuan PENUTUP
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Berdasarkan paparan hasil penelitian kontekstual guna meningkatkan


dan pembahasan dapat dikemukakan kreativitasnya. Selain itu guru disarankan
kesimpulan sebagai berikut. Pertama, tidak mengembangkan profesionalisme secara
terdapat perbedaan kreativitas antara siswa terus menerus demi terciptanya
yang mengikuti metode pembelajaran six pembelajaran six thinking hats yang ideal.
thinking hats dengan siswa yang mengikuti Selain itu bagi peneliti lain disarankan untuk
pembelajaran konvensional. Harga F meneliti kontribusi aspek intrinsik dan
sebesar 0,065 df = 1 dan Sig = 0,799 Ini lingkungan siswa sebagai variabel
berarti signifikansi lebih besar dari 0,05. penelitian yang berpengaruh pada
Dengan tidak terdapatnya perbedaan kreativitas, misalnya motivasi, minat,
kreativitas antara siswa yang mengikuti perhatian orang tua, dll. disarankan kepada
metode pembelajaran six thinking hats guru untuk menggunakan metode
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran pembelajaran six thinking hats guna
konvensional mengindikasikan tidak meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
terdapat pengaruh yang signifikan metode IPS siswa di kelas VIII.
pembelajaran six thinking hats terhadap
kreativitas siswa. Kedua terdapat
perbedaan hasil belajar IPS antara siswa
yang mengikuti metode pembelajaran six
thinking hats dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Diperoleh nilai
F sebesar 15,242 df = 1, dan sig = 0,000.
Ini berarti signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Dengan terdapatnya perbedaan hasil
belajar IPS antara siswa yang mengikuti DAFTAR RUJUKAN.
metode pembelajaran six thinking hats
Al-Bakri, S. A. 2011. The Impact of the Six
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
Thinking Hats as a Teaching
konvensional mengindikasikan terdapat
Technique on EFL College Students’
pengaruh yang signifikan metode
Performance in Composition Writing.
pembelajaran six thinking hats terhadap
Iraq Academic Scientific Journals
hasil belajar IPS siswa. Ketiga, terdapat
volume 0 Issue 180. ISSN:
perbedaan kreativitas dan hasil belajar IPS
0552265X.
secara simultan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran metode Bono, E. D. 2007. Revolusi Berpikir
pembelajaran six thinking hats dengan (Mengajari Anak Anda Berpikir
siswa yang mengikuti pembelajaran Canggih Dan Kreatif Dalam
konvensional. Berdasarkan hasil analisis Memecahkan Masalah Dan Memantik
pada tabel tersebut, tampak bahwa angka Ide-Ide Baru). Bandung: Kaifa.
signifikan yang diperoleh adalah 0,000 dan -------.2001. Six thinking hats. London:
lebih kecil dari 0,05 pada nilai Pillae Trace, Penguin Books
Wilk Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s
Largest Root. Dengan terdapatnya Campbell, D. T. and Stanley, J. C. 1996.
perbedaan kreativitas hasil belajar IPS Experimental and Quasi Experimental
antara siswa yang mengikuti metode Design for Research, Rand Mc.
pembelajaran six thinking hats dengan Chicago: Nally
siswa yang mengikuti pembelajaran Childs, P. 2012. Use six hats in STEM
konvensional mengindikasikan terdapat subject. London: Department of
pengaruh yang signifikan metode Mechanical Engineering, Imperial
pembelajaran six thinking hats terhadap College London.
kreativitas dan hasil belajar IPS siswa
Guru disarankan untuk melatih siswa Hupp, R.J & J. C. Richardason. (2002).
secara berkesinambungan dengan Application of de bono creative
permasalahan-permasalahan aktual dan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

methods in dispute resolution.


Melbourne: Urban Transport Institute.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan
(Suatu Orientasi Baru). Ciputat: GP
Press
Karadağ, M. 2009. Using the ‘six thinking
hats’ model of learning in a surgical
nursing class: sharing the experience
and student opinions. Australian
Journal of Advanced Nursing Volume
26 Number 3. ISSN 1447‑4328.
Lasmawan, W. 2005. Buku Ajar. Pendidikan
dalam Konteks globalisasi. IKIP
Negeri Singaraja.
-------. 2010. Menelisik Pendidikan IPS
dalam Perspektif Kontekstual-Empiris.
Singaraja: Mediakom Indonesia Press
Bali.
Munandar, S. C. U. 1999. Kretivitas dan
Keberbakatan (Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif Dan Bakat). Jakarta:
Garamedia Pustaka Utama.
NCSS.1992. Curriculum Standards for
Social Studies. Washington DC:
NCSS.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Widowati, A. 2012. Six thinking hats
Berbasis Formasi Kelompok Sebagai
Strategi Creative And Collaborative
Problem Solving Dalam
Pembelajaran Sains. Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA, Fakultas MIPA, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai