Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MEMBANGUN

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KOMPETENSI KUE ADONAN CAIR

Maharani Oktaviany
Program Studi S1 Pendidikan Tataboga 2016, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
(maharanioktaviany16050394054@mhs.unesa.ac id)
Ani Sutiadiningsih
Dosen Program Studi S1 Pendidikan Tataboga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing terhadap ketrampilan berpikir kreatif peserta didik pada kompetesi kue adonan cair di kelas XI
Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Kediri. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest design. Populasi penelitian ini terdiri dari
4 kelas dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Sampel penelitian ini
diambil dari kelas XI-4 yang terdiri dari 33 peserta didik. Hasil observasi menunjukkan bahwa skor rata-rata
ketrampilan berpikir kreatif peserta didik pada pretest 70,55 sedangkan posttest 78,06 dengan N-gain 0,246
berkategori rendah. Kemudian untuk ketrampilan berpikir kreatif peserta didik terdiri dari empat indikator
yaitu ketrampilan orisinal dengan kriteria sangat baik (92,42%); ketrampilan merinci dengan kriteria baik
(67,17%); ketrampilan luwes dengan kriteria baik (71,21%); serta ketrampilan lancar dengan kriteria baik
(79,67%). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat
membangun ketrampilan berpikir kreatif peserta didik.

Kata Kunci : Inkuiri terbimbing, Berpikir kreatif

ABSTRACT
This research is purposed to determine the effect of guided inquiry-based learning models on
students' creative thinking skills in the liquid dough cake competition in class XI of the Catering Department
at SMK Negeri 3 Kediri. This type research is descriptive quantitative research design with one group
pretest-posttest design. The population is 4 classes and sampling by cluster random sampling. The research
sample was taken from class XI-4 consisting of 33 students. The observation results showed that the average
score of students' creative thinking skills at the pretest was 70.55 while the posttest was 78.06 with an N-gain
of 0.246 in the low category. Then for the creative thinking skills of students consists of four indicators,
namely original skills with very good criteria (92.42%); detailing skills with good criteria (67.17%); flexible
skills with good criteria (71.21%); and good skills with good criteria (79.67%). Based on the results of the
study concluded that guided inquiry-based learning can build students' creative thinking skills.

Keywords: Guided Inquiry, Creative Thinking

PENDAHULUAN mengembangkan segala potensi yang ada pada


Pendidikan merupakan sebuah usaha dalam sumber daya manusianya (Juniar & Hana, 2016).
menumbuhkan dan mengembangkan potensi Kualitas pendidikan di Indonesia jauh tertinggal
sumber daya manusia (SDM). Dengan SDM dibandingkan dengan negara – negara lainnya.
yang maju dapat mengimbangi perkembangan Berdasarkan hasil survei PISA (Programme for
yang terjadi supaya tidak tertinggal oleh International Student Assessment) tahun 2018
kemajuan teknologi dan juga akan membantu yang dirilis pada Desember 2019 menyatakan
dalam proses pengembangan dan kemajuan suatu bahwa kualitas pendidikan di Indonesia berada
bangsa. Pendidikan di Indonesia diharapkan diperingkat 72 dari 77 negara. Indonesia
mampu menghasilkan SDM yang mampu tertinggal dari Malaysia yang berada di peringkat
bersaing dikancah global. Seiring dengan 56, sedangkan Singapura menempati nomer dua
derasnya tantangan global, tantangan dunia teratas. (https://www.vivanews.com, diakses 18
pendidikan juga semakin besar, hal ini yang Juni 2020)
mendorong agar pendidikan mampu

1
Dalam upaya meningkatkan kualitas bangsa, yang diterangkan oleh guru, sehingga peserta
maka mutu pendidikan juga harus ditingkatkan. didik tersebut tidak terlatih dalam
Didasari hal tersebut, PBB melalui lembaga mengembangkan ide dan berpikir kreatif untuk
UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan lebih mematangkan pemahaman terhadap suatu
sebagai kebutuhan mendasar bagi peserta didik, konsep.
yaitu belajar untuk mengetahui (learning to Perkembangan ilmu pengetahuan abad 21
know), belajar dengan melakukan (learning to menuntut peserta didik mampu berkompetisi
do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dengan cara mengembangkan ketrampilan dan
dan belajar dengan bekerja sama (learning to pengetahuan. Salah satu ketrampilan berfikir
live toghether). Hakikat dari tujuan pendidikan yang penting untuk dikembangkan pada bidang
menurut UNESCO tersebut, tidak hanya pendidikan adalah ketrampilan berpikir kreatif
menuntut siswa untuk tahu,tetapi juga untuk (Chan, 2007). Ketrampilan berpikir kreatif
melakukan dan menerapkan apa yang telah merupakan aspek yang penting bagi peserta didik
diketahuinya, sehingga siswa harus supaya mereka dapat memecahkan suatu masalah
melakukannya dengan aktif. Siswa harus mampu dan juga mampu untuk menemukan cara
bekerja secara mandiri dan disisi lain juga penyelesaian masalah tersebut. Ketrampilan
dituntut untuk memiliki ketrampilan sosial berpikir kreatif dapat melatih peserta didik untuk
sehingga dapat hidup bersama dan mampu mengembangkan banyak ide dan argumen,
bekerja sama dengan orang lain (Fitri Kurniati, mengajukan pertanyaan, mengakui kebenaran
dkk. 2018). argymen, bahakan membuat peserta didik
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mampu bersifat terbuka dan responsif terhadap
no.58 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 perspektif yang berbeda-beda Ketrampilan
menyatakan bahwa : (1) Pembelajaran yang berpikir kreatif merupakan bagian dari proses
dilakukan oleh guru dalam bentuk proses yang pembelajaran untuk membantu peserta didik
dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di menjadi individu yang percaya diri dan
sekolah, kelas dan masyarakat dan (2) bertanggung jawab, sehingga penting untuk
pengalaman belajar langsung peserta didik seuai dikembangakan pada berbagai mata pelajaran
dngan latar belakang, kakakteristik, dan untuk membantu peserta didik dalam
kemampuan awal peserta didik. Kurikulum 2013 mengembangkan kreativitasnya dalam
merupakan kurikulum yang lebih menekankan memcahkan suatu permasalahan (Miswandi, dkk.
pada proses pembangunan sikap, pengetahuan 2016).
dan ketrampilan peserta didik melalui berbagai Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk
pendekatan. Hakekat Kurikulum 2013 memberikan ruang yang cukup untuk kreatifitas
menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada peserta didik, termasuk dalam hal ini adalah
satuan pendidikan diselenggarakan secara berfikir kreatif. Dengan demikian perlu
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, diterapkan model pembelajaran yang melibatkan
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta peras peserta didik yang aktif dalam kegiatan
memberikan ruang yang cukup untuk kreatifitas pembelajaran untuk meningkatkan ketrampilan
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan berpikir kreatif peserta didik. Salah satunya
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
(Fitri Kurniati, dkk. 2018). Menurut Sund and Trowbridge model
Proses pembelajaran pastry & bakery yang pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu
berlangsung di sekolah saat ini masih banyak model pembelajaran inkuiri dimana dalam
didominasi oleh guru, dimana guru sebagai pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan
sumber utama pengetahuan (teaching center). atau petunjuk yang cukup luas untuk siswa.
Dalam hal ini guru memegang peranan penting (Juniar & Hana, 2016). Adapun penekanan
dalam proses pelaksanaan pembelajaran, utama dalam proses belajar berbasis inkuiri
sehingga keaktifan guru lebih menonjol daripada terbimbing, menurut Anam (2015), terletak pada
peserta didik sebagai pembelajar sehingga kemampuan peserta didik dalam memahami,
peserta didik menjadi kurang aktif dalam proses kemudian mengidentifikasi dengan cermat dan
pembelajaran. Peserta didik lebih banyak teliti, kemudian diakhiri dnegan memberikan
mendengarkan, memperhatikan dan mencatat apa jawaban atau solusi atas permasalahn yang tersaji
(Fitri Kurniati, dkk. 2018). Dalam pembelajaran Prasojo (2016) menyatakan bahwa pembelajaran
ini peran guru bertindak sebagai organisator dan berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
fasilitator. Guru tidak memberitahukan konsep- kesempatan peserta didik dalam kegiatan
konsep tetapi membimbing speserta didik untuk pemecahan masalah serta mengembangkan
menemukan konsep-konsep tersebut dengan kemampuan menganalisis dan kemampuan
melalui kegiatan pembelajaran, sehingga konsep berpikir. Putri (2016), Lasmo (2017) dan Juliana
akan diperoleh melalui kegiatan dan pengalaman (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
belajar peserta didik. perangkat pembelajaran berbasis ikuiri
Pada proses pembelajaran berlangsung peserta terbimbing dapat meningkatkan aktifitas siswa
didik memperoleh petunjuk dan pedoman sesuai dalam memberikan ide, inisiatif dan kerjasama.
dengan kebutuhan, sehingga peserta didik Muntaha (2013) dan Budiyanto (2014)
mampu melakukan proses inkuiri baik secara menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
mandiri. Bimbingan yang diberikan oleh guru dapat meningkat dengan memberikan suatu
dapat berupa pertanyaan dan diskusi multi arah permasalahan untuk diselesaikan oleh peserta
yang dapat menggiring peserta didik supaya didik.
dapat memahami konsep pembelajaran. Selain Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
itu, bimbingan juga diberikan melalui LKPD untuk melakukan penelitian “Pengaruh model
(Lembar KerJa Peserta Didik) yang terstruktur. pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk
Selama berlangsungnya proses pembelajaran membangung ketrampilan berpikir kreatif siswa
guru akan memantau kelompok diskusi peserta pada kompetensi kue adonan cair”.
didik, dengan itu guru akan dapat mengetahui
dan memberikan petunjuk serta arahan kepada METODE
peserta didik (Juniar & Hana, 2016). Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Salah satu Kompetensi Dasar pembelajaran SMK deskriptif kuantitatif. Penelitian ini ditujuakan
Tata Boga kelas XI Pastry & Bakery adalah KD. untuk mendeskripsikan ada tidaknya akibat dari
3.5 yaitu Menganalisis kue dari adonan cair suatu perlakuan yang diberikan pada subyek
(batter). Kompetensi tersebut berisi mulai dari penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian
ruang lingkup Pastry & Bakery, yang mana yang mendeskripsikan hasil penelitian secara
peserta didik dalam masa pengenalan dengan kuantitatif disertai dengan penjelasan sesuai
berbagai hal yang berhubungan dengan Pastry dengan teori yang diacu dalam penelitian.
& bakery, sampai pada memahami berbagai Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
karakteristik kue dari adonan cair. Oleh karena adalah soal pretest dan postest. Rancngan ini
itu, kompetensi tersebut sangat penting untuk melibatkan satu kelompok yang diobservasi pada
dipahai konsepnya secara keseluruhan oleh tahap pretest (O1) yang kemudian dilanjutakan
peserta didik. Sehingga pembelajaran pada dengan memberikan perlakuan tertentu (X) dan
materi ini sangat sesuai jika menggunakan posttest (O2) (Sugiyono, 2014 dalam Kurniati,
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Hal ini 2018). Rancangan pre-experimental one group
diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan pretest-posttest design dapat ditulis dnegan
berpikir peserta didik dalam menghadapi bentuk :
permasalahan sehingga dapat memunculkan
berbagai ide atau alternatif penyelesaian masalah O1 X O2
yang dapat melatih ketrampilan berpikir kreatif.
Dengan keaktifan siswa dalam proses Keterangan :
pembelajaran, student centered dapat dicapai O1 = Pretest sebelum diberikan
dengan metode inkuiri ini. pembelajaran
Hasil penelitian terhadap penerapan X = Kelas dengan model pembelajaran
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing telah inkuii terbimbing
dilakukan oleh beberapa ahli. Eka (2018) dan O1 = Posttest sesudah diberikan perlakuan
Revi (2017) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa perangkat pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar Pretest dan Posttest diberikan kepada peserta
peserta didik. Derlina (2015), Riyadi (2015) dan didik dalam bentuk tes uraian berjumlah lima

3
soal yang mewakili tiap indikator dari aspek
kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar
(2009), yaitu berpikir lancar (fluency), berpikiran
luwes (flexibility), berpikir orisinal (originality)
dan berpikir memerinci (elaboration).
Sasaran penelitian ini diujicobakan pada 33
siswa kelas XI di SMK Negeri 3 Kediri semester
ganjil tahun ajaran 2019/2020. Teknik Berdasarkan hasil analisis data penilaian
pengumpulan data yang diguanakan adalah kemampuan berpikir kreatif terjadi peningkatan
metode test yang dilakukan untuk mengetahui skor siswa dari rata-rata pretest yaitu 70,55
peingkatan ketrampilan berpikir kreatif peserta menjadi rata-rata posttest 78,06 (skala 0-100).
didik sebelum dan sesudah pembelajaran yang Berdasarkan hasil tersebut kedua test berada
diukur menggunakan lembar soal pretest dan dalam kategori kreatif. Kemudian dengan
posttest dengan menggunakan N-gain score. menghitung N-gain menghasilkan rata-rata
Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu sebesar 0,246 dengan kategori rendah. Hasil nilai
dengan pemberian skor pada setiap jawaban yang gain tersebut menunjukkan bahwa model
diberikan pada tes uraian, kenudian hasil akhir pembelajaran berbasis inkuiri terbimbimbing
akan dihitung dengan menggunakan rumus yang diterapkan mampu meningkatkan
presentase kemampuan berpikir kreatif yang ketrampilan berpikir kreatif siswa dengan sedikit
dimiliki peserta didik. Adapun acuan kenaikan.
pengubahan presentase menjadi kategori Munandar (2014) mengemukakan karakteristik
kualitatif adalah sebagai berikut : peserta didik yang kreatif adalah, peserta didik
yang memegang teguh pendirian dan
Tabel 1. Konversi Presentase Kemampuan keyakinannya sekaligus berani mengungkapkan
Berpikir Kreatif pendapatnya, peserta didik yang memiliki rasa
N Presentase ingin tahu yang tinggi, peserta didik yang
Kategori
o yang diperoleh mandiri dalam berpikir dan mampu memberikan
1. 81%-100% Sangat kreatif pertimbangan. Model pembelajaran inkuiri
2. 61%-80% Kreatif terbimbing mengakomodir kegiatan
3. 41%-60% Cukup kreatif pembelajaran melalui kegiatan mengidentifikasi
4. 21%-40% Kurang kreatif
5. 0%-20% Tidak kreatif permasalahan, membuat hipotesis, melakukan
(Sumber : Arini & Asmila, 2017) percobaan, melakukan penyelidikan,
menganalisis data, serta membuat dan
mengembangkan kesimpulan. Hal tersebut
sejalan dengan pernyataan Piaget bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN pendidikan yang optimal membutuhkan
Berpikir kreatif diukur dengan menggunakan pengalaman yang menantang bagi peserta didik
Lembar penilaian berpikir kreatif, berdasarkan sehingga proses pembelajaran dapat
aspek-aspek berpikir kreatif peserta didik, yaitu : menghasilkan pertumbuhan intelektual peserta
kelancara (fluency), keluwesan (flexibility), didik (Kurniati, 2018).
keaslian (originality) dan kerincian Selanjutnya, dari analisis rata-rata presentase
(elaboration). Hasil analisis rata-rata presentase masing masing indikator kemampuan berpikir
penilaian kemampuan berpikir kreatif peserta kreatif siswa dapat dilihat pada Gambar 2.
didik disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2. menunjukkan bahwa terjadi 100
peningatan skor siswa dari pretest ke posttest, 90
yang sekaligus menunjukkan bahwa adanya 80
peningkatan kemampuan berpikir kreatif seluruh 70
peserta
80 didik. 60
78 50 Pretest
76
40 Posttest
74
72 presentase 30
70 skor hasil tes 20
68 10
66 0
pretest posttest Ori Ela Fle Flu
Gambar 1. Hasil tes Ketrampilan Berpikir Gambar 2. Rata-Rata Presentase Indikator
Kreatif Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik
dalam kategori cukup kreatif menjadi 67,17
(skala 0-100) dengan kategori kreatif.
Kemampuan berpikir terperinci merupakan
kemampuan untuk menguraikan segala sesuatu
secara rinci dan jelas. Aspek ini dimunculkan
pada butir soal tes uraian nomor dua dimana guru
menyajikan permasalahan dan peserta didik
diminta untuk menjelaskan tentang teknik-teknik
dalam pembuatan kue dari adonan cair.
Berdasarkan hasil observasi indikator ini
meningkat dari kategori cukup kreatif menjadi
kreatif. Sebagian peserta didik sudah mampu
memberikan jawaban yang baik dengan
Skor kemampuan berpikir kreatif peserta didik
menggunakan bahasanya sendiri bukan karena
yang meningkat setelah melalui pembelajaran
menghafalkan dari buku, sehingga dapat
inkuiri terbimbing dikarenakan semua aspek
diketahui peserta didik tersebut mampu
berpikir kreatif yang dapat ditingkatkan oleh
mengembangkan suatu gagasan. Munandar
peserta didik. Rata-rata hasil analisis ketrampilan
(2009) mengungkapkan bahwa ketrampilan
berpikir kreatif pada aspek keaslian (originality)
terperinci merupakan ketrampilan dalam
mengalami peningkatan dari 85,66 menjadi 92,42
mengembangkan, menambahkan, memperluas
(skala 0-100). Kemampuan berpikir original
suatu gagasan. Hanya saja pada beberapa peserta
merupakan kemampuan peserta didik dalam
didik masih memberikan jawaban yang tidak
menyampaikan dan mengembangkan ide serta
bervariasi, beberapa masih memberikan jawaban
dapat menguraikan ide tersebut dengan
dengan bahasa yang sama dari buku (bahasa teks
menggunakan kemampuannya sendiri yang tidak
book). Dan masih ada beberapa siswa yang tidak
terpikirkan oleh orang lain. (Guilford, dalam
memberikan jawaban pada butir soal ini sama
Arini & Asmila, 2017). Berdasarkan hasil
sekali. Hal-hal ini terjadi kemungkinan
observasi menunjukkan bahwa peserta didik pada
disebabkan ketika kegiatan pembelajaran
butir soal nomor satu dan dua menggambarkan
berlangsung ada beberapa peserta didik yang
indikator berpikir original mencapai kategori
hanya mengandalkan peserta didik lainnya dalam
sangat kreatif. Pada soal nomer satu dan lima
suatu kelompok ketika kegiatan diskusi bersama.
disajikan suatu permasalahan dan peserta didik
Sehingga dalam keadaan seperti ini biasanya
diminta untuk membayangkan dan berimajinasi
hanya peserta didik yang serius menyelesaikan
serta mampu mampu menguraikan ide tersebut
tugas-tugas dalam kelompok tersebut. Dapat
dengan pengetahuannya sendiri. Dapat dilihat
disimpulkan bahwa pada indikator ini
dari sebagian besar peserta didik mampu
kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam
memberikan jawaban yang berbeda dari peserta
kategori baik.
didik lainnya serta mampu mengungkapkan
Rata-rata hasil analisis ketrampilan berpikir
pendapatnya sendiri. Hanya saja pada soal ini
kreatif peserta didik pada aspek keluwesan
masih terdapat beberapa peserta didik yang
(flexibility) mengalami peningkatan dari 65,60
memberikan jawaban yang sudah umum dan
menjadi 71,21 (skala 0-100). Kemampuan
tidak bervariasi. Mustika (2013) menyatakan
berpikir kreatif pada aspek ini menurut Munandar
semakin luas suatu pengetahuan, semakin besar
(2009) adalah kemampuan untuk menghasilkan
kemungkinan untuk memunculkan berbagai ide
suatu gagasan yang bervariasi sehingga peserta
baru baru yang berbeda dengan kebanyakan
didik mampu mengembangkan gagasan tersebut
orang, sehingga dapat mempengaruhi
dengan mengubah cara atau metode yang
kemampuan berpikir kreatif seseorang. Sehingga
digunakan. Indikator keluwesan ini ditunjukkan
disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik
pada butir soal nomor tiga, dimana peserta didik
dalam indikator ini adalah dalam kategori sangat
diminta untuk mengidentifikasi suatu jenis kue
baik.
dari adonan cair dan menjelaskan bagaimana
Rata-rata hasil analisis ketrampilan berpikir
proses pembuatannya. Hasil observasi
kreatif pada aspek kemampuan berpikir terperinci
menunjukkan sebagian siswa telah memberikan
(elaboration) mengalami peningkatan dari 59,49

5
jawaban yang sangat baik, dan memberikan
berbagai gagasan mereka tentang materi tersebut
dengan jawaban yang bervariasi. Namun, masih
ada beberapa peserta didik yang memberikan
jawaban tidak lengkap dan tidak variatif,
beberapa ada yang sama persis seperti peserta
didik lainnya. Kemungkinan beberapa peserta
didik memilih untuk menyalin jawaban peserta Berdasarkan hasil analisis data diatas, untuk
didik lainnya karena tidak memahami butir soal menentukan peserta didik kreatif atau tidak dalam
ini. sehingga ditarik kesimpulan bahwa pada menyelesaikan dan memerikan jawaban pada
aspek keluwesan ketrampilan berpikir kreatif suatu soal diketahui dnegam membandingakan
peserta didik mencapai kategori baik. antara skor yang dicapai peserta didik dengan
Rata-rata hasil analisis ketrampilan berpikir skor maksimum yang mungkin dicapai pleh
kreatif pada aspek kelancaran (fluency) peserta didik dari keseluruhan soal kemudian
mengalami peningkatan yaitu 69,39 menjadi dipresentasekan, kemudian diperoleh hasil
79,67 (skala 0-100). Arini (2017) presentase tersebut. Hasil analisis menunjukkan
mengungkapkan pada indikator berpikir lancar bahwa peserta didik dalam kategori sangat kreatif
guru berusaha untuk mendorong peserta didik menunjukkan peningkatan dari 42,42 menjadi
untuk mampu mencetuskan banyak gagasan, 54,54 (skala 0-100). Kemudian dalam kategori
jawaban, dan mampu menyelesaikan suatu kreatif menunjukkan penurunan dari 24,24
permasalahan atau pertanyaan. Hal ini bertujuan menjadi 18,18 (skala0-100), dan dalam kategori
supaya kemapuan berpikir lancar yang dimiliki cukup kreatif juga mengalami penurunan dari
peserta didik dapat berkembang. Menurut 33,33 menjadi 27,27 (skala0-100). Penurunan
Munandar (2004) dikutip Arini (2017) perilaku tersebut terjadi karena beberapa peserta didik
peserta didik yang menunjukkan kemampuan telah berhasil meningkatakan skor kemampuan
berpikir lancar adalah peserta didik yang banyak berpikir kreatif. Dari hasil presentase tersebut,
mengajukan pertanyaan dan memberikan dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran
sejumlah jawaban dan lancar dalam berbasis inkuiri terbimbing mampu menigkatkan
mengungkapkan gagasan-gagasannya. kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Ketrampilan berpikir lancar peserta didik
ditunjukkan pada butir soal nomor empat. Hasil PENUTUP
observasi menunjukkan bahwa sebagian peserta Simpulan
didik mampu memberikan jawaban dengan baik Berdasarkan hasil analisisdan pembahasan dapat
dan benar, akan tetapi masih ada beberapa peserta ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
didik yang tidak memberikan jawaban dengan berbasis inkuiri terbimbing memiliki pengaruh
benar. Hal ini disebabkan karena beberapa dalam membangun ketrampilan berpikir kreatif
peserta didik masih belum memahami peserta didik pada kompetensi kue dari adonan
sepenuhnya konsep materi, sehingga mereka cair di SMK Negeri 3 Kediri dengan kriteria
kesulitan dalam mengungkapkan gagasan mereka “baik”. Indikator ketrampilan berpikir kreatif
pada butir soal tersebut. Disimpulkan bahwa pada dengan kategori baik adalah ketrampilan merinci
indikator berpikir kreatif pada aspek kelancaran (elaboration), ketrampilan keluwesan (flexibility)
mencapai kategori baik. dan ketrampilan kelancaran (fluenxy), serta yang
Setelah menentukan rata-rata presentase indikator memiliki kategori sangat baik adalah ketrampilan
kemampuan berpikir kreatif peserta didik, orisinil atau keaslian (originality). Hal ini berarti
selanjutnya menentukan presentase kemampuan pembelajaran berbasin inkuiri terbimbing dapat
peserta didik secara keseluruhan beserta melatih dan membangun ketrampilan berpikir
kategorinya. Adapun rata-rata presentase kreatif peserta didik.
kemampuan berpikir kreatif siswa secara Pada penelitian ini ditemukan beberapa kendala
keseluruhan
Tabel dapat dilihatPresentase
1. Rata-Rata pada Tabel. 2.
kemampuan yang dialami oleh beberapa peserta didik dalam
Berpikir Kreatif Peserta didik secara keseluruhan mencapai indikator ketrampilan berpikir kreatif
yaitu kendala peserta didik dalam
N
Kategori Pretest Posttest mengidentifikasi suatu permasalahan dalam suatu
o
1. Sangat Kreatif 42,42% 54,54%
2. Kreatif 24,24% 18,18%
3. Cukup Kreatif 33,33% 27,27%
4. Kurang Kreatif 0% 0%
5. Tidak Kreatif 0% 0%
soal dari sudut pandang peserta didik tersebut. De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 1992.
Peserta didik kesulitan dalam mengungkapkan Quantum Learning. Membiasakan Belajar
gagasannya sendiri secara tertulis serta kendala Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan oleh
Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Penerbit
dalam menggunakan bahasa yang tepat dalam
Kaifa.
mengemukakan gagasan yang dimiliki. Hal
tersebut terjadi karena ketika proses pembelajaran Sujimat, D. Agus. 2000. Penulisan karya ilmiah.
berbasis inkuiri berlangsung beberapa peserta Makalah disampaikan pada pelatihan penelitian
bagi guru SLTP Negeri di Kabupaten Sidoarjo
didik mengandalkan yang lainnya dan tidak
tanggal 19 Oktober 2000 (Tidak diterbitkan).
terlibat langsung dalam diskusi yang MKKS SLTP Negeri Kabupaten Sidoarjo
dilaksanakan.
Suparno. 2000. Langkah-langkah Penulisan
Artikel Ilmiah dalam Saukah, Ali dan Waseso,
M.G. 2000. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah.
Saran Malang: UM Press.
Pembelajaran untuk melatihkan kemampuan
UNESA. 2000. Pedoman Penulisan Artikel
berpikir kreatif seperti pembelajaran berbasis
Jurnal, Surabaya: Lembaga Penelitian
inkuri terbimbing sebaiknya dilakukan secara Universitas Negeri Surabaya.
terus menerus sehingga dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk Wahab, Abdul dan Lestari, Lies Amin. 1999.
Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga
menemukan ketrampilan tersebut, sehingga University Press.
peserta didik menjadi terbiasa dan mandiri dalam
menggali potensi ketrampilan lain yang dimiliki. Winardi, Gunawan. 2002. Panduan
Mempersiapkan Tulisan Ilmiah. Bandung:
Akatiga.
Ucapan Terima Kasih
Dengan selesainya artikel studi literatur ini,
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang (Times New Roman 10, Reguler, spasi 1, spacing
mendalam kepada:
1. Allah S.W.T. atas berlimpahnya nikmat before 6 pt, after 6 pt).
yang telah diberikan sehingga penulis dapat https://www.vivanews.com/berita/dunia/23062
mengkaji jurnal ilmiah, menyusun serta -survei-pendidikan-dunia-indonesia-
menyelesaikan artikel studi literatur
2. Dr. Sri Handajani, S.Pd, M.kes. selaku peringkat-72-dari-77-negara?
ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan medium=autonext
Keluarga
3. Dr. Any Sutiadiningsih, M.si selaku
Hutahaean, Juniar dan Hana Daforosa R S. 2016.
ketua prodi S1. Tata Boga
Pengaruh model Pembelajatan Inkuiri
4. Dr. Any Sutiadiningsih, M.Si selaku Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Hasil
penguji I belajar Siswa pada Materi Materi Listrik
5. Dra. Niken Purwidiani, M.Pd. selaku Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 12
penguji II Medan T.P. 2015/2016. Jurnal Ikatan Alumni
6. Dr. Meda Wahini, M.Si. selaku dosen Fisika Universitas Negeri Medan, 2(3) : 31-35
pembimbing.
7. Kedua orang tua saya yang telah (https://www.vivanews.com, diakses 18 Juni
membantu dari materi, motivasi serta doa yang 2020)
selalu mendampingi penulis, serta semua pihak
Kurniati, Fitri, Soetjipto dan Sifak Indana. 2018.
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
Membangun Ketrampilan Berpikir Kreatif Siswa
namun telah memberikan banyak bantuan secara Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri
langsung maupun tidak langsung. Terbimbing. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA,
3(1) : 15-20

Chan, David W. 2007. Creative Teaching in


DAFTAR PUSTAKA Hong Kong Schools: Constraints and Challenges.
Educational Research journal, 22(1)

7
Tendrita, Miswandi, Susriyati Mahanal, Siti Kelas X PHP (Pengolahan Hasil Pertanian) 2 di
Zubaidah. 2016. Pemberdayaan Ketrampilan SMK Negeri 5 Jember. 5(3) : 246-252
Berpikir Kreatif melalui Model Remap Think
Pair Share. Proceeding Biology Education Budiyanto, A.M dan Euis Eti Rohaeti. 2014.
Conference, 13(1) : 285-291 Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui
Pritiyawati, Eka Ayu. 2018. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Pengajaran IPA 19(2) : 166-172
Inquiry) Menggunakan Media Mind Maping
Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Muntaha, Ali dan Hartono. 2013. Pengembangan
Materi Sistem Syaraf Manusia di SMA Pawyatan Perangkat Pembelajaran Model Problem Based
Daha Kediri. Simki-Techsain, 2(7) Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif. Journal of Primary Educational,
Julisafitri, Revi. 2017. Pengaruh Model 2(2) : 115-119
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa pada Materi Jamur di Munandar, Utami. 2009. Pengembangan
Kelas X MIA SMA Negeri 7 Kota Jambi. Jurnal Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta
Pendidikan Biologi FKIP Jambi
Munandar, Utami. 2014. Pengembangan
Derlina, dan S. Mirhadi. 2015. Implementasi Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta
Model Pembelajaran Inquiry Training dalam
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan
Arini, Wahyu dan Asista Asmila. 2017. Analisis
Kemampuan Berpikir Formal Siswa. Jurnal
Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi
Pendidikan Fisika Indonesia, 11(2) : 162-169
Cahaya Siswa Kelas VIII SMP XA Verius Kota
Lubulinggau. Science and Physics Education
Riyadi, Idhun P, Baskoro Adi P dan Marjono. Journal, 1(1) : 23-28
2015. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) pada Materi Sistem
Sari, Eka Mustika, Evi Sumiati dan Parsaoran
Koordinasi untuk Meningkatkan Ketrampilan
Siahaan. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir
Proses Sains pada Siswa Kelas XI IPA 2 Batik 2
Kreatif Siswa SMP Dalam Pembelajaran
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Teknologi Dasar (PTD). Jurnal
Pendidikan Biologi, 7(2) : 80-93
Pengajaran MIPA, 18(1) 60-68

Prasojo. 2016. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing
untuk Meningkatkan KPS dan Berpikir Kritis.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 4(2) :
130-141

Juliana, Salfilla. 2018. Penerapan Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatakan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
VIII Semester II SMPN % Siak Kecil Kecamatan
Siak Kecil Kabupaten Bengkalis. Jurnal PAJAR,
2(4) : 530-539

Lasmo, Siscawati Riski, Singgih Berktiarso dan


Alex Harijanto. 2017. Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Teknik
Probing-Promting Terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Fisika di SMA. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 6(2) : 162-167

Putri, Desy Qoraima, Yushardi dan Pramudya


Dwi A.P. 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatakan
Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa

Anda mungkin juga menyukai