1791
Febrianti et al (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7 (3c): 1791 – 1796
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v7i3c.837
Di tengah masa globalisasi yang serba tidak memeberikan respon. Sehingga siswa tidak
digital kala ini, kemajuan teknologi serta responsif pada saat diberikan pertanyaan. Hasil
pendidikan terus berkembang dengan pesat. wawancara yang dilakukan dengan beberapa
T e r j a d i n y a kenaikan kualitas kehidupan siswa dapat disimpulkan yakni yang
dalam bermacam dimensi tidak bisa dibiarkan mengakibatkan siswa menjadi bosan,
keadaannya, hingga suatu cara yang dapat di mengantuk pada saat belajar dikarenakan model
jalani dikala ini ialah menghadapinya. Dikala pembelajaran yang digunakan guru tersebut
ini, pendidikan di Indonesia ditunjukan guna tidak inovatif. Guru hanya menulis saja,
meningkatkan daya bersaing bangsa agar dapat menggunakan satu model pembelajaran hingga
berkompetisi di tengah masa globalisasi. rangsangan kepada siswa untuk berpkir lebih
Tercapainya tujuan bangsa ini apabila tinggi kurang, seperti memberikan pertanyaan
pendidikan yang ada di Indonesia berjalan yang mengusahakan siswa untuk berpikir kritis.
dengan baik. Tidak hanya itu, pendidikan di Menanggapi hal ini, peneliti berdiskusi bersama
Indonesia bertujuan agar meningkatkan potensi guru PPKn kelas VIII-D guna mempergunakan
keterampilan berpikir siswa, khususnya dalam suatu pembelajaran yang dapat membangkitkan
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat motivasi, meningkatkan berpikir tingkat tinggi
tinggi. Potensi berpikir tingkat tinggi pada serta meningkatkan keberhasilan suatu proses
pendidikan dikala ini sangat rendah dalam pembelajaran PPKn dengan cara menentukan
menggalami masa globalisasi yang dipadati oleh serta memilih penggunaan pembelajaran yang
bermacam macam kompetisi yang sangat ketat. tepat. Dengan demikian, guru wajib menerapkan
Tak terkecuali pada bidang media dalam pembelajaran yang dapat mendukung kebutuhan
menanggapi isu-isu kewarganegaraan berita pembelajaran siswa.
tidak jelas (hoaks) sering sekali terbit di laman Salah satu model pembelajaran yang
media sosial masyarakat. Untuk menyusut hal dapat diterapkan yakni model pembelajaran
tersebut, pentingnya pendidikan yang menuntut Inquiry Based Learning agar berfikir tingkat
siswa untuk berpikir kritis dalam proses tinggi siswa meningkat. Selaras dengan
pembelajaran terutama mata pelajaran pendapat (Wina, 2006) pembelajaran inquiry
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, merupakan rangkaian aktivitas belajar mengajar
dengan diaplikasikan nilai-nilai yang diajarkan yang menekankan proses berpikir tingkat tinggi
dalam pendidikan Kewarganegaraan. Agar dan alalisis guna mencari serta menciptakan
siswa bersikap cerdas dalam menanggapi isu-isu sendiri jawaban dari suatu permasalaan yang
atau berita yang tersebar, bertanggung jawab ditanyakan, proses berpikir itu sendiri dapat
guna menghadapi masa yang akan datang. dilaksanakan melalui tanya jawab antar guru
(Oktaviana et al., 2021). dengan siswa. Inquiry merupakan pembelajaran
Berpikir kritis ialah berpikir yang yang bersifat student center (berpusat pada
memakai ide pikirnya guna menuntaskan siswa) d i m a n a siswa lebih aktif pada aktivitas
sesuatu permasalahan dengan pertama-tama belajar mengajar dalam menumbuhkan
menguasai permasalahan, menghasilkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sedangkan
argument ataupun alasan secara jelas, bisa guru bertindak sebagai pembimbing, fasilitator
menemukan permasalahan melalui berbagai dan pengarah kerja siswa. Berdasarkan latar
macam sudut pandang dan bisa membuat belakang tersebut, peneliti akan melakukan
kesimpulan dari permasalahan yang ada. perbaikan pembelajaran dengan melakukan
(Fatmawati et al., 2014). Bersumber dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui
observasi awal yang telah dilakukan di SMP penerapan pembelajaran Inquiry Based
Negeri 2 Mataram pada semester genap awal Learning dalam meningkatkan kemampuan
tahun 2022 pada kelas VIII yaitu kelas VIII-D berpikir kritis siswa pada mata pelajaran PPKn
ditemukan beberapa permasalahan pada proses di SMPN 2 Mataram.
pembelajaran PPKn. Pada kegiaatan belajar
mengajar di kelas VIII-D masih banyak siswa METODE
yang tidak aktif saat aktivitas belajar mengajar
berlangsung. Hal ini terlihat ketika guru Penelitian ini memakai metode Penelitian
memberikan stimulus berupa pertanyaan atau Tindakan Kelas (Classrom Action Research).
meminta siswa untuk menyampaikan Pengambilan data pada penelitian ini
gagasannya dan instruksi-instruksi lain siswa menggunakan observasi, tes terulis,
dokumentasi dan wawancara. Observasi
1792
Febrianti et al (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7 (3c): 1791 – 1796
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v7i3c.837
1793
Febrianti et al (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7 (3c): 1791 – 1796
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v7i3c.837
Tabel 1. Data Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Tidak Muncul dalam Pembelajaran
PPKn Melalui Penerapan Pembelajaran Inquiry Based Learning Pada Siklus I
No Indikator yang Tidak Muncul Penyebab
1 Siswa tidak mampu mengumpulkan bukti-bukti Siswa bingung apabila menggunakan banyak
dalam menyelesaikan masalah melalui berbagai sumber lain untuk menyelesaikan masalah.
sumber buku atau refrensi lain.
2 Siswa tidak mampu memberikan jawaban yang tepat Siswa masih bingung dengan
dan sejalan dengan pendapat ahli. jawaban sendiri dan belum paham
maksud dari mencantumkan menurut
pendapat ahli
Berdasarkan dari data diatas, terdapat 2 tingkat tinggi siswa pada siklus II dapat dilihat
indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam diagram batang sebagai berikut:
siswa tidak tercapai dari 5 indikator kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa serendah-
rendahnya 4 indikator (80%) yang harus
tercapai. Dari hasil data observasi pada siklus I
ditemukan bahwa proses pembelajaran yang
menerapkan pembelajaran Inquiry Based
Learning di kelas VIII-D SMPN 2 Mataram
tidak tercapai, dengan demikian perlu
dilanjutkan ke siklus II.
Siklus II
Perbaikan pembelajaran melaui siklus II
dilihat dari kelemahan pada pembelajaran siklus
I, pada siklus I dilakukan penyempurnan pada
siklus II. Motivasi dan keinginan belajar siswa
menjadi serius serta aktif selama kegiatan
belajar mengajar belangsung dibangkitkan oleh
peran guru sebagai fasilitator. Bersumber pada Gambar 2. Diagram Hasil Penelitian Siklus II
penyempurnaan yang telah dilakukan, pada
siklus ini terjadi peningkatan mut kegiatan Berdasarkan diagram tersebut, terdapat
pembelajaran dengan tingkat keberhasilan peningkatan terhadap mutu pelaksanaan
100%. Hasil persentase tersebut telah melampui pembelajaran pada siklus II melalui penerapan
indicator kinerja variable tindakan yang sudah pembelajaran Inquiry Based Learning dan
ditetapkan sebelumnya sebanyak ≥85%. kemampuan berpikir tingkat tinggi
Peningkatan yang diperoleh selama kegiatan siswa.Bersumber dari hasil analisis terhadap
pembelajaran berlangsung berimplikasi terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal tersebut siklus II berjumlah 38 siswa (95%) dari 40
terlihat dari siswa mampu berpikir kritis siswa yang sanggup berpikir tingkat tinggi dan
sebanyak 38 siswa (95%) dari 40 siswa. Hasil 2 (5%) siswa belum menggapai serendah-
pelaksanaan pembelajaran menerapkan Inquiry rendahnya 4 dari 5 indikator kemampuan
Based Learning dan kemampuan berpikir berpikir tingkat tinggi.
1794
Febrianti et al (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7 (3c): 1791 – 1796
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v7i3c.837
1795
Febrianti et al (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7 (3c): 1791 – 1796
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v7i3c.837
1796