Anda di halaman 1dari 15

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.

2, Juni 2018

Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Menggunakan


LKS Berbasis Scientific Aproach Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Suriasa
SMP Negeri 24 Banjarmasin
suriasa1967@gmail.com

DOI: 10.20527/bipf.v6i2.4853

ABSTRAK: Keterampilan berpikir kritis siswa belum menjadi perhatian, padahal


keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi
yang sangat penting diajarkan kepada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan efektivitas penerapan model pembelajaran problem posing
menggunakan LKS berbasis scientific approach. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitiannya ialah 34 siswa kelas 7C SMPN 24
Banjarmasin. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS brbasis
scientific approach. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh keterampilan berpikir kritis
siswa pada siklus I keterampilan menanya sebesar 67,88%, pada siklus II keterampilan
menanya sebesar 84,71%, dan pada siklus III keterampilan menanya sebesar 92,26%,
sedangkan keterampilan mengamati, mencoba, menganalisis, mengkomunikasikan dan
menyimpulkan pada ketiga siklus sebesar mencapai nilai diatas 85%. Hal ini
menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dari siklus I ke siklus II
baik, dan siklus III amat baik. Hasil belajar siswa materi konsep zat yang berorientasi
keterampilan berpikir kritis siswa mencapai ketuntasan secara klasikal pada siklus I
sebesar 78,13%, pada siklus II sebesar 88,24%, dan pada siklus III sebesar 91,18%.
Respon siswa terhadap pembelajaran sangat baik. Oleh karena itu diperoleh simpulan
bahwa penerapan model pembelajaran problem posing menggunakan LKS berbasis
scientific aproach efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas 7C
SMPN 24 Banjarmasin pada materi konsep zat.

Kata kunci: problem posing, LKS berbasis scientific aproach, keterampilan berpikir
kritis

ABSTRACT: Critical thinking skills of students have not been a concern, whereas
critical thinking skills are one of the most important high-level thinking skills taught to
students. This study aims to describe the effectiveness of applying learning problem-
posing model using worksheet based on scientific approach. This research uses
classroom action research method. The research subjects are 34 students of grade 7C
SMPN 24 Banjarmasin. The instrument used in this research is a scientific approach
bracket worksheet. Based on the result of data analysis, the students' critical thinking
skill in the first cycle of questioning skills equal to 67,88% score, on the second cycle, the
questioning skill equal to 84,71%, and on the third cycle of questioning skill equal to
92,26% , while observation skill, try, analyze, communicate and conclude on all three
cycles achieving a value above 85%. This shows the improvement of students' critical
thinking skills from cycle I to cycle II good, and cycle III is very good. Student learning
result of concept material that oriented critical thinking skill of students reach mastery
classically in cycle I equal to 78,13%, in cycle II equal to 88,24%, and at cycle III equal
to 91,18%. Student response to learning is very good. Therefore it is concluded that the
application of learning problem-posing model using a scientific-based worksheet

190
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

approach effectively improves critical thinking skills of 7C students SMPN 24


Banjarmasin on the material concept of substance.

Keyword: problem posing, worksheet based on scientific approach, critical thinking


skills

PENDAHULUAN dan pemecahannya, menyimpulkan, dan


Pembelajaran aktif, kreatif dan mengevaluasi (Angelo, 1995). Dari dua
menyenangkan menjadi impian setiap pendapat tersebut, tampak adanya
siswa. Perkembangan ilmu pengetahuan persamaan dalam hal sistematika
dan pendidikan selama sepuluh tahun berpikir yang ternyata berproses.
terakhir mengalami peningkatan yang Guru mempunyai tiga tugas pokok
cukup drastis, kemajuan teknologi saat yaitu, tugas profesional, manusiawi, dan
ini mempermudah siapa saja untuk tugas kemasyarakatan. Tugas
memperoleh informasi salah satunya profesional seorang guru yaitu
melalui layanan media informasi. meneruskan atau mentransmisi ilmu
Namun tidak menutup kemungkinan pengetahuan, keterampilan dan nilai-
informasi yang disajikan oleh media nilai lain yang sejenis yang belum
tertentu berisikan informasi yang tidak diketahui peserta didik dan seharusnya
valid. Hal tersebut di atas tentu sangat diketahui oleh peserta didik (Susilo,
erat kaitannya dengan bagaimana Husnul, Ridwan, & Jumiati, 2009).
masyarakat meyeleksi atau menalar akan Tugas manusiawi adalah membantu
informasi yang diterimanya dengan peserta didik agar dapat memenuhi
memerlukan cara berpikir yang logis tugas-tugas utama manusia kelak dengan
dan kritis. sebaik-baiknya diantaranya transformasi
Salah satu tujuan utama diri, identifikasi diri, dan pengertian
persekolahan adalah meningkatkan tentang diri sendiri. Sedangkan tugas
keterampilan siswa untuk berfikir kritis, kemasyarakatan merupakan konsekuensi
membuat keputusan rasional tentang apa guru sebagai warganegara yang baik,
yang diperbuat atau apa yang diyakini yaitu turut mengembang dan
(Ennis, 1993; Nur, 2000). melaksanakan berbagai hal yang telah
Berpikir kritis adalah mengaplikasikan digariskan oleh bangsa dan negara lewat
rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, UUD 1945 dan GBHN. Bila ditinjau
yang meliputi kegiatan menganalisis, dari ketiga tugas pokok guru di atas
mensintesis, mengenal permasalahan sudah selayaknya seorang guru dapat

191
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

memberi kesempatan kepada peserta mengajar yang dapat membantu siswa


didik untuk mengembangkan potensi untuk meningkatkan hasil belajar serta
yang dimiliki oleh mereka, mampu meningkatkan keterampilan berpikir
membuat peserta didik berkomunikasi kritis siswa.
dengan orang lain dan lingkungannya. Model pembelajaran problem
Peneliti sebagai seorang guru posing dapat dijadikan sebagai upaya
berusaha untuk memperbaiki mutu untuk mengatasi permasalahan yang ada
pendidikan dengan cara mengkaji dalam pembelajaran khususnya dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar upaya meningkatkan hasil belajar fisika
yang telah dilaksankan. Dari data (Astra dkk., 2012; Jabar, 2015; Safputri
pendahuluan yang ditemukan peneliti dkk., 2016). Problem posing merupakan
bahwa hasil ulangan tengah semester model pembelajaran yang
dari tiga kelas yang diajar kelas 7C mengharuskan siswa menyusun
SMPN 24 Banjarmasin ternyata pertanyaan sendiri atau memecahkan
memperoleh ketuntasan klasikal sebesar suatu soal menjadi pertanyaan-
27,2%, hal ini menunjukkan ketuntasan pertanyaan yang lebih sederhana yang
berdasarkan KKM yang telah ditentukan mengacu pada penyelesaian soal
belum memenuhi, hal ini tersebut (Astra dkk., 2012). Problem
mengindikasikan bahwa pembelajaran posing dapat membuat peserta didik
yang diterapkan tidak mampu membawa lebih aktif (Muazzamah, 2016), serta
siswa untuk mempelajari materi yang memaksimalkan dalam mengembangkan
telah diajarkan secara maksimal. keterampilan berpikir kritisnya sehingga
Pembelajaran yang diterapkan meningkatkan sumber daya manusia
peneliti didominasi oleh ceramah, tanya yang berkualitas untuk menghadapi
jawab, dan penugasan. Juga peneliti berbagai tantangan (Rahman dkk.,
merasa bahwa kelas tersebut terlihat 2016).
siswa yang tidak terlalu fokus pada Problem posing atau pembentukan
kegiatan belajar mengajar, beberapa soal adalah salah satu cara yang efektif
diantaranya yang seringkali melakukan untuk mengembangkan keterampilan
hal-hal yang menyimpang misalnya siswa guna meningkatkan kemampuan
bersendagurau dengan teman lain tanpa siswa dalam menerapkan konsep IPA.
memperhatikan penjelasan guru. Dengan Problem Posing merupakan suatu model
demikian peneliti mencoba untuk pembelajaran yang memberikan
menerapkan model, metode dan strategi kesempatan kepada siswa untuk

192
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

membangun struktur kognitif siswa serta mensintesis, dan atau mengevaluasi


dapat memotivasi siswa untuk berpikir berbagai informasi yang didapat dari
kritis dan kreatif, merumuskan soal dan hasil observasi atau hasil pengamatan,
mengajukan masalah/soal lebih kreatif pengalaman, refleksi, di mana hasil
dan melakukan pemecahan masalah proses ini digunakan sebagai dasar saat
(problem solving) yang lebih efektif. mengambil keputusan.
Pada dasarnya pembelajaran Adanya kesesuaian karakteristik
dengan pemberian tugas pengajuan soal materi ajar yaitu keterkaitan langsung
merupakan pengembangan dari materi konsep zat dengan aplikasinya
pembelajaran dengan pemecahan dalam kehidupan sehari-hari yang
masalah, dimana pemecahan masalah memerlukan pemecahan masalah, dapat
memerlukan keterampilan dalam dijadikan alasan untuk memilih model
memahami soal, merencanakan langkah pembelajaran Problem posing untuk
penyelesain soal, dan menyelesaikan melatihkan keterampilan berpikir
soal tersebut (Indiati, 2008) Proses tingkat tinggi dan berpikir kritis dan
pembelajaran dengan model problem agar siswa menyadari perlunya belajar
posing ini sangat berperan dalam IPA karena ada manfaatnya bagi
meningkatkan keterampilan berpikir kehidupan. Namun pada tingkat SMP
kritis siswa (Sasanti dkk., 2017). masih perlu dibekali pengetahuan
Materi konsep zat didalamnya prasyarat yang cukup memadai,
disajikan beberapa konsep, prinsip dan sehingga perlu disusun LKS berbasis
teori fisika dalam penerapannya, pendekatan ilmiah (scientific aproach)
khususnya prinsip pemisahan campuran yang dapat memandu siswa untuk
yang ditemukan dalam kehidupan memecahkan masalah yang ditemukan
sehari-hari. Materi konsep zat untuk dalam kehidupan sehari-hari.
siswa SMP Kelas VII banyak berisi Materi konsep zat menurut penulis
konsep-konsep yang berkaitan dengan cocok digunakan suatu model
masalah-masalah yang ditemukan dalam pembelajaran problem posing
dunia nyata sehingga memerlukan berbantuan LKS berbasis pendekatan
pemecahan masalah yang dapat ilmiah (scientific aproach) yang
dilatihkan melalui cara bepikir kritis bertujuan membantu siswa terampil
yang memerlukan suatu proses berpikir tingkat tinggi serta
intelektual dalam pembuatan konsep, menumbuhkan keterampilan berpikir
mengaplikasikan, menganalisis, kritis siswa. LKS berbasis scientific

193
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

aproach dapat digunakan untuk penelitian ini adalah untuk


mendukung model problem posing mendeskripsikan keterampilan berpikir
dalam meningkatkan keterampilan kritis siswa kelas 7C SMPN 24
berpikir kritis siswa. Sebagai langkah Banjarmasin melalui penerapan model
utama melatihkan keterampilan berpikir pembelajaran problem posing
kritis siswa maka dapat menggunakan menggunakan LKS berbasis scientific
LKS yang mengembangkan cara aproach. Tujuan khusus dari penelitian
berpikir pada tataran yang lebih tinggi ini adalah mendeskripsikan
serta melatihkan keterampilan proses keterampilan berpikir kritis, hasil
(Syalehin dkk., 2016). Pada penelitian belajar, dan respon siswa melalui
sebelumnya, keterampilan berpikir kritis penerapan model pembelajaran problem
siswa berkategori sangat baik setelah posing menggunakan LKS berbasis
penggunakan LKS, dimana keterampilan scientific aproach.
siswa dalam mengenal masalah,
menentukan hipotesis, memecahkan
KAJIAN PUSTAKA
masalah, mengumpulkan data,
Keterampilan Berpikir Kritis
mengevaluasi, dan menyimpulkan
Berpikir kritis adalah proses yang
menjadi sangat baik (Mukarram dkk.,
melibatkan operasi mental seperti
2016).
induksi, deduksi, klasifikasi, dan
Berdasarkan latar belakang yang
penalaran. Berpikir kritis merupakan
telah diuraikan, dilakukanlah penelitian
cara berpikir reflektif yang masuk akal
yang berjudul penerapan model
atau berdasarkan nalar untuk
pembelajaran problem posing
menentukan apa yang akan dikerjakan
menggunakan LKS berbasis scientific
dan diyakini (Ennis, 1993). Berpikir
aproach untuk meningkatkan
menggunakan proses secara simbolik
keterampilan berpikir kritis siswa”.
yang menyatakan objek-objek nyata,
Adapun rumusan masalah dalam
kejadian-kejadian dan penggunaan
penelitian ini dibatasi dan dirumuskan
pernyataan simbolik untuk menemukan
sebagai berikut “Bagaimanakah
prinsip-prinsip mendasar suatu objek
keterampilan berpikir kritis siswa kelas
dan kejadian. Di dalam proses berpikir
7C SMPN 24 Banjarmasin melalui
berlangsung kejadian menganalisis,
penerapan model pembelajaran problem
mengkritik, dan mencapai kesimpulan
posing menggunakan LKS berbasis
berdasar pada inferensi atau
scientific aproach? Tujuan umum

194
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

pertimbangan yang seksama (Ibrahim, kesimpulan, dan persentasi dinyatakan


2015; Nur, 2000). dengan sangat kurang, kurang, sedang,
Keterampilan berpikir kritis baik, dan sangat baik.
merupakan proses kognitif untuk
Model Pembelajaran Problem Posing
memperoleh pengetahuan. Keterampilan
Guru selain menguasai materi ajar
berpikir kritis merupakan aktivitas
juga harus menguasai model yang
berpikir tingkat tinggi (Krulik &
membantu siswa memiliki
Rudnick, 1999; Liliasari, 2000).
kecenderungan alamiah untuk berpikir
Berpikir kritis ini mengaktifkan
kritis (Safitri & Jamal, 2016). Problem
keterampilan melakukan analisis dan
Posing merupakan suatu model
evaluasi bukti, identifikasi pertanyaan,
pembelajaran yang menekankan pada
kesimpulan logis, memahami implikasi
kegiatan merumuskan masalah untuk
argumen (Friedrichsen, 2001). Berpikir
membina siswa sehingga dapat
kritis merupakan kegiatan yang sangat
meningkatkan keterampilannya dalam
penting untuk dikembangkan di sekolah
menyelesaikan masalah. Kegiatan
(McMurarry dkk., 1991). Agar siswa
merumuskan masalah memberikan
memiliki keterampilan intelektual
kesempatan luas bagi siswa untuk
tingkat tinggi harus dilatih keterampilan
merekonstruksi pikiran-pikiran dalam
kritis, kreatif, pemecahan masalah, dan
rangka memahami materi pembelajaran.
membuat keputusan (Presseisen, 1984).
Kegiatan tersebut menentukan
Keterampilan berpikir kritis
pembelajaran yang dilakukan siswa
merupakan bagian dari keterampilan
lebih bermakna.
berpikit tingkat tinggi, setidaknya ada
Problem Posing merupakan suatu
tiga makna berpikir kritis, yaitu: 1)
model pembelajaran yang diadaptasikan
berpikir kritis sebagai suatu pemecahan
dengan keterampilan siswa dan dalam
masalah, 2) berpikir sebagai evaluasi
proses pembelajarannya membangun
dan pertimbangan, dan 3) berpikir kritis
struktur kognitif siswa serta dapat
sebagai kombinasi pemecahan masalah,
memotivasi siswa untuk berpikir kritis
evaluasi dan pertimbangan (Lewis &
dan kreatif. Pada saat model
Smith, 1993). Jadi keterampilan berpikir
pembelajaran Problem Posing siswa
kritis siswa adalah keterampilan siswa
melakukan hal yang lebih banyak,
dalam mengamati, menanya, melakukan
membentuk asosiasi untuk merumuskan
percobaan, menginterpretasi data hasil
soal dan mengajukan masalah/soal lebih
percobaan, menganalisis, membuat

195
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

kreatif dan melakukan pemecahan empat langkah yang saling terkait dan
masalah (problem solving) yang lebih berkesinambungan, yaitu tahap
efektif. Merumuskan atau membentuk perencanaan, tahap aksi atau tindakan,
soal adalah suatu aktivitas dalam tahap observasi dan evaluasi dan tahap
pembelajaran yang dapat refleksi (Wibawa, 2003).
mengembangkan motivasi dan Adapun subjek penelitiannya ialah
keterampilan siswa untuk berpikir kritis 34 siswa kelas 7C SMPN 24
dan kreatif karena dalam model Banjarmasin. Instrumen yang digunakan
pembelajaran Problem Posing siswa dalam penelitian ini berupa lembar
mendapat pengalaman langsung dalam penilaian keterampilan berpikir kritis
merumuskan (membentuk soal sendiri). (LKS). Kriteria keterampilan berpikir
Kegiatan merumuskan soal juga kritis dinyatakan dalam ketegori sangat
akan memberikan kesempatan seluas- baik, baik, cukup, kurang baik, sangat
luasnya kepada siswa untuk kurang baik.
merekonstruksikan pikiran-pikirannya, Hasil belajar siswa dianalisis baik
dan kegiatan ini memungkinkan berdasarkan ketuntasan belajar siswa
pembelajaran yang dilakukan siswa secara individual maupun klasikal.
lebih bermakna sesuai dengan skemata Adapun ketuntasan individual jika siswa
yang dimiliki siswa. Model mencapai nilai ≥ 75% dan ketuntasan
pembelajaran Problem Posing berarti klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa
siswa diberi kesempatan untuk mencapai nilai ≥ 75% .
beraktivitas untuk merumuskan soal-
Tabel 1 Kriteria respon siswa
soal dan mendorong siswa agar lebih
Skor Kategori
bertanggung jawab dalam belajarnya. 24 < Xo Sangat Baik
Pembelajaran demikian merupakan 18,66 < Xo ≤ 24 Baik
13,33 < Xo ≤ 18,66 Cukup
proses membangun pemahaman 8 < Xo ≤13,33 Kurang
Xo ≤ 8 Sangat Kurang
seseorang sesuai skematanya.
Kualifikasi respon siswa dianalisis
METODE PENELITIAN dengan mengadaptasi cara menurut
(Suriasa, 2003). Angket respon yang
Penelitian ini merupakan penelitian
diberikan kepada siswa meliputi respon
tindakan kelas (PTK). Konsep inti PTK
siswa terhadap model pembelajaran,
yang diperkenalkan Kurt Lewin ialah
media pembelajaran, serta LKS yang
bahwa dalam satu siklus terdiri dari
digunakan siswa dalam belajar.

196
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

Indikator keberhasilan yang ingin Penerapan model pembelajaran


dicapai dari penelitian ini ialah (1) problem posing menggunakan LKS
keterampilan berpikir kritis siswa dalam berbasis scientific approach telah
kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil
minimal baik, (2) Hasil Belajar Siswa penelitian dalam dua siklus ini akan
Kelas 7C SMP Negeri 24 Banjarmasin dibahas dalam tiga ranah yakni
kriteria ketuntasan minimal 75 dan 85% keterampilan berpikir kritis siswa, hasil
dari jumlah siswa yang mencapai belajar siswa serta respon siswa.
ketuntasan minimal 75, dan (3) Respon
siswa Kelas Kelas 7C SMP Negeri 24 Keterampilan Berpikir Kritis siswa

Banjarmasin minimal baik. Keterampilan berpikir kritis siswa pada


HASIL DAN PEMBAHASAN siklus 1 dapat dilihat pada gambar 1.

87,88 89,09
1 Mengamati
2 Menanya
3 Mencoba
67,88
87,88 4 Menganalisis
5 Menyimpulkan
6 Mengkomunikasikan
89,09
82,42

Gambar 1 Grafik keterampilan berpikir siswa pada siklus 1

Dari gambar grafik di atas terlihat mengemukakan pertanyaan yang dapat


pada keterampilan berpikir kritis siswa mengaitkan materi dengan kehidupan
dalam menanya memperoleh skor yang dunia nyata, sehingga keterampilan
lebih rendah, siswa hanya mampu menanya pada siklus 1 belum berhasil.
menuliskan nama objek yang Keterampilan berpikir kritis pada
ditampilkan oleh gambar, belum dapat siklus 2 dapat dilihat pada gambar 2 .

197
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

86,47 88,82
1 Mengamati
2 Menanya
3 Mencoba
87,65 84,71
4 Menganalisis
5 Menyimpulkan
6 Mengkomunikasikan
87,06 87,65

Gambar 2 Grafik keterampilan berpikir siswa pada siklus 2

Dari gambar grafik di atas terlihat dapat mengkomunikasikan hasil


pada keterampilan berpikir kritis siswa percobaan mereka secara individu
pada semua aspek siswa baik maupun klasikal. Namun pada siklus 2
melakukan analisis terhadap gambar, peneliti terkendala dengan waktu yang
baik menyusun pertanyaan dengan terlalu singkat.
mengaitkan materi dengan dunia nyata, Data keterampilan berpikir kritis
baik dalam melakukan interpretasi data, siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada
menganalisis data, membuat gambar 3 berikut:
kesimpulan, dan sebagian besar sudah

1 Mengamati
80,65 96,77
2 Menanya
3 Mencoba

91,61 4 Menganalisis
92,26 5 Menyimpulkan
6 Mengkomunikasikan

81,94
91,61

Gambar 3 Grafik keterampilan berpikir siswa pada siklus 3

198
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

Dari gambar grafik di atas terlihat menanya yang menjadi fokus dalam
pada keterampilan berpikir kritis siswa penelitian ini karena memperoleh skor
baik pada aspek menganalisis dan yang lebih rendah dari keterampilan
mengkomunikasikan hasil percobaan berpikir kritis yang lainnya. Sehingga
mereka disebabkan waktu yang terbatas, peneliti memperhatikan bentuk-bentuk
namun sangat baik menyusun pertanyaan yang dikemukakan siswa
pertanyaan dengan mengaitkan materi termasuk kualitas pertanyaan dan
dengan dunia nyata, melakukan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari
interpretasi data percobaan, dan sangat tidak semata-mata siswa terpaku pada
baik membuat kesimpulan terlihat dari buku paket yang menjadi sumber belajar
jawaban mereka pada LKS yang telah mereka. Namun siswa dilatih untuk
dibagikan masing-masing. dan berpikir membandingkan dan
mengalami peningkatan pada siklus II mengutarakan makna atau arti-arti dari
dan siklus III. Hal ini menunjukkan bermacam jenis pengalaman, situasi,
bahwa aspek keterampilan berpikir data, kejadian, penilaian, ketentuan, dan
tingkat tinggi dan dapat menghubungkan kriteria tertentu hingga pada penarikan
dengan kehidupan sehari-hari. Juga pada kesimpulan berdasarkan dari hubungan-
siklus II dan siklus III sudah cukup hubungan dari bukti di lapangan dengan
banyak siswa yang dapat konsep atau teori ke dalam argumen atau
mengemukakan pertanyaan yang pernyataan yang meyakinkan.
memerlukan jawaban yang kompleks. Setelah diberikan perlakuan dengan
Berdasarkan hasil pembelajaran dan memperbanyak latihan-latihan dan
analisis data instrumen terhadap memberikan contoh-contoh pertanyaan
keterampilan berpikir kritis siswa yang menumbuhkan keterampilan
dengan menerapkan model berpikir kritis, akhirnya diperoleh data
pembelajaran problem posing yang keterampilan berpikir kritis siswa dari
menggunakan LKS berbasis pendekatan siklus I sampai siklus III semakin
ilmiah (scientific aproach) terdapat meningkat. Pada kegiatan percobaan,
enam keterampilan yang diamati yakni siswa berkoordinasi satu sama lainnya
keterampilan mengamati, menanya, untuk mengambil data percobaan
mencoba, menganalsis, bermaksud untuk menguji konsep dan
mengkomunikasikan, dan teori yang disampaikan sebelumnya,
menyimpulkan. Data penelitian pada siswa memiliki keterampilan ini baik
siklus 1 terlihat bahwa keterampilan dalam melakukan percobaan.

199
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

Kegiatan berkutnya adalah siswa Mengumpulkan dan menyusun data


menganalisis data percobaan dan baik melalui pengamatan, menanya,
membuat kesimpulan terlihat siswa melakukan percobaan, menganalisis data
sedikit mengalami kendala dalam yang diperoleh baik berupa angka
menyelesaikan atau menjawab maupun pernyataan yang akan dilakukan
pertanyaan yang ada pada LKS dengan mengasosiasi seluruh data
mengingat pertanyaan yang dibuat pembelajaran yang ditemukan kemudian
terlalu banyak sehingga tidak cukup menilai dan mengevaluasi temuan dari
waktu dalam penyelesainnya, menyusun seluruh rangkaian sebelumnya, hinnga
kesimpulan diarahkan sesuai dengan pada akhirnya membuat kesimpulan
tujuan pembelajaran yang disampaikan baru, dan masih perlu diuji
atau yang tercantum pada LKS, kebenarannya hal inilah yang dimaksud
sehingga dapat mengeksplorasi jawaban keterampilan berpikir kritis.
mereka berdasarkan pemikiran dan fakta Berdasarkan hasil tersebut, terlihat
yang mereka dapatkan melalui bahwa problem posing mampu
percobaan. meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
Tugas akhir dalam pembelajaran penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan siswa adalah oleh peneliti lain yang menyatakan
mempersentasikan hasil pekerjaannya bahwa ada hubungan antara pemecahan
baik dalam kelompoknya sendiri masalah menggunakan problem posing
maupun secara klasikal disini terlihat dengan keterampilan berpikir kritis
pada siklus 1 hanya perwakilan saja (Nurlaila, Suparmi, & Sunarno, 2013).
yang bisa tampil di depan kelas, namun Penerapan model problem posing dapat
pada siklus 2 dan siklus 3 peneliti meningkatkan keterampilan berpikir
mencoba menyusun LKS yang lebih kreatif siswa (Astra dkk., 2012;
singkat dan spesifik akhirnya semua Mahmuzah & Ikhsan, 2014)
siswa mendapat giliran untuk persentasi Hasil Belajar
di depan kelas bahkan mereka Ketuntasan belajar siswa pada
berlomba-lomba menunggu giliran. setiap siklus seperti pada tabel 2 berikut:
Tabel 2 Persentasi ketuntasan belajar siswa dari ke-3 siklus
Tidak Tuntas Persentasi ketuntasan setiap siklus
No Tuntas individu
individu I II III
1 25 orang 9 orang 78,13 %
2 30 orang 4 orang 88,24 %
3 31 orang 3 orang 91,18%

200
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

Pada tabel 2 di atas terlihat bahwa ketuntasan klasikal pada siklus III
ketuntasan belajar siswa secara kalsikal sebesar (91,18%).
pada siklus I belum tuntas karena belum Hasil yang diperoleh menjadi
mencapai 85% yang telah ditetapkan indikator bahwa dalam pembelajaran
sebelumnya. Sedangkan pada siklus II, ada peningkatan hasil belajar. Hal ini
dan siklus III telah mencapai ketuntasan sesuai dengan penelitian lain yang
secara klasikal. Hal ini menunjukkan menyatakan bahawa penerapan problem
bahwa hasil belajar siswa dengan posing mampu meningkatkan hasil
menerapkan model pembelajaran belajar siswa (Astra dkk., 2012). Siswa
problem posing dengan menggunakan yang menggunakan problem posing
LKS berbasis pendekatan ilmiah akan memiliki aktivitas dan kreativitas
(scientific aproach) adalah adalah yang lebih baik dibandingkan dengan
tuntas. siswa yang belajar dengan pembelajaran
Hasil belajar siswa materi konsep konvensional (Mahmuzah & Ikhsan,
zat yang berorientasi keterampilan 2014).
berpikir kritis siswa mencapai Respon siswa
ketuntasan secara klasikal pada siklus I Kriteria respon siswa dapat diketahui,
sebesar (78,13%) dan ketuntasan seperti yang tertera pada Tabel 3
klasikal pada siklus II (88,24%), dan berikut:
Tabel 3 Kriteria respon Siswa
Aspek Skor rata-rata Kategori
Model pembelajaran 23,38 Sangat baik
Media pembelajaran 23,64 Sangat baik
LKS 23,59 Sangat baik

Berdasarkan data pembelajaran, gambaran bahwa seluruh siswa


perlu didiskusikan berupa temuan- memberikan respon yang sangat baik
temuan selama pelaksanaan penelitian terhadap model pembelajaran yang
dengan menerapkan model diterapkan dan media, dan LKS
pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran yang digunakan, serta
meningkatkan keterampilan berpikir menyatakan berminat/bersedia untuk
kritis siswa. mengikuti kegiatan serupa. Penerapan
Berdasarkan hasil analisis data model problem posing memunculkan
respon siswa tersebut, diperoleh keyakinan dan percaya diri siswa,

201
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

memahami pendapat teman, dan pembelajaran problem posing


mengungkapkan ide penyelesaian menggunakan LKS berbasis pendekatan
alternatif (Mahmuzah & Ikhsan, 2014). ilmiah (scientific aproach) efektif
meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa kelas 7C SMPN 24
SIMPULAN
Banjarmasin pada materi konsep zat.
Berdasarkan temuan data aplikasi
praktis inovasi pembelajaran dapat
DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa:
Angelo, T. A. (1995). Improving
(1) Keterampilan berpikir kritis siswa
Classroom Assessment to Improve
dengan menggunakan LKS berbasis Learning: Guidelines from
Research and Practice. Assessment
pendekatan ilmiah (scientific
Update, 7(6).
aproach) dalam setting model
Astra, I. M., Umiatin, & Jannah, M.
pembelajaran Problem Posing pada
(2012). Pengaruh Model
materi ajar konsep zat adalah sangat Pembelajaran Problem Posing Tipe
Pre-Solution Posing Terhadap
baik.
Hasil Belajar Fisika Dan Karakter
(2) Ketuntasan belajar produk siswa Siswa SMA. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, 8, 135–143.
pada materi ajar konsep zat setelah
diajar dengan menggunakan LKS Ennis, R. H. (1993). Critical Thinking
Assessment: College of Education.
berbasis pendekatan ilmiah
Theory into Practice, 32(3).
(scientific aproach) dalam setting
Friedrichsen, P. M. (2001). A Biology
model pembelajaran Problem Course for Prospective Elementary
Posing adalah tuntas. Teachers. Journal The American
Biology Teacher, 63(8), 562–568.
(3) Respon siswa terhadap penggunaan
LKS berbasis pendekatan ilmiah Ibrahim, A. A. (2015). Comparative
Analysis Between System
dalam setting model pembelajaran Approach, Kemp, and ASSURE
Problem Posing menggunakan LKS Instructional Design Models.
Internasional Journal of Education
berbasis pendekatan ilmiah and Research, 3(1).
(scientific aproach) dalam setting
Indiati, I. (2008). Keefektifan strategi
model pembelajaran Problem Pembelajaran Kooperatif dan
Posing pada materi konsep zat Problem Posing dengan Kombinasi
Tutorial Online untuk
sangat baik. meningkatkan Pemahaman Materi
Mata Kuliah Fisika Dasar.
Secara umum dapat disimpulkan Pendidikan. Jurnal Media
bahwa dengan menerapkan model Penelitian, 2(2), 214–225.

202
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

Jabar, A. (2015). Penerapan Pendekatan Kegiatan Siswa (LKS) dan Media


Problem Posing Untuk Pembelajaran IPA SMP Berbasis
Meningkatkan Kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis.
Pemecahan Masalah. Math Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,
Didactic: Jurnal Pendidikan 2(3), 253–264.
Matematika, 1(2), 81–88.
Nur, M. (2000). Pengajaran Berpusat
Krulik, S., & Rudnick, J. A. (1999). Kepada Siswa dan Pendekatan
Innovative Tasks to Improve Konstruktivis dalam Pengajaran.
Critical and Creative Thinking Surabaya: Unesa.
Skills. In Developing
Mathematical reasoning in Grades Nurlaila, N., Suparmi, & Sunarno, W.
K-12 (pp. 138–145). Reston: (2013). Pembelajaran Fisika
National Council of Teachers of Dengan PBL Menggunakan
Mathematics. Problem Solving dan Problem
Posing Ditinjau Dari Kreativitas
Lewis, A., & Smith, D. (1993). Defining dan Keterampilan Berpikir.
Higher Order Thinking. Theory Inkuiiri, 2(2), 114–123. Retrieved
Into Practice, 32(3), 131–137. from
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.ph
Liliasari. (2000). Transformasi budaya p/sains
belajar mahasiswa calon guru
biologi dengan mengembangkan Presseisen, B. Z. (1984). Thinking
berpikir konseptual tingkat tinggi. Skills: Meanings, Models, and
Mimbar Penelitian, (32). Materials. (A. L. Costa, Ed.).
Alexandria: Association for
Mahmuzah, R., & Ikhsan, M. (2014). Supervision and Curriculum
Peningkatan Kemampuan Berpikir Development.
Kritis dan Disposisi Matematis
Siswa SMP dengan Menggunakan Rahman, A., Hartini, S., & An’nur, S.
Pendekatan Problem Posing. (2016). Perbedaan Keterampilan
Jurnal Didaktik Matematika, 1(2), Pemecahan Masalah pada
43–53. Pembelajaran Fisika Menggunakan
Metode Problem Posing dan
McMurarry, M. A., Beisenherz, P., & Problem Solving. Berkala Ilmiah
Thompson, B. (1991). Reliability Pendidikan Fisika, 3(1), 44–51.
and Concurrent Validity of A
Measure of Critical Thinking Safitri, R., & Jamal, M. A. (2016).
Skills in Biology. Journal of Pengembangan Perangkat
Research in Science Teaching, Pembelajaran IPA SMP
28(2), 183–191. Berorientasi Keterampilan Berpikir
Kritis pada Pokok Bahasan
Muazzamah, N. (2016). Perbedaan Hasil Getaran dan Gelombang dengan
Belajar IPA Siswa melalui Metode Model Pembelajaran Inkuiri
Problem Posing dan Metode Terbimbing. Berkala Ilmiah
Problem Solving di SMP Negeri Pendidikan Fisika, 3(3), 170–175.
26 Banjarmasin. Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika, 4(3), 262–267. Safputri, E. I., Zainuddin, Z., &
Mastuang, M. (2016).
Mukarram, A. A., Hartini, S., & Wati, Pengembangan Perangkat
M. (2016). Pengembangan Lembar Pembelajaran Fisika Pada Materi

203
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 6 no.2, Juni 2018

Ajar Usaha dan Energi Dengan Masalah Fisika Di Sekolah


Metode Problem Posing Dalam Lanjutan Tingkat Pertama.
Setting Model Pengajaran Universitas Negeri Surabaya.
Langsung Pada Siswa Kelas XI
SMAN 4 Banjarmasin. Berkala Susilo, H., Husnul, C., Ridwan, J., &
Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(2), Jumiati, Y. (2009). Lesson Study
91–98. Berbasis Sekolah: Guru
Konservatif Menuju Guru Inovatif.
Sasanti, M., Hartini, S., & Mahardika, Malang: Bayumedia.
A. I. (2017). Pengembangan LKS
Dengan Model IDL Untuk Syalehin, M. R., Hartini, S., & Suriasa,
Melatihkan Keterampilan Proses S. (2016). Pengembangan Lembar
Sains Pada Pokok Bahasan Listrik Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis
Dinamis Di SMAN 5 Banjarmasin. Keterampilan Berpikir Kritis untuk
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, Mendukung Implementasi
5(1), 49–62. Kurikulum 2013. Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika, 3(1), 52–55.
Suriasa. (2003). Penerapan Metode
Analisis-Sintesis Dalam Setting Wibawa, B. (2003). Penelitian Tindakan
Pembelajaran Berdasarkan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjend.

204

Anda mungkin juga menyukai