BAB I
PENDAHULUAN
karena dalam belajar, siswa cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka
ingat jika diberi contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba
masalah peserta didik. Proses pembelajaran yang baik tidak hanya memperhatikan
menggunakan model pembelajaran yang baik dan melibatkan peran aktif peserta
didik (Ibrahim dkk, 2017: 2). Pembelajaran dapat dilakukan dengan pemberian
masalah nyata, langsung, serta relevan dengan kebutuhan siswa tersebut, sehingga
siswa dapat memperoleh informasi yang relevan untuk setiap masalah tertentu
dalam suatu pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi para siswa
2
siswa akan lebih bermakna karena siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang
dipelajari melalui tahap demi tahap (Darmaji dkk, 2020: 1015). Keterampilan
keterampilan proses sains konsep yang diperoleh peserta didik, akan lebih
yaitu pembelajaran fisika yang memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dan
memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan sikap-sikap ilmiahnya melalui pemberian pengalaman
pembelajaran yang bermakna (Jannah dkk, 2015: 1).
yang aktif dan menyenangkan melalui pemilihan model pembelajaran yang sesuai
dan tepat. Hal ini karena model pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat
membuat grafik, mengan alisis data, dan merumuskan kesimpulan, yang dikemas
menunjukkan bahwa rata-rata KPS siswa dengan perolehan tertinggi 2,94 dan
13,8 % berada pada kriteria sedang, 86,2 % 13,8% pada kategori sedang, dan
tidak ada KPS siswa yang berada pada kategori rendah. Hasil penelitian Fadlia
masing-masing kelas yaitu pada kelas XI-MIA I sebesar 0,39 dan kelas XI-MIA
II N-gain sebesar 0,38 kedua kelas tersebut termasuk pada kategori sedang.
4
Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru fisika kelas X di SMA
disebabkan karena dari awal siswa menganggap fisika adalah mata pelajaran yang
sulit dengan berbagai rumusnya. Guru fisika juga menjelaskan bahwa ada
beberapa siswa yang saat proses pembelajaran terlihat mampu namun saat
evaluasi nilainya tidak mencapai KKM. Hal-hal tersebut dapat disebabkan oleh
keterampilan proses sains, guru fisika kelas X ini menjelaskan bahwa belum
pernah mengukur secara pasti tingkat keterampilan proses sains setiap siswa atau
Identifikasi Masalah
Hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika yang masih dibawah KKM
Pembatasan Masalah
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X IPA 1 dan IPA 2 semester genap di
SMA Kristen Dian Halmahera.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
ini adalah:
Manfaat Penelitian
berikut:
Manfaat teoritis
Manfaat praktis
Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk lebih mengaktifkan keterampilan proses
sains dengan model pembelajaran CCDSR (Condition, Contruction, Development,
Simulation, Reflection) untuk melatihkan pemecahan masalah siswa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Deskripsi Konseptual
7
sebagai salah satu elternative solusi dalam pembelajaran fisika Metode yang harus
dikuasai oleh siswa dan guru berupa metode diskusi, presentase dan percobaan.
ciri khusus (karakteristik) dari model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
Limatahu (2018).
8
Fase
Siswa termotivasi memperoleh gambaran tentang tujuan pembelajaran dan pentingnya ketarmpilan
proses sains (KPS) kaitanya dengan materi yang di ajarkan.
Siswa mengkonstruksi kaitan materi pelajaran pemahaman mengenai KPS dan merancang
pembelajaran.
Siswa mencari dan mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada sesuai
dengan panduan praktikum serta bertukar pendapat dengan siswa lain/kelompok lain
Siswa secara kelompok mengevaluasi proses dan hasil proses KPS serts ketrampilan merancang
pembelajran KPS tentang KPS siswa.
Sintak
Tabel 2.2 Aktivitas guru dan siswa dalam model pembelajaran CCDSR
Aktivitas guru
Aktivitas siswa
a.guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pentingnya ketrampilan proses sains (KPS)
c.guru membimbing siswa membentuk kelompok (4-6 siswa ) dan membagikan LKS
c. siswa membentuk kelompok (4-6) orang selanjutnya menerima LKS untuk melaksanakan
percobaan
a. guru menyajikan fenomena dan siswa mengamti (observasi) untuk mendapat satu permasalahan
yang akan di selesaikan bersama
c. guru membibing siswa untuk melakukan kegiatan percobaan untuk melatihkan KPS sebagai
proses intenalisasi KPS yang telah di miliki siswa
a.siswa mengamati (observasi) untuk mendapat masalah yang akan di selesaikan bersaman
b.siswa dapat menyelesaikan tugas membuat perencanaan pembejalaran yang melatihkan KPS
c.siswa melakukan kegiatan percobaan untuk melatihkan KPS sebagai proses internalisasi KPS
yang telah di miliki siswa
c.menentukan variable
Guru membibing siswa untuk megumpulkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan
panduan praktikum
Siswa mencari dan mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada sesuai
dengan panduan praktikum serta bertukar pendapat dengan siswa lain/kelompok lain ) untuk
menigkatkan pemahaman KPS dan ketrampilan merencanakan pembelajaran KPS siswa
b.menentukan sub materi atau konsep yang akan di bahas menilai kecukupan indicator
sebagai penanda tercapainya KD
c.interfensi
d. interperstasi data
b. mengevaluasi prosesdan hasil ketrampilan merencanaan pembelajaran KPS tentang KPS siswa
Sistem sosial
Suchaman ingin sistem sosial dalam model bersifat kooperatif dan ketat.
Walaupun model latihan ini disusun dengan baik dengan sistem sosial yang
sepenuhnya yang dikontrol oleh guru, lingkukan intelektual haruslah tetap terbuka
bagi semua gagasan yang relevan; guru dan siswa berpatisipasi secara sederajat
dimana akan ada banyak gagasan yang nanti bisa saling didiskusikan bersama.
Selain itu guru seharusnya mendorong siswa untuk mulai mengawali,
mempraksai, dan menjalankan penelitian sebisa mungkin. Saat siswa belajar
prinsip-prinsip penelitian, struktur pengajaran dapat diperluas hingga pada
pengunaan materi-materi sumber, dialog dengan siswa lain,eksperimentasi dan
diskusi dengan guru.
Berdasarkan sintaks yang telah di susun di atas, sistem social yang menyatakan
peran dan hubungan antara guru dan siswa yang di sarankan, yaitu; siswa pro aktif
dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan konstrbusi dalam KPS dalam
kerjan nya, guru berperan sebagai pembimbing, moderator, fasilitator, konsultan,
dan mediator dalam proses pembelajaran dalam upaya peningkatan KPS.
Prinsip reaksi
Sistem pendukung
Sistem pendukung suatu model pembelajaran adalah semua sarana, bahan, dan
alat untuk menerapkan model pembelajaran CCDSR.sistem penerapan dalam
model pembelajaran CCDSR, yaitu:
silabus, RPP, LKS, prototype buku guru dan siswa, instrument evaluasi KPS,
Salah satu acuan dari model pemebelajaran dikatakan efektif, jika dalam
penerapanya mampu menghasilkan dan mencapai apa yang menjadi tujuan utama
sebagai dampak instruksional dari pembelajaran. Dampak instruksional dari
model pembelajaran CCDSR, yaitu: siswa mampu menigkatkan KPS dan
pembelajaranya. Dampak mengiring merupakan hasil belajar lain tercipata dari
proses pembelajaran yang di alami oleh siswa dengan arahan guru. Dampak
pengiring dari model pembelajran CCDSR, yaitu: motivasi dan respon siswa
terhadap pembelajaran positif, mengembangkan keterampilan sosial, dan siswa
mampu mengembangkan keterampilan metakognisi.
ilmu pengetahuan. Keterampilan Proses Sains (KPS) sangat penting bagi setiap
14
landasan berpikir logis. Oleh karena itu, Keterampilan Proses Sains sangat penting
dimiliki siswa.. Secara spesifik salah satu tujuan pembelajaran fisika yaitu agar
Jenis
Sub ketrampilan
Mengamati
15
Menggunakan indera
Menafsirkan pengamatan
Menarik kesimpulan
Mengelompokkan
Mencari perbedaan
Mengontraskan ciri-ciri
Mencari kesamaan
Membandingkan
Meramalkan
Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan kecenderungan yang sudah
ada
Berkomunikasi
6
16
Berhipotesis
Menerapkan konsep
Menggunakan konsep-konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
Merencanakan penelitian
Menentukan variabel-variabel
Menentukan variabel yang harus dibuat tetap dan yang mengalami perubahan
Mengajukan pertanyaan
keterampilan yang terdiri dari keterampilan dasar proses sains dan keterampilan
sains terintegrasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 (Rezba,
Ketrampilan
Sub ketrampilan
Mengamati
Mengamati perubahan
Mengkomunikasikan
Mengklasifikasi
Mengukur
Menyimpulkan
Memprediksi
Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola
angsudah ada.
Ketrampilan
Sub ketrampilan
Mengidentifikasi variabel
Menggambarkan grafik
Menganalisis investigasi
Membuat hipotesis
Mendesain eksperimen
10
Melakukan eksperimen
Melakukan investigasi yang sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi atau dipelajari
a. Momentum
mengerakkan suatu benda. Momentum merupakan hasil kali antara massa dengan
juga termasuk besaran vektor yang arahnya sama dengan arah kecepatan benda.
p=m x v ……………………………………………………………...(2.1)
Keterangan:
b. Impuls
menendang bola, kaki pemain tersebut tentu menempel pada bola. Ketika kaki
menempel pada bola disebut waktu kontak (∆ t ¿ .Gaya kontak yang diberikan
pada suatu benda dalam waktu singkat dinamakan gaya implusif. Gaya ini
mengakibatkan benda bergerak semakin cepat. Makin lama gaya impuls bekerja,
makin cepat benda bergerak. Jadi, impuls adalah peristiwa gaya yang bekerja
dalam waktu sesaat. Hasil kali gaya yang bekerja pada benda dengan waktu
kontak disebut impuls (I). Impuls merupakan besaran vektor yang arahnya searah
dengan arah gayanya. Secara matematis impuls dapat ditulis sebagai berikut:
I=F x ∆ t ……………………………………………………………...(2.2)
Keterangan:
I = impuls (Ns)
Impuls yang dilakukan oleh sebuah gaya besarnya sama dengan luas
bekerja selama selang waktu ∆ t =2 s . Impuls yang dilakukan gaya tersebut adalah
20 Ns. Luas daerah yang diarsir di bawah grafik F terhadap t sama dengan (10 N )
x (2 s ) =20 Ns. Grafik F terhadap t dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
10
4 6
22
Gambar 2.1 Grafik gaya (F)terhadap waktu (t) ,( Risdiyani dkk, 2019 : 95).
Menurut hukum II Newton, jika benda menerima gaya yang searah dengan gerak
benda, maka benda akan dipercepat. Percepatan rata-rata yang disebabkan oleh
F
a= ………………………………………………..………………..(2.3)
m
v−v 0
a= …………………………………………………….………..(2.4)
t
sama dengan lamanya gaya bekerja, maka dari kedua persamaan di atas anda
F v−v 0
=
m t
F . ∆ t=m . v−m. v 0
I =m( v−v 0 )
I =∆ P ………………………………………………...…………..…(2.5)
23
Keterangan:
I =¿ besar impuls (Ns)
m=¿ massa benda (kg)
v = besar kecepatan (kelajuan) akhir benda (m/s)
v 0=¿ kecepatan (kelajuan) mula-mula benda (m/s)
∆ P=¿ besar perubahan momentum (kg m/s)
benda sama dengan perubahan momentum yang dialami benda tersebut, yaitu
kecepatan sama, truk akan memberikan efek yang lebih serius. Hal ini
lebih kecil.
5) Orang yang jatuh di atas batu akan merasakan efek yang lebih besar
dibandingkan jatuh di atas spon. Hal ini karena spon memberikan waktu
massa batu dan bola sama. Ini terjadi karena selang waktu kontak antara
7) Pejudo yang dibanting pada matras dapat menahan rasa sakit karena selang
waktu kontak antara punggung Pejudo dengan matras lebih lama sehingga
Tabrakan/Tumbukkan
momentum. Perhatikan uraian berikut. Dua buah bola pada gambar 2.2 bergerak
Jika kedua bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada suatu saat
ternyata sesuai dengan pernyataan hukum III Newton. Kedua bola akan saling
menekan dengan gaya F yang sama besar, tetapi arahnya berlawanan. Akibat
adanya gaya aksi dan reaksi dalam selang waktu ∆ t tersebut, kedua bola akan
' '
saling melepaskan diri dengan kecepatan masing-masing sebesar v1 dan v 2.
Penurunan rumus secara umum dapat dilakukan dengan meninjau gaya interaksi
F 1−F2…………………………………………………………...….....(2.6)
Keterangan:
F 1=¿ Gaya aksi (N)
F 2=¿ Gaya reaksi (N)
26
∆ p1=−∆ p2
' '
m1 v 1−m1 v 1=−(m2 v 2 −m2 v 2 )
' '
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m 2 v 2
Keterangan:
p1 , p2 =¿ momentum benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
' '
p1 , p2 =¿ momentum benda 1 dan 2 sesudah tumbukkan
m1 ,m2=¿ massa benda 1 dan 2
v1 , v 2=¿ kecepatan benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
menyatakan bahwa “jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka
e. Tumbukan
Kata tumbukan mungkin tidak asing bagi anda. Dalam kehidupan sehari-
hari kita sering menyaksikan peristiwa tumbukan. Kecelakaan yang terjadi di jalan
baik antara sepeda motor dengan sepeda motor, mobil dengan mobil, maupun
27
antara sepeda motor dengan mobil. Dalam olahraga juga dapat terjadi peristiwa
tumbukan, misalnya dalam permainan sepak bola, tumbukan terjadi antara kaki
dengan bola atau antara pemain bola. Tumbukan merupakan hasil interaktif dua
benda yang bergerak searah maupun berlawanan arah, (Risdiyani dkk, 2019 :
101).
dan energi kinetik setelah tumbukan. Dengan kata lain tumbukan lenting
kinetik.
tumbukan. Tidak ada energi kinetik yang hilang selama proses tumbukan.
Gambar 2.3
Tumbukan lenting sempurna antara dua benda, (Risdiyani dkk, 2019 : 101).
sebesar v'1 dan v'2 dengan arah saling berlawanan. Berdasarkan hukum kekekalan
berikut:
∑ E k=∑ E 'k
Ek 1+ Ek 2=E'k + E'k1 2
1 1 1 +1
m1 v 1+ m2 v 2= m1 (v '1 )2 m2 (v '2 )2
2 2 2 2
1 1 1 1
m1 v 21− m1 v ' 21 = m2 v ' 22− m2 v 22
2 2 2 2
m1 ( v 21−v ' 21) =m2 (v ' 22−v 22)
dapat ditulis:
' '
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m 2 v 2
29
' '
m1 v 1−m1 v 1=m2 v 2−m2 v 2
kekekalan momentum.
(2.10)
Perbandingan antara nilai selisih kecepatan kedua benda sebelum dan sesudah
(2.11)
sangat singkat ketika kedua benda bertumbukan, karena pada saat itu belum
ada gaya luar yang bekerja. Secara matematis hukum kekelan momentum
Karena setelah tumbukan benda salng menempel (melekat), berarti v'1 =v '2=v ,
Gambar 2.4 Tumbukan tidak lenting sama sekali yang terjadi antara dua benda,
(Risdiyani dkk, 2019 : 103).
'
m1 v 1+ m1 ( 0 )=(m1 +m2)v
(e ) adalah:
' '
−v1 −v2
e= =0 ................................................................................(2.13)
v 1 −v 2
Jadi, besar koefisien restitusi pada tumbukan tidak lenting sama sekali
Salah satu contoh tumbukan tidak lenting sam sekali adalah ayunan balistik.,
kecepatan peluru.
kecepatan relatif juga berkurang dengan suatu faktor tertentu yang disebut
sebagai berikut:
−(v 2−v 1)
e= ………………………………………...……………(2.14)
(v 2−v 1)
1 (0 < e < 1). Misalnya, sebuah bola tenis dilepas dari ketinggian h1 di atas
v=√ 2 gh………………………………………………………….(2.15)
Keterangan:
v=¿ kecepatan bola (m/s)
g=¿ percepatan gravitasi (m/s)
h=¿ tinggi (kedudukan) bola (m). (Risdiyani dkk, 2019 : 106).
33
(Saiful & Limatahu, 2021), berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data,
peneliti memperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran CCDSR cukup
efektif meningkatkan KPS siswa dengan kriteria cukup dilihat dari hasil analisis
respon siswa terhadap model pembelajaran CCDSR, juga menunjukan adanya
peningkatan keterampilan proses sains siswa dilihat dari perbedaan perbedaan
nilai pretest dan posttest siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 13 Halmahera Selatan
dengan menggunakan model pembelajaran CCDSR, serta hasil penelitian ini
menunjukan peningkatan peningkatan di semua indikator keterampilan proses
sains siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 13 Halmahera Selatan sesudah diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran CCDSR.
Kerangka Teoritik
Hipotesis Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian
Utara.
Waktu Penelitian
Metode Penelitian
penelitian yang digunakan adalah one group pre-test post-test design yaitu
pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi
O1 X O2
Keterangan:
O1 = pretest
X = treatment
O2 = jenis perlakuan perlakuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X IPA SMA
Kristen Dian Halmahera yang terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas X IPA-1 sampai
penelitian ini adalah dua kelas, yakni kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan
Variabel Penelitian
dilambangkan dengan (X) yang dilakukan eksperimen pada kelas A dan B sesuai
desain penelitian.
Variabel terikat
diberi perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest) pada konsep
Definis Konsep
Definisi Operasional
Model pembelajaran CCDSR diambil dari angket respon siswa yang dibagikan
sesuai dengan aspek indikator:
Mengkondisikan siswa
Mengkontruksi siswa
Mensimulasi siswa
Merefleksi
Merumuskan masalah
Merumuskan hipotesis
Mengidentifikasi variabel
Merancang tabel
Membuat grafik
Menganalisis data
Merumuskan kesimpulan
Instrumen Penelitian
39
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes
keterampilan proses sains siswa dalam bentuk LKPD yang digunakan untuk
mengetahui keterampilan proses sains siswa sebelum dan setelah diajarkan
menggunakan model CCDSR. Tes keterampilan proses sains dalam bentuk LKPD
dengan pendekatan Saintifik didalamnya terdapat sembilan indikator
keterampilan proses sains.
Nilai ketrampilan proses sains hasil pre-tes dan post–test siswa di analisis dengan
N-gain. N-gain menunjukan derajat peningkatan KPS siswa sebelum dan setelah
mengunakan model pembelajaran CCDSR perolehan N-gain dapat dihitung
dengan menggunakana rumus:
Hasil perhitungan dengan rumus indeks gain dapat dikategorikan sesuai kriteria
pada tabel 3.2 indeks gain dibawah ini
Nilai N-gain
Kriteria
0.70 <N-Gain
N-gain< 30
Tinggi
Sedang
Rendah
Uji homogenitas dan uji normalistas di jadikan acuan untuk menentukan uji
statistic parametrik atau non parametrik. Data ketrampilan proses sains di analisis
dengan uji statistic inferensial dengan bantuan SPSS.
BAB IV
Dalam penelitian ini keterampilan proses sains peserta didik dapat dilihat
berdasarkan hasil pretest dan posttest yang diberikan pada peserta didik.
Pemberian pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik
sebelum diberi perlakuan yaitu diajarkan materi momentum dan impuls
menggunakan model pembelajaran CCDSR. Nilai rata-rata hasil pretest dan
posttest kedua kelas tercamtum dalam tabel 4.1 berikut.
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pretest IPA 1
18
22.22
66.66
55.3967
11.08869
Posttest IPA 1
18
75.00
100.00
85.4894
7.47523
Pretest IPA 2
18
38.00
63.88
50.8617
5.59765
Posttest IPA 2
18
72.22
97.22
83.8983
8.68157
Valid N (listwise)
18
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pretest kelas
50,86. Ditunjukkan pula untuk nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen X
42
IPA 1 adalah 85,48 dan kelas replikasi X IPA 2 sebesar 83,89. Dari data tersebut
tidak ada perbedaan nilai yang mencolok antara kelas eksperimen maupun
replikasi, baik nilai pretest maupun posttest karena model pembelajaran yang
Hasil Penelitian
Keterampilan proses sains siswa pada kelas X IPA 1 dan X IPA 2 dinilai
menggunakan tes LKPD. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest), kemudian diukur
peningkatan melalui perhitungan N-gain disetiap indikator keterampilan proses
sains yang diperoleh siswa pada kelas X IPA 1 dan X IPA 2 tercantum pada tabel
4.2. Berdasarkan tabel tersebut tampak Keterampilan proses sains siswa untuk
kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X IPA 2 masing-masing mengalami
peningkatan (Lampiran 9c).
dengan nilai rata-rata n-gain pada kelas eksperimen maupun kelas replikasi
sebesar 0,66. Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada aspek keterampilan
proses sains. Ada 9 ndikator keterampilan proses sains yang dikerjakan peserta
didik pada lembar LKPD saat pre-test dan post-test diantaranya merumuskan
(Limatahu, 2018). Berikut ini merupakan hasil data keterampilan proses sains
Tabel 4.5 Presentase data keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas
replikasi
Kela Data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-
s rata
Eks Pretest 28,9 31, 38,8 29,1 100 100 51,3 47,2 69, 55,1
9 4
Posttest 81,9 77, 75 66,6 100 98, 94,4 87,5 87, 85,4
7 6 5
n-gain 0,74 0,6 0,59 0,52 0 0 0,88 0,76 0,5 0,53
7 9
Rep Pretest 26,3 25 43 31,9 100 98, 51,3 43 41, 51,1
6 6
Posttest 88,8 86, 59,7 56,9 100 98, 88,8 91,6 84, 83,9
1 6 7
n-gain 0,84 0,8 0,29 0,36 0 0 0,77 0,85 0,7 0,52
1 3
yang paling besar peningkatannya adalah pada kelas eksperimen. Dilihat dari
adalah indikator ketujuh yaitu merancang grafik. Jika dikonversikan dalam bentuk
Gambar 4.1. grafik presentase data keterampilan proses sains siswa berdasarkan
indikator keterampilan proses sains
44
120
1
100
2
80 3
4
60
5
40 6
7
20
8
0 9
pretest kelas eks posttest kelas eks pretest kelas rep posttest kelas rep
sains diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Bahwa
persentase ratarata keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan
pembelajaran yang digunakan juga sama yaitu model pembelajaran CCDSR. Pada
kelas eksperimen rata-rata keterampilan proses sains ketika uji pretest sebesar
55,1% sedangkan ketika posttest sebesar 85,4%. Pada kelas replikasi rata-rata
keterampilan proses sains ketika uji pretest sebesar 51,1% sedangkan ketika post-
test sebesar 83,9%. Terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa pada
keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen maupun kelas replikasi
meningkat. Jika dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh kelas eksperimen
tidak ada ada perbedaan yang menonjol pada kelas eksperimen maupun kelas
Hasil penelitian ini diperkuat teori konstruktivis kognitif oleh Piaget (1954),
setiap siswa dalam usia berapa pun secara aktif terlibat dalam proses perolehan
orang menangani rangsangan pada tingkat pemrosesan mental yang berbeda dan
hanya akan menyimpan informasi yang telah ditangani melalui pemrosesan yang
Kegiatan KPS tersebut relevan dengan hasil penelitian Dogan & Kunt (2016),
Zeidan & Jayosi (2015), dan Colvill & Pattie (2002) yang menyimpulkan bahwa
penyelidikan ilmiah sistematis sebagai dasar literasi sains ilmiah (Rahman dkk,
2020: 1787).
Selain uji n gain, data pretest posttest juga dilakukan uji statistik non
parametrik. Uji non parametrik digunakan karena pada saat uji normalitas ada
46
salah satu data yang tidak berdistribusi normal. Uji non parametrik yang
digunakan adalah uji wilcoxon. Uji wilcoxon bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel yang saling berpasangan. Hipotesis yang
Berikut adalah hasil dari uji non parametrik wilcoxon yang dianalisis
Ties 0c
Total 18
a. posttest kelas eksperimen < pretest kelas eksperimen
b. posttest kelas eksperimen > pretest kelas eksperimen
c. posttest kelas eksperimen = pretest kelas eksperimen
Ties 0c
Total 18
Ties 0c
Total 18
Negative Ranks atau selisih (negatif) antara keterampilan proses sains untuk
pretest dan posttest kelas eksperimen maupun kelas replikasi adalah 0, baik itu
nilai N, Man Rank maupun Sum of Ranks. Nilai ini menunjukkan tidak adanya
Positive ranks atau selisih (positif) antara keterampilan proses sains untuk
pretest dan posttest kelas eksperimen. Disini terdapat 18 data positif (N) yang
pretest ke posttest. Mean Rank aatau rata-rata peningkatan tersebut adalah sebesar
9,50, sedangkan jumlah rangking positif atau sum of ranks adalah 171,00.
Ties adalah kesamaan nilai pretest dan posttest, disini nilai Ties adalah 0,
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada nilai yang sama antara pretest dan
postest.
Tabel 4.4 Test Statistics kelas eksperimen Tabel 4.5 Test Statistics kelas replikasi
Z -3.729a Z -3.729a
Pengambilan keputusan
0,000 bisa dilihat pada kelas eksperimen maupun kelas replikasi. Karena nilai
0,000 lebih kecil dari < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
Artinya ada perbedaan antara ketermpilan proses sains siswa untuk pretest dan
posttest baik pada kelas eksperimen maupun kelas replikasi. Sehingga dapat
Dari uji non parametrik wilcoxon yang telah dianalisis menggunakan SPSS
16 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan peningkatan ketermpilan proses sains
siswa pada kelas eksperimen maupun kelas replikasi karena kedua kelas sama-
BAB V
Kesimpulan
kelas replikasi dimana rata-rata perhitungan skor n gain pada kelas eksperimen
dan kelas replikasi adalah sama yaitu 0,6 yang berada pada kriteria sedang.
Sedangkan pada uji wilcoxon positive ranks atau selisih (positif) antara
keterampilan proses sains untuk pretest dan posttest kelas eksperimen maupun
kelas replikasi terdapat 18 data positif (N) yang artinya ke 18 siswa mengalami
peningkatan keterampilan proses sains dari nilai pretest ke posttest. Mean Rank
atau rata-rata peningkatan tersebut adalah sebesar 9,50, sedangkan jumlah
rangking positif atau sum of ranks adalah 171,00.
Saran
kepada:
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan referensi bagi
sekolah yang ingin meningkatkan keterampilan proses sains siswa.