Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Administrasi Pendidikan


(Volume 4 Tahun 2013)

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN


BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS
MATEMATIS PADA SISWA KELAS X AKOMODASI
PERHOTELAN SMK PGRI PAYANGAN

I P.G.Widiada1, Made Candiasa2, Nyoman Natajaya3


1.3
Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:{gede.widiada, made.candiasa, nyoman.natajaya}@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi model pembelajaran
berbasis masalah ditinjau dari kecerdasan logis matematis terhadap hasil belajar
matematika pada siswa kelas X Akomodasi Perhotelan SMK PGRI Payangan, dengan
rancangan Post Test Only Control Group Design dengan sampel 120 orang yang dipilih
dengan menggunakan teknik Random Sampling. Data diolah dengan analisis varians
dua jalur melalui uji F dan uji Tukey. Hasil penelitian: (1) hasil belajar matematika siswa
dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan
pembelajaran konvensional, (2) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran
dengan kecerdasan logis matematis terhadap hasil belajar matematika, (3) untuk siswa
yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi, hasil belajar matematika siswa dengan
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada dengan pembelajaran
konvensional, (4) untuk siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah, hasil
belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada
dengan pembelajaran berbasis masalah. Kesimpulan: model pembelajaran berbasis
masalah berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kecerdasan
logis matematis pada siswa kelas X Akomodasi Perhotelan SMK PGRI Payangan.

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Kecerdasan Logis Matematis,


Hasil Belajar Matematika.

Abstract
This study aimed at finding out and analyzing the effect of implementation problem based
learning model towards mathematics learning output viewed from mathematic logical
intelligence of the tenth grade Hotels Accommodation Students of SMK PGRI Payangan,
with the master plan Post Test Only Control Group Design, for 120 students selected by
random sampling technique. Data analyzis was done by using F test and Tukey test. The
result: (1) the mathematic learning output of the students who studied through problem-
based learning model was higher than who studied through conventional learning model,
(2) There was an interaction effect between learning model and mathematic logical
intellegence upon mathematic learning output, (3) the students with a high mathematic
logical intellegence and studied through problem-based learning model had a higher
mathematic learning output, (4) the students with a low mathematic logical intellegence
and studied through conventional learning model had a higher mathematic learning
output than who studied through problem-based learning model. Concluded that
implementation problem-based learning model has an effect upon the student’s
mathematic learning output viewed from mathematic logical intellegence of the tenth
grade Hotels Accommodation Students of SMK PGRI Payangan.

Keywords : Problem Based Learning, Mathematic Logical Intellegence, Mathematic


Learning Output.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

PENDAHULUAN
Pendidikan berperan untuk prosedur mana yang dipilih untuk
membentuk sumber daya manusia yang menyelesaikan masalah dan bagaimana
berkualitas dan memiliki kesiapan untuk menyelesaikan dengan prosedur tersebut.
menghadapi kemajuan dan perkembangan Bahkan seringkali terjadi, dalam
IPTEK yang semakin berkembang. Bidang menanamkan konsep hanya menekankan
pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi bahwa konsep-konsep itu merupakan
peningkatan kualitas sumber daya manusia aturan yang harus dihafal, tidak perlu tahu
agar mereka memiliki kemampuan berpikir dari mana asal-usul rumus tersebut
secara kritis, logis, sistematis, kreatif, sehingga membuat penalaran siswa kurang
akurat dan cermat, sehingga mampu berkembang dan belajar matematika
menghadapi berbagai tantangan dalam menjadi tidak baik dan menarik.
kehidupan secara mandiri dan percaya diri. Menyikapi permasalahan yang
Pendidikan memberikan kontribusi berkaitan dengan kondisi kegiatan
yang sangat besar terhadap kemajuan pembelajaran di kelas, rendahnya
suatu negara, merupakan wahana dalam keterampilan berpikir dan pembelajaran
menterjemahkan pesan-pesan konstitusi, yang bermakna perlu diupayakan perbaikan
serta sarana membangun watak bangsa dan inovasi dalam proses pembelajaran.
(Nation Character Building). Masyarakat Dalam pembelajaran guru diharapkan
yang cerdas akan memberi nuansa (1) Menggunakan metode inquiry atau
kehidupan yang cerdas pula, dan secara discovery, (2) Mengadakan latihan
progresif akan membentuk kemandirian, kepekaan agar siswa mampu menghayati
dan kreativitas (Mulyasa, 2007). Pendidikan perasaan dan berpartisipasi dalam
formal merupakan tempat yang sangat kelompok lain, (3) Guru bertindak fasilitator
strategis untuk meningkatkan sumber daya dalam pembelajaran (Syaiful Sagala, 2003).
manusia, sehingga pendidikan formal Beberapa hasil penelitian
diharapkan mampu memberikan kontribusi mengatakan bahwa sangat penting untuk
bagi pengembangan sumber daya manusia mengadakan inovasi dalam pembelajaran
melalui mata pelajaran yang diajarkan. agar lebih bermakna. Savoie & Andre
Pengembangan kemampuan tersebut (1994) mengobservasi adanya peningkatan
antara lain dapat dilakukan melalui motivasi belajar setelah siswa diberi
pendidikan matematika. pembelajaran dengan menggunakan
Standar kompetensi mata pelajaran strategi pembelajaran dengan
matematika yaitu siswa memiliki diorientasikan pada pemecahan masalah
kemampuan berpikir logis, analitis, yang dialami siswa sehari-hari. Sementara
sistematis, kritis dan kreatif, serta Boud & Feletti (dalam Gallagher, 1995)
mempunyai kemampuan bekerjasama menyatakan bahwa informasi yang diterima
(Depdiknas, 2006). Dalam proses belajar siswa akan lebih lama diingat jika siswa
mengajar, masih banyak guru matematika belajar melalui pemecahan masalah yang
yang mengajarkan prosedur dengan tanpa sesuai dengan masalah yang dialami pada
menjelaskan mengapa prosedur tersebut kehidupan sehari-hari.
digunakan. Sehingga siswa beranggapan Menyikapi permasalahan yang
bahwa menyelesaikan masalah, cukup berkaitan dengan kondisi kegiatan
memilih prosedur penyelesaian yang sesuai pembelajaran di kelas, rendahnya
dengan masalah yang diberikan. Dick dan kemampuan dan keterampilan berpikir serta
Carey (dalam Uno: 2007) berpendapat pembelajaran yang bermakna perlu
bahwa strategi belajar mengajar tidak diupayakan perbaikan dan inovasi dalam
hanya terbatas pada prosedur kegiatan, proses pembelajaran. Seperti dikatakan
melainkan juga termasuk didalamnya Fruner dan Robinson (2004) bahwa untuk
materi atau paket pengajarannya. Dalam meningkatkan keterampilan berpikir
hal ini fokus pembelajaran tidak pada pembelajaran bermakna harus difokuskan
mengapa prosedur tertentu itu yang pada pemahaman konsep dengan berbagai
digunakan untuk menyelesaikan, tetapi pendekatan daripada prosedural.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

Sehubungan dengan hal tersebut, penganut pembelajaran autentik (Authentic


aliran kognitif seperti Piaget berpendapat Instruction), dan pembelajaran bermakna.
ada dua proses yang terjadi dalam Dalam Pembelajaran berdasarkan masalah
perkembangan dan pertumbuhan kognitif (Problem Based Learning), pemecahan
anak yaitu: (1) proses assimilation, dalam masalah didefinisikan sebagai proses atau
proses ini menyesuaikan atau upaya untuk mendapatkan suatu
mencocokkan informasi yang baru dengan penyelesaian tugas atau situasi yang
apa yang telah ia ketahui, (2) proses benar-benar nyata sebagai masalah
accomodation yaitu anak menyusun dan dengan menggunakan aturan-aturan yang
membangun kembali atau mengubah apa sudah diketahui. Jadi Pembelajaran
yang telah diketahui sebelumnya sehingga berdasarkan masalah (Problem Based
informasi yang baru dapat disesuaikan Learning) adalah lebih memfokuskan
menjadi lebih baik (Syaiful Sagala, 2003). pada masalah kehidupan nyata yang
Artinya penyesuaian struktur kognitif yang bermakna bagi siswa. Dalam proses
diterima terhadap struktur kognitif pembelajaran memecahkan masalah
sebelumnya merupakan hasil proses berupaya menanamkan dasar-dasar
berpikir siswa. Selanjutnya pandangan Carl berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga di
R. Rogers menitikberatkan segi pengajaran, dalam proses pembelajaran ini siswa lebih
bukan belajar. Maksudnya manusia belajar banyak belajar sendiri, mengembangkan
pada hal-hal yang bermakna bagi dirinya. kreativitas dalam memecahkan masalah.
Untuk itu dalam pembelajaran guru Siswa benar-benar ditempatkan sebagai
diharapkan (1) menggunakan subjek yang belajar.
metode inquiry atau discovery, (2) Beberapa alasan mengapa
mengadakan latihan kepekaan agar siswa pembelajaran berdasarkan masalah
mampu menghayati perasaan dan (Problem Based Learning) digunakan
berpartisipasi dalam kelompok lain, (3) guru dalam proses pembelajaran: (1) Seorang
bertindak fasilitator dalam pembelajaran lulusan tidak dapat menanggulangi masalah
(Syaiful Sagala, 2003). Dengan pemilihan yang dihadapinya hanya dengan
metode, strategi yang cocok diharapkan menggunakan satu disiplin ilmu dan ia
adanya perubahan dari mengingat harus mampu menggunakan dan
(memorizing) atau menghafal (rote learning) memadukan ilmu-ilmu pengetahuan yang
ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman telah dipunyai atau mencari ilmu
(understanding), dari model ceramah ke pengetahuan yang dibutuhkannya dalam
pendekatan discovery learning atau inquiry rangka menanggulangi masalahnya,
learning, dari belajar individual ke (2) Integrasi antara berbagai
kooperatif, serta dari subject centered ke konsep/prinsip/informasi cabang ilmu
clearer centered atau terkonstruksinya dapat terjadi, (3) Kemampuan siswa untuk
pengetahuan siswa (Setiawan 2005). secara terus menerus melakukan “up-
Salah satu model instruksional dating” atau pengembangan
kognitif adalah pembelajaran berdasarkan pengetahuannya tercapai, (4) Perilaku
masalah (Problem Based Learning/PBL). sebagai seorang “ life long learner” dapat
Pembelajaran berdasarkan masalah tercapai, (5) Langkah-langkah PBL yang
(Problem Based Learning/PBL) adalah dilaksanakan melalui diskusi kelompok
suatu model pembelajaran yang didasarkan dapat menghasilkan sejumlah keterampilan
pada prinsip menggunakan masalah diantaranya: (a) keterampilan penelusuran
sebagai titik awal akuisisi dan integrasi kepustakaan; (b) keterampilan membaca;
pengetahuan baru. Model pembelajaran ini (c) keterampilan atau kebiasaan membuat
pada dasarnya mengacu kepada catatan; (d) kemampuan kerjasama dalam
pembelajaran-pembelajaran mutakhir kelompok; (e) keterampilan berkomunikasi;
lainnya seperti pembelajaran berdasar (f) keterbukaan; (g) berpikir analitik; (h)
proyek (Project Based Instruction), kemandirian dan keaktifan belajar; dan (i)
pembelajaran berdasarkan pengalaman wawasan dan keterpaduan ilmu
(Experience Based Instruction), pengetahuan, dan (6) Dapat mengimbangi
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

kecepatan informasi atau ilmu pengetahuan Asesmen dalam bentuk pencil and paper
yang sangat cepat. test yang mengukur asfek kognitif hasil
Beberapa hasil penelitian tentang belajar siswa saja dan tidak mengukur
model pembelajaran berbasis masalah proses belajar. Pengalaman mengajar pada
menemukan bahwa model pembelajaran mata pelajaran Matematika di Sekolah
berbasis masalah lebih baik daripada model Menengah Kejuruan/SMK menunjukkan
pembelajaran konvensional yang biasa bahwa seringkali siswa tidak bisa mencapai
dilaksanakan di sekolah. Prestasi belajar nilai tuntas walaupun sudah diberikan
siswa pada mata pelajaran matematika remedial. Sistem penilaian konvensional
dengan menggunakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak banyak
berbasis masalah mengalami peningkatan. berkontribusi terhadap pemahaman konsep
Sehingga model ini perlu untuk Matematika siswa sehingga evaluasi yang
diimplementasikan, serta dikembangkan dilakukan tidak banyak berkontribusi
bukan hanya pada mata pelajaran terhadap proses pembelajaran sehingga
matematika, akan tetapi juga pada mata tidak dapat membantu siswa dalam
pelajaran lain yang sesuai. Karena strategi menanggulangi kesulitan belajar
ini selain meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Untuk itu dalam
siswa, strategi ini juga sangat berguna pembelajaran matematika perlu dilakukan
dalam melatih siswa untuk memecahkan inovasi sistem penilaian sesuai dengan
masalah dan kemampuan siswa dalam tuntutan mutu pendidikan dewasa ini.
berpikir kritis. Selain model pembelajaran dan
Dalam proses pembelajaran, asesmen, yang berpengaruh terhadap
kebermaknaan tidak hanya terletak pada prestasi belajar juga dipengaruhi oleh
model pembelajaran yang digunakan, tetapi tingkat kecerdasan logis matematis yang
juga diartikan sebagai kesesuaian antara dimiliki siswa. Setiap peserta didik memiliki
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kecerdasan yang berbeda-beda.
belajar. Seperti diungkapkan dalam Kecerdasan peserta didik dalam belajar
hubungannya dengan proses belajar didasari beberapa jenis kecerdasan yang
mengajar bahwa tujuan pembelajaran, ada, yang dikenal dengan multi kecerdasan
proses belajar mengajar dan prosedur atau kecerdasan majemuk. Gardner
evaluasi saling berkaitan dan tidak bisa membagi kecerdasan manusia dalam 9
dipisahkan (Ngalim Purwanto, 1984). katagori (Baharuddin, 2007), salah satunya
Artinya materi dan metode pembelajaran adalah kecerdasan logis matematis.
yang digunakan bergantung pada tujuan Kecerdasan logis matematis merupakan
pembelajaran, prosedur dan jenis evaluasi kecerdasan yang berkaitan dengan
yang digunakan harus dikaitkan dan kemampuan penggunaan bilangan dan
mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. logika secara efektif, seperti yang dimiliki
Hal ini juga disebutkan (Subianto, dalam matematikawan, saintis, dan programer
Trianto, 2007) menyatakan komponen (Baharuddin, 2007 : 148). Gardner 1984
pembelajaran yaitu tujuan, model dan (dalam Suparlan, 2004) mendefinisikan
evaluasi (three anchor points) yang kecerdasan logis matematis sebagai
merupakan suatu perpaduan atau kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan
kesatuan. Pencapaian tujuan pembelajaran secara matematis, berpikir logis, penalaran
yang telah dirumuskan memuat induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola
kemampuan kognitif, afektif dan abstrak serta hubungan-hubungan. Dapat
psikomotor. diartikan juga kemampuan menyelesaikan
Selama ini disebutkan oleh Gardner masalah yang berkaitan dengan kebutuhan
(dalam Asmawi Zainul, 2001) adanya matematika sebagai solusinya. Anak yang
kelemahan pada sekolah yang hanya mempunyai kecerdasan logis matematis
melaksanakan asesmen pada dua akan senang dengan rumus dan pola
komponen dasar manusia yaitu Logical abstrak, tidak hanya pada bilangan
Mathematical dan Verbal Linguistic, matematika tetapi meningkat pada kegiatan
sedangkan komponen lain ditinggalkan. yang bersifat analitis dan konseptual.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

Kemudian disebutkan bahwa anak yang Payangan ? (2) Apakah terdapat pengaruh
memiliki kecerdasan logis matematis interaksi antara model pembelajaran
biasanya mempunyai nilai matematika yang berbasis masalah dengan kecerdasan logis
baik, jalan pikiran yang logis (Baharuddin, matematis terhadap hasil belajar
2007 : 149). matematika siswa kelas X Akomodasi
Pembelajaran dengan model Perhotelan SMK PGRI Payangan ? (3)
pembelajaran berbasis masalah pada Untuk siswa yang memiliki kecerdasan logis
hakikatnya adalah mengarahkan siswa matematis tinggi, apakah terdapat
untuk menemukan informasi, memahami perbedaan hasil belajar matematika antara
dan mengkonstruksi konsep-konsep siswa yang mengikuti model pembelajaran
tertentu, membangun aturan-aturan dan berbasis masalah dengan siswa yang
belajar menemukan sesuatu untuk mengikuti pembelajaran model
memecahkan masalah. Dalam konvensional pada siswa Kelas X
pembelajaran dengan model pembelajaran Akomodasi Perhotelan SMK PGRI
berbasis masalah siswa menggunakan Payangan ? (4) Untuk siswa yang memiliki
penalaran secara induktif atau deduktif dan kecerdasan logis matematis rendah,
berpikir logis. Sehingga kecerdasan logis apakah terdapat perbedaan hasil belajar
matematis yang meliputi kemampuan matematika antara siswa yang mengikuti
penalaran ilmiah, perhitungan secara model pembelajaran berbasis masalah
matematis, berpikir logis, penalaran dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola model konvensional pada siswa Kelas X
abstrak serta hubungan-hubungan sangat Akomodasi Perhotelan SMK PGRI
diperlukan dalam pembelajaran dengan Payangan ?
menggunakan model pembelajaran Manfaat penelitian ini adalah (1)
berbasis masalah. Dari paparan di atas memberikan sumbangan dalam
diperoleh gambaran bahwa model pembelajaran matematika menjadi
pembelajaran berbasis masalah adalah bermakna, hal ini bertolak pada belajar
untuk melibatkan siswa dalam proses sebagai proses konstruksi berdasarkan
pembelajaran, melatih kemampuan siswa pengalaman dan merupakan interpretasi
dalam memahami konsep, menjelaskan terhadap lingkungan sehingga terjadi
fenomena dan memecahkan masalah pemaknaan baru, (2) bermanfaat bagi guru,
memerlukan kecerdasan logis matematis. khususnya guru mata pelajaran matematika
Dalam penelitian ini akan dan bagi peneliti untuk dapat dijadikan
diungkapkan secara empiris pengaruh kajian untuk memilih model pembelajaran
model pembelajaran berbasis masalah yang efektif dan efisien guna meningkatkan
terhadap prestasi belajar matematika siswa prestasi peserta didik.
dengan memperhatikan kecerdasan logis
matematis. Sehingga dengan penerapan METODE
model pembelajaran berbasis masalah Dilihat dari fokus masalah dan kaitan
ditinjau dari kecerdasan logis matematis antar variabel yang dilibatkan maka
siswa bertujuan untuk meningkatkan hasil penelitian ini termasuk dalam katagori
belajar matematika siswa. penelitian eksperimen. Hal ini didasari oleh
Berdasarkan latar belakang dan karena penelitian ini: 1) bertujuan untuk
identifikasi masalah yang telah menguji hubungan kausal antara variabel
dikemukakan, maka masalah pokok yang bebas dan variabel terikat, 2)
perlu dicarikan pemecahan dalam membandingkan kelompok eksperimen
penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) dengan kelompok kontrol melalui
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar perbedaan kondisi yang sistematis, dan 3)
matematika antara siswa yang mengikuti mengacu pada terjadinya inovasi yang
model pembelajaran berbasis masalah sengaja dan bertujuan (Sax, 1979).
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran Penelitian diadakan di SMK PGRI
model konvensional pada siswa kelas X Payangan, yang merupakan penelitian
Akomodasi Perhotelan SMK PGRI eksperimen dengan rancangan Post-test
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

Only Control Group Design dimana ketentuan tersebut. Untuk itu skor tes
kelompok eksperimen diberikan model kecerdasan logis matematis siswa
pembelajaran berbasis masalah dan dirangking dari nilai terbesar
kelompok kontrol diberikan model mengidentifikasi kecenderungan apakah
pembelajaran konvensional. termasuk kecerdasan logis matematis tinggi
Populasi penelitian ini siswa kelas X atau rendah, sehingga tidak dilibatkan
Akomodasi Perhotelan tahun pelajaran dalam sampai nilai terkecil lalu diambil 33%
2012/2013, penentuan sampel atas sebagai kelompok yang memiliki
menggunakan teknik simple ramdom kecerdasan logis matematis tinggi dan 33%
sampling dengan memperhatikan bawah sebagai kelompok yang memiliki
kesetaraan kelas diperoleh 184 orang (4 kecerdasan logis matematis rendah baik
kelas). Data penelitian dikumpulkan pada kelompok eksperimen maupun pada
menggunakan dua instrumen yaitu, tes kelompok kontrol. Sampel yang memiliki
kecerdasan logis matematis dan tes hasil skor kecerdasan logis matematis di sektor
belajar matematika. Data yang diperoleh rata-rata tidak diambil sebagai sampel
selanjutnya diolah menggunakan analisis karena kurang dapat perhitungan analisis.
varians (ANAVA) dua jalur melalui uji F Rancangan penelitian sebelum
dilanjutkan dengan uji Tukey. diadakan pengujian hipotesis, sebelumnya
Dalam menentukan subyek penelitian perlu dilakukan pengontrolan validitas.
untuk kelompok eksperimen maupun Pengontrolan ini dilaksanakan tujuannya
kelompok kontrol tidak memungkinkan agar hasil penelitian yang diperoleh dapat
mengubah kelas yang ada. Dengan mencerminkan hasil perlakuan yang
demikian tidak bisa dilakukan randomisasi diberikan dan dapat digeneralisasi ke
individu, sehingga dalam menetapkan populasi yang ada. Pengontrolan validitas
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol internal dari suatu rancangan penelitian
dilakukan secara acak terhadap kelas yang sangat dibutuhkan agar hasil penelitian
ada. Pada saat pelaksanaan penelitian yang diperoleh benar-benar merupakan
maka kelas yang menjadi kelompok akibat dari perlakuan yang diberikan.
eksperimen diberikan perlakuan Dengan demikian hasil penelitian dapat
pembelajaran dengan menggunakan model digeneralisasikan pada populasi. Menurut
pembelajaran berbasis masalah sedangkan Frankel and Wallen (1990 :213-223),
kelompok kontrol diberikan model pengontrolan validitas internal meliputi: 1)
pembelajaran konvensional. karakteristik subjek, 2) mortalitas, 3) lokasi,
Sedangkan rancangan analisis 4) instrumentasi, 5) pengukuran, 6)
penelitian yang digunakan adalah sejarah, 7) kematangan, 8) sikap subjek, 9)
rancangan faktorial 2 x 2 dengan faktor regresi, dan 10) implementasi.
pemilah adalah kecerdasan logis Pelaksanaan penelitian ini meliputi 1) tahap
matematis. Pemilahan dibagi menjadi dua persiapan eksperimen, 2) tahap
tingkatan yakni kecerdasan logis matematis pelaksanaan eksperimen, dan 3) tahap
tinggi dan kecerdasan logis matematis akhir eksperimen.
rendah. Penentuan kelompok kecerdasan Tahap Persiapan Eksperimen,
logis matematis tinggi dan kelompok dilakukan kegiatan antara lain: pengaturan
kecerdasan logis matematis rendah jadwal pelaksanaan pembelajaran
didasarkan pada hasil tes kecerdasan logis disesuaikan dengan Program Semester
matematis. Untuk kelompok sampel kecil, pada Silabus, Kurikulum dan Kalender
diambil siswa sebanyak 33% dari jumlah Pendidikan SMK PGRI Payangan,
siswa kelompok eksperimen sebagai menyiapkan materi pembelajaran,
kelompok atas dan sebanyak 33% dari penyusunan RPP, menyusun instrumen
jumlah siswa kelompok kontrol sebagai pengumpulan data penelitian seperti tes
kelompok bawah (Anne Anastasi, kecerdasan logis matematis dan tes hasil
1982:204). Dalam penelitian ini, belajar matematika, melaksanakan uji
pengambilan sampel pada kelompok atas pakar, dan melaksanakan uji empiris
dan kelompok bawah mengacu pada terhadap kedua instrumen. Peneliti
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

memberi arahan dan petunjuk teknis varians untuk memastikan bahwa data telah
pelaksanaan pembelajaran dengan model memenuhi syarat untuk melakukan
berbasis masalah dan model konvensional. pengujian hipotesis.
Peneliti menyusun agenda pelaksanaan Kriteria pengujian adalah jika Fhit >
penelitian yang dilaksanakan pada Ftabel(dkA/dkb)(0,05) maka ada perbedaan antar
semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. kelompok. Sedangkan untuk menguji antar
Penelitian ini disepakati 10 kali pertemuan, sel digunakan uji perbedaan antar
dengan 1 kali pertemuan untuk tes kelompok yaitu uji lanjutan dengan uji
kecerdasan logis matematis, 8 kali Tukey. Uji Tukey dilakukan untuk
pertemuan untuk membahas materi, dan 1 mengetahui keunggulan salah satu model
kali pertemuan untuk tes hasil belajar pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika. Satu kali pertemuan yang matematika. Kriteria pengujian: terdapat
dimaksud adalah 2 jam pelajaran atau 2 x perbedaan jika Qhitung > Qtabel(0,05;N-k).
45 menit. Hipotesis statistik yang akan diuji adalah
Tahap Pelaksanaan Eksperimen, sebagai berikut.
guru mulai melakukan penelitian dengan Hipotesis 1 :
sebelumnya diberikan perlakuan, siswa Ho : A1  A2
terlebih dahulu diberikan tes kecerdasan
H1 : A1  A2
logis matematis dengan tujuan untuk
mendapatkan data siswa yang memiliki Hipotesis 2 :
kecerdasan logis matematis tinggi atau Ho : INT. A X B = 0
rendah. Kemudian dilaksanakan H1 : INT. A X B  0
pembelajaran dengan model pembelajaran Hipotesis 3 :
berbasis masalah terhadap kelompok Ho : A1 B1  A2 B1
eksperimen dan model pembelajaran H1 : A1 B1  A2 B1
konvensional pada kelompok kontrol. Hipotesis 4 :
Setiap akan dilaksanakan kegiatan
Ho : A1 B2  A2 B2
pembelajaran dilakukan diskusi dengan
guru pengajar baik untuk kelas eksperimen H1 : A1 B2  A2 B2
maupun kelas kontrol untuk memberikan Keterangan :
penekanan terhadap tugas-tugas guru A1 : skor rata-rata kelompok siswa
sesuai dengan skenario pembelajaran. yang mengikuti pembelajaran matematika
Pada akhir setiap kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
selalu diadakan diskusi dengan guru
pengajar untuk mendapat masukan tentang masalah. A2 : skor rata-rata kelompok
pelaksanaan dari penerapan model siswa yang mengikuti pembelajaran
pembelajaran masing-masing. dan setelah matematika dengan model pembelajaran
tatap muka pada kedua kelompok berakhir, konvensional.
masing-masing kelompok diberikan tes A1 B1 : skor rata-rata kelompok siswa
hasil belajar matematika untuk yang memiliki kecerdasan logis matematis
mendapatkan data hasil belajar matematika tinggi yang mengikuti pembelajaran
siswa. matematika dengan model pembelajaran
Tahap Akhir Eksperimen, dilakukan berbasis masalah.
analisis terhadap data setelah data tersebut A2 B1 : skor rata-rata kelompok siswa
terkumpul. Hasil tes kecerdasan logis yang memiliki kecerdasan logis matematis
matematis akan mengelompokkan siswa
tinggi yang mengikuti pembelajaran
menjadi siswa yang memiliki kecerdasan
matematika dengan model pembelajaran
logis matematis tinggi dan siswa yang
konvensional.
memiliki kecerdasan logis matematis
rendah. Sedangkan untuk data tes hasil A1 B2 : skor rata-rata kelompok siswa
belajar matematika, sebelum dianalisis yang memiliki kecerdasan logis matematis
akan dilakukan uji prasyarat yaitu uji rendah yang mengikuti pembelajaran
normalitas data dan uji homogenitas
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

matematika dengan model pembelajaran mampu bertanya pada siswa yang lebih
berbasis masalah. mampu. Guru berperan sebagai fasilitator
A2 B2 : skor rata-rata kelompok siswa yaitu membimbing dan monitoring pada
yang memiliki kecerdasan logis matematis tiap-tiap kelompok untuk memantau
rendah yang mengikuti pembelajaran kegiatan siswa sampai seberapa mereka
matematika dengan model pembelajaran telah bekerja. Selama proses pembelajaran
konvensional. dilakukan penilaian dengan menggunakan
ceklist dan rubrik penilaian yang sudah
HASIL DAN PEMBAHASAN disiapkan. Dengan pembelajaran berbasis
Hipotesis pertama, berdasarkan hasil masalah menyebabkan motivasi belajar
analisis varians dua jalur tampak bahwa siswa akan meningkat karena aktivitas
nilai FAhitung = 4,629 dan Ftabel dengan db 1 siswa merasa dihargai. Dengan
pada taraf signifikan 0,05 sebesar 3,92. Hal meningkatnya aktivitas dan motivasi belajar
ini menunjukkan bahwa FAhitung > Ftabel , siswa dalam pembelajaran berbasis
karena itu Ho ditolak dan H1 diterima. Ini masalah, akan menyebabkan hasil belajar
berarti bahwa terdapat perbedaan hasil matematika siswa lebih baik.
belajar matematika antara siswa yang Hipotesis kedua, hasil uji hipotesis
mengikuti pembelajaran dengan model ketiga dan keempat mengindikasikan
pembelajaran berbasis masalah dan model adanya pengaruh interaksi antara model
pembelajaran konvensional pada siswa pembelajaran dan kecerdasan logis
kelas X Akomodasi Perhotelan SMK PGRI matematis terhadap hasil belajar
Payangan. Hasil perhitungan menunjukkan matematika siswa. Hal ini ditegaskan oleh
bahwa hasil belajar matematika siswa yang hasil ANAVA 2x2 bahwa nilai FABhitung =
mengikuti pembelajaran dengan model 41,659 lebih besar daripada nilai Ftabel =
pembelajaran berbasis masalah dengan 3,92. Hasil ini menunjukkan bahwa FABhitung
skor rata-rata 26,267, sedangkan kelompok signifikan. Oleh karena itu, hipotesis Ho
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan ditolak dan H1 diterima. Jadi, ada pengaruh
model pembelajaran konvensional memiliki interaksi antara model pembelajaran dan
skor rata-rata sebesar 25,283. Ternyata kecerdasan logis matematis terhadap hasil
skor rata-rata hasil belajar matematika belajar matematika siswa kelas X
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Akomodasi Perhotelan SMK PGRI
model pembelajaran berbasis masalah Payangan. Dari hasil tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa menunjukkan bahwa untuk siswa yang
yang mengikuti pembelajaran dengan memiliki kecerdasan logis matematis
model pembelajaran konvensional. Lebih tinggi, model pembelajaran berbasis
tingginya hasil belajar siswa yang mengikuti masalah lebih unggul dalam
pembelajaran berbasis masalah tidak meningkatkan hasil belajar matematika
terlepas dari keaktifan siswa pada daripada model pembelajaran
pembelajaran, siswa mempergunakan ide, konvensional. Pembelajaran dengan
konsep dan keterampilan yang sudah model pembelajaran berbasis masalah
mereka pelajari untuk menemukan bagi siswa yang mempunyai kecerdasan
pengetahuan baru dan menarik kesimpulan. logis matematis tinggi akan berjalan
Siswa terlibat secara aktif dan sungguh- efektif, karena pertanyaan-pertanyaan
sungguh dalam memecahkan masalah. yang berstruktur dan mengarah pada
Dalam menjawab pertanyaan siswa penyelesaian masalah, memerlukan
menggunakan sumber-sumber yang kecerdasan logis matematis untuk dapat
mereka miliki seperti buku paket atau menjawabnya. Kenyataannya memang
referensi yang lain, sehingga terjadi siswa yang memiliki kecerdasan logis
kegiatan ekspolrasi dan elaborasi dalam matematis tinggi bekerja lebih cepat
pembelajaran. Pembelajaran berbasis dalam menyelesaikan soal karena siswa
masalah dalam seting kooperatif ini menguasai operasi aljabar, teknik
menyebabkan terjadi interaksi dalam berhitung yang cepat, dan bisa
kelompok dimana siswa yang kurang menghubungkan suatu konsep dengan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

konsep lain. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan Qhitung sebesar 8,606 sedangkan
disebutkan bahwa kecerdasan logis Qtabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar
matematis adalah kemampuan 3,69. Ternyata nilai Qhitung > Qtabel sehingga
menggunakan angka-angka dengan baik Ho ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa
dan melakukan penalaran yang benar, yang siswa yang memiliki kecerdasan logis
meliputi kepekaan terhadap pola dan matematis tinggi, hasil belajar
hubungan logis, pernyataan dan dalil, matematikanya terdapat perbedaan yang
fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain signifikan antara siswa yang belajar dengan
(Asrining, 2009: 4). Hal senada juga model pembelajaran berbasis masalah
menyatakan kecerdasan logis matematis dengan siswa yang belajar dengan model
sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan pembelajaran konvensional. Kecerdasan
bisa melihatnya dalam diri ahli sains, logis matematis yaitu kecerdasan
programer komputer dan tentu saja ahli seseorang dalam bidang matematis dan
matematika (Encang Saefudin, 2009). ilmiah. Siswa yang memiliki kecerdasan
Sementara pada pembelajaran logis matematis tinggi memiliki kemampuan
konvensional yang ditandai dengan operasi hitung matematika yang cepat dan
strukturalistik dan mekanik lebih terampil dalam menyelesaikan soal,
menekankan kepada siswa untuk kemampuan penalaran yang baik secara
mengingat, menghafal dan kurang induktif atau deduktif dan berpikir logis yang
menekankan kepada para siswa untuk baik untuk digunakan dalam penarikan
bernalar dan memecahkan masalah atau kesimpulan. Kecerdasan logis matematis ini
penemuan secara mandiri. Dengan sangat diperlukan dalam pembelajaran
pembelajaran konvensional kadar yang menuntut keterlibatan aktif siswa
keaktifan siswa menjadi sangat rendah, dalam mengkonstruksi dan menemukan
para siswa hanya menggunakan pengetahuan baru atau untuk mencari
kemampuan berpikir tingkat rendah (low suatu kesimpulan. Pada pembelajaran
order thinking skills) selama proses dengan metode pembelajaran berbasis
pembelajaran berlangsung di kelas dan masalah, guru memancing berpikir siswa
tidak memberi kemungkinan bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan terfokus
siswa untuk berpikir dan berpartisipasi yang memungkinkan siswa dapat
secara penuh. Siswa yang belum mengerti mengkonstruksikan konsep-konsep
akan bertanya pada gurunya, kemudian tertentu, membangun aturan-aturan dan
dengan senangnya guru menjelaskan menemukan sesuatu untuk memecahkan
secara mendetail, sehingga guru berfungsi masalah. Pada pelaksanaan pembelajaran
sebagai sumber informasi. Model berbasis masalah terlihat siswa yang
pembelajaran konvensional sangat mempunyai kecerdasan logis matematis
disenangi bagi siswa yang memiliki tinggi lebih aktif dalam pembelajaran,
kecerdasan logis matematis rendah, mereka cepat dalam menurunkan rumus,
mereka di kelas terbiasa dengan kegiatan menjawab pertanyaan dan dalam
yang pasif yaitu datang, duduk, menyelesaikan masalah dibandingkan
mendengarkan, mencatat hal-hal yang dengan siswa yang memiliki kecerdasan
penting dan membahas contoh soal. logis matematis rendah. Sedangkan siswa
Hipotesis ketiga, hasil perhitungan uji yang memiliki kecerdasan logis matematis
Tukey pada kelompok siswa yang memiliki rendah, mereka kurang mengerti dan
kecerdasan logis matematis tinggi dalam bingung akan maksud dari pertanyaan
belajar matematika, antara yang mengikuti tersebut.
pembelajaran dengan model pembelajaran Hipotesis keempat, hasil perhitungan
berbasis masalah (kelompok A1B1) dengan uji Tukey pada kelompok siswa yang
skor rata-rata 30,033, dengan siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis
mengikuti pembelajaran dengan model rendah dalam belajar matematika, antara
pembelajaran konvensional (kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan
A2B1) dengan skor rata-rata 26,500 dengan model pembelajaran berbasis masalah
rata-rata kuadrat dalam (RJKD) 5,057 (kelompok A1B2) dengan skor rata-rata
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

22,300, dengan siswa yang mengikuti matematika siswa yang mengikuti


pembelajaran dengan model pembelajaran pembelajaran dengan model
konvensional (kelompok A2B2) dengan skor pembelajaran berbasis masalah lebih baik
rata-rata 24,067 dengan rata-rata kuadrat daripada hasil belajar matematika siswa
dalam (RJKD) 5,057 ditemukan Qhitung yang mengikuti pembelajaran dengan
sebesar 4,303 sedangkan Qtabel dengan model pembelajaran konvensional. (2)
taraf signifikansi 0,05 sebesar 3,69 Terdapat pengaruh interaksi ntara model
Ternyata nilai Qhitung > Qtabel sehingga Ho pembelajaran berbasis masalah dengan
ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa kecerdasan logis matematis terhadap hasil
siswa yang memiliki kecerdasan logis belajar matematika siswa kelas X
matematis rendah, hasil belajar Akomodasi Perhotelan SMK PGRI
matematikanya terdapat perbedaan yang Payangan. (3) Hasil belajar siswa yang
signifikan antara siswa yang belajar dengan memiliki kecerdasan logis matematis
model pembelajaran berbasis masalah tinggi yang mengikuti pembelajaran
dengan siswa yang belajar dengan model dengan model pembelajaran berbasis
pembelajaran konvensional. Penerapan masalah lebih baik daripada siswa
model pembelajaran berbasis masalah yangmengikuti pembelajaran dengan
pada siswa yang memiliki kecerdasan model konvensional. (4) Hasil belajar
logis matematis rendah membuat siswa siswa yang memiliki kecerdasan logis
tertekan dalam mengikuti pelajaran. matematis rendah yang mengikuti
Siswa diorientasikan untuk dapat pembelajaran dengan model
menemukan suatu cara penyelesaian pembelajaran konvensional lebih baik
dari suatu permasalahan, mulai dari daripada siswa yang mengikuti
penurunan rumus, penemuan sifat-sifat pembelajaran dengan model
suatu konsep dan sampai dapat pembelajaran berbasis masalah.
menerapkan dalam menyelesaikan Beberapa saran yang dikemukakan
masalah atau soal. Pembelajaran terkait dengan hasil penelitian ini adalah
berpusat pada siswa untuk sebagai berikut. 1) Bagi guru dari Temuan
mengkonstruksi, menemukan sendiri pertama, kepada guru matematika
dan guru hanya sebagai fasilitator, disarankan supaya menggunakan model
memberikan bimbingan dan memantau pembelajaran berbasis masalah dengan
kegiatan siswa. Hal ini menyebakan memperhatikan: (1) memilih topik atau
siswa yang memiliki kecerdasan logis materi yang cocok untuk model ini,
matematis rendah sulit dalam belajar sehingga diperlukan secara matang kajian
dan tidak mengerti dengan apa yang terhadap topik seperti kedalaman atau
dipelajari sehingga hasil belajar kompleksitas materi, (2) memperhitungkan
matematikanya rendah. Sementara waktu dalam proses pembelajaran, karena
siswa yang memiliki kecerdasan logis model ini memerlukan waktu relatif lama,
matematis rendah diberikan model (3) menumbuhkan sikap sabar dan sikap
pembelajaran konvensional, merasa mau mengerti serta memahami akan
senang dan mengerti tentang materi jawaban siswa yang tidak sesuai dengan
yang dijelaskan guru yang disertai kehendak guru, (4) memperhatikan faktor
dengan pembahasan soal-soal yang psikologis siswa, karena tidak semua siswa
berstruktur. Jika siswa sudah merasa bisa mengikuti model ini, (5) menumbuhkan
senang dengan apa yang mereka sikap percaya dari guru bahwa siswa pada
lakukan akan memotivasi belajar siswa awal pembelajaran bukan tidak mengetahui
sehingga hasil belajarnya lebih baik. apa-apa tentang materi yang akan
dijelaskan, tetapi sebenarnya siswa sudah
PENUTUP memiliki konsepnya, tugas guru untuk
Berdasarkan analisis dan mengingatkan siswa materi prasyarat;
pembahasan seperti yang telah dipaparkan Temuan kedua, guru matematika
pada bagian sebelumnya, ditemukan disarankan dalam menggunakan model
beberapa hal: (1) Hasil belajar pembelajaran berbasis masalah
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)

hendaknya diberikan pada kelas yang seting kooperatif dapat terlaksana dengan
siswanya mempunyai kecerdasan logis baik, siswa disarankan: a) dalam diskusi
matematis tinggi, misalnya pada kelas supaya berkomunikasi aktif, berani
unggulan; Temuan ketiga, guru mengemukakan argumentasi dan
matematika diharapkan masih menerima pendapat teman; b)
menggunakan model pembelajaran meningkatkan aspek afeksi seperti
konvensional bagi kelas yang siswanya motivasi, rasa percaya diri, kegigihan,
mempunyai kecerdasan logis matematis berani mengambil resiko dalam
rendah, dengan tetap memperhatikan dan pembelajaran matematika; c) menguasai
mendorong keterlibatan siswa supaya aktif materi prasyarat dari materi yang akan
dalam tanya jawab dan mencoba latihan dibahas, dengan belajar di rumah sebelum
soal sehingga dalam pembelajaran siswa materi diberikan; d) siswa yang memiliki
tidak pasif menerima apa adanya; Temuan tingkat kecerdasan logis matematis tinggi
keempat, guru disarankan dalam memilih hendaknya membantu siswa yang memiliki
model pembelajaran supaya tingkat kecerdasan logis matematis rendah,
memperhatikan faktor fisiologis siswa dan sebaliknya siswa yang memiliki tingkat
khususnya kecerdasan logis matematis, kecerdasan logis matematis rendah supaya
karena mempengaruhi keefektifan aktif dan tidak perlu malu bertanya pada
pembelajaran. 2) Bagi siswa, agar teman yang lebih mampu.
pembelajaran berbasis masalah dalam

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Sekolah dan Pengawas Sekolah).


Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta: Bumi Aksara.
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Marhaeni, AA. 2004. Portofolio Dalam
Baharuddin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran Suatu Pendekatan
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar- Asesmen Berbasis Kompetensi.
Ruzz Media. Makalah. Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja.
Candiasa. 2007. Statistik Multivariat
Disertai Petunjuk Analisis SPSS. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna
Singaraja: Undhiksa Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. 2006. Panduan Setiawan. 2006. Pembelajaran
Pengembangan Materi Matematika Aktif Efektif (Metode
Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Penemuan) Yogyakarta: PPG
Direktorat Jendral Manajemen Matematika.
Pendidikan dasar dan Menengah
.............,2003.Undang-Undang Nomor 20
Direktorat Pembinaan Sekolah
Tahun 2003 tentang Sistem
Menengah Atas.
Pendidikan Nasional.
Jasmine, Julia. 2007. Mengajar dengan
Metode Kecerdasan Majemuk.
Bandung: Nuansa.
Koyan. 2007. Asesmen Dalam Pendidikan.
Makalah. Singaraja: Undhiksa
Singaraja
Muslich, Mansur. 2007. KTSP
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual
(Panduan bagi Guru, Kepala

Anda mungkin juga menyukai