Anda di halaman 1dari 10

Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.

php/pythagoras
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 12 (2), 2017, 200-148

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan PMRI untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika
Caecilia Peni Suryaningtyas
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Jalan Timoho II/29, Yogyakarta, Indonesia.
* Corresponding Author. Email: peni.suryaningtyas@yahoo.com
Received: 14 July 2017; Revised: 5 April 2018; Accepted: 17 September 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika dengan
pendekatan PMRI yang valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dan komunikasi matematika. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model 4-D dari
Thiagarajan. Model ini terdiri dari empat tahapan pengembangan yaitu define (pendefenisian), design
(desain), development (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Pengembangan perangkat
dimulai dari tahap analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis materi dan spesifikasi tujuan
pembelajaran, pemilihan media, pemilihan format, desain produk, uji ahli dan praktisi, uji coba terbatas,
serta uji coba lapangan. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar validasi, lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar penilaian siswa, lembar penilaian guru, dan tes hasil
belajar. Subyek penelitian ini adalah 34 siswa kelas VIIE dan 1 guru matematika di SMP Negeri 6
Yogyakarta. Hasil validasi menunjukkan perangkat yang dikembangkan layak digunakan dengan
kategori baik. Hasil uji coba menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan praktis dan efektif
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa. Dengan
demikian secara keseluruhan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa produk yang
dikembangkan layak untuk digunakan ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.
Kata kunci: PMRI, pemecahan masalah, komunikasi matematika.

Developing a Mathematics Learning Kit Using PMRI Approach to Increase


Problem Solving Ability and Mathematics Communications

Abstract
This research aimed to produce mathematics learning kit with the PMRI approach, effective and
practical to increase the ability of problem-solving and mathematics communications. This research
was development research with the model 4-D by Thiagarajan, consist of four development steps
including define, design, develop and disseminate. The kit development started from phase analyzing
the early-last, the student analysis, analyze the item analysis and specification of study target, media
election, format election, design product, test the expert and practitioner, limited test-drive limited and
test-drive field. The research instrument used consisted of the sheet validation, sheets of observation of
executing study, sheet of student assessment, assessment sheet learning and test of the result of learning.
This research was executed in SMP N 6 Yogyakarta, with the subjects 34 students of class VIIE SMP.
The validation indicates the kits developed was appropriate to use with the good category. The result of
test-driving indicates that the kit developed is effective and practical to improve the ability of problem-
solving and communications of mathematics. In general, this study has shown that the developed product
was reliable to be used as they fulfill the valid, practical and effectiveness aspects.
Keywords: realistic mathematics education, problem-solving, mathematics communications

How to Cite: Suryaningtyas, C. (2017). Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan PMRI untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika. Pythagoras: Jurnal Pendidikan
Matematika, 12(2), 200-209. doi:http://dx.doi.org/10.21831/pg.v12i2.14876

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/pg.v12i2.14876

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 201
Caecilia Peni Suryaningtyas

PENDAHULUAN matematika di Amerika adalah mengembangkan


proses pemecahan masalah sebagai kekuatan
Proses pendidikan adalah kegiatan yang
yang rasional.
panjang yang didasarkan pada perkembangan
Pemecahan masalah merupakan proses
dan kebutuhan peserta didik. Undang-Undang
dalam menemukan hubungan antara pengalaman
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
masa lalu (skema) dan masalah yang ada dan
Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 me-
kemudian bertindak berdasarkan solusi. Haylock
nyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
& Thangata (2007, p.147) menyatakan bahwa
mengembangkan kemampuan dan membentuk
pemecahan masalah adalah situasi dimana siswa
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
menggunakan pengetahuan dan penalaran mate-
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
matika untuk menyelesaikan kesenjangan antara
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
yang diketahui dan tujuan yang ingin dicapai.
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
Ada lima langkah strategi problem solving, yaitu
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-
analysis, design, exploration, implementation,
akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
dan verication. (Shadiq, 2004, p.10).
mandiri, dan menjadi warga negara yang demo-
Berdasarkan wawancara dengan salah satu
kratis serta bertanggung jawab. Terkait dengan
guru matematika dan pengamatan suasana pem-
hal tersebut, setiap kegiatan pembelajaran dalam
belajaran di salah satu SMP swasta di Yogya-
proses pendidikan harus dirancang dengan baik
karta, pembelajaran yang dilakukan masih sering
sehingga fungsi pendidikan dapat tercapai.
menggunakan metode ceramah, dengan alasan
Proses pendidikan dialami setiap manusia
bahwa materi yang harus disampaikan banyak,
baik dalam bentuk pendidikan formal maupun
sedang waktu yang tersedia terkadang tidak
non formal. Dalam pendidikan formal khusus-
mencukupi. Pembelajaran juga masih berdasar
nya, diperkenalkan pelajaran matematika yang
pada buku teks yang ada di sekolah saja, belum
materi-materinya termasuk dalam kategori
disesuaikan dengan perkembangan siswa, dan
abstrak, sehingga dibutuhkan strategi belajar dan
kurang terkait dengan permasalahan-permasalah-
mengajar yang tepat agar konsep-konsep
an yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
matematika dapat dipahami dengan benar. Dalam
siswa. Selain itu, pembelajaran cenderung abs-
proses pembelajaran matematika, perlu dicipta-
trak menyebabkan beberapa konsep materi
kan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
pelajaran sulit dipahami oleh siswa. Minat belajar
bermakna, kreatif dan dinamis.
matematika setiap siswa berbeda-beda, kemam-
Diberlakukannya kurikulum 2013 memacu
puan siswa dalam melakukan penyelidikan dalam
siswa untuk memiliki berbagai kompetensi. Tak
soal-soal pemecahan masalah juga masih kurang.
hanya pada aspek kognitif saja, tetapi juga pada
Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dan
aspek afektif dan psikomotorik. Salah satu
lebih suka mengerjakan soal-soal pilihan ganda
kemampuan yang penting dimiliki siswa adalah
yang tidak terlalu menuntut urutan langkah-
kemampuan komunikasi. Kemampuan komuni-
langkah dalam pemecahan masalah.
kasi adalah suatu proses memberikan dan
Terkait dengan implementasi kurikulum
menyampaikan makna, yang berkaitan dengan
2013, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan
kegiatan mendengarkan, mengamati, berbicara,
dengan baik dan hasilnya memuaskan, upaya-
mempertanyakan, menganalisis dan meng-
upaya perbaikan pengajaran diarahkan pada
evaluasi dalam upaya menciptakan pemahaman
pengelolaan proses pembelajaran, termasuk
bersama (Greenes & Schulman, 1996, pp.159-
strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru
160). Selain kemampuan komunikasi, ke-
di sekolah. Listyani & Dhoriva (2007, p.49)
mampuan lain yang juga penting dimiliki oleh
menyatakan bahwa dalam paradigma baru antara
siswa adalah kemampuan pemecahan masalah.
proses belajar dan pembelajaran bukan proses
Lester (Sugiman & Kusumah, 2010, p.1)
yang terpisah, karena pembelajaran yang efektif
menegaskan bahwa ”problem solving is the heart
adalah pembelajaran yang mampu mengoptimal-
of mathematics”, sedangkan menurut Bell
kan keberadaan dan peran siswa dalam
(Sugiman & Kusumah, 2010, p.1), kemampuan
pembelajaran. Pembelajaran akan mencapai per-
pemecahan masalah matematika sangat dibutuh-
ubahan paradigma tersebut apabila pembelajaran
kan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemecahan
yang dikembangkan diarahkan tidak sekedar
masalah menjadi salah satu fokus dalam
untuk learning to know, melainkan juga learning
pembelajaran matematika. Taber (2013, p.156)
to do, learning to be hingga learning to live
juga menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan
together. Hal ini sejalan dengan pendapat

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 202
Caecilia Peni Suryaningtyas

Supinah (2008, p.3) yang menyatakan bahwa konsep. De Lange mendefinisikan bahwa dunia
pembelajaran disebut efektif jika dalam nyata sebagai suatu dunia nyata yang kongkret,
pembelajaran ditandai dengan pemberdayaan yang disampaikan kepada siswa melalui aplikasi
siswa secara aktif atau siswa ditempatkan dan matematika (Hadi, 2002, p. 32). Hal ini dapat
terlibat aktif. Jika dicermati lebih lanjut, apa yang dilihat pada Gambar 1.
dikemukakan terkait paradigma baru pendidikan, Dunia Nyata
terobosan yang telah dilakukan pemerintah, dan
Matematisasi
terselenggaranya pendidikan yang efektif, dalam Aplikasi Matematisasi dan
menunjukkan bahwa peran aktif siswa dalam Refleksi

pembelajaran merupakan suatu keharusan. Abstraksi dan


Formalisasi
Dengan demikian, pembelajaran dapat berjalan
dengan produktif , bermakna dan menyenangkan
bagi siswa. Gambar 1. Matematisasi Konseptual
Fakta yang ditemui di lapangan, masih Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam
banyak siswa yang merasa bahwa matematika pembelajaran dengan matematika realistik: (a)
merupakan pelajaran yang sulit, bahkan merasa Proses belajar matematika berlangsung dari
tidak suka dengan matematika. seringkali siswa situasi nyata, secara intuitif siswa pertama
menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal- memiliki konsep matematika melalui situasi
soal pemecahan masalah yang membutuhkan dunia nyata atau situasi yang dikenal sebelum-
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Hadi, nya. Siswa melakukan aktivitas matematisasi
Retnawati, Munadi, Apino, & Wulandari, 2018, horizontal, yaitu siswa mengorganisasikan, me-
p. 530). Hal inilah yang membuat siswa merasa refleksikan, menyusun masalah, menidentifikasi
enggan atau bahkan malas belajar matematika. aspek-aspek masalah secara matematis sehingga
Untuk memenuhi tuntutan kurikulum dan menemukan aturan-aturan atau relasi-relasi.; (b)
mengatasi permasalahan yang ada, tentu saja interaksi antar siswa, antara guru dengan siswa,
guru perlu mencari pendekatan atau metode dan antara siswa dengan lingkungan sosial
pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode diharapkan dapat membuat siswa mampu meng-
yang dapat dipilih adalah pendekatan realistik gunakan matematisasi vertikal, dengan cara
dalam pembelajaran matematika, yang di memformalkan dan mengabstrakkan konsep-
Indonesia dikenal dengan pendidikan matematika konsep matematika sehingga dapat memuncul-
realistik (Johar, 2010, p.1). kan konsep-konsep matematika pada diri siswa;
Perbedaan yang mencolok antara pen- (c) siswa dapat mengaplikasikan konsep yang
dekatan realistik dengan pendekatan yang lain sudah terbentuk pada masalah dan situasi yang
adalah terletak pada adanya lintasan belajar yang berbeda; dan (d) konsep matematika yang sudah
harus dirancang guru dalam pembelajaran mate- diperoleh dari proses matematisasi kemudian
matika. Lintasan belajar dimulai dari masalah diterapkan pada masalah dunia nyata.
nyata (berupa model/gambar/sketsa/ pola) yang Menurut Treffers (Wijaya, 2009, p.4)
dapat memfasilitasi siswa untuk menemukan karakteristik PMRI secara umum dapat dilihat
solusi informal dari masalah tersebut. Selanjut- pada Tabel 1. Prinsip terakhir dari pendidikan
nya, siswa melanjutkan pembelajaran untuk matematika realistik adalah menghubungkan
memperoleh kemampuan matematika yang lebih beberapa topik dalam satu pembelajaran. Hal ini
tinggi/rumit (Johar, 2010, p.2). Singkat kata, menunjukkan bagaimana manfaat dan peran
RME yang di Indonesia disebut PMRI dapat suatu topik atau konsep terhadap topik yang lain.
dipandang sebagai suatu inovasi dalam pembel- (Johar, 2010, pp.1-2).
ajaran matematika di samping pendekakan- Moerlands (Sugiman, 2011, p.8) mendes-
pendekatan pembelajaran inovatif yang lainnya kripsikan tipe pendekatan realistik dalam gunung
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, pembelajar- es di tengah laut. Proses pembentukan gunung es
an diharapkan menggunakan pendekatan ilmiah di tengah laut dimulai dari bagian dasar dan
(scientific method), yang secara ringkas dilukis- seterusnya akhirnya terbentuk puncak gunung es
kan sebagai berikut: mengamati (observing), yang muncul di atas permukaan laut. Terdapat
menanya (questioning), menalar (associating), empat tingkatan yaitu: orientasi lingkungan
mencoba (experimenting) dan membentuk secara matematis, model alat peraga, pembuatan
jejaring (networking). pondasi, matematika formal. Gambar 2 menun-
Dalam PMRI, dunia nyata digunakan jukkan model gunung es pembelajaran volume
sebagai titik awal untuk mengembangkan ide dan balok menurut Moerlands (Sugiman, 2011, p.9).

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 203
Caecilia Peni Suryaningtyas

Tabel 1. Karakteristik PMRI


Tahapan Kegiatan siswa
1) 1. Penggunaan konteks dalam Siswa melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar tersebut dan dunia nyata
eksplorasi fenomenologis menjadi alat untuk pembentukan konsep
2. Penggunaan model untuk Siswa mengembangkan sendiri model matematika untuk menambah
mengkonstruksi pemahaman mereka tentang matematika.
3. Penggunaan hasil kerja siswa terlibat dalam aktivitas, menciptakan dan menjelaskan model simbolik
siswa dari kegiatan matematis informalnya
4. Interaktifitas Siswa harus terlibat secara interaktif, menjelaskan, dan memberikan alasan
dalam mencari solusi, memahami solusi temannya, menanyakan alternative
pemecahan masalah, merefleksikan.

5. Keterkaitan antara aspek- Prinsip terakhir dari pendidikan matematika realistik adalah
aspek atau unit-unit dalam menghubungkan beberapa topik dalam satu pembelajaran. Hal ini
Matematika menunjukkan bagaimana manfaat dan peran suatu topik atau konsep
terhadap topik yang lain.

Gambar 2. Gunung Es Pembelajaran Volume Balok Moerlands (Sugiman, 2011, p.9)


Salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran matematika realistik untuk me-
kualitas pendidikan di Indonesia adalah guru ningkatkan kemampuan pemecahan masalah
sebagai pakar pendidikan melakukan penelitian matematika dan meningkatkan kemampuan
yang mengarah pada pengembangan model pem- komunikasi matematika siswa. Produk yang
belajaran (Soenarto, 2013, p.184), Pengembang- dikembangkan adalah perangkat pembelajaran
an model pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembel-
kegiatan untuk menghasilkan suatu model pem- ajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
belajaran baru atau modifikasi model pembel- pada materi pokok bangun datar segi empat dan
ajaran yang sudah ada agar menjadi lebih baik segitiga.
dalam membantu siswa memahami pelajaran
METODE
matematika dan mencapai hasil yang maksimal.
Salah satu bentuk pengembangan yang Jenis penelitian ini adalah penelitian
bisa dilakukan untuk tujuan tersebut adalah pengembangan yang mengacu pada model
mengembangkan model pembelajaran PMRI. pengembangan 4-D. Model pengembangan yang
Proses interaksi dan pembentukan model mate- dikembangkan oleh Thiagarajan ini terdiri dari
matika untuk memahami ide-ide pokok empat tahapan, yaitu define (pendefinisian),
matematika serta interaksi sosial dalam model design (desain), development (pengembangan),
pembelajaran ini menjadikan siswa lebih senang dan dissemination (desiminasi) (Thiagarajan,
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Semmel & Semmel, 1974, p.6). Gambar 3
(Amri & Abadi, 2013, p.67). Berdasarkan hal menunjukkan langkah-langkah pengembangan
tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk dalam penelitian ini.
menghasilkan perangkat pembelajaran matema- Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6
tika siswa kelas VII semester 1 dengan metode Yogyakarta. Subjek uji coba pada tahap pertama

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 204
Caecilia Peni Suryaningtyas

yaitu uji coba terbatas melibatkan 12 siswa kelas (pemilihan media), adalah tahap pemilihan media
VIID, masing-masing 4 siswa dari tingkat ke- yang sesuai untuk presentasi isi pengajaran; (c)
mampuan tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan format selection (pemilihan format), untuk me-
uji coba tahap kedua yaitu uji coba lapangan rancang isi materi, pemilihan strategi, pende-
dilaksanakan di kelas VIIE sebanyak 34 siswa katan pembelajaran, dan sumber belajar. (d)
dan 1 orang guru matematika kelas VII. initial design (desain awal), yaitu tahap desain
awal dari produk yang akan dihasilkan dalam
Prosedur
penelitian ini.
Model 4-D yang digunakan dimodifikasi Tahap pengembangan bertujuan untuk
pada bagian disseminate (penyebaran). Tahap Pe- menghasilkan perangkat pembelajaran yang telah
nyebaran yang dilakukan oleh peneliti dilakukan direvisi berdasarkan saran para ahli dan hasil uji
sebatas pada publikasi perangkat kepada teman coba. Pada tahap ini dilakukan validasi draft
sejawat, melalui forum MGMP Matematika produk hasil pengembangan oleh ahli dan
serumpun, dan publikasi melalui blog pribadi analisisnya. Dalam proses validasi dilakukan
peneliti. revisi berdasarkan saran dan masukann validator,
Tahap pendefinisian dilakukan dengan hingga produk dinyatakan valid dan layak
lima tahap analisis yaitu: (1) front-end analysis digunakan. Selanjutnya dilakukan uji coba
(analisis awal akhir) untuk menetapkan dan terbatas untuk mengetahui keterbacaan produk
mendefinisikan tujuan pembelajaran, membatasi hasil pengembangan dan uji coba lapangan untuk
materi pelajaran yang akan disampaikan, mem- mengetahui kepraktisan produk hasil pengem-
pelajari kesesuaian dengan kurikulum yang bangan serta analisis data hasil uji coba.
berlaku, mempelajari tahap perkembangan siswa, Treffers (Cobb, Gravemeijer, & Yackel,
kondisi sekolah maupun rencana pembelajaran 2011, pp.76-77) mengatakan bahwa tujuan dari
yang akan dilakukan, observasi awal untuk men- sebuah desain penelitian tidak hanya untuk
dapatkan informasi tentang kondisi dan fakta membangun sebuah kontruks yang jelas, tetapi
pembelajaran di lapangan; (2) learner analysis juga mencakup pengembangan, pengujian dan
(analisis siswa) terkait dengan studi untuk me- memperbaiki aktivitas pengajaran. Nieveen
ninjau karakteristik siswa yang relevan dengan (1999, p.126) mengatakan hasil produk pendidik-
desain dan pengembangan bahan pembelajaran. an memainkan peranan yang penting dalam
Analisa ini dilakukan dengan cara wawancara pendidikan. Untuk memenuhi fungsi diatas,
terhadap beberapa siswa, pengamatan terhadap produk harus mempunyai kriteria yang baik.
siswa, dan diskusi dengan guru matematika di Maka untuk memenuhi kriteria pembelajaran dan
SMP; (3) concept analysis (analisis konsep) dila- kualitas produk yang baik pada penelitian ini di-
ku-kan kegiatan menentukan standar kompetensi, pakai kriteria kualitas produk menurut Nieveen.
kompetensi dasar, materi pokok, dan tema Nieveen (1999, pp.127-128) mengatakan bahwa
pembelajaran yang akan disajikan. (4) task kualitas produk pendesainan, pengembangan,
analysis (analisis tugas) adalah kegiatan merinci dan pengevaluasian program harus memenuhi
indikator belajar yang ingin dicapai sesuai kriteria valid, praktis, dan efektif.
dengan KD-nya. Hasil dari analisis ini tertuang
Instrumen
dalam perangkat pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian, tugas-tugas yang dikerjakan Instrumen yang digunakan meliputi:
siswa dan keterampilan utama yang harus instrumen validasi format untuk mengetahui
dimiliki oleh siswa setelah melaksanakan pem- kevalidan instrumen yang akan digunakan dalam
belajaran dengan materi segiempat dan segitiga. penelitian, instrumen penilaian kevalidan produk
(5) specifying instructional objectives (spesifi- hasil pengembangan yang terdiri dari lembar
kasi tujuan pembelajaran) untuk menganalisa validasi RPP, LK, Tes Kemampuan Pemecahan
indikator ketercapaian SK/KD berdasarkan hasil Masalah (TKPM) dan Tes Kemampuan Komuni-
analisis konsep dan tugas yang telah dilakukan. kasi (TKK) matematika siswa. Instrumen penilai-
Tahap design (perancangan) terdiri dari an kepraktisan terdiri dari lembar penilaian guru
empat tahap yaitu: (a) constructing criterion- terhadap produk pengembangan, lembar tang-
referenced test, dilakukan kegiatan menjabarkan gapan siswa, dan lembar observasi keterlaksana-
tujuan pembelajaran dalam indikator-indikator an pembelajaran. Instumen penilaian keefektifan
pencapaian hasil belajar, penentuan kisi-kisi tes, terdiri dari Tes Kemampuan pemecahan Masalah
penyusunan tes, dan pembuatan kunci jawaban dan Tes Kemampuan Komunikasi matematika
serta pedoman penskoran; (b) media selection siswa.

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 205
Caecilia Peni Suryaningtyas

Teknik Analisis Data dan estimasi reliabilitas TKPM dan TKK diguna-
kan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut.
Analisis data dilakukan untuk mem-
buktikan kevalidan, kepraktisan dan keefektifan  k   SDi 
2

pengembangan perangkat pembelajaran. Data  =  1−


 k − 1  SD2 
hasil penilaian yang diperoleh dari ahli dianalisis
untuk mengetahui apakah produk pengembangan Keterangan:
telah memenuhi kriteria kevalidan berdasarkan 𝛼 = estimasi reliabilitas
kekuatan landasan teoritis. Sedangkan data hasil 𝑘 = banyaknya item soal
uji coba lapangan digunakan untuk mengetahui 𝑆𝐷𝑖 2 = varians skor butir ke-i
kepraktisan dan keefektifan pembelajaran yang 𝑆𝐷2 = varians total skor tes
dikembangkan. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan untuk masing-masing pengujian Setelah hasil estimasi reliabilitas
kriteria tersebut adalah sebagai berikut. diperoleh, selanjutnya nilai SEM (standart error
Bukti kevalidan diperoleh melalui bebe- measurement) dihitung dengan menggunakan
rapa 2 tahapan. Tahap Pertama adalah mengubah rumus:
data skor penilaian validator yang diperoleh 𝑆𝐸𝑀 = 𝑆𝐷2 × √1 − 𝛼
melalui lembar validasi menjadi data interval.
Setelah itu, tahap kedua adalah mengkonversi Analisis kualitas kepraktisan dilakukan
data skor penilaian menjadi nilai skala lima dan dengan menganalisis data hasil penilaian guru
menjumlahkan skor penilaian validator menjadi terhadap produk, data tanggapan peserta didik
skor aktual. Adapun pengkategorian skor meng- terhadap proses pembelajaran dan pemanfaatan
acu pada Tabel 2. LK serta data observasi keterlaksanaan pem-
belajaran. Produk penelitian dikatakan praktis
Tabel 2. Pedoman Konversi Skor Aktual jika penilaian guru terhadap produk hasil
(Azwar, 2010, p.108). pengembangan terkategori minimal baik (B);
Interval skor Nilai Kategori penilaian peserta didik terhadap proses pembel-
(𝑀 + 1.5𝑠) < 𝑥 A Sangat Baik ajaran dan pemanfaatan LK terkategori minimal
(𝑀 + 0.5𝑠) < 𝑥 ≤ (𝑀 + 1.5𝑠) B Baik baik (B), dan hasil pengamatan terkait pelaksana-
(𝑀 − 0.5𝑠) < 𝑥 ≤ (𝑀 + 0.5𝑠) C Cukup Baik an kegiatan pembelajaran minimal 80%. Jika
(𝑀 − 1.5𝑠) < 𝑥 ≤ (𝑀 − 0.5𝑠) D Kurang Baik tingkat pencapaian di bawah 80% maka perlu
𝑥  (𝑀 − 1.5𝑠) E Tidak Baik dilakukan revisi dengan berdasarkan pada hasil
pengamatan yang telah dilakukan dan hasil
Produk penelitian yang dikembangkan diskusi dengan guru.
dikatakan valid jika hasil penilaian dari ahli Analisis keefektifan produk hasil
memperoleh kategori minimal baik (B) dan hasil pengembangan dilakukan menggunakan hasil tes
kesimpulan umum dari penilaian ahli menyata- kemampuan pemecahan masalah dan tes
kan bahwa perangkat layak digunakan dengan kemampuan komunikasi siswa. Produk hasil
revisi (LDR) atau layak digunakan (LD). Apabila pengembangan dikatakan efektif jika secara
produk berada kategori LDR, maka perlu klasikal 70% siswa mencapai nilai KKM (70);
dilakukan revisi sesuai dengan saran/ masukan terjadi kenaikan rerata skor secara signifikan
validator. pada hasil pre-test dan post-test, dan rerata skor
Uji coba terbatas selanjutnya dilakukan tes kemampuan pemecahan masalah siswa
untuk menguji kualitas produk pengembangan minimal berada pada kategori tinggi (B).
pada skala kecil. Uji coba ini dilakukan untuk Pengujian kenaikan rerata skor pre-test
menguji keterbacaan komponen LK, tes prestasi dan post-test TKPM dan TKK menggunakan uji
belajar, meliputi tes kemampuan pemecahan ma- t berpasangan (dependent). Sebelumnya, di-
salah (TKPM) dan tes kemampuan komunikasi lakukan terlebih dahulu uji prasyarat yaitu uji
(TKK). Data hasil uji coba terbatas dianalisis normalitas. Perhitungan uji normalitas menggu-
untuk mengetahui apakah produk hasil pengem- nakan statistik uji Shapiro-Wilk dengan bantuan
bangan membutuhkan perbaikan sebelum program SPSS 17.00 for windows. Kriteria
digunakan uji coba lapangan. pengujian yang digunakan adalah H0 diterima
Selain itu, dilakukan estimasi reliabilitas jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka
dan TKPM dan TKK untuk mengetahui daya data tersebut berdistribusi normal. Jika uji nor-
pembeda, tingkat kesulitan, analisis distraktor malitas terpenuhi, maka analisis uji selanjutnya
yaitu uji t dapat dilakukan.

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 206
Caecilia Peni Suryaningtyas

Uji t yang dilakukan dalam penelitian ini bahwa hasil penilaian validator terhadap RPP
adalah uji t dua sampel/kelompok dependent terkategori baik dan penilaian LK, TKPM, serta
(berpasangan) karena sampel yang digunakan TKK terkategori sangat baik. Produk termasuk
adalah subjek yang sama namun mengalami dua dalam kriteria Layak Digunakan dengan Revisi
perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Uji t (LDR). Dengan demikian, produk memenuhi
dua sampel/kelompok dependent (berpasangan) kriteria kevalidan dan dapat digunakan.
dilakukan untuk menguji kenaikan rata-rata skor
Tabel 3. Hasil Validasi Ahli
secara signifikan pada rata-rata skor pre-test dan
post-test pada TKPM dan TKK, dengan rumus Hasil Penilaian
Validator
sebagai berikut. Taraf signifikansi yang diguna- RPP LK TKPM TKK
kan adalah 5% atau 0,05. 1 140 122 59 59
2 124 112 47 47
̅ − 𝜇𝐷
𝐷 Skor Total 264 233 106 106
𝑇=
𝑆𝐷 Sangat Sangat Sangat
Kategori Baik
√𝑛 Baik Baik Baik
Keterangan: Secara umum, hasil dari uji coba terbatas
̅ : nilai rata-rata selisih x1 dan x2 (x1 - x2)
𝐷 menunjukkan bahwa keterbacaan LK, TKPM dan
𝜇𝐷 : selisih 𝜇1 dan 𝜇2 TKK baik dan mudah dipahami. Beberapa
𝑠𝑑 : simpangan baku dari selisih n pasangan perbaikan yang harus dilakukan antara lain
pengukuran acak menambahkan kalimat penjelas/petunjuk untuk
n: ukuran sampel salah satu gambar yang kurang jelas dalam soal
tes kemampuan pemecahan masalah. Selain itu,
Kriteria keputusan yang digunakan adalah perlu dilakukan perbaikan pada tampilan dan
apabila thitung lebih dari ttabel, maka H0 ditolak, warna LK agar lebih menarik.
yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara Uji coba lapangan berupa kegiatan pem-
rerata skor pretes dan postes. Uji t dua sampel/ belajaran dilaksanakan sebanyak 12 kali perte-
kelompok dependent (berpasangan) ini juga muan. Pada pertemuan pertama dan pertemuan
dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS ke duabelas digunakan untuk memberikan pretes
17.00 for windows. dan postes kepada siswa. Adapun hasil analisis
Kemp, Morrison, & Ross (1998) menyata- data kepraktisan yang diperoleh adalah sebagai
kan bahwa kualitas keefektifan dapat dicapai berikut. Data skor penilaian guru diperoleh dari
dengan memperhatikan peningkatan level lembar penilaian guru terhadap produk hasil
penguasaan yang dicapai oleh peserta didik pengembangan, disajikan pada Tabel 4.
dalam setiap tujuan pembelajaran. Berdasarkan Tabel 4. Hasil Penilaian Guru
penjelasan tersebut maka keefektifan produk
hasil pengembangan tercapai apabila hasil Komponen Skor Kategori
analisis menunjukkan adanya peningkatan yang RPP 41,5 Sangat Baik
signifikan pada hasil pre-test yang dibandingkan LK 47,5 Sangat Baik
dengan hasil post-test dari TKPM dan TKK Hasil penilaian dari guru yang dirangkum
siswa. pada Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN perangkat pembelajaran (RPP dan LK) yang
dihasilkan telah memenuhi kriteria praktis.
Hasil Pengembangan Dengan kata lain, perangkat pembelajaran yang
Produk hasil pengembangan dalam pene- dihasilkan dapat digunakan dengan mudah dalam
litian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan pembelajaran di kelas. Selanjutnya, peneliti juga
Pelajaran (RPP) dan Lembar Kerja (LK). Ber- melakukan analisis terhadap respon siswa terha-
dasarkan hasil penilaian ahli terhadap produk dap kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan ke-
yang dikembangkan, dapat ditunjukkan bahwa giatan pembelajaran. Hasilnya, diperoleh infor-
produk yang dihasilkan termasuk kategori sangat masi bahwa siswa merespon positif penggunaan
baik. Adapun hasil penilaian oleh ahli dapat LK dalam kegiatan pembelajaran yang meng-
dilihat pada Tabel 4. gunakan pendekatan PMRI. Rata-rata skor
Kriteria kevalidan produk terpenuhi penilaian siswa adalah sebesar 33 dan termasuk
apabila penilaian yang diperoleh masuk dalam kategori baik. Oleh karena itu, perangkat
kategori minimal baik. Tabel 3 menunjukkan

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 207
Caecilia Peni Suryaningtyas

pembelajaran yang dihasilkan telah memenuhi dikembangkan mencapai kategori efektif ditinjau
kriteria kepraktisan. dari kemampuan komunikasi.
Pengumpulan data observasi keterlaksana-
Pembahasan
an pembelajaran dilakukan pada setiap per-
temuan kemudian dianalisis. Salah satu syarat Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bah-
terpenuhinya kepraktisan produk pengembangan wa perangkat pembelajaran yang dihasilkan telah
adalah apabila persentase keterlaksanaan pem- memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.
belajaran minimal mencapai 80 %. Berdasarkan Kevalidan perangkat pembelajaran ini menunjuk-
hasil observasi, diperoleh bahwa persentase kan bahwa landasan teoritik penyusunan
keterlaksanaan pembelajaran adalah 82,86%. perangkat pembelajaran dan alasan penggunaan
Dapat disimpulkan bahwa syarat kepraktisan pendekatan PMRI telah sesuai dengan tujuan
produk pengembangan berdasarkan keterlaksa- yang hendak dicapai yakni untuk meningkatkan
naan pembelajaran telah terpenuhi. Berdasarkan kemampuan komunikasi dan kemampuan peme-
hasil analisis data kepraktisan secara keseluruh- cahan masalah siswa. Hal ini berarti produk hasil
an, kriteria kepraktisan produk hasil pengem- pengembangan telah sesuai dengan kebutuhan
bangan terpenuhi. dan teori yang relevan (Nieven & Folmer, 2013,
Keefektifan produk pengembangan di- p.160).
analisis berdasarkan hasil TKPM dan TKK yang Kepraktisan perangkat pembelajaran yang
diperoleh dari hasil pretest dan posttest 34 siswa dihasilkan menunjukkan bahwa guru dan siswa
kelas VIII E. Adapun hasil data pretes dan postes mampu melaksanakan pembelajaran dengan
disajikan pada Tabel 5. memanfaatkan perangkat pembelajaran ini. Hal
ini sejalan dengan pendapat Nieven (1999, p.127)
Tabel 5. Data Hasil TKPM
yang menyatakan bahwa kepraktisan produk
Pre-test Post-test hasil pengembangan tercapai apabila produk
Rata-rata Skor 73,49 83,25 tersebut dapat digunakan dengan mudah oleh
Tuntas 14 26 siswa dan guru. Akan tetapi, hasil ini tentunya
Belum Tuntas 20 8 belum memberikan jaminan bahwa guru sudah
Persentase ketuntasan 41,18% 76,47% mampu merancang perangkat yang relevan
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6, dengan perangkat pembelajaran yang dihasilkan
terlihat bahwa persentase ketuntasan secara ini. Dalam beberapa riset terdahulu terungkap
klasikal lebih dari dari 70%. Sedangkan rata-rata bahwa guru masih banyak mengalami hambatan
skor post-test berada pada interval 60 < 𝑥 ≤ dalam merancang pembelajaran, penilaian, yang
80 dan termasuk dalam kategori tinggi (B). Rata- mengacu pada suatu kurikulum (Retnawati,
rata skor pre-test dengan skor rata-rata post-test 2015; Retnawati, Djidu, Kartianom, Apino, &
naik sebesar 9,76 secara signifikan yang dibukti- Anazifa, 2018; Retnawati, Hadi, & Nugraha,
kan dengan menggunakan uji t. Jadi dapat 2016) padahal mereka sudah mengikuti serang-
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang kaian pelatihan dan workshop terkait hal tersebut.
dikembangkan mencapai kategori efektif ditinjau Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut secara
dari Kemampuan Pemecahan Masalah. kualitatif masih diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana perangkat pembelajaran ini dapat
Tabel 6. Data Hasil TKK dimanfaatkan oleh guru dalam merancang
Pre- test Post-test pembelajaran matematika dimasa mendatang.
Rata-rata Skor 73,61 79,41 Kegiatan pembelajaran dengan model
Tuntas 21 29 PMRI memungkinkan siswa untuk melakukan
Belum Tuntas 13 5 interaksi bersama teman sekelasnya melalui
Persentase ketuntasan 61,76% 85,95%
kegiatan diskusi. Secara langsung, kegiatan dis-
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa kusi tersebut melatih kemampuan komunikasi
persentase ketuntasan secara klasikal lebih dari siswa sekaligus memperdalam pemahaman akan
70%. Sedangkan rata-rata skor post-test yang ide-ide dan pengetahuan yang telah dibangun
berada pada interval 60 < 𝑥 ≤ 80 termasuk dalam oleh siswa. Kegiatan diskusi dalam pembelajaran
kategori tinggi (B). Rata-rata skor pre-test matematika memang sangat berpengaruh positif
dengan skor rata-rata post-test naik sebesar 5,80
terhadap perkembangan kemampuan komunikasi
secara signifikan yang dibuktikan dengan meng-
siswa. Selain itu, penggunaan masalah-masalah
gunakan uji t. Dengan demikian, dapat disimpul-
kan bahwa perangkat pembelajaran yang sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran me-

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 208
Caecilia Peni Suryaningtyas

mungkinkan siswa untuk terus berlatih dalam dan segiempat, sehingga disarankan untuk
melakukan pemecahan masalah. Bahkan, akti- peneliti lain agar dapat mengembangkannya pada
vitas diskusi dan menyelesaikan masalah yang materi yang lain.
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari merupa- DAFT AR PUSTAKA
kan dua dari sejumlah aktivitas yang dapat
Amri, M., & Abadi, A. (2013). Pengaruh PMR
melatih kemampuan berpikir siswa hingga level
dengan TGT terhadap motivasi, sikap dan
berpikir tingkat tinggi. Dalam beberapa hasil riset
kemampuan pemecahan masalah geometri
lain, dikemukakan bahwa kegiatan diskusi dan kelas VII SMP. PYTHAGORAS: Jurnal
pemberian masalah-masalah yang berkaitan Pendidikan Matematika, 8(1), 55-68.
dengan kehidupan sehari-hari dapat melatihkan Diambil dari https://journal.uny.ac.id/-
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (Djidu index.php/pythagoras/article/view/8494.
& Jailani, 2018; Apino & Retnawati, 2017; Apino, E., & Retnawati, H. (2017). Developing
Jailani, Sugiman, Apino, 2017). Oleh karena instructional design to improve
aktivitas itu, kemampuan komunikasi dan ke- mathematical higher order thinking skills
mampuan pemecahan masalah siswa terus of students. Journal of Physics:
menerus terasah selama kegiatan pembelajaran. Conference Series, 812, 1–7.
Dengan demikian, perangkat pembelajaran yang https://doi.org/10.1088/1742-6596/755/1/-
dihasilkan mampu mencapai tujuan pengem- 011001
bangan yang direncanakan yakni dapat mening- Azwar, S. (2010). Sikap manusia teori dan
katkan kemampuan komunikasi dan pemecahan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
masalah siswa. Belajar.
Cobb, P., Gravemeijer, K., & Yackel, E. (2011).
SIMPULAN
Symbolizing and instructional design-
Berdasarkan hasil analisis data penelitian developing instructional sequences to
dan pembahasan diperoleh hasil bahwa produk support students’ mathematical learning-
hasil pengembangan telah memenuhi kriteria introduction. E. Yackel, K. Gravemeijer, &
kevalidan berdasarkan hasil penilaian ahli. A. Sfard (Edits.), A journey in mathematics
Kepraktisan perangkat pembelajaran yang education research: Insights from the work
dihasilkan juga terpenuhi berdasarkan penilaiaan of Paul Cobb, 75-84.
dari guru terhadap produk pengembangan, respon Djidu, H., & Jailani, J. (2018). Developing
siswa terhadap pembelajaran dan pemanfaatan problem based calculus learning model.
LK, dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi
yang telah dilakukan. Selanjutnya, berdasarkan Pembelajaran, 2(1), 68–84.
hasil tes TKPM dan TKK menunjukkan bahwa https://doi.org/10.21831/jk.v2i1.12689
pembelajaran yang dilakukan dengan mengguna-
Greenes, C., & Schulman, L. (1996).
kan produk pengembangan dengan pendekatan
Communication processes in mathematical
PMRI telah memenuhi kriteria keefektifan.
explorations and investigations. Dalam P.
Dengan demikian, hasil pengembangan yang
C. Elliot & M. J. Kennedy (Eds.),
berupa produk pembelajaran matematika materi
Yearbook: Communication in
segitiga dan segiempat dengan menggunakan
Mathematics, K-12 and Beyond (pp. 159-
pendekatan PMRI untuk meningkatkan kemam-
169). Reston, Va.: The NCTM, Inc.
puan pemecahan masalah dan komunikasi
matematika siswa SMP yang meliputi Rencana Hadi, S., Retnawati, H., Munadi, S., Apino, E., &
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Wulandari, N. F. (2018). The difficulties
Kerja (LK) yang valid, praktis dan efektif. of high school students in solving higher-
Produk yang telah dihasilkan dapat diman- order thinking skills problems. Problems
faatkan untuk pembelajaran di kelas pada materi of Education in the 21st Century, 76(4),
segitiga dan segiempat untuk meningkatkan 520–532. Retrieved from http://oaji.net/-
kemampuan investigasi dan minat belajar mate- articles/2017/457-1533495738.pdf.
matika siswa. Perangkat pembelajaran yang telah Jailani, J., Sugiman, S., & Apino, E. (2017).
dihasilkan bertujuan untuk meningkatkan Implementing the problem-based learning
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi in order to improve the students’ HOTS
matematika terbatas hanya pada materi segitiga and characters. Jurnal Riset Pendidikan

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)


Pythagoras, 12 (2), 2017 - 209
Caecilia Peni Suryaningtyas

Matematika, 4(2), 247–259. Yogyakarta province of Indonesia.


https://doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.17674 International Journal of Instruction, 9(1),
Johar, R. (2010). Pendekatan matematika 33–48. https://doi.org/10.12973/iji.2016.-
realistik indonesia (PMRI) dan 914a.
relevansinya dengan KTSP. Makalah. Shadiq, F. (2004) Penalaran, pemecahan
Universitas Syiah Kuala. Diambil dari masalah. dan komunikasi dalam
www.academia.edu/download/37898597/ pembelajaran matematika. Depdiknas:
PMRI_USM_7Jan10_USM.pdf Yogyakarta.
Kemp, E.J., Morrison, G.R., & Ross, S.M. Soenarto. (2013). Metode penelitian pendidikan.
(1998). Designing effective instruction. Yogyakarta: UNY Press.
Upper Saddle River, NJ. John Wiley & Sugiman. (2011). Peningkatan pembelajaran
Sons matematika dengan menggunakan
Listyani, E & Dhoriva UW. (2007). Studi tentang pendekatan matematika realistik. Diambil
strategi guru dalam pembelajaran dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/-
matematika menyikapi pergeseran files/tmp/2011_PPM_Iceberg_0.pdf pada
paradigma pendidikan teacher centered ke tanggal 9 Januari 2016.
student centered. Yogyakarta: Prosiding Sugiman & Kusumah, Y.S. (2010). Dampak
Matematika dan Pendidikan Matematika. pendidikan matematika realistik terhadap
24 November 2007 FMIPA Universitas peningkatan kemampuan pemecahan
Negeri Yogyakarta. masalah matematika siswa SMP. IndoMS.
NCTM. (1989). Curruculum and evaluation J.M.E, 1(1), pp. 41-51. http://dx.doi.org/-
standards for school matematics. Reston, 10.22342/jme.1.1.793.41-52.
VA:NCTM. Supinah. (2008). Paradigma baru pembelajaran
Nieveen, N. (1999). Prototyping to reach product matematika. Yogyakarta: PPPPTK
quality. London: Kluwer Academic Matematika.
Publisher. Wijaya, A. (2012). Manfaat permainan
Republik Indonesia. (2003). Undang-undang RI tradisional untuk PMRI. Makalah
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Dipresentasikan pada Seminar dan
pendidikan nasional Workshop PMRI di Universitas Sanata
Retnawati, H. (2015). Hambatan guru Dharma. Yogyakarta, 28 April 2009.
matematika sekolah menengah pertama Hadi, S. (2002). Effective teacher professional
dalam menerapkan kurikulum baru. development for the implementation of
Cakrawala Pendidikan, 34(3), 390–403. realistic mathematics education in
https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.7694. Indonesia. University of Twente. Diambil
Retnawati, H., Djidu, H., Kartianom, K., Apino, dari https://research.utwente.nl/files/611-
E., & Anazifa, R. D. (2018). Teachers’ 9480/thesis_Hadi.pdf.
knowledge about higher-order thinking Taber, Keith S. (2013). Modelling learners and
skills and its learning strategy. Problem of learning in science education New York,
Education in the 21st Century, 76(2), 215– NY: Springer.
230. Retrieved from http://oaji.net/articles- Thiagarajan S., Semmel D., & Semmel, M.I.
/2017/457-1524597598.pdf. (1974). Instructional development for
Retnawati, H., Hadi, S., & Nugraha, A. C. (2016). training teachers of exceptional children:
Vocational high school teachers’ A sourcebook. Minnesota: Central for
difficulties in implementing the Innovation on Teaching the Handicape.
assessment in curriculum 2013 in

Copyright © 2017, Pythagoras, ISSN 1978-4538 (print), ISSN 2527-421X (online)

Anda mungkin juga menyukai