PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)
Oleh:
Mila Datul Muharromah, S.Si
NIM. 220220101004
Dosen Pengampu:
Dr. Arika Indah Kristiana, S.Si., M.Pd
Dr. Didik Sugeng Pambudi, M.S
Dr. Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd
1. Definisi
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau disingkat CTL
adalah konsep pembelajaran yang menghubungkan materi pengetahuan dengan
situasi kondisi nyata peserta didik. Dalam proses pembelajaran ini yang menjadi
hal terpenting adalah peserta didik dapat mencapai tujuan dengan memahami
pengetahuan berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, sehingga terjadi
korelasi antara pengetahuan dan pengalaman di kehidupan sehari-hari (Akrim,
2022:226). Pembelajaran kontekstual menekankan pemikiran dengan tingkat
lebih tinggi karena menghubungkan dan menganalisis pengetahuan akademis
dengan menyusun informasi dan data dari berbagai sudut pandang. Pengajaran ini
membuat semua peserta didik dapat memperkuat, mengembangkan, dan
menerapkan pengetahuan serta keterampilan akademik yang dimilikinya di
berbagai kondisi untuk memecah masalah-masalah nyata maupun simulasi
(Johnson, 2002:309).
Sebagai strategi pembelajaran, CTL didasarkan pada pemikiran bahwa makna
diperoleh dari hubungan antara isi dan konteks. Konteks memberikan makna pada
isi sehingga semakin banyak keterkaitan konteks yang ditemukan maka semakin
bermakna isi pembelajaran bagi peserta didik. Tugas besar seorang pengajar
adalah menyediakan konteks bagi peserta didiknya. Semakin mampu peserta
didik mengaitkan pembelajaran akademis dengan konteks yang diberikan, maka
semakin banyak makna yang mereka peroleh dari pelajaran tersebut yaitu mampu
mengerti makna dari pengetahuan dan keterampilan serta akan menuntun pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan (Johnson, 2002:34).
Dalam Akrim (2022:230) prinsip-prinsip yang harus ada dan diperhatikan
dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Konstruktivisme (constructivism)
Merupakan landasan filosofis pendekatan CTL. Pembelajaran harus
berdasarkan pada proses mengkontruksi bukan menerima materi
pengetahuan. Pendidik pada prinsipnya telah menerapkan landasan
filosofis ini, namun perlu dikembangkan lebih banyak lagi. Strategi
pembelajaran ini lebih mengutamakan konstruktivisme peserta didik
dibandingkan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Tugas dari seorang pendidik adalah menjadikan pengetahuan
lebih bermakna, memberikan kesempatan untuk peserta didik dapat
mengembangkan idenya, dan menyadarkan peserta didik agar dapat
menerepkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menemukan (inquiry)
Merupakan prinsip yang mempunyai tahapan, yaitu observasi, bertanya,
mengajukan, dugaan, mengumpulkan data, kemudian menyimpulkan dan
mengkomunikasikannya. Prinsip ini tepat untuk penanaman konsep yang
membutuhkan sistem kerja eksploratif. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dalam pembelajaran ini diharapkan bukan dari fakta-fakta
yang telah diingat melainkan hasil dari menemukan sendiri.
3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan seseorang biasanya diawali dengan bertanya. Bertanya
dianggap sebagai aktivitas untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir peserta didik. Bentuk dapat dilakukan pendidik
langsung atau sebaliknya, pendidik memancing agar peserta didik
bertanya.
4. Masyarakat belajar (learning community)
Merupakan menyamakan hasil belajar yang diperoleh dengan teman,
kelompok, atau antara yang tahu dan yang belum tahu. Peserta didik dapat
saling memberikan informasi yang diperlukan.
5. Pemodelan (modelling)
Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan ada model yang dapat
ditiru, dilihat dan dirasakan oleh peserta didik. Model dapat berupa cara
mengoperasikan sesuatu, menemukan kunci dalam bacaan, dan
sebagainya.
6. Refleksi (reflection)
Merupakan cara berpikir tentang apa yang telah diketahui di masa lalu
kemudian merespon kejadian dan pengetahuan yang baru saja diterima.
Tujuan dari unsur ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik yang telah diperoleh.
7. Penilaian sebenernya (authentic assessment)
Merupakan pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran
perkembangan belajar peserta didik untuk memastikan peserta didik telah
mengikuti proses pembelajaran dengan benar.
Kekurangan:
a. Proses pembelajaran menjadi lebih lama karena membutuhkan
pengumpulan informasi di berbagai sumber pengetahuan.
b. Suasana belajar yang riuh saat diskusi kelompok sehingga dibutuhkan
keahlian pendidik dalam mengontrol suasana pembelajaran.
c. Peserta didik yang kurang aktif akan tertinggal dalam penguasaan konsep
karena model pembelajaran ini peserta didik dituntuk menjadi aktif dan
bertanggung jawab atas penguasaan pengetahuannya sendiri.
d. Tingkatan pengetahuan peserta didik akan berbeda-beda karena hal ini
berdasarkan tingkat keaktifan dan kreativitas dari masing-masing peserta
didik.
3. Riset Pembelajaran
Beberapa riset sebelumnya tentang CTL adalah sebagai berikut:
1. Suastika dan Rahmawati (2019) Pengembangan Model Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Kontekstual.
Penelitian ini mengembangkan model yang mengacu pada model
ADDIE yang terdiri dari lima tahap, yaitu Analysis (analisis), Design
(desain), Development (pengembangan), Implementation (implementasi),
dan Evaluation (evaluasi). Prosedur pengembangan dari tahap model
ADDIE pada pengembangan ini adalah sebagai berikut:
Penelitian ini menghasilkan sebuah produk berupa modul matematika
dengan CTL pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Modul
yang dikembangkan terdiri dari kata pengantar, petunjuk modul, daftar isi,
kompetensi, kegiatan pembelajaran, uji kompetensi, daftar pustaka, dan
kunci jawaban.
Pada tahap implementasi dilakukan penilaian untuk melihat
kepraktisan dan keefektifan modul. Kepraktisan modul dilihat dari angket
respon guru dan angket respon peserta didik, sedangkan keefektifan modul
dilihat dari hasil posttest peserta didik.
Hasil dari penelitian ini diperoleh penilaian kepraktisan modul dari
respon peserta didik mendaptkan kriteroa baik, sedangakan respon guru
mendapatkan kriteria baik sekali. Panilaian keefektifan modul berdasar
hasil posttest mendapatkan kriteria baik.
DAFTAR PUSTAKA
Purba, A., Widyastuti, A., Soesana, A., Suesilowati, S., Lestari, R., Purba, S.,
Soputra, D., Subakti, H., Fauzi, A., Simarmata, J. (2022). Strategi Pembelajaran
(Suatu Pengantar). Yayasan Kita Menulis.