Anda di halaman 1dari 6

MERIVEW 5 JURNAL MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

OLEH
HUSNUL HATIMA (220209502031)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Penelitian ini didasarkan pada masih rendahnya kualitas pembelajaran di SD dalam
mengimplementasikan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Berdasarkan
alasan tersebut tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan apakah data peningkatan keterampilan
proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dibandingkan
siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi
eksperiment dengan desain pre- and post test design. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V salah satu
sekolah dasar negeri di Kabupaten Majalengka pada tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian
sebanyak 24 siswa kelas eksperimen dan 24 siswa kelas kontrol. Kelas ekperimen diberi perlakuan PBM,
sedangkan kelas kontrol dengan bukan PBM. Kedua kelompok diberikan pre test dan post test dengan
menggunakan instrumen tes yang sama. Instrumen yang digunakan terdiri atas butir soal pilihan ganda
untuk mengukur keterampilan proses sains, dan lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan
pembelajaran. Data pre test dan post test diolah menggunakan bantuan program SPSS 20 for Windows.
Hasil analisis data menunjukan bahwa keterampilan proses sains pada kelas eksperimen baik secara
keseluruhan maupun pada setiap indikatornya mengalami peningkatan yang lebih baik dibanding siswa
kelas kontrol. Adapun peningkatan secara keseluruhan untuk keterampilan proses sains yaitu sebesar 0,56
berada pada kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan proses siswa
yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dibandingkan siswa yang
mendapatkan pembelajaran bukan PBM.
Pada pembelajaran berbasis masalah, masalah digunakan sebagai stimulus dan fokus bagi
aktivitas belajar siswa. Masalah yang dijadikan sebagai stimulus digunakan untuk mengaktifkan keingin
tahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subjek. Permasalahan yang dimunculkan dalam
pembelajaran biasanya berupa kasus yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang dipelajari. Masalah yang
dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok. Melalui berbagai
kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang beragam diantaranya
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah dan kerjasama dalam kelompok.
Arends (2008:57) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan
lima langkah (fase) kegiatan. Adapun tahapan pembelajaran atau sintaks pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut: memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa, mengorganisasikan siswa
untuk meneliti, membantu investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan
artefak dan exhibit, dan menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Terdapat beberapa keunggulan dari pembelajaran berbasis masalah diantaranya, yaitu: model
pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong siswa membentuk pola pikir, mampu memecahkan
masalah, memiliki pengetahuan mengenai konten masalah dunia nyata, meningkatkan dan
mengembangkan motivasi belajar yang dapat bermuara terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Model
pembelajaran berbasis masalah juga lebih menekankan pada pola student center learning. Selain itu, yang
terpenting adalah menciptakan suasana pembelajaran secara bermakna sehigga dapat memunculkan rasa
percaya diri siswa dan mengoptimalkan segala macam kemampuan yang dimiliki siswa.
Namun dari segala kelebihan, model PBM juga memiliki kendala yang harus dijadikan sebagai
pertimbangan oleh guru diantaranya, yaitu: (1) bila siswa tidak memiliki minat atau mempunyai
kepercayaan bahwa masalah dapat dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba; (2) tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah, maka siswa tidak akan belajar; dan
(3) keberhasilan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran berbasis inkuiri
ditinjau dari prestasi belajar dan kepercayaan diri dalam belajar matematika siswa SMP. Penelitian ini
adalah penelitian kuasi eksperImen dengan desain one-group posttest-only. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Yogyakarta yang terdiri dari 10 kelas. Penelitian ini menggunakan
satu kelas yang terdiri dari 32 orang siswa sebagai sampel yang dipilih secara acak. Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik tes dan non tes. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu tes prestasi
belajar dan angket kepercayaan diri dalam belajar matematika. Uji asumsi normalitas data menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov satu sampel pada taraf signifikan α = 5%. Teknik analisis data untuk menguji
keefektifan model pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar dan kepercayaan diri dalam belajar
matematika masing-masing menggunakan uji-t satu sampel pada taraf signifikan α = 5%. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis inkuiri efektif ditinjau dari prestasi belajar dan
kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
Menurut Kunandar (Shoimin, 2014), pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang mendorong
keterlibatan aktif siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui pengalaman. Proses penemuan konsep-konsep dan prinsip tersebut dalam pembelajaran berbasis
inkuiri dilakukan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis (Majid, 2014, p.173; Nurlaela & Ismayati,
2015, p.17). Selain itu, melalui keterlibatan aktif oleh siswa tersebut baik secara mandiri maupun dengan
bantuan guru atau teman, siswa cenderung mengembangkan mental intelektualnya yaitu secara berani
meyakinkan, menerima, menghayati, menelaah, dan mengajukan solusi atas masalah yang dihadapinya
(Anam, 2016, p.11). Dengan demikian, menurut Lane (Anam, 2016, p.12) siswa akan memiliki
kesempatan untuk merefleksikan pembelajarannya, memiliki pemahaman yang lebih baik, dan menjadi
pemikir kritis yang lebih baik.
Berdasarkan latar belakang, teori-teori, dan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penerapan
pembelajaran berbasis inkuiri diduga kuat dapat menunjang pengembangan prestasi belajar dan
kepercayaan diri dalam belajar matematika siswa. Namun hal tersebut perlu dibuktikan secara empiris
dengan melibatkan sampel penelitian yang memiliki karakteristik berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model
pembelajaran berbasis inkuiri ditinjau dari prestasi belajar dan kepercayaan diri dalam belajar matematika
siswa SMP
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONSTEKTUAL
Penanaman nilai-nilai karakter di sekolah umumnya dikenal dengan istilah pendidikan karakter,
pendidikan moral, atau pendidikan nilai.. Kedudukan Pendidikan karakter di Indonesia sejajar dengan
subyek-subyek mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, yang membedakan dengan mata pelajaran
lainya adalah bentuk pengajaranya. Pendidikan karakter di Indonesia pada umumnya diintegrasikan
dengan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Salah satu model pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kontekstual yang
berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal. Selanjutnya, model pembelajaran kontekstual akan memberikan
kemandirian bagi siswa untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang bersumber pada nilai-nilai hidup
di keluarga atau di lingkungan masyarakat. Selain itu model pembelajaran ini menanamkan nilai-nilai
karakter secara langsung melalui pembiasaan dengan ikut serta dalam kegiatan masyarakat, antara lain
kegiatan gotong royong ataupun rapat warga yang mampu menumbuhkan karakter toleransi dan
kerjasama. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang model pembelajaran kontekstual
berbasis kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah studi literatur, penulis mencoba
mengembangkan model pembelajaran kontekstual yang dikaji dari berbagai referensi yang relevan.
Melalui model ini siswa diharapkan mampu membuat sebuah produk pembelajaran berupa jurnal harian
yang berisi nilai-nilai karakter yang terdapat di lingkungan keluarga atau masyarakat.
Pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang memiliki konsep menghubungkan
materi pelajaran dengan situasi dunia nyata. Hal ini akan memotivasi siswa untuk membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerapannya terhadap kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Berns & Erickson, 2001: 3) Sedangkan Muslich (2009:41) mengemukakan bahwa
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari.
Pendidikan karakter merupakan cara yang di tempuh untuk membentuk perilaku siswa. Proses
pendidikan karakter tidak dapat di lakukan secara instan tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Pendidikan karakter sangat tepat apabila dapat memanfaatkan lingkungan siswa sebagai sarana dalam
penanamakan nilai-nilai. Budaya memiliki seperangkat nilai yang dapat diguanakan untuk memberikan
pemahaman nilai bagi peserta didik. Proses yang dapat di lakasanakan adalah melalui budaya kearifan
lokal. Budaya memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan sarana untuk pendidikan karakter. hanya saja
pengembanganya belum berjalan secara optimal. Untuk itu maka dikembangkan model pembelajaran
kontekstual berbasis kearifan lokal untuk membantu siswa dalam memahami nilai-nilai di masyarakat
melalui melihat langsung di lapangan. hal ini dilakukan berdasarkan dari pendapat thompson bahwa salah
satu metode dalam pendidikan karakter adalah service learnig(layanan pembelajaran) yang dapat
meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya perilaku yang baik di dalam masyarakat. melalui model
ini siswa akan dapat membedakan prilaku yang berdampak positif dan negatif bagi kehidupan
masyatakat. Model pembelajaran ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama dan peran
guru sangat di butuhkan sebagai pengawasan agar materi yang di berikan tepat
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning model) merupakan pembelajaran
yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna
dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau
lapangan. Pada pembelajaran berbasis proyek, kegiatan pembelajaranberlangsung secara kolaboratif
dalam kelompok yang heterogen.Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi untuk melatih
meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran berbbasis proyek (project based
learning model) siswa merancang sebuah masalah dan mencari penyelesaiannya sendiri. Model
pembelajaran berbasis proyek (project based learning model) memiliki keunggulan dari karakteristiknya
yaitu membantu siswa merncang proses untuk menentukan sebuah hasil, melatih siswa bertanggung
jawab dalam mengelola informasi yang dilakukan pada sebuah proyek yang dan yang terakhir siswa yang
menghasilkan sebuah produk nyata hasil siswa itu sendiri yang kemudian dipresentasikan dalam kelas.
(Amirudin, dkk: 2015).
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka diperolehkesimpulan dari
populasi tersebut sebagai berikut: 1) tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelas
yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning model) dan kelas yang
menggunakan model pembelajaran langsung (direct Instruction)pada pembelajaran fisika di SMA PGRI
Kasiyan. 2) Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen terhadap project based learning model dalam
pembelajaran fisika di SMA PGRI Kasiyan termasuk dalam kriteria tinggi.3) Respon belajar siswa kelas
eksperimen terhadap model pembelajaran berbasis proyek(project based learning model)dalam
pemelajaran fisika di SMA PGRI Kasiyan termasuk dalam kriteria cukup.Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan, maka saran yang diberikan adalah: 1) bagi guru fisika, dibutuhkan kejelian dalam
memanajemen waktu pembelajaran di sekolahdalam penerapan model project based learning, 2) Bagi
peneliti lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk penelitian selanjutnya.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOOPERATIF
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif merupakan langkah implementasi dari rencana
pembelajaran kooperatif, berisi rincian dari prosedur pembelajaran. Sama dengan pada prosedur ada
empat langkah utama yang merupakan sintaks dari model pembelajaran kooperatif hasil pengembangan,
yaitu langkah: orientasi, eksplorasi, pendalaman dan penyimpulan. Langkah Orientasi atau kegiatan awal
pembelajaran merupakan langkah untuk mendorong kelas memusatkan perhatian terhadap pembelajaran;
Langkah Eksplorasi atau kegiatan inti pertama, merupakan langkah untuk mengajak dan mendorong
siswa untuk mencari dan menemukan fakta, pengetahuan, masalah dan pemecahan; Langkah Pemantapan
atau kegiatan inti kedua, merupakan langkah untuk memperdalam, memperluas, memantapkan,
memperkuat penguasaan materi dan kemampuan yang telah dicapai pada langkah eksplorasi; dan
Langkah Penyimpulan atau kegiatan akhir pembelajaran, merupakan langkah untuk menyimpulkan atau
merangkumkan dan menegaskan tentang apa yang telah dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai