Anda di halaman 1dari 9

MODEL-MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI TUJUAN

BELAJAR
Fitri Amalia
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
famalia756@gmail.com

Abstract: The purpose of writing this article is to determine the learning planning model with the
planning model according to Glase, Dick and Carey, Performance Based Teacher Education
(PBTE), ASSURE, Kemp, PPSI (Instructional System Development Procedure), Banathy, web-
based learning (e-learning). , and Student Teams-Achievement Divisions (STAD). The method
used in this article is the description method. So, the author uses books as a source in writing this
paper. The conclusion of this article is a learning planning model, namely the activity of
formulating what goals will be achieved by a teaching activity, what methods are used to assess
these goals, what material will be delivered, how to convey it, and what tools or media are needed
and there is analysis. several learning planning models.

Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui model perencanaan
pembelajaran dengan model perencanaan menurut Glase, Dick dan Carey, Performance
Based Teacher Education (PBTE), ASSURE, Kemp, PPSI (Prosedur Pengembangan
Sistem Intruksional), Banathy, pembelajaran berbasis web (e-learning), dan Student
Teams-Achievement Divisions (STAD). Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah
metode deskripsi. Jadi, penulis menggunakan buku-buku sebagai sumbel dalam penulisan
makalah ini. Kesimpulan artikel ini adalah model perencanaan pembelajaran yaitu kegiatan
merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang
dipakai untuk menilai tujuan tersebut, materi bahan apa yang akan disampaikan,
bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan dan terdapat
analisis beberapa model  perencanaan pembelajaran.
Kata Kunci: Model Perencanaan Pembelajaran, Analisis Model Perencanaan
Pembelajaran.

PENDAHULUAN
Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering disalahartikan atau
diartikan secara common sense atau pendapat umum saja. Pengertian belajar yang cukup
komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986:1) yang menyatakan bahwa belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitudes.1
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Komponen tersebut adalah tujuan, materi, materi dan evaluasi.
Dari keempat komponen pembelajaran itu, tujuan dijadikan fokus utama pengembangan, artinya
ketiga komponen lainnya harus dikembangkan dengan mengacu pada komponen
tujuan.2 Keberhasilan seseorang dalam belajar juga berdasarkan model perencanaan
pembelajaran yang akan diberikan seorang guru pada siswa. Model pembelajaran tidak sama
halnya di Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Dasar. Di Sekolah
Dasar tentunya guru lebih menggunakan beberapa model pembelajaran yang lebih aktif dimana
model pembelajaran tersebut akan mampu membuat siswanya juga lebih aktif dalam belajar.
1 Winataputra, Udin. S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. hlm.1.5
2 Hernawan, Asep Herry. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universita Terbuka. hlm.
9.1
Seorang guru Sekolah Dasar tidak boleh mementingkan diri sendiri dalam mengajar karena anak
SD masih banyak sekali membutuhkan berbagai pendekatan, metode, strategi dan teknik dalam
kegiatan belajar mengajar. Seorang guru harus mampu mengembangkan bagaimana caranya agar
peserta didik tetap semangat dalam belajar. Maka dari itu, guru SD harus kreatif
mengembangkan beberapa idenya dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat
menumbuhkan suasana yang hidup di kelas dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan gembira.
Dikelas rendah guru harus lebih banyak memeberikan motivasi terhadap siswa.
Guru tidak hanya memahami bahan materi yang akan diajarkan, tetapi hendaknya memahami
semua karakteristik yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dengan mudah menerapkan
paradigma baru dalam proses pembelajaran. Namun yang terjadi di sekolah-sekolah pada saat
sekarang cenderung banyak guru dalam proses pembelajaran hanya menjelaskan atau
memberitahukan segala sesuatu kepada siswa. Guru kurang memberikan kesempatan untuk
melatih siswa dalam belajar menemukan jawabannya sendiri. Dengan model pembelajaran
seperti itu banyak siswa yang semakin pasif dan cenderung merasa bosan. Model pembelajaran
seperti itu, sekarang ini dirasakan kurang bermakna bagi hasil belajar siswa, karena siswa hanya
dijejali dengan hafalan-hafalan mengenai konsep-konsep bukan bagaimana mengerti, memahami
atau menguasai konsep dalam memecahkan suatu persoalan, apalagi didukung oleh kurangnya
kreativitas guru dalam menggunakan media selama proses pembelajaran, sehingga materi
pembelajaran akan semakin sulit dipahami siswa. Oleh karena itu guru diharapkan mampu
merubah paradigma lama dalam mengajar yaitu menyampaikan pelajaran sebanyak-banyaknya
dengan paradigma baru yang menekankan pada upaya membantu siswa agar lebih mampu
mengerti, memahami, atau menguasai konsep untuk memecahkan suatu persoalan.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan
di bidang pendidikan (educational research and development). Penelitian ini dilaksanakan di
Sekolah SMA Negeri 3 Kampar yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di wilayah
Kabupaten Kampar.
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 9 bulan dari bulan Februari 2020 sampai
dengan November 2020. Sumber data dalam penelitian ini adalah adalah guru yang mengajar dan
siswa yang mengalami kesulitan belajar Bahasa Indonesia yang terlibat dalam pengembangan
model pembelajaran bagi siswa berkesulitan belajar, dokumen RPP, dan nilai siswa yang
berkesulitan belajar. Penelitian ini juga melibatkan tim ahli (dosen yang ahli di bidang siswa
berkesulitan belajar dan praktisi yang berpengalaman dengan siswa-siswa berkesulitan belajar.
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam sepuluh tahapan sebagai berikut: (a) analisis
potensi dan masalah, (b) pengumpulan dan analisis bahan masalah, (c) desain model, (d) validasi
model, (e) revisi model, (f) uji coba model, (g) revisi model, (h) uji coba penggunaan, (i) revisi
model, dan (j) produksi model. Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis terhadap
permasalahan yang terjadi pada pembelajaran untuk siswa-siswa yang berkesulitan belajar
dengan melakukan analisis kebutuhan model pembelajaran. Analisis ini berlangsung selama
kurang lebih 2 bulan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa guru-guru di sekolah inklusi masih belum membuat
perencaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa kesulitan belajar, strategi dan
metode untuk siswa berkesulitan belajar belum tepat, hal ini dikarenakan banyak guru yang
belum memahami apa dan siapa siswa kesulitan belajar, serta bagaimana cara penyampaian atau
strategi yang pas untuk siswa tersebut. Untuk memahami kebutuhan siswa tersebut maka perlu
dilakukan asesmen.
Setelah analisis dilakukan kemudian peneliti melakukan pengembangan awal model
pembelajaran bagi siswa berkesulitan belajar berupa rencana pembelajaran yang berlangsung
selama kurang lebih 3 bulan. Setelah prototipe model berupa rencana pembelajaran terbentuk
maka langkah selanjutnya adalah melakukan kajian terhadap model tersebut. Kajian ini
dilakukan oleh pakar dan praktisi di bidang kesulitan belajar dan pembelajaran dengan
melakukan kajian terhadap rencana pembelajaran yang sudah peneliti kembangkan.
Tahap selanjutnya adalah melakukan uji lapangan terhadap model pembelajaran bagi siswa
berkesulitan belajar matematika dan bahasa. Setelah uji lapangan selanjutnya dilakukan revisi
terhadap model, setelah itu dilakukan uji lapangan operasional. Hasil uji lapangan utama lalu
direvisi berdasarkan masukan dari berbagai ahli dan praktisi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner/angket tentang
pembelajaran bagi siswa berkesulitan belajar bahasa Indonesia, rencana pembelajaran, hasil atau
produk pembelajaran. Kemudian melakukan studi literature tentang strategi, metode, dan teknik
pembelajaran bagi siswa kesulitan belajar matematika, serta lembar pengamatan tentang
kemampuan matematika siswa.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah teknik

analisis kualitatif dari data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan hasil asesmen.
Adapun data yang dianalisis dalam pengembangan model adalah data tentang dan yang berkaitan
dengan komputasi yang mencakup kesiapan, fakta angka, perhitungan dan konsep pecahan.
PENGERTIAN MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga
diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan
bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama
sebagai kerangka proses pemikiran.3
Perencanaan pembelajaran adalah proses menspesifikasi kondisi-kondisiuntuk belajar
sehingga tercipta strategi untuk produk pembelajaran baik pada level mikro maupun makro.4
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.5
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasasi perubahan
perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat
kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching
style) yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (style of learning and teaching).6
Model perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan
dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai tujuan tersebut,
materi bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau
media apa yang diperlukan. Dengan demikian model pengajaran dapat dipahami sebagai suatu
desain yang melukiskan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dan digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran
yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.7

3 Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta. hlm. 51


4 Jaya,Farida.2009,Perencanaan Pembelajaran. Medan: Iain Press
5 Ahmadi, Iif, Kohiru. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya. hlm. 83
6 Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Refika Aditama. hlm.
41
7 Uno, Hamzah. B. 2005. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. hlm. 134
ANALISIS BEBERAPA MODEL  PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Husen, dkk (1997: 92) memaparkan model-model perencanaan pembelajaran yang dapat
dijadikan acuan oleh guru dan calon guru dalam pembelajaran bahasa. Berikut ini dikemukakan
model perencanaan pembelajaran bahasa disertai dengan langkah-langkahnya. 8
1. Model Perencanaan Menurut Glase

Glase mengemukakan lima langkah perencanaan seperti diuraikan berikut ini:

a. Menentukan komponen tujuan (Instructional Objectives)


Tujuan pembelajaran khusus, kini dalam kurikulum berbasis kompetensi diistilahkan
dengan indikator ditentukan oleh guru/pengajar. Guru diharapkan terampil menentukan
tujuan yang ingin dicapai oleh siswa setelah selesai proses belajar-mengajar.
b. Perilaku Awal (Entering Behavior)
Guru hendaknya menentukan situasi awal. Termasuk di dalamnya siswa dan calon siswa.
Situasi awal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kecerdasan dan kemampuan awal
siswa, situasi guru yang akan melaksanakan proses belajarmengajar (kompetensi,
persiapan), dan situasi sekolah (tingkat pendidikan dan kondisi daya dukung sekolah).
c. Prosedur Pembelajaran (Instructional Procedures)
Guru harus mahir menentukan teknik-teknik pembelajaran agar siswa mudah mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
d. Menilai Kinerja (Performance Assesment)
Guru harus terampil menentukan teknik penilaian, menentukan alat penilaian, dan mahir
menilai untuk mengukur pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
e. Umpan Balik (Feedback)
Pencapaian hasil pembelajaran menjadi indikator keberhasilan kegiatan proses belajar-
mengajar. Hasil pembelajaran yang merupakan penerapan Iangkah a s.d e dijadikan bahan
untuk perbaikan dalam tindak lanjut. Hasil pembelajaran yang telah dicapai dijadikan
bahan untuk bertindak lebih lanjut.

2. Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Dick & Carey


Perencanaan pembelajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Carey, yang
dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (1990). Menurut pendekatan ini terdapat beberapa
komponen yang akan dilewati dalam proses perencanaan pembelajaran tersebut.
a. Identifikasi Tujuan Pengajaran (Identity Instructional Goals)
Tahap awal model ini adalah menetukan apa yang diinginkan agar siswa dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajarannya.
b. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goals Analysis)
Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang
harus depelajari.
c. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik Siswa (Identity Entry Behaviours,
Characteristics)
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan
tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang
dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran, yang penting juga untuk diidentifikasi
adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan
aktivitas-aktivitas pengajaran.
d. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives)
Analisis intruksional dan pertanyaan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan
dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran.
e. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Criterian-Referenced Test Items)

8 Djumingin, Sulastriningsih dan Syamsudduha. 2016. PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAHASA , SASTRA


INDONESIA DAN DAERAH: Teori dan Penerapannya. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Tujuan yang dirumuskan,  maka dilakukan pengembangan butir asesmen untuk mengukur
kemampuan siswa seperti yang diperkirakan di dalam tujuan.
f. Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional Strategy)
Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktik dan
balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas.
g. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop and Select Instructional Materials)
Strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa,
bahan pelajaran, test, dan panduan guru.
h. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and Conduct Formative
Evaluation)
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengidentifikasi
bagaimana meningkatkan pengajaran.
i. Menulis Perangkat (Design and Conduct Summative Evaluation)
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/diimplestasikan di kelas.
j. Revisi Pengajaran (Intructional Revitions)
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dri evaluasi
sumatif yang telah dilakukaan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta
diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.9

3. Model Performance Based Teacher Education (PBTE)


Model perencanaan pembelajaran PBTE merupakan pengembangan program pembelajaran
yang dilaksanakan dengan pendekatan sistemik. Pendekatan ini mempertimbangkan semua
faktor dan komponenkomponen yang ada sehingga pelaksanaan program akan berjalan secara
efisien dan efektif (Hamalik, 2002:59). Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan
pembelajaran model PBTE ini dijelaskan oleh Hamalik (2002:59) sebagai berikut:10
a. Merumuskan asumsi-asumsi secara jelas, eksplisit, dan khusus.
b. Mengidentifikasi kompetensi.
c. Merumuskan tujuan-tujuan secara deskriptif.
d. Menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis assessement.
e. Pengelompokkan dan penyusunan tujuan-tujuan pelajaran berdasarkan urutan psikologis
untuk mencapai maksud-maksud instruksional.
f. Mendesain strategi instruksional.
g. Mengorganisasi sistem pengelolaan kelas.
h. Mencobakan program.
i. Menilai desain instruksional.
j. Memperbaiki kembali program.

4. Model ASSURE
Model desain pembelajaran Assure ini adalah suatu model desain pembelajaran yang
merupakan sebuah formulasi untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) yang beriorientasi kelas.
Heinich mengungkapkan bahwa model desain pembelajaran ini terdiri atas enam tahap kegiatan
sebagai berikut:11
a. Analyze learners
Analyze Learners, perlu diketahui bagaimana kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa.
Ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal mereka, yaitu berdasarkan ciri-ciri
umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
9 Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasi Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta : PT. Bui Aksara
10 Ananda Rusydi. 2019. Perencanaan Pembelajaran. Medan : Lembaga Peduli Pengenmbangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI) hal. 32-35
11 Wiyani Novan Ardy. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA. hlm. 39
b. States objectivies
States Objectives, menyatakan tujuan pembelajaran harus difokuskan kepada pengetahuan,
kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
c. Select methods, media, and material
Select Methods, Media, and Material,  ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan
dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan 
dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media  yang dipilih, dan langkah
terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
d. Utilize media and materials
Utilize Media and materials  , ada lima langkah  bagi penggunaan media yang baik yaitu,
preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman
pembelajaran.
e. Require learners participation
Require Learner Participation, sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu
dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau
presentasi.
f. Evaluate and revise
Evaluate and Revise, penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya
menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media,
kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.

5. Model kemp
Model desain system interuksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang
membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas
komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai
kendala yang timbul.
Model system intruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen
mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan sistem instruksional,
menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diubah, dan setiap
komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu model
Kemp, dilihat dari kerangka sistem merupakan model yang sangat luwes.
Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp adalah:
a. Hasil yang ingin dicapai
b. Analisi tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar
h. Tes awal
i. Karakteristik belajar
Kesembilan komponen itu merupakan suatu siklus yang terus-menerus direvisi setelah
dievaluasi baik evaluasi sumatife maupun formatife dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan
siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.12

6. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)


Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) adalah model yang
dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi
untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:

12 Sanjaya Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
hlm. 71-72
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada 4 syarat
dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang
dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar,
berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk
tingkah laku.
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk
masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan
untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
c. Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan
kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran,
menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
e. Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi
pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.13

7. Model Banathy
Model ini memandang bahwa penyusunan sistem instruksional dilakukan melalui tahapan-
tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun tujuan
spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta
didik.
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam
tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat
meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventasikan seluruh
kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang
ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap komponen
sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
e. Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas sistem, yakni melatih sekaligus
menilai efektivitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.14

8. Model pembelajaran berbasis web (e-learning)


Pembelajaran berbasis web merupakan pembelajran yang memanfaatkan teknologi internet
selam proses belajar mengajar. Teknologi internet meemberikan kemudahan bagi siapa saja
untuk mendapatkan informasi. Pembelajaran ini bersifat unik dan serius, kata serius digunakan
untuk meengungkapkan bahwa merancang sampai dengan mengimplementasikan pembeljaran
berbasis internet tidak semudah dibayangkan. Selain infrastruktur internet, pembelajaran berbasis
web memerlukan sebuah model instruksional yang memang dirancang khusus untuk keperluan
itu. Pembelajaran berbasis web memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Interactivity (interaktivitas);  tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara
langsung atau tidak langsung.
b. Independency (kemandirian); fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat,
pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi leih terpusat kepada
siswa.
c. Accessibility (aksesibilitas); sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah diakses melalui
pendistribusian dijaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian
sumber belajar pada pembelajaran konvensional.

13 Majid, Abdul. 2008. PerencanaanPembelajaran, Bandung: Rosdakarya. hlm. 22


14 Syah,Darwyan.2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Gaung Persada Press.
hlm. 71-72
d. Enrichment  (pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi
pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informasi
seperti video streaming, simulasi dan animasi.
Keempat karakteristik di atas merupakan hal yang membedakan e-learning dari kegiatan
pembelajaran secara konvensional. Dalam e-learning daya tangkap siswa terhadap materi
pembelajaran tidak lagi tergantung kepada guru karena siswa mengonstruk sendiri ilmu
pengetahuannya melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interface situs web.15

9. Model Student Teams-Achievement Divisions (STAD


STAD nerupakan pembelajaran yang paling sederhana dan merupakan model yang paling
baik digunakan untuk tahap permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik melalui pengajaran verbal maupun tertulis.
Siswa dikelompokkan secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan
anggotra lain sampai mengerti.
Langkah-langkah :
a. Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara hetrerogen(campuran
menururt prestasi,jenis kelamin,suku,dan lain-lain).
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab, tidak
boleh saling membantu.16

PENUTUP
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga
diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan
bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama
sebagai kerangka proses pemikiran.
Model perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan
dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai tujuan tersebut,
materi bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau
media apa yang diperlukan.
Analisis model perencanaan menurut Glase, Dick dan Carey, Performance Based Teacher
Education (PBTE), ASSURE, Kemp, PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional),
Banathy, pembelajaran berbasis web (e-learning), dan Student Teams-Achievement Divisions
(STAD).

DAFTAR PUSTAKA
Winataputra, Udin. S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka
Hernawan, Asep Herry. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universita
Terbuka
Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Jaya, Farida. 2009, Perencanaan Pembelajaran. Medan: Iain Press
Ahmadi, Iif, Kohiru. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT.
Refika Aditama

15 Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. hlm. 264
16 Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia
Uno, Hamzah. B. 2005. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Djumingin, Sulastriningsih dan Syamsudduha. 2016. PERENCANAAN PEMBELAJARAN
BAHASA , SASTRA INDONESIA DAN DAERAH: Teori dan Penerapannya. Makassar:
Universitas Negeri Makassar
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasi Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : PT. Bui Aksara
Ananda Rusydi. 2019. Perencanaan Pembelajaran. Medan : Lembaga Peduli Pengenmbangan
Pendidikan Indonesia (LPPPI)
Wiyani Novan Ardy. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA
Sanjaya Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Majid, Abdul. 2008. PerencanaanPembelajaran, Bandung: Rosdakarya
Syah,Darwyan.2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Gaung Persada Press
Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai