Dalam bahasa Indonesia, inquiry artinya adalah penyelidikan. Lebih lanjut inquiry
merupakan proses yang terus menerus atau berputar berkesinambungan, mulai dari menanyakan
pertanyaan, meneliti jawaban, menerjemahkan informasi, mempresentasikan temuan dan
melakukan refleksi.
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk
melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut
pada tujuan khusus.
Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran yang
sudah menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru lebih luas lagi
cakupannya.
Definisi di atas senada dengan pendapat Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
pembelajaran dengan sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan belajar
tertentu yang diinginkan bisa tercapai.
Untuk memperkuat kesahihan pengertian model pembelajaran berikut ini adalah beberapa
pengertian model pembelajaran menurut para ahli.
Trianto
Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial.”
pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran penemuan. Siswa akan dituntut untuk
menemukan serta mencari jawaban atas suatu permasalahan yang tentunya dilakukan dengan
cara sistematis, logis dan kritis dan dianalisis dengan perhitungan yang matang. Menyimak
ulasana tersebut, model pembelajaran inkuiri jelas akan lebih menjadikan siswa untuk selalu
terlibat dan banyak berdiskusi dalam penerapannya. Guru disini hanya menjadi seorang
fasilitator selebihnya murid yang lebih berperan. Berkenaan dengan model pembelajaran inkuiri,
ada 2 macam jenis model ini yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran inkuiri terikat.
Model atau metode pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang mana siswa
harus memaksimalkan mungkin dalam mencari serta menyelidiki sesuatu secara sistematis,
kritis, logis, analistis, sehingga siswa bisa merumuskan penemuannya dengan percaya diri yang
penuh.
Model pembelajaran inkuiri juga bisa disebut sebagai pembelajaran yang mana siswa
harus berperan aktif dalam proses penemuan, dalam penempatan peserta didik banyak belajar
sendiri untuk mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri {self belief). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri menempatkan
guru bukan sebagai sum-ber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara gu-ru dan siswa.
Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik berta-nya merupakan syarat utama
dalam melakukan inkuiri.
2. Merumuskan Masalah
Pada tahap ini siswa diarahkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan.
Masalah dapat disajikan dengan cara yang menarik seperti demonstrasi unik ataupun
dalam bentuk teka-teki sehingga siswa tertantang untuk mencari tahu apa yang terjadi
dan merumuskannya dalam suatu pertanyaan ataupun pernyataan yang kelak harus
dijawab nya sendiri.
3. Merumuskan hipotesis
Pada tahapan ini siswa dilatih untuk membuat suatu hipotesis atau jawaban
sementara dari masalah yang telah disaksikannya. Hipotesis belum tentu benar
sehingga doronglah anak-anak untuk tidak takut dalam mengemukakan hipotesisnya.
Guru juga dapat membantu siswa membuat hipotesis dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang jawabannya mengarah pada hipotesis siswa.
4. Mengumpulkan data
Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam pembelajaran
inquiry tahapan ini merupakan suatu proses yang sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan intelektual siswa karena pada tahap ini siswa dilatih
untuk menggunakan seluruh potensi berfikir yang dimilikinya.
5. Menguji hipotesis
Langkah ini merupakan langkah yang latih kemampuan rasional siswa, dimana
hipotesis yang telah dibuat kemudian diuji dengan cara dibandingkan dengan data
yang ada lalu kemudian ditunjukkan. Pada tahap ini juga dilatih sikap jujur dan
percaya diri pada siswa sehingga siswa dapat menguji hipotesis nya berdasarkan data
dan fakta
6. Merumuskan kesimpulan
Pada langkah ini siswa dituntut untuk mendeskripsikan temuan yang telah
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai kesimpulan
yang akurat.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiri
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (dalam
Setiasih & Panjaitan, 2016:424), yaitu Menekankan pada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Dianggap sebagai model yang sesuai dengan perkembangan psikologi modern. Dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata
Kelebihan-kelebihan model pembelajaran inkuiri menurut Simbolon & Sahyar
(dalam Arifuddin et al., 2018:271), diantaranya adalah sebagai berikut:
a. model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.
b. model pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c. model pembelajaran inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. keutungan lain model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar
Gulo Anam (dalam Arista et al., 2017:293) juga berpendapat tentang kelebihan
model pembelajaran inkuiri yaitu materi pelajaran akan mudah diingat, sehingga siswa
tidak hanya menghapal tetapi bisa mengaplikasikan langsung kepada kehidupan sehari-
hari siswa itu sendiri, dan melatih kepercayaan diri siswa dalam menemukan seendiri inti
dari konsep tersebut, selain itu materi pembelajaran yang didapatkan oleh siswa akan
lebih tahan lama, mudah diingat, dan bisa memunculkan motivasi belajar siswa sehingga
siswa bisa mengikuti proses pembeljaran dengan baik.
Model inkuiri juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan model inkuiri yaitu
a) siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik; b) keadaan kelas jumlah
siswanya banyak maka model ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan; c) guru
dan siswa sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran gaya lama maka model ini akan
mengecewakan; d) ada kritik, bahwa proses dalam model ini terlalu mementingkan
proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan
bagi siswa (Hanafiah dan Suhana, 2012: 79).
1. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.
2. Kegiatan Inti
a. Tahap Eksplorasi (langkahlangkah pendekatan Inkuiri yaitu Orientasi)
guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
guru membagikan alat dan bahan untuk melakukan percobaan
guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan yang akan
dilakukan pada pengamatan.
guru meminta siswa untuk meletakkan alat dan bahan di atas meja dalam
kelompok.
b. Merumuskan masalah
guru meminta siswa untuk mengamati alat/media dan tanya jawab tentang
alat/media untuk merumuskan masalah yang akan dibahas di antaranya
bagaimana membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari
berbagai benda?, bagaimana kemampuan daya hantar besi?, bagaimana daya
hantar kayu? bagaimana cara menguji jenis benda sebagai benda konduktor?
siswa dibimbing guru menganalisa masalah yang ditemukan kemudian
melakukan tanya jawab tentang percobaan tersebut dan mengajukan rumusan
masalah yang dapat menuntun siswa menemukan jawaban dari percobaan
yang dilihatnya yaitu “Mengapa benda yang terbuat cari besi dapat terasa
panas?”.
c. Merumuskan hipotesa
Siswa menjawab rumusan masalah yang diajukan guru berdasarkan
pengetahuan siswa kemudian siswa diminta untuk memberikan dugaan
sementara yang berkaitan dengan pertanyaan pada tahap perumusan masalah
Guru meminta siswa mencatat jawaban sementara yang diajukan oleh siswa
yang lain
siswa merumuskan hipotesis bahwa benda yang terbuat besi dan alumunium
merupakan benda konduktor panas
d. Elaborasi
guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang percobaan benda
penghantar panas
guru meminta siswa untuk memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-
langkah kerja yang akan dilakukan dalam kelompok
kelompok siswa secara berkelompok dibimbing guru untuk mengumpulkan
data untuk mencari informasi atas masalah yang sedang dibahas
e. menguji hipotesis
guru memandu siswa dalam menguji hipotesis kemudian mengajukan
pertanyaan yang dapat memotivasi dalam menguji hipotesis.
Guru Membimbing siswa dalam menguji hipotesa kemudian mengarahkan
siswa dalam menguji hipotesa sesuai dengan panduan diskusi.
f. Konfirmasi
guru mengajukan pertanyaan yang memudahkan siswa dalam membuat
kesimpulan
guru mendatangi setiap kelompok saat merumuskan kesimpulan dan
mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan dan memberikan data yang
akurat dalam menyimpulkan merumuskan kesimpulan
3. Kegiatan akhir
a. guru meminta siswa mengemukakan hal-hal apa saja yang telah dipelajari
b. guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan meminta siswa mencatat
hal-hal yang dirasa penting. Kemudian memberikan tindak lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Arifuddin, A., Alfiani, D. A., & Hidayati, S. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah. Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 5(2), 261.
https://doi.org/10.24235/al.ibtida.snj.v5i2.3374
Arista, S. A., Irawati, S., & Primaryani, A. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Viii.1. Diklabio: Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Biologi, 1(1), 100–104. https://doi.org/10.33369/diklabio.1.1.100-104
Prasetiyo, M. B., & Rosy, B. (2020). Model Pembelajaran Inkuiri Sebagai Strategi
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), 9(1), 109–120.
Setiasih, S. Della, & Panjaitan, R. L. (2016). Penggunaan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Magnet Di Kelas V Sdn Sukajaya Kecamatan
Jatinunggal Kabupaten Sumedang. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 421–430.
https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.3051
Azizah. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Riau.
Desy Dwi Karmila, S. S. (2019). Keterampilan Inkuiri Siswa SMA dalam Model Pembelajaran
Inkuiri Berbantuan Virtual Laboratory. Jurnal Pembelajaran Fisika, 151-158.
Hanafiah dan Suhana. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Sanjaya Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. jakarta: Kencana
Perdana Media Group.