Anda di halaman 1dari 10

a.

Pengertian model pembelajaran inquiry


Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006:194).
Menurut piaget (mulyasa, 2008:108) bahwa model pembelajaraninquiry adalah model pembelajaran yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa
yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.
Dengan

melihat

kedua

pendapat

di

atas,

maka

dapat

disimpulkan

bahwa

pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Pembelajaran inquiry banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, menurut aliran ini belajar pada
hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki
setiap individu secara optimal.
Teori belajar lain yang mendasari pembelajaran inquiry adalah teori belajar konstruktivistik. Menurut
Piaget (Sanjaya,2006:194) pengetahuan itu dapat bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh
siswa. Setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema
yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus menerus diperbarui dan diubah melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Di sisi lain (Kunandar, 2007:309) pengetahuan dan kemampuan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Dengan demikian tugas guru adalah merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya, dan juga mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang
terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi.
b. Karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran inquiry
Menurut Muslich (2008), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri utama
pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran inquiry menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya pembelajaran inquirymenempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang
dipertanyakan sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
3) Membuka intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreativitas siswa.
4) Memberikan kebebasan pada siswa untuk berinisiatif dan bertindak.
5) Mendorong siswa untuk berfikir intensif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
6) Proses interaksi belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher centered kepada student
centered.
c. Tujuan dan manfaat model pembelajaran inquiry

Model pembelajaran inquiry berorientasi pada siswa yang bertujuan mengembangkan


kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan

intelektual

sebagai

bagian

dari

proses

mental.

Dengan

demikian,

dalam

pembelajaraninquiry siswa tak hanya di tuntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya secara optimal (Sanjaya,
2006:195). Adapun manfaat model pembelajaran inquiry ini adalah meningkatkan kemampuan
berfikir siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang akan di pelajarinya, melatih
kepekaan diri, mengurangi rasa kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan
motivasi, dan partisipasi belajar, meningkatkan tingkah laku yang positif, meningkatkan prestasi
dan hasil belajar.
d. Teknik model pembelajaran inquiry

Adapun teknik model pembelajaran inquiry dapat dikemukakan atau dapat dilihat sebagai
berikut:
1) Dapat membantu dan mengembangkan konsep pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti
tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2) Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3) Membantu siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan
terbuka.
4) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
5) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
6) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
7) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
e. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inquiry
1)

Keunggulan
Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang banyak di anjurkan dan

digunakan di sekolah khususnya sekolah dasar. Menurut sanjaya (2006) ada beberapa keunggulan dari
model pembelajaran ini diantaranya adalah:
a) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini
dianggap lebih bermakna.
b) Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
c) Model

pembelajaran inquiry merupakan

model

pembelajaran

yang

dianggap

sesuai

dengan

perkembangan psikologi moderen yang mengagap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
d) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, artinya siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2). Kelemahan
Disamping

memiliki

keunggulan,

model

pembelajaran inquiry juga

memiliki

kelemahan.

Sebagaimana dikemukakan oleh sanjaya (2006) kelemahannya antara lain:


a) Jika model pembelajaran inquiry digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
maka model pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
f. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry

Pada dasarnya model pembelajaran inquiry di lakukan atau ditekankan kepada proses
mencari dan menemukan, dimana materi pelajaran tidak diberikan secara langsung kepada siswa.
Menurut Sanjaya (2006:202) langkah-langkah model pembelajaran inquiry ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsive. Langkah ini guru mengondisikan siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
Beberapa
hal
yang
dapat
dilakukan
dalam
tahap
ini
adalah:
(a) menjelaskan
topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokokpokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah membawa siswa kepada persoalan yang mengadung teka
teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka teki itu.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis.

Dengan melihat langkah-langkah di atas, maka model pembelajaran inquiry akan efektif
manakala:
(1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin
dipecahkan. Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry penguasan, materi pelajaran bukan
sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
(2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan
tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
(3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
(4) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan
kemampuan berpikir. pembelajaraninquiry akan kurang berhasil diterapakan kepada siswa yang
kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
(5) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
(6) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada
siswa.
Referensi:
Sanjaya Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. Rawamangun
Jakarta:KencanaPerdanaMediaGroup

Mulyasa. 2008.Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


DanMenyenangkan.Bandung:RemajaRosdaKarya
Kunandar.2007.GuruProfessionalImplementasiTingkatSatuanPendidikan(KTSP)DanSuksesDalam
SertifikasiGuru.Jakarta:RajaGrafindo

Muslich Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara

Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti


langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa
b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan
setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan
masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran
inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman
yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan
data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang
kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima


sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan
secara aktif dalam melakukan penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa
merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi
ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan
keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman
konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan
aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak
terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah
pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benarbenar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru
adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan.
Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa.
Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam
rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan,
tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan
sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing
dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap problem
solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman secara
individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat
memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam
kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
E. Macam-macam Pendekatan inkuiri

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya


intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru
kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini
digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada
pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri.
Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi
arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran
matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja
siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan
inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan.
Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan
dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkahlangkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini
adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan
mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada
kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah
ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama
sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi
kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam

kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik


berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa
hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau
individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang
memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga
diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan
inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri
bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki
tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki
secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima
masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun
bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan,
agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa
dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak
dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara
tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri, penulis memilih Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan pertimbangan
bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap
peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa masih belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri serta karena siswa masih dalam
taraf belajar proses ilmiah, sehingga penulis beranggapan pendekatan inkuiri
terbimbing lebih cocok untuk diterapkan.
Selain itu, penulis berpendapat bahwa pendekatan inkuiri bebas kurang
sesuai diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena dalam proses
pembelajaran matematika topik yang diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus
kurikulum matematika, sehingga siswa tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri
permasalahan yang akan dipelajari.

F. Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri


Tujuan umum dari latihan model pembelajaran inkuiri adalah menolong
siswa mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan
dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin
tahu mereka. G. Prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri

1.

Berorientasi pada Pengembangan Intelektual .

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan


berpikir.
2.
Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan.
3.
Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru
sebagai penanya
Mengembangkan sikap kritis siswa dengan selalu mempertanyakan segala
fenomena yang ada.
4.

Belajar untuk Berpikir.

Belajar adalah proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi


seluruh otak secara optimal
5.
Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. secara
terbuka

H. Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri


1. Koneksi
Proses koneksi melalui : konsiliasai, pertanyaan, dan observasi
Siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep
komunitas sains. Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomena
Guru mendorong untuk mendiskusikan dan menjelaskan pemahaman mereka
bagaimana suatu fenomena bekerja, menggunakan contoh dari pengalaman
pribadi, menemukan hubungan dengan literature.
2. Desain
Proses desain melalui prosedur materi.
Siswa membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakana yang ditujukan
pada pertanyaan. Disini terjadi integrasi konsep sains dengan proses sains.
Guru memantau ketepatan aktifitas siswa
3. Investigasi

Proses melalui koleksi dan mempresentasikan data


Siswa dapat membaca data secara akurat, mengorganisasi data dengan cara yang
logis dan bermakna, dan memperjelas hasil penyelidikan.
4. Membangun Pengetahuan
Proses melalui reflektif konstruksi prediksi.
Konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih bermakna
dan mampu berfikir kritis. Ia harus menghubungkan antara interpretasi ilmiah yang
diterima.
Siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang
mengembangkan inferensi, generalisasi, dan prediksi.
Guru bertukar pendapatterhadap pemahaman siswa.
I. Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
1.

Keungulan model pembelajaran inkuiri


Produktif dalam berfikir kreatif
Siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi
Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik

Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar.

Mampu melayani siswa diatas rata-rata

2.

Kekurangan model pembelajaran inkuiri

Guru dituntut untuk kreatif

Belajar mengajar dengan inkuiri memerlukan kecerdasan anak yang tinggi.

Inkuiri tidak cocok untuk diterapkan pada anak yang usianya terlalu muda,
misalnya SD.

Untuk mengimplementasikannya perlu waktu relative lama.

Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

Sulit merencanakan pembelajaran karena benturan kebiasaan.

Keberhasilan belajar ditentukan dalam menguasai materi sehingga tidak


semua guru mampu mengimplementasikannya.

Anda mungkin juga menyukai