Anda di halaman 1dari 24

KESULITAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN IPA

BERBASIS ETNOSAINS DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH ALAM


SURYA MENTARI

Usulan Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Pada Program Studi PGSD

Oleh:
ALFIANA A510180264

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2
A. JUDUL PROPOSAL..............................................................................................3
B. PENDAHULUAN..................................................................................................3
1. Latar Belakang......................................................................................................................
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................
3. Tujuan Penelitian..................................................................................................................
4. Manfaat Penelitian................................................................................................................
C. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
1. Landasan Teori.....................................................................................................................
2. Penelitian Terdahulu yang Relevan....................................................................................
D. METODE PENELITIAN.....................................................................................14
1. Jenis dan Desain Penelitian................................................................................................
2. Tempat dan Waktu..............................................................................................................
3. Data, Sumber Data, dan Nara Sumber................................................................................
4. Kehadiran Peneliti..............................................................................................................
5. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................................
6. Keabsahan Data..................................................................................................................
7. Teknik Analisis Data..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

2
A. JUDUL PROPOSAL
KESULITAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN IPA
BERBASIS ETNOSAINS DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH
ALAM SURYA MENTARI

B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Arus globalisasi saat ini mengakibatkan terkikisnya nilai budaya lokal
masyarakat indonesia, sehingga terjadinya pergeseran budaya dan kearifan lokal
terabaikan. Adanya nilai budaya asing yang perkembangannya semakin pesat
sangat berdampak luas bagi keseimbangan kehidupan masyarakat. Terlebih lagi
banyak ditemui fenomena bahwa siswa menganggap konsep-konsep pengetahuan
ilmiah itu lebih penting, dibutuhkan, dan seakan-akan tidak berkaitan dengan
budaya dan kearifan lokal. Selain itu, pendidikan formal dianggap sebagai
pembelajaran yang terpisah dengan proses akulturasi dan kebudayaan. Sebagian
orang juga beranggapan bahwa pembelajaran di sekolah mempunyai tempat lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kearifan lokal masyarakat setempat (Sarini &
Selamet, 2019)
Dengan adanya pergeseran nilai-nilai budaya yang mengakibatkan budaya
lokal terlupakan, perlu adanya sebuah tindakan dengan melalui pendidikan supaya
nilai-nilai budaya lokal tetap dapat dipertahankan kelestariannya. Pada dasarnya
pendidikan merupakan sebuah wadah untuk membentuk, mengembangkan
karakter bangsa, dan menciptakan generasi yang memiliki intelektual.
Diharapkan dengan melalui pendidikan dapat membentuk siswa berkualitas yang
memiliki nilai spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan life skill.
Menurut Sudarmin (2015) disarankan bahwa pendidikan di Indonesia untuk
menggunakan pendekatan ilmiah etnosains, yaitu sebuah pengetahuan asli yang

3
berbentuk bahasa, budaya, moral, adat istiadat, dan teknologi yang terdapat dalam
masyarakat atau orang tertentu yang didalamnya memiliki unsur pengetahuan
ilmiah (Puspasari et al., 2019). Dalam kurikulum 2013, menjelaskan juga bahwa
pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar dikembangkan secara tematik dan
menghargai etnosains dalam kegiatan belajarnya. Pengintegrasian etnosains
dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan memanfaatkan budaya
masyarakat (Suryanti et al., 2021). Akan tetapi, pada kenyataannya dilapangan
masih terdapat kesenjangan dalam proses pembelajaran. Seperti halnya sistem
belajar mengajar yang monoton, kurang menarik dan bervariasi, sehingga siswa
merasa bosan dan kurang tertarik untuk belajar. Pembelajaran yang dilakukan
lebih menekankan siswa untuk membaca, menghafal, dan mengingat materi.
Pembelajaran seolah-olah hanya sebagai proses transfer ilmu pengetahuan guru
kepada siswa dan kurang bermakna (Hidayati, 2012). Pembelajaran etnosains di
sekolah masih belum terencana dengan baik. Sebenarnya sekolah telah
menerapkan pembelajaran etnosains, tetapi dilakukan secara tidak sadar.
Pada dasarnya pembelajaran etnosains dapat mendorong guru dalam
mengajarkan sains yang dikaitkan dengan kearifan lokal, kebudayaan, dan
permasalahan yang ada pada masyarakat. Dengan itu siswa dapat menerapkan
hasil belajar sains untuk memecahkan permasalahan yang mereka temui di
lingkungan sekitarnya, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran berbasis etnosains tidak hanya disesuaikan dengan kurikulum dan
perkembangan zaman, akan tetapi dapat digunakan sebagai sarana penanaman
sikap cinta budaya dan bangsa, meningkatkan pengetahuan, serta memberikan
pemahaman siswa terhadap budaya lokal yang ada di daerahnya masing-masing.
Selain itu, pembelajaran etnosains sangat tepat diintegrasikan dalam pembelajaran
di Sekolah Dasar, dikarenakan siswa Sekolah Dasar masih dalam tahap
operasional konkret, maka dari itu pembelajaran dimulai dari yang konkret
dengan pengalaman dan kehidupan siswa (Nuralita, 2020).

4
Mata pelajaran yang cocok untuk digunakannya pembelajaran berbasis
etnosains yaitu IPA (Ilmu Pengatahuan Alam) yang merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang meliputi makhluk hidup
maupun makhuk tidak hidup. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung kepada siswa supaya dapat mengeksplor dan memahami
lingkungan sekitar (Rahayu, Mulyani, & Miswadi, 2012). Selain itu, dari
penelitian Puspasari dkk (2019) menyebutkan bahwa pembelajaran IPA berbasis
etnosains dalam implementasinya dilakukan dengan mengintegrasikan materi
dengan lingkungan, kebudayaan, dan sosial yang terdapat di lingkungan sekitar.
Dengan melakukan pembelajaran IPA berbasis etnosains akan sangat memberikan
keuntungan kepada siswa, karena dapat melatih berfikir kritis dan analisis,
mencari tahu, dan memecahkan suatu permasalahan. Selain itu dapat berguna
untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami pembelajaran IPA yang
bersifat abstrak dengan menyediakan sebuah pengalaman belajar pada siswa
secara kompleks sesuai dengan dunia nyata.
Penelitian ini melanjutkan dari penelitian Afrin Puspasari dkk pada tahun
2019 mengenai implementasi etnosains dalam pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar Muhammadiyah Alam Surya Mentari. Untuk tempat penelitian masih sama,
akan tetapi dalam penelitian ini ada sedikit perbedaan pada pembahasan yang
lebih fokus untuk mengetahui kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran
IPA berbasis etnosains. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan
pembelajaran IPA berbasis etnosains, kesulitan guru dalam menerapkan
pembelajaran IPA berbasis etnosains, dan kesulitan guru dalam mengevaluasi
pembelajaran IPA berbasis etnosains di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam
Surya Mentari.

5
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kesulitan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran
IPA berbasis etnosains di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya
Mentari?
b. Bagaimana kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA
berbasis etnosains di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya
Mentari?
c. Bagaimana kesulitan guru dalam mengevaluasi pembelajaran IPA berbasis
etnosains di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya Mentari?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan kesulitan guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran IPA berbasis etnosains di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Alam Surya Mentari
b. Untuk mendeskripsikan kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran
IPA berbasis etnosains di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya
Mentari.
c. Untuk mendeskripsikan kesulitan guru dalam mengevaluasi pembelajaran
IPA berbasis etnosains di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya
Mentari.
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi guru Sekolah Dasar, dapat digunakan sebagai acuan dalam
menerapkan pembelajaran berbasis etnosains pada mata pelajaran IPA.
b. Bagi sekolah, untuk meningkatkan kualitas sekolah dalam
mengembangkan pembelajaran IPA berbasis etnosains
c. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam
bidang penelitian dan menambah pengetahuan mengenai kesulitan guru
pada saat melakukan pembelajaran IPA berbasis etnosains.

6
d. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi rujukan, bahan referensi dan
sumber informasi supaya dapat dikembangkan dalam materi lainnya
sehingga dapat berkualitas.

C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
a. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi antara peserta
didik dengan pendidik dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik supaya terjadi proses
pemerolehan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran, pembentukan
sikap, dan kepercayaan pada peserta didik (Suardi, 2018).
Menurut Slamet PH (2001), pembelajaran merupakan sebuah
pemberdayaan peserta didik melalui interaksi antara perilaku pengajar dan
peserta didik yang dilakukan di dalam maupun luar kelas. Fokusnya tidak
hanya sekedar pengetahuan apa yang telah diajarkan, akan tetapi
bagaimana peserta didik dapat melakukan internalisasi tentang apa yang
diajarkan, sehingga tertanam di hati dan dapat diterapkan oleh peserta
didik (Sutiah, 2020).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003,
pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik dan sumber belajar, yang berlangsung dalam suatu lingkungan
belajar (Mawati et al., 2021).
Dari ketiga pengertian pembelajaran yang telah dipaparkan, dapat
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses
interaksi antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru) yang
dilakukan di dalam maupun luar kelas. Pembelajaran digunakan sebagai
wadah peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
mengembangkan bakat, dan penanaman sikap dalam diri peserta didik.

7
Pembelajaran tidak hanya menekankan pada penguasaan ilmu
pengetahuan yang telah disampaikan pendidik kepada peserta didik, akan
tetapi bagaimana caranya ilmu pengetahuan yang telah diberikan dapat
bermakna dan diterapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
b. IPA (Ilmu Pngetahuan Alam)
Sains (science) berasal dari Bahasa Latin scientia. Sains dapat
dijabarkan menjadi 3 pengertian. Pertama, sains merupakan kegiatan
intelektual yang dilakukan dengan sistematis. Pengetahuan yang diperoleh
merupakan hasil kerja yang terencana, sistematis, dan intensif, serta tidak
dilakukan secara ala kadarnya. Kedua, obyek pembelajaran sains
mencakup materi atau fisik. Ketiga, metode sains merupakan pengamatan
dan percobaan (Zarman, 2020).
Menurut Carin dan Sund, berpendapat bahwa sains adalah suatu sistem
yang digunakan untuk mengetahui alam semesta dengan melakukan
pengumpulan data melalui pengamatan dan eksperimen terkontrol
(Desstya & Sayekti, 2020).
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dalam Bahasa Inggris disebut dengan
natural science yang merupakan istilah untuk merujuk pada rumpun ilmu,
dimana obyeknya berupa benda alam dengan hukum yang pasti dan
umum, serta berlaku dimana pun dan kapan pun. IPA mempelajari tentang
benda, gejala-gejala, dan peristiwa yang terdapat di alam (Gunawan,
2017).
Dapat diambil kesimpulan bahwa IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau
yang biasa disebut dengan sains merupakan sebuah ilmu pengetahuan
yang obyeknya membahas tentang benda, gejala-gejala, dan peristiwa
yang ada di alam. Sains diperoleh dari usaha yang dilakukan secara
terencana, sistematis, dan intensif, serta tidak ala kadarnya.

8
IPA sebagai ilmu mempunyai karakteristik yang membedakannya
dengan ilmu pengetahuan lainnya. Ciri-ciri khusus tersebut sebagai
berikut:
1. IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan secara umum penggunaanya terbatas pada gejala
alam.
2. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang tersusun secara khas dan
khusus dengan cara observasi, penyusunan teori, eksperimentasi,
penyimpulan, dan lain sebagainya yang saling berkaitan satu
dengan lainnya.
3. IPA memiliki nilai ilmiah. Artinya bahwa kebenaran yang ada
pada IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang, dengan prosedur
dan cara yang sesuai seperti yang dilakukan terdahulu oleh
penemunya.
4. IPA mencakup empat unsur berupa sikap, proses, produk, dan
aplikasi.
(Hisbullah & Selvi, 2018)
c. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA yang terdapat di Sekolah Dasar bertujuan untuk
memberikan kesempatan pada siswa dalam mengembangkan rasa ingin
tau siswa dengan bertanya dan memberikan jawaban mengenai fenomena
alam berdasarkan bukti, serta dapat mendorong siswa untuk dapat berfikir
ilmiah. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus memuat 3 dimensi yaitu
proses, sikap, dan produk. Pembelajaran IPA tidak hanya mempelajari
tentang fakta, konsep, dan prinsip mengenai alam, akan tetapi juga
mengajak siswa untuk dapat memecahkan masalah, bekerja sama, berpikir
kritis, dan dapat menghargai pendapat orang lain. Jadi, pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar lebih ditekankan untuk memberikan pengalaman

9
langsung dengan menggunakan kegiatan inkuiri sesuai dengan kenyataan
yang ada pada lingkungan sekitar siswa (Wedyawati & Lisa, 2019).
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar terdapat
beberapa aspek penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru, yaitu
selalu melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran, supaya siswa
dapat aktif dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Guru juga harus
memperhatikan pengetahuan awal siswa, untuk menyesuaikan dengan
materi yang akan dipelajari. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dirancang dengan berbagai kegiatan yang nyata dengan alam.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dimasukkan ke dalam kurikulum
di sekolah, dikarenakan memiliki fungsi tertentu yaitu:
- Mengembangkan keterampilan proses
- Mengembangkan kesadaran akan adanya hubungan keterkaitan
antara IPA dan teknologi dengan lingkungan sekitar.
- Mengembangkan kemampuan dalam menerapkan IPTEK dan
keterampilan yang dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
- Memberikan pengetahuan mengenai lingkungan alam dan buatan
yang manfaatnya dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
(Pratiwi, 2021)
d. Etnosains
Etnosains secara etimologi berasal dari kata “ethnos” dalam Bahasa
Yunani yang memiliki arti “bangsa” dan “scientia” dari Bahasa Latin yang
artinya “pengetahuan”. Etnosains dapat diartikan sebagai pengetahuan
yang dimiliki oleh suatu bangsa, suku bangsa, atau kelompok sosial
tertentu (Sudarmin, 2015).
Etnosains merupakan suatu kegiatan yang mentransformasikan antara
sains asli yang terdiri dari seluruh pengetahuan yang berkaitan pada fakta
masyarakat dengan sains ilmiah. Pengetahuan sains asli meliputi bidang

10
sains, ekologi, pertanian, obat-obatan, dan mengenai manfaat flora dan
fauna (Rahayu & Sudarmin, 2015)
Alan Barnard dan Jonathan Spencer menyatakan bahwa etnosains
merupakan teori sekaligus metode penelitian yang dapat digunakan untuk
menggali beberapa permasalahan yang ada pada masyarakat, seperti
penyakit yang dilakukan dengan menganalisis komponen makna
(Febrianto, 2016).
Dapat diambil kesimpulan bahwa etnosains merupakan sebuah
pengetahuan yang terdapat dalam suatu suku bangsa atau kelompok sosial
tertentu yang meliputi berbagai bidang, seperti sains, ekologi, pertanian,
obat-obatan, dan flora fauna. Etnosains sangat erat kaitannya pada
fenomena dan fakta di masyarakat. Lahirnya etnosains tidak terlepas dari
adanya pengetahuan yang didapatkan secara coba-coba dan tidak terduga,
karena belum mempunyai kemampuan untuk menerjemahkan hasil
penemuannya ke dalam pengetahuan ilmiah.
e. Pembelajaran IPA Berbasis Etnosains
Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat
digunakan dalam pendekatan etnosains. Pembelajaran IPA sangat dekat
dengan kehidupan siswa sehari-hari, serta dapat dipelajari dari berbagai
aspek kebudayaan lokal dan nasional. Pembelajaran berbasis etnosains
dilandaskan pada budaya masyarakat yang fundamental (mendasar dan
penting) untuk pendidikan sebagai media dalam berekspresi dan
komunikasi dalam suatu pengembangan ilmu pengetahuan (Sarini &
Selamet, 2019).
Pembelajaran berbasis etnosains menjadi salah satu sarana dalam
mengenalkan siswa terhadap budaya lokal yang ada pada daerahnya.
Penggunaan budaya lokal dalam etnosains dapat membuat siswa
melakukan pengamatan secara langsung dan dapat menemukan sendiri

11
bermacam konsep yang telah dipelajari secara menyeluruh, otentik, aktif,
dan bermakna (Damayanti, Rusilowati, & Linuwih, 2017).
Tujuan dari pembelajaran IPA berbasis etnosains ini untuk
membimbing siswa dalam menemukan dan membangun pengetahuan
mereka sendiri. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 22 Tahun 2006 tentang standar isi yang menyatakan bahwa
pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri ilmiah (scientific inquiry).
Pembelajaran IPA berbasis etnosains mempunyai 5 sintak yang terdiri
dari stimulasi, orientasi masalah, integrasi etnosains, pemecahan masalah,
dan mengkomunikasikan. Selain itu juga memiliki faktor pendukung
dalam menerapkan pembelajarannya seperti RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), silabus, bahan ajar, dan soal yang terintegrasi etnosains.
Dalam menyusun silabus dan bahan ajar dapat disesuaikan kondisi daerah
siswa dengan mengacu pada ciri khas daerah tersebut seperti keunikan dan
keunggulan.

2. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Afrin Puspasari dkk pada tahun 2019.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran IPA
berbasis etnosains di SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari Surakarta
masih belum terencana dengan baik, akan tetapi pihak sekolah sebenarnya
secara tidak sadar telah menerapkan pembelajaran berbasis etnosains.
Bentuk implementasinya yaitu mengaitkan materi dengan lingkungan
sekitar siswa.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak
pada model pembelajaran dan tempat penelitian. Untuk perbedaannya
yaitu penelitian yang sebelumnya ingin mengetahui tentang implementasi
etnosains dalam pembelajaran IPA, sedangkan penelitian yang saya teliti

12
ingin mengetahui kesulitan guru dalam pembelajaran IPA berbasis
etnosains.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Wakhidah tahun 2016. Hasil


penelitian ini menunjukkan bahwa guru di MI Islamiyah Sidoharjo masih
kesulitan memahami materi gaya, reproduksi makhluk hidup, serta fungsi
dan bagian tubuh tumbuhan.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah sama-
sama meneliti tentang kesulitan guru dalam pembelajaran IPA di MI.
Untuk perbedaannya yaitu penelitian yang saya teliti tentang pembelajaran
IPA berbasis etnosains, sedangkan penelitian terdahulu hanya
pembelajaran IPA.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Aza Nuralita pada tahun 2020. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis
etnosains telah berjalan dengan baik meskipun masih belum terencana dan
penerapannya secara tidak sadar. Hal ini dapat dilihat ketika guru mampu
menentukan materi yang akan diintegrasikan dalam mata pelajaran IPA
dalam pembelajaran tematik berbasis etnosains.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah sampel
penelitian berupa guru dan sama-sama meneliti tentang model
pembelajaran etnosains pada mata pelajaran IPA. Untuk perbedaannya
yaitu penelitian sebelumnya ingin mengetahui penerapan, sedangkan
penelitian yang saya teliti ingin mengetahui kesulitan guru.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Intan Fitriani dan Beni Setiawan pada
tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan modul IPA
berbasis etnosains dinyatakan efektif, ditunjukkan dengan peningkatan
keterampilan berfikir kritis yang didapatkan dari hasil pretest dan posttest.

13
Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang saya teliti adalah
sama-sama meneliti tentang IPA berbasis etnosains. Untuk perbedaannya
yaitu penelitian sebelumnya ingin mengetahui efektifitas, sedangkan
penelitian saya ingin mengetahui kesulitan guru.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Vivi Uvaira Hasibuan pada tahun 2017.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesulitan terhadap lima
aspek berdasarkan hasil presentase. Tingkat kesulitan dalam mengajar
pada materi tumbuhan hijau tergolong sedang (59,918%) dan penguasaan
guru terhadap perangkat pembelajaran tergolong rendah (41,082%).
Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang saya teliti adalah
sama-sama meneliti tentang kesulitan guru dalam pembelajaran IPA.
Untuk perbedaannya yaitu penelitian sebelumnya membahas tentang
materi IPA berupa fotosintesis, sedangkan penelitian saya ingin
mengetahui tentang kesulitan dalam menerapkan IPA berbasis etnosains.

D. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Desain Penelitian
Dilihat dari jenis datanya, pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan pengumpulan
data alamiah untuk menafsirkan suatu fenomena yang terjadi. Dalam
penelitian kualitatif posisi peneliti adalah sebagai instrument kunci, yang
artinya peneliti mengumpulkan sendiri data dengan melakukan wawancara,
observasi, maupun dokumentasi (Anggito & Setiawan, 2018).

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.


Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi secara aktual, fakta, dan terkini (Rukajat, 2018).

14
Tujuan penelitan deskriptif yaitu memberikan gambaran atau deskripsi
mengenai data yang telah didapat dari pengamatan peneliti.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini


bertujuan untuk mendapatkan berbagai informasi tentang Kesulitan Guru
dalam Menerapkan Pembelajaran IPA Berbasis Etnosains di Sekolah Dasar
Muhammadiyah Alam Surya Mentari secara lengkap dan mendalam. Dengan
pendekatan kualitatif ini, diharapkan dapat juga mendapatkan informasi
tentang kesulitan guru dalam melakukan perencanaan dan evaluasi
pembelajaran IPA berbasis etnosains di Sekolah Dasar tersebut.

2. Tempat dan Waktu


Penelitian tentang kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran IPA
berbasis etnosains ini dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam
Surya Mentari. Alamat sekolah berada di jalan Mangga VI, Jajar, Laweyan,
Surakarta. Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya Mentari merupakan
salah satu sekolah yang berbasis alam dan berwawasan lingkungan. Sekolah
ini didirikan pada tahun 2008 dan terkenal dengan semangat 4 pilarnya yaitu
religi, art, sains, dan outbond.

Untuk kegiatan penelitian dimulai setelah disahkannya proposal


penelitian dan sudah mendapatkan surat ijin penelitian.

3. Data, Sumber Data, dan Nara Sumber


a. Data
Data merupakan bahan mentah yang masih harus diolah untuk dapat
menghasilkan sebuah informasi, dapat berupa kualitatif maupun
kuantitatif dengan didukung adanya fakta (Julia, 2018). Dalam penelitian
ini menggunakan data-data kualitatif yang terdiri dari tiga jenis yaitu data
tulisan, lisan, dan perilaku. Data tulisan berupa data yang berbentuk
tulisan yang didapatkan dari catatan, dokumentasi, artikel, dan buku. Data

15
lisan yaitu data berupa kata-kata atau ucapan yang didapatkan dari hasil
wawancara atau komunikasi dengan informan. Data perilaku yaitu data
yang didapatkan dari hasil pengamatan atau observasi langsung di
lapangan.
b. Sumber data
Sumber data merupakan subjek atau objek penelitian dimana darinya
data tersebut diperoleh (Dimyati, 2013). Misalnya data dikumpulkan dari
hasil kuisioner, maka sumber datanya adalah responden. Sumber data
terdiri dari 2 jenis yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data
primer yaitu sumber data pertama dari suatu subjek atau objek penelitian
yang diambil secara langsung. Sedangkan sumber data sekunder adalah
sumber data dari orang kedua untuk menambahkan data dan melengkapi
kekurangan data yang telah dikumpulkan.
Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah wawancara
langsung dengan guru kelas dan kepala sekolah. Selain itu juga dilakukan
pengamatan pada saat melakukan pembelajaran IPA berbasis etnosains di
Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya Mentari. Untuk sumber data
sekunder adalah dari dokumentasi di sekolah saat melakukan pengamatan
dan observasi.
c. Narasumber
Narasumber merupakan seseorang yang dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh penanya dan mampu menguraikan jawaban dengan
logis, akurat, dan sesuai pokok pembahasan (Sudiyono, 2020).
Narasumber dalam penelitian ini adalah dengan guru wali kelas dan
kepala sekolah Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya Mentari.

4. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data informasi dalam penelitian ini, peneliti terjun
langsung ke lapangan. Peneliti di sini adalah sebagai orang yang akan

16
melakukan observasi dengan mengamati obyek penelitian. Kehadiran peneliti
dalam penelitian ini memiliki peran sebagai instrument kunci, yaitu sebagai
pengamat non partisipan, artinya bahwa peneliti tidak melibatkan diri secara
langsung dalam kehidupan obyek penelitian.

Dalam mengumpulkan data, peneliti berusaha untuk menciptakan


hubungan yang baik kepada informan yang menjadi sumber data penelitian,
supaya data yang diperoleh sesuai dengan harapan peneliti dan benar-benar
valid. Pada saat pelaksanaan, peneliti akan hadir ke lapangan setelah
mendapatkan surat dan diijinkan untuk melakukan penelitian. Pelaksanaannya
yaitu peneliti datang langsung ke lokasi penelitian pada waktu tertentu yang
telah dijadwalkan maupun tidak terjadwal.

5. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian merupakan kegiatan yang sangat
penting. Dalam melakukan pengumpulan data peneliti harus selalu memantau,
supaya data yang didapatkan tetap terjaga validitas dan reliabilitasnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

a. Wawancara
Merupakan interaksi yang dilakukan oleh peneliti dengan informan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi. Pada dasarnya
wawancara adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi mengenai isu
atau tema yang diangkat dalam penelitian secara mendalam.
b. Observasi
Merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi dalam menjawab
masalah penelitian dengan menggunakan panca indera seperti
penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Observasi bertujuan untuk
mendapatkan gambaran yang sebenarnya sesuai dengan fakta mengenai
peristiwa atau kejadian yang ada.

17
c. Dokumentasi
Merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi data dari fakta yang
telah disimpan dalam bentuk foto, catatan harian, surat, arsip, jurnal, dan
lain sebagainya. Peneliti harus mempunyai kepekaan teoritik untuk dalam
memaknai dokumen yang telah terkumpul, sehingga dokumen tersebut
menjadi barang yang bermakna.

6. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah suatu standar kebenaran data hasil penelitian yang
lebih banyak menekankan pada sebuah informasi/data dari pada jumlah orang.
Uji keabsahan data pada dasarnya ditekankan pada uji validitas dan
releabilitas. Untuk penelitian kualitatif yang akan di uji adalah datanya.
Sebuah data dikatakan valid apabila antara laporan peneliti dengan keadaan
sesungguhnya pada obyek yang diteliti tidak terdapat perbedaan (Sutriani &
Octaviani, 2019).

Untuk mendapatkan keabsahan data yang valid, maka diperlukan teknik


pemeriksaan. Dalam melakukan teknik pemeriksaan terdapat 4 kriteria yang
dapat digunakan, yaitu:

a. Derajat kepercayaan (credibility)


Dengan melakukan peningkatan ketekunan, perpanjangan pengamatan,
diskusi, triangulasi, analisis kasus negatif, dan member check.
b. Keteralihan (transferability)
Berkenaan dengan sebuah penyusunan pertanyaan, hingga penelitian
dapat digunakan atau diterapkan pada situasi lain. peneliti harus dpaat
membuat laporan dengan sistematik, jelas, dan rinci, sehingga pembaca
dapat memahami maksud dari penelitian.
c. Kebergantungan (debendability)

18
Dengan melakukan audit pada seluruh proses penelitian. Peneliti harus
mampu menunjukkan bahwa semua aktivitas yang dilakukan mulai dari
menentukan masalah, observasi di lapangan, mengupulkan data,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan benar-benar dilakukan.
d. Kepastian (confirmability)
Menguji hasil penelitan, apabila hasil sebuah penelitian adalah fungsi dari
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian sudah
memenuhi standar konfirmabilitinya.

Untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi


dengan sumber. Menurut patton, triangulasi sumber adalah mengecek dan
membandingkan kembali derajat kepercayaan sebuah informasi yang
didapatkan dari waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif
(Moleong, 2006). Triangulasi sumber yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
dengan membandingkan antara hasil wawancara dan observasi dengan isi
dokumen yang berkaitan.

7. Teknik Analisis Data


Proses analisis data dapat dilakukan dengan menelaah data yang telah
didapatkan melalui berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Miles dan Huberman berpendapat bahwa analisis
data kualitatif dilakukan secara terus-menerus dan interaktif sampai datanya
berada pada titik jenuh (Umrati & Wijaya, 2020).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam
bentuk model flow Model. Adapun langkah-langkahnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data yaitu sebuah analisis untuk membuat, menyusun,
memfokuskan, mempertajam data kearah untuk mengambil kesimpulan.
Dengan banyaknya data yang didapatkan dari kegiatan wawancara,

19
observasi, dan dokumentasi, serta datanya masih dalam bentuk kasar,
belum sistematis, dan belum kompleks, maka peneliti harus melakukan
reduksi data. Melalui reduksi data, peneliti akan dapat mendapatkan data
yang relevan sesuai dengan masalah penelitian. Kemudian data dibuat
berdasarkan kategori-kategori dan data yang tidak sesuai akan dibuang.
b. Display Data
Display data yaitu proses penyajian data dari hasil reduksi data.
Penyajian data dapat berupa grafik, tabel, ikhtisar, hubungan antar
ketegori, dan lain sebagainya. Data yang disajikan disusun secara
sistematis sehingga memudahkan pembaca dalam memahami konsep,
kategori, serta perbedaan masing-masing pola atau kategori.
c. Kesimpulan
Membuat kesimpulan dilakukan ketika sudah dilakukan reduksi data
dan display data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan masih
dapat berubah sewaktu-waktu apabila tidak didukung dengan bukti yang
kuat. Kesimpulan dari hasil penelitian harus menghasilkan temuan baru
yang belum ada dibidang ilmu sebelumnya. Selain itu, kesimpulan juga
harus dapat memberikan jawaban atas rumusan masalah yang telah
diajukan.
Berdasarkan uraian di atas, setiap proses mulai dari pengumpulan data,
reduksi data, display data, dan membuat kesimpulan dilakukan untuk
mendapatkan keabsahan data yang valid sesuai dengan tujuan penelitian.

20
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif (p. 8).
Sukabumi: CV Jejak.
Damayanti, C., Rusilowati, A., & Linuwih, S. (2017). Pengembangan Model
Pembelajaran IPA Terintegrasi Etnosains untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berfikir Kreatif. Journal of Innovative Science Education, 6(1),
118.
Desstya, A., & Sayekti, I. C. (2020). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (p. 12).
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.
Dimyati, J. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (p. 39). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

21
Febrianto, A. (2016). Antropologi Ekologi (p. 116). Jakarta: KENCANA.
Gunawan, A. (2017). Pengembangan Model Belajar Blended Learning pada Mata
Pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Teknologi Pendidikan Dan
Pembelajaran, 16.
Hidayati. (2012). Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan Metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) di SD Muhammadiyah Program
Khusus. Jurnal Penelitian Humaniora, 13, 86–94.
Hisbullah, & Selvi, N. (2018). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah
Dasar (p. 3). Makassar: Penerbit Aksara Timur.
Julia. (2018). Orientasi Estetik Gaya Piringan Kacapi Indung dalam Kesenian
Tembang Sunda Cianjuran di Jawa Barat (p. 47). Sumedang: UPI Sumedang
Press.
Mawati, arin tentrem, Siregar, rosmita sari, Fauzi, A., Purba, friska juliana, Fauzi,
A., Sinaga, K., … Cecep, C. (2021). Strategi Pembelajaran (p. 50). Jakarta:
Yayasan Kita Menulis.
Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nuralita, A. (2020). Analisis Penerapan Model Pembelajaran Etnosains dalam
Pembelajaran Tematik SD. Jurnal Mimbar PGSD Undiksha, 4, 2.
Pratiwi, I. (2021). IPA untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar (p. 7). Medan: Umsu
Press.
Puspasari, A., Susilowati, I., Kurniawati, L., Utami, resiana ridha, Gunawan, I., &
Sayekti, ika candra. (2019). Implementasi Etnosains dalam Pembelajaran IPA di
SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari Surakarta. Science Education Journal,
3(1), 26.
Rahayu, P., Mulyani, S., & Miswadi. (2012). Pengembangan Pembelajaran IPA
Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base Melalui
Lesson Study. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1, 64.
Rahayu, & Sudarmin. (2015). Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Etnosains

22
Tema Energi dalam Kehidupan untuk Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa.
Unnes Science Education Journal.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif Quantitative Research
Approach (p. 1). Yogyakarta: CV Budi Utama.
Sarini, P., & Selamet, K. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Etnosains Bali bagi
Calon Guru IPA. Jurnal Pendidikan, 13, 29.
Suardi, M. (2018). Belajar dan Pembelajaran (p. 7). Yogyakarta: CV Budi Utama.
Sudarmin. (2015). Pendidikan Karakter, Etnosains dan Kearifan Lokal: Konsep dan
Penerapannya dalam Penelitian dan Pembelajaran Sains. Semarang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Sudiyono. (2020). Metode Diskusi Kelompok dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP (p. 9). Indramayu: CV. Adanu Abimata.
Suryanti, Prahani, Widodo, Mintohari, Istianah, Julianto, & Yermiandhoko. (2021).
Ethnoscience-based Science Learning in Elementary Schools. Journal of
Physics, 1.
Sutiah. (2020). Teori Belajar dan Pembelajaran (p. 6). Sidoarjo: Nizamia Learning
Center.
Sutriani, E., & Octaviani, R. (2019). Analisis Data dan Pengecekan Keabsahan Data.
Jurnal Pendidikan, 15.
Umrati, & Wijaya, H. (2020). Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian
Pendidikan (p. 106). Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Wedyawati, N., & Lisa, Y. (2019). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (p. 30).
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Zarman, W. (2020). Pendidikan IPA Berlandaskan Nilai Keimanan Konsep dan
Model Penerapannya (p. 46). Yogyakarta: CV Budi Utama.

23
24

Anda mungkin juga menyukai