Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN TAMPILAN POWER POINT DENGAN

BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL MOTIF SASIRANGAN UNTUK


MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

(AKPC 5403)

DOSEN:
Maya Istyadji, M.Pd

Arif Sholahuddin, M.Si

DISUSUN OLEH
Sunny Azmi (A1C515212)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017
PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

JUDUL PENELITIAN

PENGEMBANGAN TAMPILAN POWER POINT DENGAN


BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL MOTIF SASIRANGAN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki kebudayaan yang begitu banyak dan berbeda-
beda di setiap daerahnya dari sabang sampai maraoke, dari kebudayaan
yang ada itu sangat bagus apabila dalam pembelajaran disekolah
mengoerientasikan kepada kearifan lokal yang ada didaerah tersebut. Selain
itu dapat memperkenalkan budaya kepada generasi selanjutnya agar tidak
tenggelam ditelan zaman, karena budaya sangat banyak setidaknya para
siswa mengetahui banyak tentang kearifan lokal pada daerah.
Didaerah banjarmasin contohnya ada kain khas kalimantan selatan
yang bernama kain sasirangan yang bermacam-macam motifnya dan sangat
menarik untuk dipadang apalagi jika kain sasirangan tersebut bisa dijadikan
suatu pembelajaran yang menarik perhatian siswa, karena mereka belajar
dengan kearifan lokal mereka sendiri sehingga harapannya bisa memacu
kreativitas dan juga tingkatan berpikir kritis siswa.
Ketika era ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat
pesat,peserta didik dapat belajar dimana saja, kapan saja, dan apa saja sesuai
dengan minat dalam gaya belajar. Dari kondisi tersebut guru tentunya tidak
lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, namun berperan sebagai
desainer pembelajaran. Pentingnya menggunaan media dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru
dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian
materi pelajaran.
Kehadiran guru dalam kelas benar-benar menentukan adanya
proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan keterampilan instruksional
sebagai salah satu sarana untuk membuat kelas mereka berinteraksi yang
bertujuan untuk mengaktifkan siswa (Vondel, 2017)
Permasalahan dalam pembelajaran kebanyakan adalah jenuh dan
kurang tertariknya siswa dalam proses belajar mengajar, beda halnya jika
ada suatu media yang ditampilkan pada saat pembelajaran seperti halnya
media power point dimana penggunaan media sangat jarang ada disekolah
dasar bagi mereka. Pada media power point sangat lah menarik perhatian
siswa saat pembelajaran apalagi jika didukung dengan tampilan-tampilan
yang menarik dan juga konten-konten yang mengasah kemampuan berpikir
mereka didalam media tersebut.
Berpikir kritis sebagai proses mental yang melibatkan kualitas tinggi
dan tingkat berpikir untuk memecahkan suatu masalah dan ketepatan dalam
pengambilan keputusan didalam masalah (Forawi, 2016).
Dalam mata pelajaran IPA SMP kelas VII semester 2 terdapat pokok
bahasan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan merupakan
masalah yang umum terjadi di lingkungan sekitar. Kegiatan pembelajaran
pencemaran lingkungan di sekolah masih berpusat pada guru. Pelajaran
mengenai pencemaran lingkungan akan lebih bermakna bagi siswa apabila
segala sesuatunya mereka lakukan sendiri.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau MadrasahTsanawiyah
(MTs) dalam penyelenggaraannya pembelajaran kurang mengembangkan
pembelajaran dengan menggunakan tema kearifan lokal, dalam hal ini guru
harus dituntut untuk kreatif agar siswanya bisa kreatif bahkan lebih agar
dapat meningkatkan prestasi sekolah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah
yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana pengaruh penggunakan media power point yang
bertemakan kearifan lokal terhadap hasil belajar pada siswa?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa pada saat penggunaan media power
point yang bertemakan kearifan lokal?
3. Bagaimana situasi kelas pada saat berlangsungnya pembelajaran
dengan penggunaan media power point?

C. Tujuan Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media power point yang bertemakan kain sasirangan terhadap
hasil belajar siswa, bagaimana motivasi, dan juga situasi kelas pada
saat berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan media power
point yang dikembangkan secara menarik dengan betemakan kearifan lokal
kain sasirangan dalam proses pembelajarannya. Pada penelitian ini
menggunakan metode penelitian survei deskriptif dengan melibatkan
siswa/siswi kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
Secara umum untuk melestarikan budaya dalam proses belajar
mengajar dan juga meningkatkan kreativitas siswa maupun guru pengajar.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengenalkan
penggunaan power yang bertemakan kearifan lokal kain sasirangan,
sehingga dapat melestarikan budaya dan kearifan lokal daerah tidak hilang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berkaitan dengan kompetensi profesional, upaya yang dapat dilakukan


adalah peningkatan keahlian guru dalam penguasaan materi dan pembuatan media
pembelajaran. Menurut UU No 14 2005 tetang guru dan dosen, terdapat 4
kompetensi (kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional
dalam pendidikan. Secara sederhana dapat diungkafkan bahwa guru profesional
adalah guru yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya menurut kreteria
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah, 4 kemampuan dasar yang dimaksud
adalah kemampuan profesional, pedagogik, sosial, dan kemampuan kepribadian.
Oleh karena itu sangat diperlukan training / workshop dalam hal pembuatan media
pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di kelas, agar terciptanya
suasana belajar yang tidak membosan kan. Salah satu jenis software yang sering
digunakan untuk membuat media pembelajaran adalah media powerpoint.
Meskipun demikian masih banyak tenaga pendidikan yang masih belum memiliki
kompetensi terkait penggunaan powerpoint untuk membuat media pembelajaran
interaktif, apalagi dari guru-guru yang senior yang hanya menggunakan metode
ceramah dalam penyampaian materinya sehari-hari (Arieska, 2017).

Kearifan lokal merupakan bentuk regioanal, kearifan lokal adalah nilai-nilai


luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk melindung dan
mengelola lingkungan. Sebagai bahan pembelajaran, kegunaan kearifan lokal
sesuai dengan penggunaan karifan lokal sesuai dengan pendidikan remaja
indonesia. Penjelasan ilmiah dari fenomena budaya disekitar siswa (kearifa lokal)
dapat mrmbantu siswa memahami hubungan kehidupan-dunia mereka dan apa yang
mereka pelajari disekolah ilmu. Kearifan lokal berakar dalam kehidupan siswa
adalah bentuk pengalaman langsung yang kontekstual. Sehingga penggunaan
kearifan lokal dalam materi pemelajaran untuk membantu siswa memahami
konsep-konsep dalam kontekstual dan benar. Melalui kearifan lokal, siswa dapat
belajar nilai-nilai budaya dan rasa nasionalisme yang dapat mempengaruhi hasil
belajar (sikap, perilaku, da kemampuan berikir (Kurniawati,2016 ).

Sasirangan mulai booming dimasyarakatkan itu dari unsur kepariwisataan


atau pemberdayaan masyarakat dan pariwisata melakukan promosi produk.
Sasirangan menjadi warisan tak benda oleh pemerintah melalui KEMDIKBUD
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan). Warisan budaya tak benda ini milik
Kalimantan Selatan lalu dikembalikan ke daerah sebagaimana itu supaya harapanya
pemerintah sudah memfasilitasi dan sudah tercatat sebagai hak intelektual. Kain
Sasirangan sebagai kain khas banjar ternyata kurang mendapat perhatian dari
masyarakat khususnya kalangan remaja. Kain Sasirangan kebanyakan hanya
dipakai oleh kalangan dewasa, terlihat pada saat acara-acara perkawinan, nikahan,
aqiqah dan lain-lain. Kalangan remajanya kurang minat dalam mengenakan Kain
khas Banjar yaitu Kain Sasirangan. Masih banyak yang memakai baju kemeja pada
acara-acara yang telah disebutkan atas. (Wijaya, 2015)

Definisi berpikir kritis melibatkan mengevaluasi pemikiran melalui


klasifikasi. mempertimbangkan taksonomi bloom dengan cara terbaik untuk
mengkategorikan berpikir kritis di dalam kelas, klasifikasi ini dapat digunakan
untuk mengevaluasi berpikir kritis menggunakan enam tingkat pemikiran kognitif.
Siswa dapat maju melalui beberapa tingkat dari taksonomi dari terendah ke
tertinggi. Meskipun berpikir kritis ada pada setiap tingkat, menemukan bahwa
tingkat tinggi kemampuan berpikir yang sering dialami pada sintesis, evaluasi, dan
tahap desain (Forwari, 2016).

Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup


mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun
fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini
banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Dalam usaha merubah lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran
(Rokhani,2015).

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru IPA SMP lebih mengarah


pada pembelajaran langsung yang berpusat pada guru (teacher centered). Mereka
kurang memiliki pemahaman yang mendalam terhadap pembelajaran inovatif yang
berkembang saat ini sehingga mereka kurang mampu untuk menerapkan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Mereka kurang memiliki
pemahaman dalam menerapkan atau mengembangkan model-model pembelajaran
inovatif (Suardana, 2014).

Menurut hipotesis saya pembelajaran menggunakan media power point


pada materi pencemaran lingkungan lebih efektif pada anak smp karena mereka
akan tertarik kepada teknologi apalagi dipadukan dengan kearifan lokal di daerah
kalimantan dengan kain sasirangan yang bisa dijadikan tema pada pembelajaran
ipa, akan lebih baik jika menggunakan media powerpoint yang didalamnya berisi
foto dan juga video yang memberikan permaslahan dan kesan berpikir kritis kepada
siswanya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Gay (1981:
207-208) menyatakan bahwa metode penelitian eksperimental merupakan satu-
satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut
hubungan kausal (sebab akibat). Dalam penelitian eksperimen dilakukan
manipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol varibel lain yang relevan dan
mengobservasi efek atau pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Penelitian
Diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
a. Variabel Bebas (X) : Penggunaan media power point yang berointasikan
kearifan lokal kain sasirangan.
b. Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar IPA pada siswa.
2. Definisi Operasional
a. Pembelajaran dengan menggunakan media power point yang didalamnya
berorientasikan kearifan lokal kain sasirangan.
Pembelajaran menggunakan media power yang didalamnya berorienasikan
kearifan lokal kain sasirangan tentu menarik minat siswa untuk mempelajari materi.
Jadi dengan menggunkan media power point yang didalamnya berorientasikan kain
khas daerah kalimantan selatan yaitu kain sasirangan siswa akan mengamati dan
rasa ingin tahunya lebih tinggi terhadap apa yang ada didalam kain sasirangan
sehingga dapat masuk sebagai bahan materi belajar mereka.
b. Hasil belajar
Perilaku belajar pada seorang siswa didasarkan kepada tingkat pengetahuan
terhadap sesuatuyang dipelajari kemudian diketahui melalui tes dan akhirnya
muncullah hasil belajar dalam bentuk nilai ril atau non riel.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penulisan ini menggunakan desain ekperimental yang
sebenarnya, jenis ini sudah dianggap memenuhi persyartan. Persyaratan
dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen
dan ikut mendapatkan pengamatan. Kelompok lain disebut kelompok
pembanding atau kelompok kontrol ini akibat yang diperoleh dari perlakuan
dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat
perlakuan.
Penelitian ini menggunakan alat LCD Proyektor dan juga laptop
untuk mendukung media power point yang akan ditampilkan, desain eksperimen
ini menggunakan pola pre-test post- test. Peneliti memberikan perlakuan secara
langsung kepada sampel penelitian berupa pengajaran dengan menggunakan
model pembelajaran yang sama kepada kelas eksperimen dan control namun
kelas eksperimen menggunakan media sedangkan kelas kontrol tidak.
Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test post- test dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

E Y1 X1 Y2
K Y1 X2 Y2

Keterangan :
E : Kelas eksperimen
K : Kelas kontrol
Y1 : Soal Pre-test
Y2 : Soal Post-test
X1 : Menggunakan media
X2 : Tidak menggunakan
D. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang


dapat berupa; orang, benda, / suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau
dapat memberikan informasi (data) penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
sisaw kelas VII SMP NEGERI 1 Banjarmasin. Pengambilan siswa kelasVIIA dan
VIIB ini dianggap sesuai dengan model pembelajaran One Shot Case Study yang
diteliti dan sesuai dengan materi pembelajaran yang ada di sekolah tersebut

2. Sample

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita hanya
akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian
sampel Arikunto (2006: 131). Pengambilan sampel penelitian di sini menggunakan
teknik sampling yaitu nonprobability sampling, dimana jenis teknik samplingnya
adalah purposive sampling yaitu sampel yang dilakukan dengan cara mengambil
subjek berdasarkan “penilaian” peneliti mengenai siapa saja yang pantas
(memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini yaitu
1 kelas VII SMP NEGERI 1 Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai