Oleh :
Nama : Indri Sartika
Nirm :
Dengan mengucapkan Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan HidayahNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas Metodologi Penel
itian ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Rosullulah SAW, yang telah menerangi
dunia dengan ilmu pengetahuan dan dakwah beliau yang tiada tandingannya.
Maksud dan tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penulis menyadari dalam penyususnan penelitian ini masih belum sempurna. Oleh kar
ena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memberikan
Indri Sartika
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu dasar dalam membangun bangsa yang lebih baik dan juga
dapat meningkatkan serta mengembangkan SDM (sumber daya manusia )yang lebih baik.
Pendidikan dapat memberikan perubahan pada karakter manusia yang buruk menjadi
kepribadian manusia yang lebih baik. Agar tujuan ini tercapai tentunya orang tua atau
seorang guru pendidik harus menanamkan moral yang baik dari usia dini . Membentuk
kepribadian manusia yang berakhlak mulia dan bermoral sehingga akan menciptakan
Seorang pendidik atau guru sangatlah penting perannya bagi seorang siswa.
Karena,apa yang mereka ajarkan akan ditiru nantinya dengan siswa atau murid yang berada
di dalam suatu Pendidikan atau sekolah dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
lebih baik lagi untuk menimba ilmu Pendidikan. Dengan demikian gaya mengajar guru
sangatlah berpengaruh dalam motivasi belajar anak atau siswa agar siswa didik dapat lebih
semangat dalam belajar atau menimba ilmu. Oleh karena itu , peran guru juga sangat penting
dalam motivasi semangat belajar siswa , agar lebih terarah dengan baik.
Sekolah merupakan suatu Lembaga Pendidikan yang formal. Dan sebagai tempat
yang sangat strategis untuk membentuk motivasi atau karakter siswa. Sekolah juga termasuk
ke dalam kategori rumah ilmu. Sekolah yang baik tentunya berdiri seorang guru pendidik
yang berkompeten . Dan sekolah yang baik tentunya akan melahirkan siswa-siswi yang
1
Motivasi belajar merupakan salah satu factor yang turut menentukan keefektian dalam
pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada factor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang
Berdasarkan observasi di SD tj medan, sikap siswa tentang cara mengajar guru dan
penggunaan alat bantu pembelajaran seni budaya masih kurang baik . Karena, disebabkan
oleh kurangnya variasi dalam mengajar sehingga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa
. Padahal apabila guru bersedia menggunakan cara mengajar dan alat bantu pembelajaran
seni budaya yang lebih bervariasi . Maka, siswa akan mempunyai sikap yang baik atau positif
terhadap cara mengajar guru seni budaya sehingga diharapkan siswa menjadi sangat
bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena, motivasi belajar mereka yang meningkat..1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat didentifikasi
1
Ahmad Suriansyah. Landasan Pendidikan (Banjarmasin: Comdes, 2011), hlm. 14
2
C. Pembatasan Masalah
permasalahan yaitu;
1. Cara mengajar guru dan penggunaan alat bantu pembelajaran yang kurang bervariasi.
2. Pengaruh gaya mengajar guru terhadap hasil belajar siswa SD kelas 3, mata pelajaran
D. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan sikap siswa tentang cara mengajar
guru terhadap Sdit yayasan hj Muliani sak kelas 3 dikecamatan kampung rakyat ,
2. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan sikap siswa tentang penggunaan
alat bantu pembelajaran seni budaya terhadap motivasi belajar siswa Sdit yayasan hj
Muliani sakti kelas 3 kecamatan kampung rakyat, desa tanjung medan tahun ajaran
2022/2023?
3. Apakah terdapat pengaruh gaya mengajar guru terhadap hasil belajar siswa Sdit
yayasan hj Muliani sakti kelas 3, mata pelajaran seni budaya materi tentang simbol
3
dalam karya seni rupa di kecamatan kampung rakyat desa Tanjung medan tahun
ajaran 2022/2023?
E. Tujuan Penelitian
mengetahui ;
1. Pengaruh sikap siswa tentang cara mengajar guru terhadap motivasi belajar suswa
2. Pengaruh sikap tentang penggunaan alat bantu pembelajaran seni budaya terhadap
3. Pengaruh sikap siswa tentang cara mengajar guru dan penggunaan alat bantu
4.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Memberi bukti konkrit tentang pengaruh sikap siswa tentang cara mengajar guru
dan penggunaan alat bantu pembelajaran seni budaya terhadap motivasi belajar
4
b. Memberikan pertimbangan dan masukan bagi guru dalam meningkatkan cara
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk membimbing siswa dalam mengembangkan
usaha-usaha belajar yang efektif dan efisien dengan cara mengajar dan penggunaan alat bantu
pembelajaran yang tepat sehingga diperoleh sikap yang positif dari siswa yang dapat
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkat motivasi
c. Bagi Peneliti
serta pengalaman yang diperoleh dari perkuliahan dan kenyataan yang ada di
lapangan.
3) Penelitian ini dapat motivasi belajar siswa pada mata pembelajaran seni
budaya
5
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUAL
Menurut Uzer Usman Gaya Mengajar adalah suatu kegiatan guru dala
m kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosana
n murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa menunjukkan kete
Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan
guru dalam melaksanakan proses pengajaran. Menurut Syahminan Zaini, dalam buku
Abu Ahmadi mengatakan, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebaga
Dari definisi di atas,dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya mengajar adalah pen
gubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar pembelajaran y
ang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belaj
ar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antu
elajar bagi peserta didiknya. Dengan kata lain bahwa mengajar merupakan suatu prose
2
Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengaja
r, (Bandung: PT Remaja Rosdakarta. Cet. Pertama, 1993). h. 278
3
Ahmadi, Abu dan TriJoko. Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pusaka Setia, 200
5). h.125
4
Ibid. h.125
7
s yang dilakukan oleh seorang guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahka
n peserta didik untuk memiliki pengalam belajar. Sehingga mengajar atau yang disebu
t dengan pembelajaran ini merupakan tumpuan individu dan masyarakat pada era seka
rang, dikarenakan pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya adalah suatu bentuk d
esakan bagi individu untuk bias memiliki dan mampu untuk mandiri dikehidupan yan
si atau mengatur lingkungan, sedemikian rupa, sehinnga terjadi interaksi antara murid
dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran, dan sebagaimana yang disebut dala
m proses pembelajaran. Dengan harapan tercazpainya tujuan pelajaran yang telah dite
ntukan. Didalam pengajaran akan melibatkan peran guru, karena gurulah yang bertang
gung jawab atas proses pembelajaran. Sedangkan pembelajaran itu sendiri selain meli
batkan guru juga melibatkan siswa Sehingga dengan adanya pengajaran atau mengajar
itu bermaksud untuk menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah direncan
Ketika guru menyapaikan ilmu pengetahuan kepada siswa guru juga diharuska
n memiliki kompetensi-kompetensi keguru dan setiap guru harus menguasai serta tra
mpil melaksanakan mengajar. 6Dengan itu maka guru diharapkan bisa mengemas pe
mebelajaran yang menarik dan tidak membosan agar pada saat proses pembelajaran si
swa bisa nyaman, siswa aktif dalam pelajaran dan guru menjadi senang dalam menya
5
S. Nasutiaon, Teknologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011). h.43
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), h.134
7
Daryono, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV yrama Widya,2013), h.159
8
Dengan adanya guru dituntut untuk bisa memiliki potensi-pontensi yang dibut
uhkan dalam mengajar serta trampil dalam mengajar maka diharapkan tingkat kebosa
nan lebih kecil dari pada tingkat ketertarikan pada saat proses pembelajaran. Seperti y
ang dikutib dalam bukunya Mulyasa bahwa dengan kebergaman variasi dalam pembel
ajaran menuntut kemungkinan adanya perubahan dalam proses kegiatan yang bertujua
n untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kebosanan dan
kejenuhan. 8
n-
pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita atau usaha mewariskan k
8
E Mulyasa, Menajdi Guru Profesional,( Bandung: Rosda Karya, 2011), h.78
9
Daryono, Belajar Dan Mengajar,…h.159-164
9
d. Kilpatrik mendefinisika dengan tegas mengajar, yaitu dengan menggunakan
idalam kehidupanya.
ilukiskan sebagai membuat keputusan dalam interaksi dan hasil keputusan dari
guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa kepada siapa guru berintrak
si.
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidu
pnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Orang a
kan lebih suka bila hidup itu di isi dengan gaya atau gerakan badan dalam hal yang po
sitif. Begitupun sama halnya seperti saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sang
maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatny
a tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya gaya mengajar
dalam mengajar siswa. Keterampilan mengadakan gaya mengajar dalam proses belaja
r mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru de
atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan kein
ginan dan kemauan belajar. Keterampilan dalam mengadakan gaya mengajar ini lebih
campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, gaya mengaja
r dalam memberikan penguatan, gaya mengajar dalam memberi pertanyaan, dan gaya
ya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, adanya perubahan dalam pola inte
raksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Gaya mengajar lebih bersifat pr
oses dari pada produk. Penggunaan gaya mengajar terutama ditujukkan pada perhatia
n siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan gaya mengajar dimaksud ad
alah : 13
12
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Press, 2007), hlm 14-
15
13
Syaeful Rokim, Karakteristik Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan Islam: Vol. 03,
No. 2 (Juli, 2014), hlm.5
11
Di dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran
yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak a
tau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa k
an dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahka
n tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu,
guru selalu memberikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didal
Adalah kenyataan yang tidak biasa dipungkiri bahwa di dalam kelas ada sis
wa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negatif ini tidak hanya t
erjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang
oleh guru tersebut juga tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap
dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran kelas.15
14
Asy Syaikh Muhammad Aman Al-Jami, Karakteristik Pendidikan Islam, (Jakarta:
Pustaka Arrayan, 2012), hlm. 79-84
15
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2014), h.59
12
Sebagai seoarang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang men
dukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru ti
dak hanya satu atau dua metode, tatapi lebih banyak dari itu.
Akibat penciutan makna pendidikan menjadi pengajaran tersebut maka hakekat apa da
n bagaimana proses pendidikan juga diartikan sarna dengan apa dan bagaimana proses pengaj
aran. Untuk melihat dengan jelas apa makna pendidikan dan makna pengajaran berikut ini ak
a. Lengeveld
kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik agar cukup
mampu dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.17
yang diberikan harus mengandung nilai-nilai luhur sesuai dengan hakekat dan
dan atau kemandirian hidup peserta didik. Tanpa mengarah kepada hal tersebut maka
pendidikan.
b. Dewey
16
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), hlm.37
17
Jalaluddin. Teologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 81
13
Menurut ahli pendidikan ini konsep pendidikan mengandung pengertian
berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi usia. Proses pertumbuhan ialah
proses penyesuaian pada tiap tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam
perkembangan seseorang.
pendidikan pada hakekatnya adalah proses pengalaman, tetapi pengalaman ini harus
tantangan dan permasalahan yang dihadapi tanpa harus selalu tergantung pada orang
menjadi dasar dalam pembentukan dan upaya memacu pertumbuhan peserta didik
Dewey dan lengeveld pada dasarnya memiliki arah pandangan yang tidak
berbeda tentang apa yang ingin dicapai pada proses pendidikan, yaitu kemandirian
18
H.M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), hlm. 35-3
6
14
Crow memberikan balasan pengertian pendidikan adalah pengalaman yang
memberikan pengertian, insight dan Penyesuaian bagi peserta didik sehingga dia
Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang ruang lingkup, tugas,
Artinya, jabatang fungsional guru hanya bisa diberikan pada guru yang berstatus
PNS.19
1. Guru Pertama
Jenjang jabatan fungsional yang pertama adalah Guru Pertama, yang secara
kepangkatan masuk ke dalam Pangkat Penata Muda di golongan III/a. Selain itu juga
bisa naik jabatan lagi ke Pangkat Penata Muda Tk. I dengan golongan III/b.
dengan masa mengabdi sebagai PNS atau guru PNS. Artinya semakin lama menjadi
guru maka golongan dan pangkat ini akan terus naik juga. Hanya saja tetap
dipengaruhi juga oleh angka kredit guru, detailnya akan dijelaskan di bawah. 20
2. Guru Muda
19
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.
123-124
20
Ummul Qura, Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan: Vol. VI, No. 2 (September, 20
15), hlm. 3
15
Jabatan fungsional guru di tingkat atau jenjang berikutnya adalah Guru Muda,
3. Guru Madya
Jenjang jabatan guru yang ketiga adalah Guru Madya, yang juga terdapat beberapa
pangkat dan golongan. Totalnya ada tiga pangkat dan golongan untuk guru PNS di
4. Guru Utama
Agar seorang guru PNS bisa meraih jabatan fungsional di tingkat atau jenjang
paling tinggi. 21
21
Dimayani dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
hlm. 250- 251
16
Terdapat beberapa syarat pengangkatan pertama jabatan fungsional guru, antara
lain:
Berijazah paling rendah Sarjana (S1) atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik.
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir.
Memiliki kinerja yang baik yang dinilai dalam masa program induksi.22
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, penetapan jenjang jabatan fungsional guru untuk
pengangkatan dalam jabatan mengacu pada jumlah angka kredit yang dimiliki dan
Angka kredit adalah satuan nilai dari setiap kegiatan atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karier
Berikut unsur dan sub unsur yang dapat memberikan angka kredit untuk kenaikan
1. Pendidikan
22
Ummul Qura, Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan: Vol. VI, No. 2 (September, 2015), hlm.
3
23
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
hlm.78
17
b. Pendidikan dan pelatihan (diklat) prajabatan dan memperoleh surat tanda
program induksi.24
Pelajaran.
a. Pengembangan diri:
Diklat fungsional.
keprofesian Guru.
b. Publikasi Ilmiah:
Publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang
pendidikan formal.
c. karya Inovatif:
24
H.M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), hlm. 35-3
6
25
Ahmad Suriansyah. Landasan Pendidikan (Banjarmasin: Comdes, 2011), hlm. 14
18
Membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum.
sejenisnya.
Menjadi tutor/pelatih/instruktur.26
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh ses
eorang menguasai bahan yang diajarkan. Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan
“belajar”. Hasil (product) merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas ata
u proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar adalah t
ahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalam
an dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku
dalam hal ini seperti tingkah laku yang diakibatkan oleh proses kematangan fisik, keadaan ma
26
Ni Ketut Sri Shanti Dewi, “Hubungan Antara Pembelajaran Guru Kelas dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Gugus Perampuan Kecamatan Labu Api Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2016/2017”, (Mataram: Universitas Mataram, 2017) hlm. 48-50
19
buk, lelah, dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar. Sebelum ditarik kesimpulan tent
ang pengertian hasil belajar, terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian hasil belajar dari
a. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar merupakan realisasi potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari
b. Menurut Gagne dan Briggs hasil belajar adalah sebagai kemampuan yang diperoleh
c. Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah perubahan tingkh laku siswa secara nyata setelah
d. Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
27
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 44.
28
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2005), 102
29
Rosma Hartiny Sam’s, Model PTK Teknik Bermain Konstruktif untuk Peningkatan
Hasil Belajar Matematika, (Yogyakarta: Teras, 2010), 33.
30
Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), 14.
31
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 45.
20