Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH GAYA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA SD KELAS 3 MATA PELAJARAN SENI BUDAYA


MATERI TENTANG SIMBOL DALAM KARYA SENI RUPA DI SDIT
YAYASAN HJ MULIANI SAKTI KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah Metodologi


Penelitian Semster 1 Tahun Akademik 2022/2023

Oleh :
Nama : Indri Sartika
Nirm :

Dosen Pengampu : Eriani,M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH


TINGGI ILMU TARBIYAH AL-BUKHARY LABUHAN BATU
SUMATRA UTARA
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan HidayahNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas Metodologi Penel

itian ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Rosullulah SAW, yang telah menerangi

dunia dengan ilmu pengetahuan dan dakwah beliau yang tiada tandingannya.

Maksud dan tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Metodologi Penelitian. Penelitian dengan judul “ PENGARUH GAYA MENGAJAR GURU

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD KELAS 3 MATA PELAJARAN SENI

BUDAYA MATERI TENTANG SIMBOL DALAM KARYA SENI RUPA DI SDIT

YAYASAN HJ MULIANI SAKTI KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT ” merupakan

penelitian yang ditujukan untuk melengkapi persyaratan metodologi penelitian.

Penulis menyadari dalam penyususnan penelitian ini masih belum sempurna. Oleh kar

ena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memberikan

manfaat dan menambah wawasan bagi yang membutuhkannya.

Kampung Rakyat, 17 November 2022


Penulis

Indri Sartika

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………...………….…iii


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….....………..vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................2
C. Pembatasan Masalah..................................................................................................3
D. Perumusan Masalah...................................................................................................3
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................................4
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................................4
BAB II : LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUAL
1.1 Landasan Teori...................................................................................................... 6
1.2 Pengertian Hasil Belajar ...................................................................................... 18
1.3. Kerangka Konseptual........................................................................................... 20
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian .................................................................................................. 22
2.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................... 22
2.3 Populasi Dan Sampel ........................................................................................... 23
2.4 Teknik Pengumpulan Sampel .............................................................................. 25
2.5 Jenis Dan Data Sumber......................................................................................... 26
2.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................27
2.7 Definisi Operasional Variabel .............................................................................. 28
2.8 Alat Ukur Penelitian dan Teknik Skala ................................................................ 31
2.9 Metode Analisis Data ........................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu dasar dalam membangun bangsa yang lebih baik dan juga

dapat meningkatkan serta mengembangkan SDM (sumber daya manusia )yang lebih baik.

Pendidikan dapat memberikan perubahan pada karakter manusia yang buruk menjadi

manusia yang berkarakter mulia . Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk

kepribadian manusia yang lebih baik. Agar tujuan ini tercapai tentunya orang tua atau

seorang guru pendidik harus menanamkan moral yang baik dari usia dini . Membentuk

kepribadian manusia yang berakhlak mulia dan bermoral sehingga akan menciptakan

kehidupan yang lebih baik.

Seorang pendidik atau guru sangatlah penting perannya bagi seorang siswa.

Karena,apa yang mereka ajarkan akan ditiru nantinya dengan siswa atau murid yang berada

di dalam suatu Pendidikan atau sekolah dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan

usaha serta dukungan dari orang tua,sekolah.keluarga,masyarakat agar anak-anak termotivasi

lebih baik lagi untuk menimba ilmu Pendidikan. Dengan demikian gaya mengajar guru

sangatlah berpengaruh dalam motivasi belajar anak atau siswa agar siswa didik dapat lebih

semangat dalam belajar atau menimba ilmu. Oleh karena itu , peran guru juga sangat penting

dalam motivasi semangat belajar siswa , agar lebih terarah dengan baik.

Sekolah merupakan suatu Lembaga Pendidikan yang formal. Dan sebagai tempat

yang sangat strategis untuk membentuk motivasi atau karakter siswa. Sekolah juga termasuk

ke dalam kategori rumah ilmu. Sekolah yang baik tentunya berdiri seorang guru pendidik

yang berkompeten . Dan sekolah yang baik tentunya akan melahirkan siswa-siswi yang

berkarakter yang baik .

1
Motivasi belajar merupakan salah satu factor yang turut menentukan keefektian dalam

pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada factor

pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh

jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.

Berdasarkan observasi di SD tj medan, sikap siswa tentang cara mengajar guru dan

penggunaan alat bantu pembelajaran seni budaya masih kurang baik . Karena, disebabkan

oleh kurangnya variasi dalam mengajar sehingga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa

. Padahal apabila guru bersedia menggunakan cara mengajar dan alat bantu pembelajaran

seni budaya yang lebih bervariasi . Maka, siswa akan mempunyai sikap yang baik atau positif

terhadap cara mengajar guru seni budaya sehingga diharapkan siswa menjadi sangat

bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena, motivasi belajar mereka yang meningkat..1

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat didentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut;

1.Penggunaan alat bantu pembelajaran yang kurang bervariasi.

2.Siswa bosan karena guru monoton dalam mengajar.

3.Rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajarn seni budaya.

1
Ahmad Suriansyah. Landasan Pendidikan (Banjarmasin: Comdes, 2011), hlm. 14

2
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penelitian hanya dibatasin pada

permasalahan yaitu;

1. Cara mengajar guru dan penggunaan alat bantu pembelajaran yang kurang bervariasi.

2. Pengaruh gaya mengajar guru terhadap hasil belajar siswa SD kelas 3, mata pelajaran

seni budaya materi tentang simbol dalam karya seni rupa

3. Rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pembelajaran seni budaya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditentukan maka, masalah yang

akan dipecahkan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;

1. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan sikap siswa tentang cara mengajar

guru terhadap Sdit yayasan hj Muliani sak kelas 3 dikecamatan kampung rakyat ,

desa tanjung medan tahun ajaran 2022/2023?.

2. Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan sikap siswa tentang penggunaan

alat bantu pembelajaran seni budaya terhadap motivasi belajar siswa Sdit yayasan hj

Muliani sakti kelas 3 kecamatan kampung rakyat, desa tanjung medan tahun ajaran

2022/2023?

3. Apakah terdapat pengaruh gaya mengajar guru terhadap hasil belajar siswa Sdit

yayasan hj Muliani sakti kelas 3, mata pelajaran seni budaya materi tentang simbol

3
dalam karya seni rupa di kecamatan kampung rakyat desa Tanjung medan tahun

ajaran 2022/2023?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui ;

1. Pengaruh sikap siswa tentang cara mengajar guru terhadap motivasi belajar suswa

SD di kecamatan kampung rakyat , desa tanjong meadan tahun ajaran 2022/2023.

2. Pengaruh sikap tentang penggunaan alat bantu pembelajaran seni budaya terhadap

motivasi belajar siswa SD kelas 2 di kecamatan kampung rajyat , desa tanjong

medan tahun ajaran 2022/2023.

3. Pengaruh sikap siswa tentang cara mengajar guru dan penggunaan alat bantu

pembelajaran seni budaya secara Bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa SD

kelas 2 di kecamatan kampung rakyat,desa tanjong medan tahun ajaran 2022/2023.

4.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut;

1. Secara teoritis

a. Memberi bukti konkrit tentang pengaruh sikap siswa tentang cara mengajar guru

dan penggunaan alat bantu pembelajaran seni budaya terhadap motivasi belajar

siswa SD di kecamatan kampung rakyat , desa tanju medan ,sehingga dapat

menjadi pertimbangan untuk melakukan perbaikan dalam dunia Pendidikan.

4
b. Memberikan pertimbangan dan masukan bagi guru dalam meningkatkan cara

mengajar dan memaksimalkan penggunaan alat bantu pembelajaran seni budaya

sehingga motivasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan awal peneliti-peneliti selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk membimbing siswa dalam mengembangkan

usaha-usaha belajar yang efektif dan efisien dengan cara mengajar dan penggunaan alat bantu

pembelajaran yang tepat sehingga diperoleh sikap yang positif dari siswa yang dapat

meningkatkan motivasi belajar seni budaya.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkat motivasi

belajar seni budaya pada siswa.

c. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah informasi dan pengetahuan

serta pengalaman yang diperoleh dari perkuliahan dan kenyataan yang ada di

lapangan.

2) Peneliti dapat menganalisis hal-hal yang menyebabkan rendahnya motivasi

belajar siswa dalam mata pelajaran seni budaya.

3) Penelitian ini dapat motivasi belajar siswa pada mata pembelajaran seni

budaya

5
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUAL

1.1. Landasan Teori

1.1.1 Pengertian Gaya Mengajar

Menurut Uzer Usman Gaya Mengajar adalah suatu kegiatan guru dala

m kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosana

n murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa menunjukkan kete

kunan, antusiasme serta penuh partisipasi2.

Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan

guru dalam melaksanakan proses pengajaran. Menurut Syahminan Zaini, dalam buku

Abu Ahmadi mengatakan, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebaga

i pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa3.

Dari definisi di atas,dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya mengajar adalah pen

gubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar pembelajaran y

ang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belaj

ar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antu

siasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas4.

Mengajar adalah suatu cara seorang guru untuk mempersiapkan pengalaman b

elajar bagi peserta didiknya. Dengan kata lain bahwa mengajar merupakan suatu prose

2
Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengaja
r, (Bandung: PT Remaja Rosdakarta. Cet. Pertama, 1993). h. 278
3
Ahmadi, Abu dan TriJoko. Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pusaka Setia, 200
5). h.125
4
Ibid. h.125
7
s yang dilakukan oleh seorang guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahka

n peserta didik untuk memiliki pengalam belajar. Sehingga mengajar atau yang disebu

t dengan pembelajaran ini merupakan tumpuan individu dan masyarakat pada era seka

rang, dikarenakan pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya adalah suatu bentuk d

esakan bagi individu untuk bias memiliki dan mampu untuk mandiri dikehidupan yan

g mendatang, yaitu drngan menjdikan manusia yang seutuhnya.

Mengajar pada umumnya adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondi

si atau mengatur lingkungan, sedemikian rupa, sehinnga terjadi interaksi antara murid

dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran, dan sebagaimana yang disebut dala

m proses pembelajaran. Dengan harapan tercazpainya tujuan pelajaran yang telah dite

ntukan. Didalam pengajaran akan melibatkan peran guru, karena gurulah yang bertang

gung jawab atas proses pembelajaran. Sedangkan pembelajaran itu sendiri selain meli

batkan guru juga melibatkan siswa Sehingga dengan adanya pengajaran atau mengajar

itu bermaksud untuk menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah direncan

akan sebelumnya dengan perantara seoarang guru. 5

Ketika guru menyapaikan ilmu pengetahuan kepada siswa guru juga diharuska

n memiliki kompetensi-kompetensi keguru dan setiap guru harus menguasai serta tra

mpil melaksanakan mengajar. 6Dengan itu maka guru diharapkan bisa mengemas pe

mebelajaran yang menarik dan tidak membosan agar pada saat proses pembelajaran si

swa bisa nyaman, siswa aktif dalam pelajaran dan guru menjadi senang dalam menya

mpaikan materi didalam kelas7.

5
S. Nasutiaon, Teknologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011). h.43
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), h.134
7
Daryono, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV yrama Widya,2013), h.159
8
Dengan adanya guru dituntut untuk bisa memiliki potensi-pontensi yang dibut

uhkan dalam mengajar serta trampil dalam mengajar maka diharapkan tingkat kebosa

nan lebih kecil dari pada tingkat ketertarikan pada saat proses pembelajaran. Seperti y

ang dikutib dalam bukunya Mulyasa bahwa dengan kebergaman variasi dalam pembel

ajaran menuntut kemungkinan adanya perubahan dalam proses kegiatan yang bertujua

n untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kebosanan dan

kejenuhan. 8

Dengan beberapa Teori-teori mendefinisikan terkait dengan mengajar adalah:9

a. Definisi lama, mengajar adalah penyerapan kebudayaan berupa pengalama

n-

pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita atau usaha mewariskan k

ebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus.

b. Definisi dari Gazali, mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada

seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.

c. Definisi yang modern dinegara-negara yang sudah maju, bahwa menjelaska

“Teaching is the guidance of learning”. Dengan artian bahwa mengajar itu

adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.

8
E Mulyasa, Menajdi Guru Profesional,( Bandung: Rosda Karya, 2011), h.78
9
Daryono, Belajar Dan Mengajar,…h.159-164
9
d. Kilpatrik mendefinisika dengan tegas mengajar, yaitu dengan menggunakan

n Metode “Problem Solving” anak/siswa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan d

idalam kehidupanya.

e. Alvin W.Howard mendefinisikan mengajar itu adalah suatu aktivitas untuk

mencoba menolong, membimbing seorang untuk mendapatkan, mengubah ata

u mengembangkan skill, cita-cita, penghargaan dan knowledge

f. A. Morrison D.Mc memberikan definisi tentang mengajar adalah aktivitas p

ersonal yang unik

g. Jhon R.Pancella mendefinisikan mengajar sebagai berikut: mengajar dapat d

ilukiskan sebagai membuat keputusan dalam interaksi dan hasil keputusan dari

guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa kepada siapa guru berintrak

si.

h. Pendapat Waini Rasidi, mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipas

i guru dan siswa sama lainya.10

1.1.2. Tujuan Gaya Mengajar

Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidu

pnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Orang a

kan lebih suka bila hidup itu di isi dengan gaya atau gerakan badan dalam hal yang po

sitif. Begitupun sama halnya seperti saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sang

at penting diterapkannya gaya mengajar, supaya tidak dapat menimbulkan kejenuhan

bagi siswa ataupun gurunya, dan pembelajaran tidak menjadi monoton. 11


10
Nana Sujana, Dasar-Dasar ProsesnBelajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Anglens
indo, 2014), h.29
11
Nuruhbiyati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 71-77
10
Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan gaya mengajar,

maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatny

a tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya gaya mengajar

dalam mengajar siswa. Keterampilan mengadakan gaya mengajar dalam proses belaja

r mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam

menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru de

ngan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya

atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan kein

ginan dan kemauan belajar. Keterampilan dalam mengadakan gaya mengajar ini lebih

luas penggunaannya dari pada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan

campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, gaya mengaja

r dalam memberikan penguatan, gaya mengajar dalam memberi pertanyaan, dan gaya

mengajar dalam tingkat kognitif12

Dalam proses belajar mengajar guru dapat menunjukkan adanya perubahan ga

ya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, adanya perubahan dalam pola inte

raksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Gaya mengajar lebih bersifat pr

oses dari pada produk. Penggunaan gaya mengajar terutama ditujukkan pada perhatia

n siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan gaya mengajar dimaksud ad

alah : 13

a. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi P

roses Belajar Mengajar

12
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Press, 2007), hlm 14-
15
13
Syaeful Rokim, Karakteristik Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan Islam: Vol. 03,
No. 2 (Juli, 2014), hlm.5
11
Di dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran

yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak a

tau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa k

urang mengerti akan bahan yang diberikan guru.14

b. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinya Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak ak

an dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahka

n tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu,

guru selalu memberikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didal

am diri setiap siswa selama pengajaran langsung.

c. Membentuk Sikap Positif Terhadap Guru dan Sekolah

Adalah kenyataan yang tidak biasa dipungkiri bahwa di dalam kelas ada sis

wa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negatif ini tidak hanya t

erjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang

oleh guru tersebut juga tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap

dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran kelas.15

d. Memberikan Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual

14
Asy Syaikh Muhammad Aman Al-Jami, Karakteristik Pendidikan Islam, (Jakarta:
Pustaka Arrayan, 2012), hlm. 79-84
15
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2014), h.59
12
Sebagai seoarang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang men

dukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru ti

dak hanya satu atau dua metode, tatapi lebih banyak dari itu.

Akibat penciutan makna pendidikan menjadi pengajaran tersebut maka hakekat apa da

n bagaimana proses pendidikan juga diartikan sarna dengan apa dan bagaimana proses pengaj

aran. Untuk melihat dengan jelas apa makna pendidikan dan makna pengajaran berikut ini ak

an dilihat dari perspekif pengertian menurut para ahli sebagai berikut:16

1.1.3. Pengertian pendidikan menurut para ahli

a. Lengeveld

Lengeveld memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah usaha

mempengaruhi, melindungi serta memberikan bantuan yang tertuju kepada

kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik agar cukup

mampu dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.17

Dalam pengertian tersebut di atas bimbingan dan pengaruh serta perlindungan

yang diberikan harus mengandung nilai-nilai luhur sesuai dengan hakekat dan

martabat kemanusiaan, dengan tujuan akhir pendidikan adalah adanya kemampuan

dan atau kemandirian hidup peserta didik. Tanpa mengarah kepada hal tersebut maka

kegiatan pengaruh dan bimbingan yang diberikan tersebut bukanlah kegiatan

pendidikan.

b. Dewey

16
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), hlm.37
17
Jalaluddin. Teologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 81

13
Menurut ahli pendidikan ini konsep pendidikan mengandung pengertian

sebagai suatu proses pengalaman, karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan

berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi usia. Proses pertumbuhan ialah

proses penyesuaian pada tiap tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam

perkembangan seseorang.

Pengertian yang diungkapkan Dewey ini menekankan bahwa kegiatan

pendidikan pada hakekatnya adalah proses pengalaman, tetapi pengalaman ini harus

mengarahkan peserta didik kepada pertumbuhan batin, sehingga dengan pertumbuhan

batin ini mereka dapat eksis di tengah-tengah lingkungannya dengan berbagai

tantangan dan permasalahan yang dihadapi tanpa harus selalu tergantung pada orang

lain. Pandangan Sewey tentang pendidikan jelas menekankan bahwa pengalaman

menjadi dasar dalam pembentukan dan upaya memacu pertumbuhan peserta didik

yang sesuai dengan potensi dan kebutuhannya masing-masing.18

Dewey dan lengeveld pada dasarnya memiliki arah pandangan yang tidak

berbeda tentang apa yang ingin dicapai pada proses pendidikan, yaitu kemandirian

peserta didik. Kemandirian dalam arti hidup layak ditengah-tengah masyarakat

lingkungannya tanpa harus tergantung pada orang lain.

3. Crow & Crow

18
H.M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), hlm. 35-3
6
14
Crow memberikan balasan pengertian pendidikan adalah pengalaman yang

memberikan pengertian, insight dan Penyesuaian bagi peserta didik sehingga dia

dapat berkembang dan bertumbuh.

1.1.4. Pengertian Jabatan Fungsional Guru

Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang ruang lingkup, tugas,

tanggung jawab, dan wewenangnya berkaitan dengan tugas keguruan, seperti

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik berdasarkan peraturan perundang-undangan Pegawai Negeri Sipil.

Artinya, jabatang fungsional guru hanya bisa diberikan pada guru yang berstatus

PNS.19

Adapun jenjangnya mulai terendah sampai tertinggi adalah sebagai berikut.

1. Guru Pertama

Jenjang jabatan fungsional yang pertama adalah Guru Pertama, yang secara

kepangkatan masuk ke dalam Pangkat Penata Muda di golongan III/a. Selain itu juga

bisa naik jabatan lagi ke Pangkat Penata Muda Tk. I dengan golongan III/b.

Sebagaimana PNS pada umumnya, kenaikan golongan biasanya disesuaikan

dengan masa mengabdi sebagai PNS atau guru PNS. Artinya semakin lama menjadi

guru maka golongan dan pangkat ini akan terus naik juga. Hanya saja tetap

dipengaruhi juga oleh angka kredit guru, detailnya akan dijelaskan di bawah. 20

2. Guru Muda

19
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.
123-124
20
Ummul Qura, Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan: Vol. VI, No. 2 (September, 20
15), hlm. 3
15
Jabatan fungsional guru di tingkat atau jenjang berikutnya adalah Guru Muda,

berikut detail pangkat dan golongannya:

 Pangkat Penata termasuk dalam golongan ruang III/c.

 Pangkat Penata Tingkat termasuk dalam golongan ruang III/d.

3. Guru Madya

Jenjang jabatan guru yang ketiga adalah Guru Madya, yang juga terdapat beberapa

pangkat dan golongan. Totalnya ada tiga pangkat dan golongan untuk guru PNS di

jenjang ini. Berikut detailnya:

 Pangkat Pembina termasuk dalam golongan ruang IV/a.

 Pangkat Pembina Tingkat I termasuk dalam golongan ruang IV/b.

 Pangkat Pembina Utama Muda termasuk dalam golongan ruang IV/c.

4. Guru Utama

Terakhir, dan merupakan jenjang jabatan fungsional tertinggi di lingkungan

keguruan adalah Guru Utama. Berikut detail pangkat dan golongannya:

 Pangkat Pembina Utama Madya termasuk dalam golongan ruang IV/d.

 Pangkat Pembina Utama termasuk dalam golongan ruang IV/e.

Agar seorang guru PNS bisa meraih jabatan fungsional di tingkat atau jenjang

paling tinggi. 21

1.1.5. Syarat Pengangkatan Jabatan Fungsional Guru

21
Dimayani dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
hlm. 250- 251

16
 Terdapat beberapa syarat pengangkatan pertama jabatan fungsional guru, antara

lain:

 Berijazah paling rendah Sarjana (S1) atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik.

 Pangkat paling rendah Penata Muda golongan ruang III/a.

 Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian.

 Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun

terakhir.

 Memiliki kinerja yang baik yang dinilai dalam masa program induksi.22

1.1.6. Unsur dan Sub Kegiatan

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, penetapan jenjang jabatan fungsional guru untuk

pengangkatan dalam jabatan mengacu pada jumlah angka kredit yang dimiliki dan

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.

Angka kredit adalah satuan nilai dari setiap kegiatan atau akumulasi nilai butir-butir

kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karier

kepangkatan serta jabatannya.23

Berikut unsur dan sub unsur yang dapat memberikan angka kredit untuk kenaikan

pangkat dalam jabatan fungsional guru:

1. Pendidikan

a. Pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah; dan

22
Ummul Qura, Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan: Vol. VI, No. 2 (September, 2015), hlm.
3
23
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
hlm.78

17
b. Pendidikan dan pelatihan (diklat) prajabatan dan memperoleh surat tanda

tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan atau sertifikat termasuk

program induksi.24

2. Pembelajaran/Bimbingan dan Tugas Tertentu

a. Melaksanakan proses pembelajaran, bagi Guru Kelas dan Guru Mata

Pelajaran.

b. Melaksanakan proses bimbingan, bagi Guru Bimbingan dan Konseling.

c. Melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

3. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

a. Pengembangan diri:

 Diklat fungsional.

 Kegiatan kolektif Guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau

keprofesian Guru.

b. Publikasi Ilmiah:

 Publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang

pendidikan formal.

 Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman Guru;25

c. karya Inovatif:

 Menemukan teknologi tepat guna.

 Menemukan/menciptakan karya seni.

24
H.M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), hlm. 35-3
6
25
Ahmad Suriansyah. Landasan Pendidikan (Banjarmasin: Comdes, 2011), hlm. 14
18
 Membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum.

 Mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal dan

sejenisnya.

4. Penunjang Tugas Guru

a. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya.

b. Memperoleh penghargaan/tanda jasa.

c. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas Guru, antara lain:

 Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik

industri/ekstrakurikuler dan sejenisnya.

 Menjadi organisasi profesi/kepramukaan.

 Menjadi tim penilai angka kredit.

 Menjadi tutor/pelatih/instruktur.26

1.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh ses

eorang menguasai bahan yang diajarkan. Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan

“belajar”. Hasil (product) merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas ata

u proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar adalah t

ahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalam

an dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku

dalam hal ini seperti tingkah laku yang diakibatkan oleh proses kematangan fisik, keadaan ma

26
Ni Ketut Sri Shanti Dewi, “Hubungan Antara Pembelajaran Guru Kelas dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas IV di SDN Gugus Perampuan Kecamatan Labu Api Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2016/2017”, (Mataram: Universitas Mataram, 2017) hlm. 48-50
19
buk, lelah, dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar. Sebelum ditarik kesimpulan tent

ang pengertian hasil belajar, terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian hasil belajar dari

beberapa ahli, diantarannya:27

a. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar merupakan realisasi potensial atau

kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari

prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir

maupun keterampilan motorik.28

b. Menurut Gagne dan Briggs hasil belajar adalah sebagai kemampuan yang diperoleh

seseorang sesudah mengikuti proses belajar. 29

c. Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah perubahan tingkh laku siswa secara nyata setelah

dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai tujuan pembelajaran. 30

d. Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya.31

27
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 44.
28
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2005), 102
29
Rosma Hartiny Sam’s, Model PTK Teknik Bermain Konstruktif untuk Peningkatan
Hasil Belajar Matematika, (Yogyakarta: Teras, 2010), 33.
30
Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), 14.
31
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, 45.
20

Anda mungkin juga menyukai