Anda di halaman 1dari 23

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA JAWA MELALUI

MEDIA PEWAYANGAN PADA PESERTA DIDIK KELAS 3

SD MUHAMMADIYAH PANDES

Oleh

Devi Cyndiyana Putri

2000005295

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... i


DAFTAR TABEL ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Batas Masalah .......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
G. Definisi Operational ................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 7
A. Landasan Teori ......................................................................... 7
B. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................... 13
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 15
D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian ................................................ 3

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Media Pewayangan .................................................................. 13

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kesehatan,
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis diberikan nikmat, kesehatan dan kemudahan dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas dengan baik yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Jawa Melalui Media Pewayangan Pada Peserta Didik
Kelas 3 Sd Muhammadiyah Pandes”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
patutlah kiranya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Laila Fatmawati, M.Pd yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
penyelesaian tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
2. Bapak/Ibu Guru Sekolah Dasar Muhammadiyah Pandes yang telah mendukung penulis
dalam penyusunan karya tulis ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulisan karya tulis ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
yang selayaknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyusunan karya tulis ini masih terdapat kekurangan-kekurangan sehingga sudilah kiranya
apabila ada yang memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan mendatang.

Penulis menyadari penulisan PTK ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu keritik dan saran yang membangun sangatlah
penulis harapkan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan pada penulisan PTK selanjutnya.

Yogyakarta, 18 Mei 2023

Penulis,

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara teori, pendidikan merupakan sarana utama sebagai upaya meningkatkan


kualitas sumber daya manusia. Tanpa adanya pendidikan, maka akan mengalami kesulitan
untuk memperoleh hasil dari kualitas sumber daya manusia yang maksimal. Oleh karena
itu, kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri lagi dan sudah
menjadi hak warga negara.

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, yang kemudian mendapat awalan me-
sehingga menjadi “mendidik”, yang artinya ialah memberi latihan. Sedangkan dalam
bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) yang artinya
memberi peningkatan (to elicit, to give rise to) dan mengembangkan (to evolve, to develop).
Artinya adalah proses untuk memperoleh pengetahuan. Maka dari artian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan ialah proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai kebutuhan dengan
menggunakan metode-metode tertentu.

Keberadaan guru dan peserta didik dalam dunia pendidikan menjadi dua faktor yang
penting karena di antara keduanya memiliki hubungan yang saling terikat. Kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh cara mengajar guru, begitu juga sebaliknya, peran guru
ditentukan oleh keadaan dan minat belajar peserta didik. Pentingnya minat belajar bagi
peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran merujuk pada peran guru dalam
meningkatkan minat belajar peserta didik itu sendiri. Dimana guru mampu memberikan
kenyamanan dan kesenangan dalam melangsungkan proses belajar mengajar sehingga
peserta didik merasa lebih nyaman dan senang dalam belajar, sehingga kemudian minat
belajar peserta didik akan meningkat.

Menurut pendapat (Mulyasa, 2006) Mulyasa, minat, bakat, kemampuan, dan


potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal
tanpa adanya bantuan dari seorang guru. Oleh karena itu, guru harus berpacu dalam
pembelajaran dengan memberikan kemudahan belajar agar siswa dapat mengembangkan
potensinya secara optimal dan dapat mencapai tujuan belajarnya.

1
Guru harus mampu mendorong para peserta didik untuk menumbuhkan motivasi
pada dirinya karena hasil belajar akan optimal apabila ada motivasi yang tepat. Persoalan
motivasi ini dapat dikaitkan dengan minat, oleh karena itu guru harus tahu bagaimana cara
untuk menciptakan kondisi belajar tertentu agar peserta didik ingin terus belajar. Pada
dasarnya, minat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak
akan berkembang secara optimal tanpa adanya bantuan dari guru.

Selain itu, tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orangtua kedua bagi peserta didiknya. Pelajaran apapun diberikan,
hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Terlebih pada guru
SD Muhammadiyah Pandes yang masih dipercaya mampu memberikan nilai-nilai moral,
nilai-nilai karakter pada peserta didik sesuai dengan kebudayaan Jawa, dimana banyak
mengajarkan tentang tata bahasa, sopan-santun atau unggah- ungguh, serta sebagai salah
satu cara melestarikan budaya lokal agar tidak hilang seiring dengan berkembangnya
budaya asing.

Masyarakat Jawa memiliki bahasa daerah yakni bahasa Jawa yang memiliki
kedudukan sebagai salah satu ciri khas kearifan lokal (local wisdom) dan sebagai sarana
berkomunikasi antar anggota masyarakat Jawa. Bahasa Jawa sarat akan nilai-nilai
tatakrama memberikan sumbangan terhadap pembentukan kepribadian bangsa.
Pembelajaran muatan lokal bahasa, sastra, dan budaya Jawa diarahkan agar peserta didik
memiliki kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
Baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra
dan budaya Jawa.

Berdasarkan materi presentasi yang dikemukakan oleh Drs. Mulyana dalam


kongres bahasa Jawa di Semarang, yang menyatakan bahwa ada keluhan mengenai belajar
bahasa Jawa. Bahwasannya belajar bahasa Jawa sama asingnya dengan belajar bahasa
Inggris ataupun bahasa-bahasa asing lainnya. Sangatlah aneh ketika anak-anak Jawa sudah
mulai merasa kesulitan dalam mempelajari bahasa Jawa itu sendiri. Padahal, bahasa Jawa
adalah bahasa asli penduduk Jawa, dimana bahasa Jawa secara kultural sangat dekat dengan
kehidupan dan kognisi peserta didik, namun pada kenyataannya permasalahan klasik
tentang bahasa Jawa sebagai mata pelajaran yang sulit dan kurang diminati peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 23 maret
2023 SD Muhammadiyah Pandes, terdapat kendala atau kesulitan dalam pelaksanaan yang

2
dihadapi oleh guru maupun peserta didik dalam mengetahui konsep pembeleajaran bahasa
jawa, yang merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal. Selama ini guru dalam
pembelajaran Bahasa Jawa hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan kepada
siswa, jadi guru belum menerapkan pembelajaran yang mana dalam pembelajaran tersebut
siswa merasa tertarik, asyik dan bekerja dengan media. Namun, meskipun begitu pihak
sekolah selalu berupaya untuk terus mengembangkan metode belajar yang cocok untuk
pembelajaran bahasa Jawa agar peserta didik mudah untuk mempelajarinya. Untuk
mendapatkan suatu hasil belajar optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen
belajar-mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang
diterapkan, media yang digunakan dan lain-lain. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya dengan memilih
strategi atau cara dalam menyampaikan materi agar diperoleh peningkatan hasil belajar
peserta didik khususnya pelajaran Bahasa Jawa.Selain itu juga agar peserta didik mampu
bersaing secara akademis dalam bidang bahasa Jawa seperti debat dan pidato bahasa Jawa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III di SD Muhammadiyah Pandes,


banyak peserta didik yang mendapatkan hasil nilai belum mencapai KKM, yitu 65.
Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas III dalam muatan Bahasa Jawa di sekolah dapat
dilihat dari nilai rata-rata 6 bidang di bawah ini :

No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata


1 Bahas Indonesia 80,00
2 Matematika 75,47
3 Ilmu Pengetahuan Alam 81,88
4 Ilmu pengetahuan Sosial 78,44
5 Pendidikan Kewarganegaraan 76,56
6 Bahasa Jawa 62,57
Tabel 1. 1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian
Berdasarkan tabel 1.1 diatas terlihat bahwa nilai rata-rata mata pelajaran bahasa jawa
masih tergolong 67% peserta didik belum mencapai KKM yaitu 65. Hal ini dikarenakan
kurangnya minat belajar peserta didik untuk memperluas kosakata dalam muatan Bahasa
Jawa dan kurang bervariasi dalam penerapan media pembelajaran yang digunakan oleh guru
saat proses pembelajaran. Sehingga saat mengikuti pembelajaran peserta didik kuran
berperan aktif dan menurunnya minat belajar peserta didik.

3
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran guru
dalam meningkatkan minat belajar bahasa Jawa pada peserta didik di SD Muhammadiyah
Pandes dikarenakan adanya fenomena dimana bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dianggap
sedikit sulit dan tidak begitu diminati ataupun disenangi oleh peserta didik. Dalam hal ini
peneliti memilih salah satu kegiatan yang menyenangkan untuk meningkatkan minat
berbahasa Jawa peserta didik, yaitu dengan menggunakan media wayang. Media wayang
ini dipilih karena mudah digunakan dan lebih dekat dengan budaya Jawa. (Daryanto, 2011)
mengatakan penggunaan media model (wayang) agar lebih efektif yaitu: (a) merumuskan
tujuan pengajaran, (b) media dapat terlihat jelas oleh siswa, (c) lebih banyak mementingkan
gerak dari pada verbal, (d) dimainkan sekitar 10-15 menit, (e) diselingi dengan nyanyian,
(f) diikuti dengan tanya jawab, (g) siswa diberi peluang memainkannya. Dengan
penggunaan media wayang diharapkan dapat meningkatkan minat dan pembelajaran
Bahasa Jawa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah penelitian ini


adalah:
1. Guru hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah yang monoton
2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran saat menyampaikan pembelajaran
kepeserta didik sehingga sulit dipahami
3. Nilai mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa banyak yang belum mencapai
KKM.

C. Batas Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu ada pembatasan masalah


yaitu :
1. Guru menggunakan media pewayangan pembelajaran saat menyampaikan
pembelajaran Bahasa Jawa
2. Nilai mata pelajaran Bahasa Jawa yang masih dibawah KKM

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini


adalah :

4
1. Bagaimana upaya Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Jawa Pada Peserta Didik
Kelas 3 SD Muhammadiyah Pandes ?
2. Bagaimana penerapan media pembelajaran pewayangan dalam mata pelajaran
Bahasa Jawa di kelas 3 SD Muhammadiyah Pandes?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian


yang akan dicapai adalah :
1. Untuk meningkatkan minat belajar Bahasa Jawa pada peserta didik kelas 3 SD
Muhammadiyah Pandes
2. Untuk meningkatkan hasil belajar dengan media pewayangan dalam mata pelajaran
Bahasa Jawa kelas 3 SD Muhammadiyah Pandes

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahuan terutama penggunaan media pewayangan yang diterapkan dalam mata
pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1. Memberikan pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajaran
secara efektif sesuai karakteristik peserta didik
2. Memberikan informasi guru agar dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran selalu bervariasi salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran Bahasa Jawa
b. Bagi Peserta Didik
1. Membantu peserta didik agar lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran.
2. Membantu peserta didik supaya mudah memahami materi dengan adanya
model pembelajaran yang bervariasi yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran
c. Bagi Penelitian
Menambah pengetahuan, keterampilan, wawasan guna menjadi bekal
untuk menjadi guru kelak nanti dan dapat merencanakan proses pembelajaran
yang bervariasi khususnya dengan menerapkan media pembelajaran Bahasa

5
Jawa, sehingga proses pembelajaran di sekolah mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal.

G. Definisi Operational

1. Minat Belajar Bahasa Jawa

Minat adalah suatu keadaan atau kecenderungan yang tetap untuk tertarik,
mengenang dan memperhatikan terhadap suatu rasa, bidang, aktivitas atau kegiatan
dengan keinginan untuk mengetahui dan memperhatikan disertai dengan perasaan
senang dan konsisten. Minat dapat menimbulkan semangat dalam melakukan
kegiatan agar tujuan dari pada kegiatan tersebut dapat tercapai. Bahasa Jawa
merupakan Bahasa daerah yang menerapkan falsafah tumata, yang artinya menata
dan menempatkan lawan bicara pada tempat yang semestinya sesuai dengan strata
sosial yang dimililki.

2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku yang biasaanya terlihat dalam
perubahan kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan dan kemampuan dalam
megikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Hasil belajar mengakibatkan dapat dilihat dari
dua ranah yaitu kognitif dan efektif. Ranah kognitif diukur melalui tes yang
diberikan oleh guru setelah mengikuti proses pembelajaran Bahasa Jawa untuk
mengetahui pemahaman peserta didik hingga dapat mengetahui perolehan hasil
belajar peserta didik. Sedangkan ranah efektif untuk mengetahui perkembangan
sosial-individu peserta didik.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Minat Belajar Peserta didik Sekolah Dasar


a. Pengertian Minat Belajar

Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan


apa yang mereka kehendaki minat adalah rasa suka dan tertarik yang tinggi dengan
kesadaran diri terhadap sesuatu yang dipandang memberi keuntungan dan kepuasan
pada dirinya sehingga mendorong individu berpart isipasi dalam kegiatan itu tanpa
ada yang menyuruh (Haryati, 2015). Minat belajar yang besar cenderung
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, sebaliknya jika minat belajar kurang
maka akan menghasilkan prestasi yang rendah. Minat pada hakikatnya adalah
penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang ada diluar dirinya
sendiri, bila semakin kuat atau semakin dekat hubungannya maka semakin besar
minatnya. Sedangkan belajar adalah proses dimana tingkah laku seseorang yang
timbul atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan minat belajar adalah rasa senang, tertarik, dan keinginan yang
tinggi terhadap proses belajarnya yang dipandang dapat memberikan keuntungan
dan kepuasan bagi dirinya.

Minat belajar mempunyai peran yang sangat besar terhadap pelajar karena
minat belajar ini merupakan salah satu kunci keaktifan seorang pelajar dengan ada
minat belajar yang tinggi maka pelajar tersebut akan memiliki keaktifan yang
berasal dari dalam diri nya sendiri. Sehingga dengan adanya minat belajar
mempengaruhi hasil belajar dan prosesnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
di lakukan menyatakan bahwa, jika seseorang mempunyai minat belajar yang tinggi
maka akan dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik sehingga
menghasilkan hasil yang terbaik juga dalam proses belajarnya

b. Indikator minat belajar


Minat belajar dapat diukur melalui 4 indikator sebagaimana yang
disebutkan oleh (Slameto, 2010) yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian
dalam belajar, motivasi belajar dan pengetahuan. Ketertarikan untuk belajar
diartikan apabila seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran maka ia

7
akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Ia akan rajin
belajar dan terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang
tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan tanpa ada
beban dalam dirinya. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa
seseorang terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan
mengesampingkan hal lain dari pada itu. Jadi siswa akan mempunyai perhatian
dalam belajar, jika jiwa dan pikirannya terfokus dengan apa yang ia pelajari.
Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan secara sadar
untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku yang terarah demi
pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi interaksi belajar.
c. Jenis-jenis minat belajar

Ada berbagai macam minat belajar yang dimiliki oleh siswa


diantaranya:

1. Minat belajar Visual


Menurut Hamzah (2005:181) Minat belajar visual adalah minat belajar
yang mengandalakan kemampuan pengliahatan untuk bisa memahami dan
mengingatnya. Minat belajar visual berarti minat belajar yang
mengandalkan pengamatan. Indera mata merupakan indera yang
diutamakan dalam minat belajar ini. Guru yang mengajar harus jeli terhadap
penglihatan anak didiknya. Menuut Lucy (2016) Minat belajar Visual
(Visual Learners) menitik beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya,
bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham
Minat belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
2. Minat belajar Auditori
Menurut Hamzah (2005:182) Minat belajar auidtori adalah minat belajar
yang mengandalakan pada pendengaran untuk bisa memahami dan
mengingatnya. Bobby de Porter,dan Micke Hernacki (2000)
mengungkapkan Pelajar auditori cenderung menyukai cara belajar dengan
cara mendengarkan, contoh mendengarkan cerita, serta mengulang
informasi adalah cara utama dalam belajar mereka. Para pelajar auditori
mungkin lebih suka merekam dengan kaset daripada mencatat, karena
mereka suka mendengarkan informasi berulang-ulang.

8
Reid (2005 :92) mengatakan bahwa siswa yang mempunyai minat
belajar auditori akan mempunyai kelebihan dalam mendengarkan dan
berbicara dengan guru. Mereka lebih suka guru mengajar dengan media
audio. Informasi yang berupa tulisan terkadang lebih sulit dipahami dan
dicerna. Siswa yang mempunyai minat belajar auditori dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
3. Minat belajar Kinestetik
Suparman (2010:69) mengemukakan minat belajar kinestetik biasanya
disebut juga minat belajar gerak. Artinya, siswa biasanya menyukai belajar
dengan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses belajar untuk
memahami sesuatu. Siswa yang mempunyai minat belajar kinestetik pada
umumnya tidak menyukai duduk diam berlama- lama karena mereka
mempunyai keinginan untuk beraktivitas dan bereksplorasi.
d. Faktor-faktor minat belajar Sekolah Dasar

Rifa’i dan Anni (2012: 137-143) menyatakan bahwa “terdapat enam


faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang
memiliki dampak terhadap minat belajar siswa”. Keenam faktor yang dimaksud
yaitu: (1) sikap, (2) kebutuhan, (3) rangsangan, (4) afeksi, (5) kompetensi, (6)
penguatan. Penjelasan tentang faktor minat yang awal adalah sikap. Sikap
merupakan gabungan konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan dalam diri
seseorang untuk merespon orang, kelompok, atau objek tertentu secara
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap dapat berpengaruh kuat
terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap membantu siswa dalam
merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat
membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap merupakan produk dari kegiatan
belajar. Sikap dapat tetap atau mengalami perubahan sesuai dengan apa yang
dipelajari.

Kompetensi akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa.


Kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras untuk
berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara intrinsik
terminat untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara
berhasil agar menjadi puas. Seseorang diharuskan memiliki kemampuan yang
telah disepakati untuk mencapai tujuan itu.

9
Faktor terakhir yang dapat terminat nya belajar siswa adalah penguatan.
Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan
kemungkinan respon. Penguatan dapat berupa nilai tes tinggi, pujian,
penghargaan sosial, dan perhatian. Penguatan dapat berupa penguatan positif
dan penguatan negatif. Penguatan positif dapat meningkatkan perilaku.
Penguatan negatif merupakan stimulus aversif (perasan tidak setuju yang
disertai dorongan untuk menahan diri) atau peristiwa yang harus diganti atau
dikurangi intensitasnya. Perhatian orang tua termasuk penguatan positif yang
dapat meningkatkan perilaku atau minat belajar.

Faktor-faktor yang memengaruhi minat juga di kemukakan Ali Imron


(1996) dalam Siregar dan Nara (2011: 53-54) bahwa ada enam faktor yang
mempengaruhi minat dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut
adalah sebagai berikut: cita-cita atau aspirasi pembelajar, kemampuan
pembelajar, kondisi pembelajar, kondisi lingkungan pembelajar, unsurunsur
dinamis belajar, dan upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran. Senada
dengan Karwati dan Priansa (2014: 181- 183), mengklasifikasikan faktor-faktor
yang memengaruhi minat siswa menjadi sepuluh faktor, diantaranya: konsep
diri (berfikir tentang dirinya), jenis kelamin, pengakuan, cita-cita, kemampuan
belajar, kondisi siswa, keluarga, kondisi lingkungan, upaya guru meminat siswa,
dan unsr-unsur dinamis dalam belajar.

2. Karakteristik Peserta didik Sekolah Dasar


Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh
pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan terjadi pada setiap
aspek perkembangan individu baik fisik, emosi, intelegensi maupun social, satu
sama lain saling mempengaruhi. Menurut Yusuf (2011: 178) pada fase anak sekolah
dasar perkembangan intelegensi siswa pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak
sudah bisa merangsang daya berpikir, atau melaksanakan tugas belajar yang
menuntut kemampuan kognitif seperti membaca, menulis dan menghitung.
Menurut Piaget (Desmita 2010: 46-47) tahap perkembangan kognitif anak sebagai
berikut:
1) Tahap sensorimotor pada usia (0-2 tahun)
2) Tahap preoperasional pada usia (2-7 tahun)
3) Tahap operasional konkrit ( 7-11 tahun)

10
4) Tahap operasional formal (11-15 tahun)
Menurut Havighurst (Desmita,2014:35-36) tugas perkembangan anak usia
sekolah dasar meliputi; 1) menguasai keterampilan fisik 2) membina hidup sehat 3)
belajar bergaul dan bekerja kelompok. 4) belajar menjalankan peranan sosial sesuai
dengan jenis kelamin. 5) belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu
beradaptasi dengan masyarakat. 6) memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan
agar berpikir efektif. 7) mengembangkan kata hati, moral,dan nilai-nilai,dan 8)
mencapai kemandirian pribadi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, siswa
kelas V sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Pada saat ini anak
dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa peristiwa yang konkrit dan mampu
mengklasifikasi benda atau bentuk yang berbeda. Siswa lebih memiliki perhatian
pada lingkungan yang terjadi pada kehidupan sehari-sehari yang secara nyata. Pada
siswa SD, guru mampu memahami perilaku siswa untuk menerapkan media yang
sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran.
3. Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan secara
khusus di lingkungan etnis Jawa.Bahasa ini merupakan bahasa pergaulan, yang
digunakan untuk berinteraksi antarindividu dan memungkinkan terjadinya
komunikasi dan perpindahan informasi sehingga tidak ada individu yang
ketinggalan zaman. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa
memiliki fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas
daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.Oleh
karena itu, generasi muda suku Jawa sudah sepantasnya melestarikan bahasa Jawa
demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa Jawa di Pulau Jawa.
Bahasa Jawa di sekolah dasar menjadi salah satu dari kurikulum muatan
lokal yang mencakup standar kompetensi mendengarkan, berbicara, menulis,
dan apresiasi sastra. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan masyarakat di
pulau jawakhususnya. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah
yang beragam dan di dalamnya memiliki tingkatan –tingkatan bahasa atau
unggah –ungguh basa. Tujuan dari bahasa Jawa Itu sendiri agar
parasiswamenghargai, membanggakan serta mencintai bahasa Jawa sebagai
bahasa daerah mereka dan berkewajiban menjaga keaslian dari bahasa jawa
tersebut(Arafik &Rumidjan, 2016).

11
Bahasa Jawa memiliki unggah-ungguh atau tingkat tutur sebagai ciri khas yang
membedakan bahasa Jawa dengan bahasa daerah lain. Unggah - ungguh bahasa
Jawa merupakan kaidah yang ada pada masyarakat Jawa dalam bertutur kata atau
bertingkah laku dengan memperhatikan penutur dan lawan tutur serta melihat
situasi dengan tujuan menjaga kesopansantunan untuk saling menghormati serta
menghargai orang lain.
4. Media Pewayangan
Wayang merupakan salah satu kesenian yang ada di Indonesia yang harus
dikembangkan (Saiputri, A. L., 2017). Pratama, D (2015) juga menyatakan dalam
artikelnya bahwa salah satu produk budaya yang tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan masyarakat dan lingkungannya adalah wayang. Pada dasarnya
masyarakat mengenal wayang merupakan budaya lokal masyarakat Jawa namun
saat ini semakin sedikit masyarakat modern yang mengenal wayang. Menurut
Widiyanto (2017), budaya lokal itu merupakan suatu ciri khas dari masyarakat
setempat. Budaya tersebut menjadi ciri khusus yang dimiliki suatu kelompok
masyarakat seperti rumah joglo, keris dan tentu saja wayang dan sebagainya.
Wayang kadang diartikan sebagai tiruan orang, benda bernyawa, dan benda lainnya
yang terbuat dari pahatan kulit binatang, kayu, kertas, dan rumput yang digunakan
untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional yang diperankan
dalang. Menurut jenisnya, wayang dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok
(S. Haryanto, 1988: 4) yaitu : wayang beber, wayang purwa, wayang madya, 4)
wayang gedog, wayang menak, wayang babad, wayang modern, dan wayang
topeng.
Media pewayang merupakan salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia
yang telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2008. Ruli Nasrullah (2014: 21)
mengatakan bahwa wayang merupakan media pendidikan asli Indonesia. Pada
zaman dahulu, fungsi wayang adalah sebagai alat dakwah dan sebagai alat
pendidikan (Alit Widiastuti, 1985: 7).
Media pewayang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dari wayang modern yang bentuknya dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan. Wayang ini menggunakan bahan karton atau kardus yang
ditempeli atau digambari tokoh cerita. Gambar tokoh yang ada dalam cerita
ditempelkan atau digambar diatas karton atau kardus kemudian dibentuk sesuai
dengan gambar tokoh dalam cerita dan diberi tangkai atau gagang bambu untuk
12
menggerakkannnya. Media pewayang yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan media wayang yang berbentuk manusia, dan lambang dasar negara
sebagai tokoh cerita.

Gambar 2. 1 Media Pewayangan

Kelebihan media wayang dalam pembelajaran yaitu: mampu meningkatkan


minat belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Jawa, sehingga peserta
didik tidak merasa bosan dalam pembelajaran dan mudah di pahami. Dengan
pembiasaan media pewayangan ini juga dapat meningkatkan kosa kata berbahasa
jawa dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian Anggit, dkk (2017) yang berjudul “Pengembangan Media


Pembelajaran Buku Pop-Up Wayang Tokoh Pandhawa Pada Mata Pembelajaran
Bahasa Jawa Kelas V SD” mengungkapkan tentang hasil analisis data menunjukan
bahwa terdapat perbedaan dalam pemahaman yang di pelajari oleh peserta didik dengan
pengembangan media Buku pembelajaran Pop-Up Wayang terhadap peningkatan
prestasi belajar peserta didik kelas V SD N Tamansari Tahun Pembelajaran 2017/2018.
Perbedaan penelitian antara penelitian yang dilakukan yakni yang dilakukan
oleh Anggit, dkk (2017) dengan penelitian yang dilakukan yakni, pada penelitian
Anggit, dkk menggunakan media pembelajaran buku Pop-Up wayang tokoh Pandhawa
pada pembelajaran bahasa jawa untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas
V. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan
media pembelajaran interaktif untuk meningkatkan minat belajar dan peneliti
menggunakan sampel kelas III.
13
Hasil penelitian Muh. Arafik Rumidjan (2017) yang berjudul “Profil
Pembelajaran Unggah-ungguh Bahasa Jawa Di Sekolah Dasar” mengungkapkan
tentang hasil penelitian model pembelajaran Unggah-ungguh bahasa jawa di sekolah
dasar dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Melalui penelitian praktik
pembelajaran bahasa jawa di SDN Panggungan Kota Malang dengan model Immersion
Learning untuk menumbuh kembangkan kreatifitas belajar peserta didik.
Perbedaan penelitian antara penelitian yang dilakukan yakni yang dilakukan
oleh Muh. Arafik Rumidjan (2017) dengan penelitian yang dilakukan yakni,
menggunakan penelitian kualitatif semua untuk mengetahui model pembelajaran
bahasa jawa dengan menggunakan model Immersion Learning model yang berupaya
mencelupkan langsung diri peserta didik kedalam proses belajar SDN Panggungan
Kota Malang. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) untuk menumbuhkan minat belajar Bahasa Jawa menggunakan sampel kelas III.
Hasil penelitian Paulus, dkk (2021) yang berjudul “Pengembangan Media
Wayang Karton Pada Muatan Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD” mengungkapkan
model pengembangan ADDIE dengan lima tahapan yang terdiri dari tahapan analisis,
perancangan, pengembangan, implementasi dan evaluasi, yang melibatkan peserta
didik kelas III pada muatan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Perbedaan penelitian Paulus, dkk (2021) dengan penelitian yang dilakukan
yakni pada penelitian Paulus, dkk menggunakan muatan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan media konkret wayang karton pada kelas III SD. Sedangkan pada
penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan muatan Bahasa Jawa dengan media
pewayangan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik kelas III SD
Muhammadiyah Pandes.
Hasil penelitian Mutangalimah (2020) yang berjudul “Pengaruh Metode
Demonstrasi Dengan Media Wayang Kartun Terhadap Peningkatan Keterampilan
Menyimak Cerita SDN 1 Plunjaran Wonosobo” mengungkapkan hasil penelitian
menyebutkan bahwa media wayang kartun dapat meningkatkan keterampilan
menyimak cerita pada peserta didik kelas II SDN 1 Plunjaran Wonosobo. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis uji Wilcoxon dengan nilai Z sebesar -2,264 dan Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,024<0,05.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Mutangalimah (2020) dengan
penelitian yang dilakukan yakni, pada penelitian Mutangalimah menggunakan teknik
sampling peserta didik kelas II dalam neningkatkan keterampilan menyimak cerita
14
dengan media wayang kartun. Sedangkan pada penelitian ini menerapkan model
pembelajaran pewayangan untuk meningkatkan minat belajar Bahasa Jawa dengan
media wayang peserta didik kelas III SD Muhammadiyah Pandes.
Kesimpulan dari ke empat kajian penelitian yang relevan bahwa media wayang
berpengaruh terhadapt proses meningkatkan minatbelajar peserta didik pada muatan
Bahasa Jawa. Dengan menggunakan media pembelajaran interaktif berupa wayang.

C. Kerangka Berpikir

Banyak permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru di SD karena guru


memiliki model pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran. Metode pembelajaran yang sangat penting di kuasai guru, karena setiap
sajian pembelajaran harus jelas arahnya sehingga materi ajar mudah dipahami peserta
didik dan mudah disajikan guru. Menguasai metode pembelajaran guru dapat
melakukan inovasi dalam penyajian materi pembelajaran dan dapat memotivasi peserta
didik untuk mengeksplor isi materi yang dipelajari. Guru dapat mengaitkan materi yang
terdapat dalam kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dengan dunia
nyata sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki
manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan media pembelajaran media
pewayang muatan Bahasa Jawa, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa dapat
mengatasi masalah dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelas III SD Muhammadiyah
Pandes, karena siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
Salah satu cara yang dianggap efektif dalam mengembangkan daya kreativitas
dan imajinasi peserta didik adalah melalui media pewayangan yang diharap dapat
membantu meningkatkan minat belajar peserta didik dalam muatan Bahasa Jawa.
Media pewayangan ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan model lainnya,
karena dalam media ini peserta didik dapat meningkatakan minat belajar peserta didik.
Selain menumbuhkan minat belajar peserta didik media pewayangan juga dapat
membantu peserta didik untuk memperluas kosa-kata dalam bahasa jawa dalam yang
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan suasana pembelajaran yang seperti
ini akan mempermudah peserta didik dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan topik pelajaran.
Media pewayangan merupakan media konkret atau alat peraga yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran muatan bahasa jawa yang
digerakan oleh tangan dan berbentuk gambar. Media pewayangan dalam pembelajaran

15
bahasa jawa yang sudah ditentukan dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Media dapat dilihat dengan jelas oleh siswa
3) Guru memainkan wayang
4) Guru dalam menggunakan media wayang lebih banyak mementingkan verbal
atau kosa kata dari pada gerak
5) Pembelajaran diselingi dengan nyanyian
6) Memberi peluang pada siswa untuk memainkan wayang
7) Bertanya jawab dengan siswa
8) Diskusi dan evaluasi
9) Kesimpulan.

Berdasarkan uruaian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar


menggunakan media pewayangan dapat meningkatkan minat belajar dan mampu
memperluas kosa-kata bahasa jawa tentang materi membaca teks naratif tentang budaya
dengan lafal dan intonasi yang benar sehingga meningkatkan minat belajar dan hasil
belajar peserta didik.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Terhadap peningkatan minat belajar pada peserta didik kelas III SD


Muhammadiyah Pandes Yogyakarta dalam mata pelajaran bahasa jawa dengan
menggunakan media pewayangan.
2. Terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik kelas III Muhammadiyah Pandes
Yogyakarta dalam mata pelajaran bahasa jawa dengan menggunakan media
pewayangan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Devi, Anggit Shita, and Siti Maisaroh. "Pengembangan media pembelajaran buku pop-up
wayang tokoh Pandhawa pada mata pelajaran bahasa jawa kelas V SD." Jurnal PGSD
Indonesia 3.2 (2017): 1-16.

Arafik, Muh, and Rumidjan Rumidjan. "Profil pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa di
sekolah dasar." Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan 25.1 (2017): 55-
61.

Badin, Paulus Pati, and Maria Goreti Rini Kristiantari. "Pengembangan Media Wayang Karton
pada Muatan Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD." Jurnal Ilmiah Pendidikan
Profesi Guru 4.2 (2021): 299-307.

Mutangalimah, Mutangalimah. Pengaruh Metode Demonstrasi Dengan Media Wayang Kartun


Terhadap Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita (Penelitian pada Siswa Kelas
II SDN 1 Plunjaran Wadaslintang Wonosobo). Diss. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Magelang, 2020.

Haryati, Nanik. 2015. “Hubungan Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas V Sd Se-Gugus Wonokerto Turi Sleman Tahun Ajaran 2014/2015”. Yogyakarta:
Skripsi Prodi Pra Sekolah dan Sekolah Dasar UNY.

Falah, Bintari Nur, and Siti Fatimah. "Pengaruh gaya belajar dan minat belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa." Euclid 6.1 (2019): 25-34.

Muliani, Rina Dwi Muliani Rina Dwi, and Arusman Arusman. "Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar peserta didik." Jurnal Riset Dan Pengabdian
Masyarakat 2.2 (2022): 133-139.

Akrim, Akrim. "Strategi Peningkatan Daya Minat Belajar Siswa (Belajar Pai Mencetak
Karakter Siswa)." Aksaqila Jabfung (2022).

Arafik, M. &Rumidjan, R. (2016).‘Profil Pembelajaran Unggah-Ungguh Bahasa Jawa


Di Sekolah Dasar’, Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan. Doi:
10.17977/Um009v25i12016p055

Dewi, Nufitriani Kartika, and Elina Intan Apriliani. "Pembiasaan Penggunaan Bahasa Jawa
pada Anak Usia Dini di PAUD Al-Falah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

17
Semarang." Indonesian Journal of Early Childhood: Jurnal Dunia Anak Usia Dini 1.2
(2019): 84-91.

Saiputri, A. L. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran wayang pada Materi terhadapa


Jenisjenis Pekerjaan Siswa Kelas III SDN Ngadirejo 2 Kediri Tahun Ajaran
2016/2017. SimkiPedagogia 1(06).

Haryanto, S. (1988). Pratiwimba Adhiluhung. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Nasrullah, Ruli. (2014). Melalui Wayang: Pesan Anti Korupsi dilakukan. INTEGRITO Vol.
88/Maret-April 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai