SD MUHAMMADIYAH PANDES
Oleh
2000005295
2023
DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kesehatan,
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis diberikan nikmat, kesehatan dan kemudahan dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas dengan baik yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Jawa Melalui Media Pewayangan Pada Peserta Didik
Kelas 3 Sd Muhammadiyah Pandes”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
patutlah kiranya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Laila Fatmawati, M.Pd yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
penyelesaian tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
2. Bapak/Ibu Guru Sekolah Dasar Muhammadiyah Pandes yang telah mendukung penulis
dalam penyusunan karya tulis ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulisan karya tulis ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
yang selayaknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyusunan karya tulis ini masih terdapat kekurangan-kekurangan sehingga sudilah kiranya
apabila ada yang memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan mendatang.
Penulis menyadari penulisan PTK ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu keritik dan saran yang membangun sangatlah
penulis harapkan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan pada penulisan PTK selanjutnya.
Penulis,
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, yang kemudian mendapat awalan me-
sehingga menjadi “mendidik”, yang artinya ialah memberi latihan. Sedangkan dalam
bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) yang artinya
memberi peningkatan (to elicit, to give rise to) dan mengembangkan (to evolve, to develop).
Artinya adalah proses untuk memperoleh pengetahuan. Maka dari artian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan ialah proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai kebutuhan dengan
menggunakan metode-metode tertentu.
Keberadaan guru dan peserta didik dalam dunia pendidikan menjadi dua faktor yang
penting karena di antara keduanya memiliki hubungan yang saling terikat. Kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh cara mengajar guru, begitu juga sebaliknya, peran guru
ditentukan oleh keadaan dan minat belajar peserta didik. Pentingnya minat belajar bagi
peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran merujuk pada peran guru dalam
meningkatkan minat belajar peserta didik itu sendiri. Dimana guru mampu memberikan
kenyamanan dan kesenangan dalam melangsungkan proses belajar mengajar sehingga
peserta didik merasa lebih nyaman dan senang dalam belajar, sehingga kemudian minat
belajar peserta didik akan meningkat.
1
Guru harus mampu mendorong para peserta didik untuk menumbuhkan motivasi
pada dirinya karena hasil belajar akan optimal apabila ada motivasi yang tepat. Persoalan
motivasi ini dapat dikaitkan dengan minat, oleh karena itu guru harus tahu bagaimana cara
untuk menciptakan kondisi belajar tertentu agar peserta didik ingin terus belajar. Pada
dasarnya, minat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak
akan berkembang secara optimal tanpa adanya bantuan dari guru.
Selain itu, tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orangtua kedua bagi peserta didiknya. Pelajaran apapun diberikan,
hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Terlebih pada guru
SD Muhammadiyah Pandes yang masih dipercaya mampu memberikan nilai-nilai moral,
nilai-nilai karakter pada peserta didik sesuai dengan kebudayaan Jawa, dimana banyak
mengajarkan tentang tata bahasa, sopan-santun atau unggah- ungguh, serta sebagai salah
satu cara melestarikan budaya lokal agar tidak hilang seiring dengan berkembangnya
budaya asing.
Masyarakat Jawa memiliki bahasa daerah yakni bahasa Jawa yang memiliki
kedudukan sebagai salah satu ciri khas kearifan lokal (local wisdom) dan sebagai sarana
berkomunikasi antar anggota masyarakat Jawa. Bahasa Jawa sarat akan nilai-nilai
tatakrama memberikan sumbangan terhadap pembentukan kepribadian bangsa.
Pembelajaran muatan lokal bahasa, sastra, dan budaya Jawa diarahkan agar peserta didik
memiliki kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
Baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra
dan budaya Jawa.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 23 maret
2023 SD Muhammadiyah Pandes, terdapat kendala atau kesulitan dalam pelaksanaan yang
2
dihadapi oleh guru maupun peserta didik dalam mengetahui konsep pembeleajaran bahasa
jawa, yang merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal. Selama ini guru dalam
pembelajaran Bahasa Jawa hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan kepada
siswa, jadi guru belum menerapkan pembelajaran yang mana dalam pembelajaran tersebut
siswa merasa tertarik, asyik dan bekerja dengan media. Namun, meskipun begitu pihak
sekolah selalu berupaya untuk terus mengembangkan metode belajar yang cocok untuk
pembelajaran bahasa Jawa agar peserta didik mudah untuk mempelajarinya. Untuk
mendapatkan suatu hasil belajar optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen
belajar-mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang
diterapkan, media yang digunakan dan lain-lain. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya dengan memilih
strategi atau cara dalam menyampaikan materi agar diperoleh peningkatan hasil belajar
peserta didik khususnya pelajaran Bahasa Jawa.Selain itu juga agar peserta didik mampu
bersaing secara akademis dalam bidang bahasa Jawa seperti debat dan pidato bahasa Jawa.
3
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran guru
dalam meningkatkan minat belajar bahasa Jawa pada peserta didik di SD Muhammadiyah
Pandes dikarenakan adanya fenomena dimana bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dianggap
sedikit sulit dan tidak begitu diminati ataupun disenangi oleh peserta didik. Dalam hal ini
peneliti memilih salah satu kegiatan yang menyenangkan untuk meningkatkan minat
berbahasa Jawa peserta didik, yaitu dengan menggunakan media wayang. Media wayang
ini dipilih karena mudah digunakan dan lebih dekat dengan budaya Jawa. (Daryanto, 2011)
mengatakan penggunaan media model (wayang) agar lebih efektif yaitu: (a) merumuskan
tujuan pengajaran, (b) media dapat terlihat jelas oleh siswa, (c) lebih banyak mementingkan
gerak dari pada verbal, (d) dimainkan sekitar 10-15 menit, (e) diselingi dengan nyanyian,
(f) diikuti dengan tanya jawab, (g) siswa diberi peluang memainkannya. Dengan
penggunaan media wayang diharapkan dapat meningkatkan minat dan pembelajaran
Bahasa Jawa.
B. Identifikasi Masalah
C. Batas Masalah
D. Rumusan Masalah
4
1. Bagaimana upaya Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Jawa Pada Peserta Didik
Kelas 3 SD Muhammadiyah Pandes ?
2. Bagaimana penerapan media pembelajaran pewayangan dalam mata pelajaran
Bahasa Jawa di kelas 3 SD Muhammadiyah Pandes?
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahuan terutama penggunaan media pewayangan yang diterapkan dalam mata
pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1. Memberikan pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajaran
secara efektif sesuai karakteristik peserta didik
2. Memberikan informasi guru agar dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran selalu bervariasi salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran Bahasa Jawa
b. Bagi Peserta Didik
1. Membantu peserta didik agar lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran.
2. Membantu peserta didik supaya mudah memahami materi dengan adanya
model pembelajaran yang bervariasi yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran
c. Bagi Penelitian
Menambah pengetahuan, keterampilan, wawasan guna menjadi bekal
untuk menjadi guru kelak nanti dan dapat merencanakan proses pembelajaran
yang bervariasi khususnya dengan menerapkan media pembelajaran Bahasa
5
Jawa, sehingga proses pembelajaran di sekolah mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal.
G. Definisi Operational
Minat adalah suatu keadaan atau kecenderungan yang tetap untuk tertarik,
mengenang dan memperhatikan terhadap suatu rasa, bidang, aktivitas atau kegiatan
dengan keinginan untuk mengetahui dan memperhatikan disertai dengan perasaan
senang dan konsisten. Minat dapat menimbulkan semangat dalam melakukan
kegiatan agar tujuan dari pada kegiatan tersebut dapat tercapai. Bahasa Jawa
merupakan Bahasa daerah yang menerapkan falsafah tumata, yang artinya menata
dan menempatkan lawan bicara pada tempat yang semestinya sesuai dengan strata
sosial yang dimililki.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku yang biasaanya terlihat dalam
perubahan kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan dan kemampuan dalam
megikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Hasil belajar mengakibatkan dapat dilihat dari
dua ranah yaitu kognitif dan efektif. Ranah kognitif diukur melalui tes yang
diberikan oleh guru setelah mengikuti proses pembelajaran Bahasa Jawa untuk
mengetahui pemahaman peserta didik hingga dapat mengetahui perolehan hasil
belajar peserta didik. Sedangkan ranah efektif untuk mengetahui perkembangan
sosial-individu peserta didik.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Minat belajar mempunyai peran yang sangat besar terhadap pelajar karena
minat belajar ini merupakan salah satu kunci keaktifan seorang pelajar dengan ada
minat belajar yang tinggi maka pelajar tersebut akan memiliki keaktifan yang
berasal dari dalam diri nya sendiri. Sehingga dengan adanya minat belajar
mempengaruhi hasil belajar dan prosesnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
di lakukan menyatakan bahwa, jika seseorang mempunyai minat belajar yang tinggi
maka akan dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik sehingga
menghasilkan hasil yang terbaik juga dalam proses belajarnya
7
akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Ia akan rajin
belajar dan terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang
tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan tanpa ada
beban dalam dirinya. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa
seseorang terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan
mengesampingkan hal lain dari pada itu. Jadi siswa akan mempunyai perhatian
dalam belajar, jika jiwa dan pikirannya terfokus dengan apa yang ia pelajari.
Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan secara sadar
untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku yang terarah demi
pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi interaksi belajar.
c. Jenis-jenis minat belajar
8
Reid (2005 :92) mengatakan bahwa siswa yang mempunyai minat
belajar auditori akan mempunyai kelebihan dalam mendengarkan dan
berbicara dengan guru. Mereka lebih suka guru mengajar dengan media
audio. Informasi yang berupa tulisan terkadang lebih sulit dipahami dan
dicerna. Siswa yang mempunyai minat belajar auditori dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
3. Minat belajar Kinestetik
Suparman (2010:69) mengemukakan minat belajar kinestetik biasanya
disebut juga minat belajar gerak. Artinya, siswa biasanya menyukai belajar
dengan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses belajar untuk
memahami sesuatu. Siswa yang mempunyai minat belajar kinestetik pada
umumnya tidak menyukai duduk diam berlama- lama karena mereka
mempunyai keinginan untuk beraktivitas dan bereksplorasi.
d. Faktor-faktor minat belajar Sekolah Dasar
9
Faktor terakhir yang dapat terminat nya belajar siswa adalah penguatan.
Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan
kemungkinan respon. Penguatan dapat berupa nilai tes tinggi, pujian,
penghargaan sosial, dan perhatian. Penguatan dapat berupa penguatan positif
dan penguatan negatif. Penguatan positif dapat meningkatkan perilaku.
Penguatan negatif merupakan stimulus aversif (perasan tidak setuju yang
disertai dorongan untuk menahan diri) atau peristiwa yang harus diganti atau
dikurangi intensitasnya. Perhatian orang tua termasuk penguatan positif yang
dapat meningkatkan perilaku atau minat belajar.
10
4) Tahap operasional formal (11-15 tahun)
Menurut Havighurst (Desmita,2014:35-36) tugas perkembangan anak usia
sekolah dasar meliputi; 1) menguasai keterampilan fisik 2) membina hidup sehat 3)
belajar bergaul dan bekerja kelompok. 4) belajar menjalankan peranan sosial sesuai
dengan jenis kelamin. 5) belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu
beradaptasi dengan masyarakat. 6) memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan
agar berpikir efektif. 7) mengembangkan kata hati, moral,dan nilai-nilai,dan 8)
mencapai kemandirian pribadi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, siswa
kelas V sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Pada saat ini anak
dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa peristiwa yang konkrit dan mampu
mengklasifikasi benda atau bentuk yang berbeda. Siswa lebih memiliki perhatian
pada lingkungan yang terjadi pada kehidupan sehari-sehari yang secara nyata. Pada
siswa SD, guru mampu memahami perilaku siswa untuk menerapkan media yang
sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran.
3. Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan secara
khusus di lingkungan etnis Jawa.Bahasa ini merupakan bahasa pergaulan, yang
digunakan untuk berinteraksi antarindividu dan memungkinkan terjadinya
komunikasi dan perpindahan informasi sehingga tidak ada individu yang
ketinggalan zaman. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa
memiliki fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas
daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.Oleh
karena itu, generasi muda suku Jawa sudah sepantasnya melestarikan bahasa Jawa
demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa Jawa di Pulau Jawa.
Bahasa Jawa di sekolah dasar menjadi salah satu dari kurikulum muatan
lokal yang mencakup standar kompetensi mendengarkan, berbicara, menulis,
dan apresiasi sastra. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan masyarakat di
pulau jawakhususnya. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah
yang beragam dan di dalamnya memiliki tingkatan –tingkatan bahasa atau
unggah –ungguh basa. Tujuan dari bahasa Jawa Itu sendiri agar
parasiswamenghargai, membanggakan serta mencintai bahasa Jawa sebagai
bahasa daerah mereka dan berkewajiban menjaga keaslian dari bahasa jawa
tersebut(Arafik &Rumidjan, 2016).
11
Bahasa Jawa memiliki unggah-ungguh atau tingkat tutur sebagai ciri khas yang
membedakan bahasa Jawa dengan bahasa daerah lain. Unggah - ungguh bahasa
Jawa merupakan kaidah yang ada pada masyarakat Jawa dalam bertutur kata atau
bertingkah laku dengan memperhatikan penutur dan lawan tutur serta melihat
situasi dengan tujuan menjaga kesopansantunan untuk saling menghormati serta
menghargai orang lain.
4. Media Pewayangan
Wayang merupakan salah satu kesenian yang ada di Indonesia yang harus
dikembangkan (Saiputri, A. L., 2017). Pratama, D (2015) juga menyatakan dalam
artikelnya bahwa salah satu produk budaya yang tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan masyarakat dan lingkungannya adalah wayang. Pada dasarnya
masyarakat mengenal wayang merupakan budaya lokal masyarakat Jawa namun
saat ini semakin sedikit masyarakat modern yang mengenal wayang. Menurut
Widiyanto (2017), budaya lokal itu merupakan suatu ciri khas dari masyarakat
setempat. Budaya tersebut menjadi ciri khusus yang dimiliki suatu kelompok
masyarakat seperti rumah joglo, keris dan tentu saja wayang dan sebagainya.
Wayang kadang diartikan sebagai tiruan orang, benda bernyawa, dan benda lainnya
yang terbuat dari pahatan kulit binatang, kayu, kertas, dan rumput yang digunakan
untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional yang diperankan
dalang. Menurut jenisnya, wayang dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok
(S. Haryanto, 1988: 4) yaitu : wayang beber, wayang purwa, wayang madya, 4)
wayang gedog, wayang menak, wayang babad, wayang modern, dan wayang
topeng.
Media pewayang merupakan salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia
yang telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2008. Ruli Nasrullah (2014: 21)
mengatakan bahwa wayang merupakan media pendidikan asli Indonesia. Pada
zaman dahulu, fungsi wayang adalah sebagai alat dakwah dan sebagai alat
pendidikan (Alit Widiastuti, 1985: 7).
Media pewayang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dari wayang modern yang bentuknya dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan. Wayang ini menggunakan bahan karton atau kardus yang
ditempeli atau digambari tokoh cerita. Gambar tokoh yang ada dalam cerita
ditempelkan atau digambar diatas karton atau kardus kemudian dibentuk sesuai
dengan gambar tokoh dalam cerita dan diberi tangkai atau gagang bambu untuk
12
menggerakkannnya. Media pewayang yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan media wayang yang berbentuk manusia, dan lambang dasar negara
sebagai tokoh cerita.
C. Kerangka Berpikir
15
bahasa jawa yang sudah ditentukan dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Media dapat dilihat dengan jelas oleh siswa
3) Guru memainkan wayang
4) Guru dalam menggunakan media wayang lebih banyak mementingkan verbal
atau kosa kata dari pada gerak
5) Pembelajaran diselingi dengan nyanyian
6) Memberi peluang pada siswa untuk memainkan wayang
7) Bertanya jawab dengan siswa
8) Diskusi dan evaluasi
9) Kesimpulan.
D. Hipotesis Tindakan
16
DAFTAR PUSTAKA
Devi, Anggit Shita, and Siti Maisaroh. "Pengembangan media pembelajaran buku pop-up
wayang tokoh Pandhawa pada mata pelajaran bahasa jawa kelas V SD." Jurnal PGSD
Indonesia 3.2 (2017): 1-16.
Arafik, Muh, and Rumidjan Rumidjan. "Profil pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa di
sekolah dasar." Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan 25.1 (2017): 55-
61.
Badin, Paulus Pati, and Maria Goreti Rini Kristiantari. "Pengembangan Media Wayang Karton
pada Muatan Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD." Jurnal Ilmiah Pendidikan
Profesi Guru 4.2 (2021): 299-307.
Haryati, Nanik. 2015. “Hubungan Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas V Sd Se-Gugus Wonokerto Turi Sleman Tahun Ajaran 2014/2015”. Yogyakarta:
Skripsi Prodi Pra Sekolah dan Sekolah Dasar UNY.
Falah, Bintari Nur, and Siti Fatimah. "Pengaruh gaya belajar dan minat belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa." Euclid 6.1 (2019): 25-34.
Muliani, Rina Dwi Muliani Rina Dwi, and Arusman Arusman. "Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar peserta didik." Jurnal Riset Dan Pengabdian
Masyarakat 2.2 (2022): 133-139.
Akrim, Akrim. "Strategi Peningkatan Daya Minat Belajar Siswa (Belajar Pai Mencetak
Karakter Siswa)." Aksaqila Jabfung (2022).
Dewi, Nufitriani Kartika, and Elina Intan Apriliani. "Pembiasaan Penggunaan Bahasa Jawa
pada Anak Usia Dini di PAUD Al-Falah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
17
Semarang." Indonesian Journal of Early Childhood: Jurnal Dunia Anak Usia Dini 1.2
(2019): 84-91.
Nasrullah, Ruli. (2014). Melalui Wayang: Pesan Anti Korupsi dilakukan. INTEGRITO Vol.
88/Maret-April 2014.
18