Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG


MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS
IV SD NEGERI 1 MELINGGIH KELOD

NI WAYAN WERNITI SAPUTRI

NIM: 2011031081

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha

Esa, hanya atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, proposal yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menyimak Dongeng Menggunakan Media Wayang Pada Siswa Kelas IV SD

Negeri 1 Melinggih Kelod”, tersusunya karya tulis ini bukanlah pemikiran sendiri, akan tetapi

berkat dan dukungan berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis

mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si. Rektor Universitas Hindu Negeri I Gusti

Bagus Sugriwa Denpasar, yang telah memberikan fasilitas yang baik selama

menempuh perkuliahan di UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

2. Dr. Drs. Made Redana, M.Si. Dekan Fakulas Dharma Acarya, yang memberikan

kelancaran terkait administrasi selama menempuh perkuliahan di Fakultas Dharma

Acarya Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

3. Dra. Luh Dewi Pusparini, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Dharma Acarya, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta

pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

4. Kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, dan doa, sehingga

proposal ini terselesaikan dengan baik.

Proposal ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

yang ada pada penulis, sehingga kritik dan saran yang konstruktif guna kesempurnaan proposal

ini sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang

Maha Esa, selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

penyelesaian proposal ini.

Om Santih, Santih, Santih, Om

i
Payangan, 13 Juni 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN KATA PENGANTAR.................................................................................. i


HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................................4
1.4.1. Manfaat Teoritis ...........................................................................................5
1.4.2. Manfaat Praktis .............................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS.............................................................6
2.1. Landasan Teori.........................................................................................................6
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan....................................................................15
2.3. Kerangka Berpikir .................................................................................................18
2.4. Hipotesis Tindakan ...............................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................21

3.1. Rancangan Penelitian ............................................................................................21


3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................................23
3.3. Subjek Penelitian ..................................................................................................23
3.4. Kriteria Keberhasilan Penelitian ..........................................................................24
3.5. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................25
3.5.1. Teknik Tes .................................................................................................25
3.5.2. Teknik Nontes ............................................................................................25
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................................................28
3.6.1. Data Kualitatif ............................................................................................38
3.6.2. Data Kuantitatif ..........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangatlah penting di dalam kehidupan manusia. Tujuan pendidikan pada dasarnya

mewujudkan para peserta didik menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik moral

maupun sosial agar dapat mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Untuk meningkatkan

kualitas pendidikan seperti yang tercantum dalam UUD 1945 bahwa tujuan bangsa Indonesia salah

satunya sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dibuatlah Undang-Undang dan

Peraturan Menteri yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagaimana dalam UU No.20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara” (Mendiknas, 2007: 8).

Mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar

bahasa, belajar berkomunikasi, dan belajar sastra artinya belajar menghargai manusia dan nilai-

nilai kemanusiannya. Sehingga pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan

kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai hasil karya

bangsa Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek menyimak,

berbicara, membaca dan menulis.

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang paling mendasar, hal itu disebabkan

karena keterampilan menyimak merupakan keterampilan awal dalam belajar bahasa. Aktivitas

1
menyimak, baik di masyarakat maupun di sekolah lebih tinggi frekuensinya dibandingkan dengan

aktivitas berbahasa yang lain. Hal itu disebabkan budaya yang ada pada masyarakat sejak dulu

hingga sekarang, yaitu budaya menyimak dongeng.

Pada umumnya materi simak merupakan materi yang bersifat abstrak, karena materi itu hanya

disampaikan secara lisan. Sebagai contohnya, adalah karakter tokoh, perilaku tokoh, setting, dan

lain sebagainya. Akibat dari keabstrakan tersebut peserta didik mengalami kesulitan

memahaminya. Hal itu mengingat usia anak kelas IV secara umum berada pada tahap operasional

kongkret.

Di sisi lain, pelaksanaan pembelajaran menyimak di SD kurang memadai. Hal itu terjadi

karena bermacam-macam faktor. Faktor penyebab dari hal tersebut salah satunya adalah guru.

Sangat dimungkinkan guru kurang mampu melaksanakan pembelajaran menyimak dengan baik.

Bahkan guru tidak memanfaatkan media dengan baik. Hal itu berdampak pada kurangnya

kemampuan menyimak peserta didik terhadap bahan simak. Selain itu, guru menganggap bahwa

keterampilan menyimak akan dikuasai dengan sendirinya oleh peserta didik apabila keterampilan

bahasa yang lain sudah berjalan dan diterapkan dengan baik.

Upaya yang dapat dilaksanakan dalam mengatasi rendahnya nilai peserta didik dalam

menyimak dongeng yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang

dipakai yaitu media wayang. Dimana wayang merupakan salah satu bentuk seni tradisional

Indonesia yang memiliki kekayaan budaya lokal. Dalam konteks penelitian di lokasi tersebut,

penggunaan media wayang dapat membantu siswa untuk lebih mengenal dan memahami kekayaan

budaya tradisional Indonesia yang merupakan bagian penting dari identitas lokal mereka. Hal ini

dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya sendiri dan mengembangkan rasa cinta

terhadap warisan budaya mereka. Selain itu wayang memiliki daya tarik visual yang kuat. Boneka

2
wayang yang berwarna-warni dan dilengkapi dengan tata lampu dan musik tradisional dapat

menarik perhatian siswa secara visual. Penggunaan media wayang dapat membantu menciptakan

suasana yang menarik dan memikat dalam kelas, sehingga siswa lebih tertarik dan terlibat dalam

kegiatan menyimak dongeng dan pertunjukan wayang melibatkan penggunaan berbagai indera,

seperti pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Siswa dapat merasakan irama musik, melihat

gerakan boneka wayang, dan merasakan emosi yang diungkapkan dalam cerita. Hal ini

memberikan pengalaman sensorik yang kaya dan merangsang imajinasi siswa. Penggunaan media

wayang dapat membantu siswa dalam membangun gambaran mental yang lebih hidup dan

mendalam saat mereka menyimak dongeng.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

Bagaimanakah media wayang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia aspek

menyimak dongeng pada siswa kelas IV SD Negeri Melinggih Kelod? Adapun rumusan masalah

tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1) Apakah media wayang dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran bahasa

Indonesia pada aspek menyimak dongeng?

2) Apakah media wayang dapat meningkatkan aktivitas Siswa dalam mengelola pembelajaran

bahasa Indonesia pada aspek menyimak dongeng?

3) Apakah media wayang dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran menyimak

dongeng?

3
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian merupakan hal yang melandasi suatu karya ilmiah agar mampu mencapai

tujuan yang ingin dicapai dan suatu karya ilmiah yang dikerjakan dapat bermanfaat bagi yang

membaca serta tujuan penelitian dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu kegiatan

yang bersifat ilmiah. Setiap pelaksanaan penelitian ilmiah mempunyai tujuan yang ingin dicapai

dengan memberikan arahan dan sasaran yang tepat pada langkah-langkah yang ditempuh. Semakin

jelas rumusan tujuannnya, maka semakin mudah untuk mencapai tujuan dari penelitian tersebut,

adapun tujuan penelitian ini terdapat dua hal yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah: meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa

Indonesia aspek menyimak dongeng dengan media wayang pada siswa kelas IV SD Negeri 1

Melinggih Kelod.

Sedangkan tujuan khususnya yakni:

1) Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menyimak

dongeng dengan media wayang.

2) Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengelola pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek

menyimak dongeng dengan media wayang.

3) Meningkatkan hasil belajar menyimak dongeng siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

dengan media wayang.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan nilai guna dari suatu kegiatan penelitian. Melalui pelaksanaan

penelitian ini diharapkan hasil-hasilnya dapat memberikan sebuah manfaat, baik secara teoritis

maupun secara praktis, yang di sampaikan sebagai berikut:

4
1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian yang diproleh dimana nantinya bisa dijadikan sebuah informasi maupun

memberikan ilmu pengetahuan sesuai dari pengamatan langsung serta dapat memahami

bagaimana manfaat media wayang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia

pada aspek menyimak dongeng di SD Negeri 1 Melinggih Kelod.

1.4.2. Manfaat Praktis

1) Bagi siswa

Memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran menyimak, menciptakan

pengalaman belajar siswa yang menyenangkan, memberikan kemudahan bagi siswa untuk

belajar menyimak, dan melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan menyimak.

2) Bagi guru

Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi dan memperbaiki pembelajaran

yang sudah berlangsung, membantu guru untuk menyelesaikan masalah-masalah

pembelajaran, dan menambah wawasan dalam memilih media pembelajaran.

3) Bagi sekolah

Digunakan untuk memotivasi guru lain dalam hal perbaikan pembelajaran dan

menumbuhkan kerjasama antar guru untuk memperbaiki mutu pendidikan secara

berkelanjutan.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Keterampilan Menyimak

Terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa dengan baik dan benar

yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa

tersebut, salah satunya yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu keterampilan

menyimak. Karena pada umumnya pengetahuan diperoleh melalui keterampilan menyimak.

2.1.1.1 Pengertian Menyimak

Menyimak menurut Tarigan dalam Mulyati (2013: 3.4) bahwa yaitu suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta

interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi

yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sejalan dengan Sabarti

dalam Dhien (2007: 4.6) mengemukakan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara

aktif dan kreatif utuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

komunikasi yang disampaikan secara lisan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa keterampilan menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk

memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah

disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh

perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap,

serta memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa

6
lisan (Tarigan, 2018). Keterampilan menyimak yang baik sangat penting dimiliki oleh setiap siswa,

karena dengan keterampilan menyimak akan mempermudah siswa dalam menguasai tiga

keterampilan berbahasa yang lain dan mempermudah memahami setiap mata pelajaran yang

diajarkan. Di sisi lain, keterampilan menyimak terlibat dalam proses pengembangan bersosial

siswa.

Dari definisi di atas maka menyimak adalah aktivitas yang penuh perhatian untuk memperoleh

makna dari sesuatu yang kita dengar.

2.1.1.2 Tujuan Menyimak

Menyimak merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sering kita lakukan dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan demikian, menyimak memiliki beberapa tujuan, di antaranya:

1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh

pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.

2) Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada

penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau

dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).

3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat

menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis,

dan lain-lain).

4) Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si

penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan

cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).

7
5) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu

masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak; dengan perkataan lain,

dia menyimak secara persuasif.

6) Menyimak untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan struktur kata lisan.

7) Menyimak untuk menemukan dan memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata, atau ide-ide

baru kepada penyimak.

8) Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide pokok dan menanggapinya

secara tepat.

9) Menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik atau kalimat penunjuk.

2.1.1.3 Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar

Menyimak mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah

dasar. Sebab kemampuan menyimak yang baik dan benar merupakan kondisi awal untuk

menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Adapun tujuan utama pengajaran bahasa yakni supaya

peserta didik terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara,

terampil membaca, dan terampil menulis.

Kemampuan menyimak anak-anak di sekolah dasar dapat kita ketahui sebagai berikut.

1) Anak-anak akan mampu menyimak dengan baik bila suatu cerita dibacakan dengan

nyaring.

2) Anak-anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik bila seseorang pembicara

menceritakan suatu pengalaman.

3) Anak-anak dapat menyimak serta menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan

dengan jelas.

4) Anak-anak mampu menyimak dan menangkap ide-ide yang terdapat dalam ujaran atau

8
pembicara.

Dalam mengembangkan kemampuan menyimak erat hubungannya dengan keterampilan

berbicara. Khususnya dalam menceritakan kembali cerita atau dongeng dari yang disimak. Siswa

harus memperhatikan beberapa aspek seperti ketepatan pemilihan kata saat bercerita, ketepatan

penyusunan kalimat saat bercerita dan sikap, mimik, gesture siswa saat bercerita. Dapat diketahui

bahwa kegiatan menyimak ini perlu dikembangkan dan dibina sedini mungkin untuk para siswa

agar kemampuan menyimak siswa dapat meningkat.

2.1.2. Dongeng atau Cerita Anak

Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi, hasil sastra lisan yang sudah

dikenal sejak zaman dahulu dan disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut tanpa

diketahui siapa pengarangnya (anonim). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi

ketiga (Depdiknas, 2003:274), dongeng ialah cerita yang tidak benar-benar terjadi atau ada,

terutama mengenai peristiwa jaman dahulu yang di luar nalar. Sedangkan menurut Santosa

(1995:85) dongeng ialah cerita khayal yang didalamnya fantasi berperan bebas, dan tidak terpaku

dengan latar belakang sejarah dan kearifan lokal.

Menurut Danandjaya (1994:83) dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun

banyak juga yang mengisahkan kebenaran, juga terdapat pesan moral atau sindiran mengenai

kehidupan dunia. Secara singkat Suroto (1989:11) menyatakan bahwa dongeng ialah cerita yang

bersifat khayal atau rekaan.

Menurut Rosidatun (2018:92) mengungkapkan bahwa dongeng adalah suatu kisah yang

dihasilkan dari pemikiranpemikiran fiktif, kreatif, dan dari kisah nyata, kemudian menjadi suatu

alur cerita yang berisikan pesan moral yang berguna untuk kehidupan dengan alam dan mahkluk

lainnya.

9
Dari pengertian-pengertian dongeng yang telah diungkapkan, dapat diambil kesimpulan

bahwa dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dihasilkan dari pemikiran fiktif, kreatif, bersifat

rekaan atau khayal, dan bisa juga diangkat dari kisah nyata yang didalamnya fantasi, tetapi

mengandung hiburan, pesan moral, sindiran, dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.

Di dalam sebuah cerita selalu terdapat unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat

ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur instrinsik tersebut yaitu:

1) Tema

Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau

tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu

yang menjadi pokok masalah dalam cerita.

2) Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang

melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu

dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang

terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit

yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang

berhubungan dengan gagasan utama cerita.

3) Tokoh

Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa

atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia,

namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dapat dibedakan

menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang

banyak mengalami peristiwa dalam cerita.

10
4) Latar (setting)

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,

ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita.

Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi anak. Manfaat-manfaat dongeng dijelaskan sebagai

berikut.

1) Mengajarkan budi pekerti pada anak Banyak cerita dongeng yang dapat memberikan

teladan bagi anak serta mengandung budi pekerti, misalnya cerita tentang si kancil anak

nakal, tentang perlombaan antara siput dan kelinci, tentang si kerundung merah, dan masih

banyak lagi. Setiap cerita dongeng anak-anak selalu memiliki tujuan baik yang

diperuntukan untuk si kecil. Untuk itu, jika si kecil sulit mengerti tentang apa itu budi

pekerti, pendidik dapat menjelaskannya dengan menggunakan perumpamaan dari sebuah

dongeng.

2) Membiasakan budaya membaca Kebanyakan anak-anak yang gemar membaca biasanya

dikarenakan orangtuanya sering membiasakan budaya membaca padanya sejak masih

kecil. Salah satu cara memperkenalkan budaya membaca pada anak sejak kecil adalah

dengan membacakannya banyak cerita seperti membacakan dongeng sebelum tidur. Ketika

pendidik biasa membacakan anak banyak buku cerita, anak makin lama akan tertarik untuk

belajar membacanya sendiri sejak kecil. Dengan begitu, anak akan menjadi gemar

membaca sejak kecil, dan ketika anak membiasakan budaya membaca, hal ini dapat

membantunya menjadi lebih pintar di sekolah.

3) Mengembangkan imajinasi Cerita dalam sebuah dongeng bagi anak terkadang memiliki

cerita yang di luar logika orang dewasa. Meskipun demikan, cerita-cerita seperti itulah

yang dapat membantu anak untuk meningkatkan daya imajinasinya. Walaupun terlihat

11
berlebihan, cerita ini bertujuan untuk membuat anak dapat meningkatkan daya kreasinya.

Biasanya, anak yang memiliki imajinasi yang tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar

sehingga dia akan lebih cepat berkembang.

Membacakan dongeng pada anak dapat mengasah kreativitas dan minat anak dalam membaca.

Selain itu, anak juga bisa belajar nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita. Jika kebiasaan baik

seperti ini terus diterapkan, maka akan memberikan manfaat positif bagi tumbuh kembang mental

anak, bahkan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupannya di masa depan.

Dongeng atau cerita anak merupakan hasil karya berdasarkan rekayasa imajinatif, cerita

rekaan, tidak nyata, tidak benar-benar terjadi namun mempunyai pesan moral dibalik kisah yang

diceritakan.

2.1.3. Media Pembelajaran Wayang

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat digunakan sebagai

penyampai pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media merupakan sesuatu yang bersifat

meyakinkan pesan dan dapat merangsang pukiran, perasaan, dan kemauan audiens atau siswa

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa tersebut. Media merupakan

bagian yang melekat atau tidak terpisahkan dari proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Media berfungsi dan berperan mengatur hubungan efektif guru dan siswa dalam

proses pembelajaran.

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen sumber belajar yang mengandung

materi instruksional di lingkungan siswa yang memotivasi siswa untuk belajar. Sumber belajar

terdiri atas sumber-sumber yang mendukung proses pembelajaran siswa termasuk sistem

12
penunjang, materi, dan lingkungan pembelajaran. Sumber belajar mencakup segala yang tersedia

untuk membantu individu belajar dan menunjukkan kemampuan dan kompetensinya.

Terdapat banyak jenis media pembelajaran yang digunakan guru dalam usaha

mengoptimalkan hasil belajar siswa. Di antaranya adalah media audiovisual, media visual, flash

card, gambar berseri, puzzle, foto, komik, manipulasi, boneka, wayang, dll. Salah satu media

pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menyimak dongeng

adalah media wayang.

Wayang dijadikan sebagai media pembelajaran karena media ini sangat menarik dan mudah

dalam pembuatannya. Terutama dalam kegiatan menyimak dongeng, dengan wayang kartun cerita

yang dibacakan akan lebih menarik sebab alur ceritanya seperti pementasan dalam panggung

wayang. Selain itu penggunaan wayang kartun sangatlah praktis dan mudah untuk dipahami siswa,

serta dapat dimainkan oleh siapapun juga.

Dimana wayang merupakan salah satu bentuk seni tradisional Indonesia yang memiliki

kekayaan budaya lokal. Dalam konteks penelitian di lokasi tersebut, penggunaan media wayang

dapat membantu siswa untuk lebih mengenal dan memahami kekayaan budaya tradisional

Indonesia yang merupakan bagian penting dari identitas lokal mereka. Hal ini dapat meningkatkan

apresiasi siswa terhadap budaya sendiri dan mengembangkan rasa cinta terhadap warisan budaya

mereka. Selain itu wayang memiliki daya tarik visual yang kuat. Penggunaan media wayang

sebagai media pembelajaran sangat berarti untuk menunjang keberhasilan suatu proses

pembelajaran agar mendapatkan hasil yang optimal.

2.1.4. Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu model

CTL. Model kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar

13
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak

“bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”.

Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa,

tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi

pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,

apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa

apa yang dipelajari akan berguna bagi hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar

lebih semangat dan penuh kesadaran.

Penggunaan media wayang peserta didik dapat mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-

hari. Media wayang dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran yang dapat disesuaikan

dengan materi dan kreativitas dari pendidik. Setiap kegiatan pembelajaran akan lebih mudah

dengan adanya media sebagai alat bantu. Media pembelajaran bertujuan untuk membangun

keaktifan peserta didik dan rasa tertarik terhadap materi yang akan dipelajari dan lebih senang

ketika pendidik menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat digunakan peserta

didik untuk melakukan praktik secara langsung, sehingga peserta didik akan mudah mengingat

materi. Selain untuk mengajarkan tentang kebudayaan Indonesia media wayang dibuat sesuai

materi pembelajaran. Media wayang mampu membangkitkan rasa penasaran peserta didik

terhadap materi yang akan dipelajari. Selain peserta didik, pendidik juga harus ahli dalam

memainkan media wayang.

14
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap media

wayang dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak. Hasil penelitian tersebut dilakukan

oleh Suryati (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui

Penggunaan Wayang Kartun dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas II SDN Kauman 3

Malang”. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata keterampilan menyimak dongeng

dari siklus I dengan nilai 73,19 ke siklus II dengan nilai 79,66 sebesar 6,47%. Sedangkan

peningkatan rata-rata menceritakan kembali secara lisan dari siklus I dengan nilai 73,4 ke siklus II

dengan nilai 81,81 sebesar 8,41% serta peningkatan hasil belajar dari sebelum tindakan, siklus I

dan siklus II, yaitu dari nilai rata-rata kelas sebelum tindakan 62,29 meningkat menjadi 69,97 dan

pada siklus II meningkat dengan nilai 82,42, persentase peningkatan nilai rata-rata kelas dari

sebelum tindakan ke siklus I sebesar 7,68% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 12,45%, sehingga

persentase peningkatan nilai rata-rata kelas dari pra tindakan ke siklus II sebesar 20,13%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran dengan wayang kartun

dengan langkah menunjukkan wayang kartun, tanya jawab, memodelkan, siswa menirukan.

Penggunaan wayang kartun dapat meningkatkan hasil belajar siswa meliputi keterampilan

menyimak, menceritakan kembali dan penguasaan materi. Saran kepada guru agar menggunakan

wayang kartun dalam pembelajaran menyimak dongeng.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Afiani Rahmawati (2013) dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Model Paired Storytelling Dengan Media Wayang

Kartun Pada Siswa Kelas II SDN Mangunsari Semarang”. Berdasarkan hasil penelitian melalui

model pembelajaran Paired Storytelling dengan media wayang kartun, dapat meningkatkan

keterampilan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang menyimak dongeng pada siswa

15
kelas II yaitu pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 23 dengan persentase 57,5% (kriteria

cukup), dan pada pertemuan 2 mendapatkan skor 28 dengan persentase 70% (kriteria baik).

Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 32 dengan persentase 80% (kriteria baik),

dan pertemuan 2 memperoleh skor 35 dengan persentase 87,5% (kriteria sangat baik).

Melalui model pembelajaran Paired Storytelling dengan media wayang kartun, dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang menyimak pada siswa

kelas II. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I

pertemuan pertama mendapat rerata skor 17,33 dengan persentase 62,01% (kriteria cukup), dan

pada pertemuan kedua mendapatkan rerata skor 19,34 dengan persentase 69,15% (kriteria baik).

Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama mendapatkan rerata skor 22,55 dengan persentase

80,68% (kriteria baik), dan pertemuan kedua mendapatkan rerata skor 24,38 dengan persentase

87,33% (kriteria sangat baik).

Selain keterampilan guru dan aktivitas siswa meningkat, melalui model Paired Storytelling

dengan media wayang kartun, hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia aspek

menyimak dongeng juga mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar pada siklus I pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata 67,27 dengan ketuntasan belajar

59,10%, dan pada pertemuan kedua diperoleh rata-rata 70,9 dengan ketuntasan belajar 68,2%.

Kemudian pada siklus II pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata 73,8 dengan ketuntasan

77,3%, dan pertemuan kedua mendapat nilai rata-rata 85,4 dengan ketuntasan 90,9%.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rezkita Mutia Angrana Ansar dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Media Boneka Tangan (Hand Puppet)

Siswa Kelas II SD Angkasa 1 Maros”. Dengan hasil penelitian bahwa keterampilan menyimak

siswa kelas II SD Angkasa 1 Maros pada siklus I berada dalam kategori rendah yaitu dari 20 siswa

16
hanya 8 siswa atau 40% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata yang

diperoleh sebesar 64,5. Meningkat menjadi kategori tinggi pada siklus II yaitu 18 siswa atau 90%

dari 20 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata yang diperoleh

sebesar 81. Terjadi pula peningkatan hasil observasi proses pembelajaran menyimak dongeng

siswa kelas II SD Agkasa 1 Maros pada setiap aspek yang dinilai. Pada aspek kehadiran siswa

jumlah rata-rata mencapai 14.3 (71.5%) pada siklus I meningkat menjadi 18 (90%) pada siklus II,

aspek perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran jumlah rata-rata mencapai 13.6 (68%) pada

siklus I meningkat menjadi 16.3 (81.%) pada siklus II, aspek keaktifan siswa jumlah rata-rata

mencapai 9.6 (48%) pada siklus I meningkat menjadi 15.3 (76.5%) pada siklus II, aspek antusias

siswa dalam pembelajaran jumlah rata-rata mencapai 11 (55%) meningkat menjadi 16 (80%) pada

siklus II, aspek keberanian siswa dalam bertanya jumlah rata-rata mencapai 5 (25%) pada siklus I

meningkat menjadi 12.6 (63%) pada siklus II, dan aspek siswa menjawab pertanyaan jumlah rata-

rata mencapai 5 (25%) pada siklus I meningkat menjadi 13.3 (66.5%) pada siklus II.

Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media boneka tangan (Hand Puppet) dapat

meningkatkan keterampilan menyimak dongeng siswa kelas II SD Angkasa 1 Maros.

Dari kajian empiris tersebut didapatkan informasi bahwa media visual seperti wayang dengan

model pembelajaran Paired Storytelling atau media boneka tangan dapat meningkatkan

keterampilan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu hasil penelitian tersebut dapat digunakan

sebagai acuan oleh peneliti bahwa penerapan media wayang merupakan salah satu alternatif dalam

meningkatkan keterampilan menyimak dongeng siswa. Sedikit berbeda dalam penelitian ini,

peneliti akan lebih memfokuskan pada media wayang dengan tujuan untuk meningkatkan

keterampilan siswa dalam menyimak dongeng.

17
2.3. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya pada aspek keterampilan

menyimak guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran secara maksimal, dan kurang

memanfaatkan media pembelajaran sehingga menyebabkan keterampilan menyimak belum

tercapai secara optimal. Siswa masih takut untuk mengeluarkan pendapat, malu bertanya, kurang

percaya diri siswa dalam berkomunikasi, serta sulit untuk menyampaikan isi cerita dari dongeng

yang disimak. Kekurangmampuan siswa dalam menyampaikan isi cerita juga disebabkan karena

daya imajinasi siswa untuk menangkap penjelasan guru dan konsentarasi siswa dalam menyimak

suatu cerita secara menyeluruh juga masih rendah. Sehingga cerita yang disampaikan guru tidak

dapat diceritakan kembali sepenuhnya oleh siswa. Untuk meningkatkan keterampilan menyimak

dongeng, guru menerapkan pembelajaran dengan media wayang.

Melalui media wayang, pembelajaran dapat dilaksanakan dengan nuansa yang menyenangkan

karena dilakukan dengan pembelajaran yang inovatif. Siswa dituntut untuk memahami dan

menguasai materi pelajaran serta terampil untuk menceritakan kembali bahan cerita yang telah

disimak/didengar tetapi juga dapat memberi ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada

siswa. Iklim belajar yang menyenangkan dan menantang harus selalu dipelihara karena

karakteristik siswa SD yang masih ingin bermain walaupun dalam situasi pembelajaran.

Maka melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat dan efektif diharapkan terjadi

perubahan sikap dan hasil belajar siswa serta peningkatan kualitas pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran wayang dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Melinggih Kelod.

18
1. Guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran
yang kreatif dan inovatif.
Situasi Awal 2. Guru kurang maksimal memanfaatkan media pembelajaran.
3. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran
terutama dalam hal kurang percaya dirinya siswa dalam
berkomunikasi.
4. Siswa masih malu mengungkapkan pendapat. Serta masih
rendahnya konsentrasi siswa terutama saat menyimak suatu
bahan pembelajaran.

Pelaksanaan Kegiatan 1. Siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama
dan kelompok kedua.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru melakukan
brainstroming mengenai topik yang akan disampaikan.
3. Guru membagi satu bahan cerita menjadi dua bagian, (bagian
pertama dan kedua).
4. Bagian pertama cerita diberikan kepada pembaca kelompok
pertama, sedangkan pembaca kelompok kedua menerima
bagian cerita yang kedua.
5. Salah seorang pembaca dari kelompok pertama membacakan
cerita bagian pertama, sedangkan kelompok kedua menyimak
cerita. Setelah itu, salah seorang pembaca dalam kelompok
kedua membacakan cerita bagian kedua, sedangkan kelompok
pertama menyimak cerita.
6. Selama proses pembacaan cerita, guru berperan sebagai
mediator dengan menggunakan wayang sebagai media
pembelajaran.
7. Setelah cerita selesai dibacakan siswa saling menukarkan kata
kunci yang diperoleh secara berpasangan.
8. Setelah semua kata kunci setiap bagian cerita dicatat, tiap-tiap
siswa menuliskan cerita yang mereka simak berdasarkan kata
kunci yang mereka catat.
9. Setelah cerita selesai dibuat, kemudian siswa menjawab soal-
soal yang berhubungan dengan cerita yang telah mereka
simak, yang dibuat oleh guru dengan teknik 5W+1H.
10. Siswa mengumpulkan jawaban soal dan cerita yang telah
mereka buat.

1. Guru menggunakan media pembelajaran yang menarik.


2. Siswa terlihat antusias mengikuti pelajaran, dan siswa sudah
Situasi Akhir percaya diri dalam berkomunikasi dan mengeluarkan
pendapat.
3. Siswa terlihat menyimak bahan cerita dengan baik.

19
2.4. Hipotesis Tindakan

Melalui media wayang, siswa akan lebih mudah memahami cerita dan konteks dongeng,

karena visualisasi yang menarik dan penggunaan karakter-karakter dalam wayang sebagai

representasi tokoh-tokoh dalam dongeng. Media wayang juga dapat membantu siswa, khususnya

siswa kelas kelas IV SD Negeri 1 Melinggih Kelod dalam mengembangkan keterampilan

menyimak, seperti memahami inti cerita, mengenali karakter, menangkap detail-detail penting,

dan memprediksi perkembangan cerita. Dengan terbiasa menggunakan media wayang dalam

pembelajaran menyimak dongeng, siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mereka

dalam hal memahami dan menginterpretasi dongeng secara keseluruhan.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Pada umumnya terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam melaksanakan penelitian

tindakan, yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Berikut ini adalah

gambaran dari rangkaian tahapan dari penelitian tindakan kelas tersebut.

3.1.1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti,

kemudian membuat perangkat pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data

dan fakta yang terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung. Tahapan ini meliputi:

1) Mengkaji silabus pembelajaran kelas IV SD kemudian memilih standar kompetensi:

memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan dan kompetensi dasar:

menyebutkan isi dongeng yang didengar.

2) Menelaah materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV serta menelaah indikator

bersama tim kolaborasi.

3) Menyusun RPP sesuai indikator dan skenario pembelajaran dengan baik.

21
4) Menyiapkan media pembelajaran berupa teks cerita dan wayang.

5) Menyiapkan alat evaluasi yang akan digunakan dalam penelitian.

6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa.

7) Menyiapkan lembar wawancara dan catatan lapangan.

3.1.2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ke-2 yakni tahap pelaksanaan, strategi dan Rencana Pembelajaran yang telah

disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan. Pada tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa

yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.

Peneliti akan menggunakan media wayang dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

menyimak dongeng. Adapun pelaksanaan tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Pada

siklus pertama, peneliti akan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi

menyimak dongeng atau cerita anak. Sedangkan siklus kedua materi pembelajarannya adalah

menyimak dongeng dengan cerita yang berbeda. Siklus kedua dilaksanakan untuk memperbaiki

segala sesuatu yang belum baik dan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

3.1.3. Pengamatan

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan

pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi tahap pelaksanaan dan pelaksanaan terjadi pada waktu

yang bersamaan.

Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua hal yang diperlukan dan yang

terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan

format observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan

tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data

dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prentasi, nilai tugas dll) atau data

22
kualitatif (keaktifan siswa, antusiasme siswa, mutu diskusi yang dilakukan, kreatifitas siswa dll).

Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati

keterampilan guru, aktivitas siswa dan keterampilan menyimak dongeng menggunakan media

wayang.

3.1.4. Refleksi

Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna

menyempurnakan tindakan berikutnya. Peneliti bersama tim kolaborasi mengevaluasi proses serta

hasil dari tindakan pada siklus pertama, mengidentifikasi dan mendaftar permasalahan yang terjadi

pada siklus pertama, serta merancang perbaikan untuk siklus berikutnya.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Melinggih Kelod. Sekolah tersebut

terletak di Banjar Bayad, Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar. Penelitian

dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV. Penelitian ini dilaksanakan selama

3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Melinggih Kelod, yang berjumlah

11 siswa. Siswa tersebut terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.

23
3.4. Kriteria Kesuksesan Penelitian

Indikator keberhasilan keterampilan menyimak peserta didik dilakukan dengan

membandingkan tes sebelum tindakan dan hasil tes sesudah tindakan. Dalam hal ini sebuah

indikator dan kemampuan dasar dapat dinyatakan berhasil jika 85% dari jumlah siswa dapat

mencapai kategori baik sekali dan mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 70 dalam

penilaian keterampilan menyimak. Apabila hal tersebut terpenuhi, maka siklus penelitian berhenti

dan dinyatakan berhasil.

No Aspek yang Sub aspek Skor Interval Keterangan

dinilai nilai

1 Tokoh dan Siswa dapat 1


menyebutkan tokoh-
penokohan tokoh yang ada dalam
cerita dongeng
dengan tepat.
Siswa dapat 1
menyabutkan sifat-
sifat tokoh dengan
tepat. 91 – 100 Sangat Baik
2 Latar Siswa dapat 1
menetukan latar 81 – 90 Baik
cerita dengan tepat.
Siswa dapat 1 70 – 80 Cukup
menyebutkan latar
waktu dengan tepat. ≤70 Kurang /Tidak Lulus
3 Tema Siswa dapat 1
menentukan judul
dongeng dengan
tepat.
Siswa dapat 1
menentukan tema
dongeng dengan
tepat.
4 Amanat Siswa dapat 1
menentukan amanat
cerita dengan tepat 1

24
3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian teknik pengumpulan data diperoleh melalui beberapa teknik, yaitu teknik tes

dan nontes. Pada teknis nontes diantaranya: 1) teknik observasi; 2) teknik wawancara; 3) teknik

dokumentasi; dan 4) teknik catatan lapangan.

3.5.1. Teknis Tes

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab,

pernyataan-pernyataan yang harus dipilih atau ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan

oleh peserta tes yang bertujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan tes tertulis untuk mengetahui pemahaman siswa tentang

materi bahasa Indonesia khususnya saat menyimak isi dongeng yang didengar. Instrumen yang

digunakan berupa lembar soal isian.

3.5.2. Teknik Nontes

Dalam teknis nontes terdiri berbagai macam teknik pengumpulan data yaitu:

3.5.2.1. Teknik Observasi

Morris mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan

instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain. Metode observasi yang

digunakan pada setiap kegiatan penelitian bervariasi, tergantung pada setting, kebutuhan dan

tujuan penelitian. Pada perkembangannya, observasi telah menjadi salah satu bentuk metode

ilmiah. Kemunculan observasi sebagai metode ilmiah tentu menambah variasi metode

pengumpulan data, yang dapat digunakan dalam menggali informasi dunia.

Observasi selain sebagai salah satu tahap dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas

sekaligus juga berfungsi sebgai alat untuk pengumpulan data. Metode ini sangat sesuai untuk

merekam aktivitas yang bersifat proses. Dalam istilah assessment, kegiatan observasi merupakan

25
bagian dari informal assessment (authentic assessment) yang bersifat langsung (direct

assessment). Observasi langsung dilakukan dengan adanya keterlibatan secara langsung oleh

peneliti dalam proses pembelajaran yang dilakukan bersama guru dan siswa, atau bahkan peneliti

sekaligus sebagai guru. Sebenarnya kondisi seperti inilah yang diharapkan nanti. Artinya ke depan

guru harus berfungsi sebagai peneneliti di kelasnya sendiri (participant observer).

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi digunakan untuk

mengetahui data keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

aspek keterampilan menyimak dongeng.

3.5.2.2.Teknik Wawancara

Wawancara (interview) adalah salah satu kaedah mengumpulkan data yang paling biasa

digunakan dalam penelitian sosial. Kaedah ini digunakan ketika subjek kajian (responden) dan

peneliti berada langsung bertatap muka dalam proses mendapat informasi bagi keperluan data

primer. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan fakta,

kepercayaan, perasaan, keiginan yang diperlukan untuk memenuhi tujuan penelitian.

Menurut Sugiyono, Pengertian wawancara sebagai berikut: Wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.

Menurut Sutrisno Hadi, wawancara adalah alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan,

pendapat, keyakinan, perasaan, motivations, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya;

mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu seseorang serta rahasia-

rahasia hidupnya.

26
Pada pengertian lain, wawancara yakni proses komunikasi atau interaksi untuk

mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek

penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan

tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan

kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang

diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Instrumen yang digunakan

adalah lembar wawancara guru.

3.5.2.3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi juga berfungsi sebagai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang

terjadi di dalam kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, untuk

menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwa penting atau khusus yang terjadi, alat-

alat elektronik ini dapat dimanfaatkan untuk membantu mendeskripsikan hal apa saja yang peneliti

tulis di catatan lapangan dan untuk memperkuat hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini berupa daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Selain itu juga menggunakan

video dan foto untuk mengetahui gambaran aktivitas dalam pembelajaran.

3.5.2.4. Teknik Catatan Lapangan

Yang dimaksud catatan lapangan (field notes) dalam penelitian adalah bukti tentik berupa

catatan pokok, atau catatan terurai tentang proses yang terjadi dilapangan, sesuai dengan fokus

penelitian, ditulis secara deskriptif dan reflektif.

Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau

observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Berbagai hasil pengamatan tentang

aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa,

27
interaksi siswa dengan siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan

dan akan digunakan sebagai sumber data penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini catatan

lapangan berisi catatan selama proses pembelajaran berupa data keterampilan guru, aktivitas siswa,

dan keterampilan siswa dalam menyimak dongeng menggunakan media wayang. Catatan lapangan

ini digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan sebagai masukan guru

dalam melakukan refleksi.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah untuk mengukur hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah

dilaksanakan dan menjawab rumusan masalah serta tujuan penelitian tersebut. Analisis data

dapat dilakukan jika semua data terkumpul dari beberapa sumber. Data yang sudah terkumpul

diolah menjadi 2 jenis yaitu data Kualitatif dan data Kuantitatif.

3.6.1. Data Kualitatif

Data kualitatif yang didapatkan oleh peneliti diperoleh dari lembar observasi yang bermaksud

untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan apa saja yang terjadi selama kegiatan pembelajaran

berlangsung di dalam kelas. Pada pengertian lain data kualitatif yakni data yang berhubungan

dengan kualitas tertentu misalnya sangat baik, baik, cukup dan kurang baik. Data kualitatif juga

dapat diperoleh dari proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media wayang.

3.6.2. Data Kuanititatif

Data kuantitatif yakni data yang bisa diolah dengan penghitungan-penghitungan statistik. Data

kuantitatif berasal dari tes awal yang dilakukan pada awal pertemuan dan tes akhir yang dilakukan

pada akhir pembelajaran. Tes-tes tersebut dilakukan untuk melihat peningkatan keterampilan

menyimak peserta didik. Dengan adanya data kuantitatif ini peneliti dapat mengetahui apakah ada

28
peningkatan nilai setelah memakai media wayang pada proses pembelajaran. Terdapat rumus yang

dapat digunakan yakni sebagai berikut :

1) Tingkat keberhasilan peserta didik berdasarkan skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam

nilai dengan menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


Nilai Akhir (NA) = × 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

2) Menghitung rata-rata Mean (nilai rata-rata)

∑Ρ
Mx =
Ν

Penjelasan:

Mx = Nilai rata-rata (Mean)

∑P = Jumlah Nilai

N = Banyak Peserta Didik

29
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, & Rusman. (2020). Classroom Action Research Pengembangan Kompetensi Guru.
Penerbit CV. Pena Persada Redaksi: Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah.

Kadir, A. (2013). KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SEKOLAH. Dinamika


Ilmu, 3.

Habsari, Z. (2017). DONGENG SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK. Jurnal Kajian


Perpustakaan Dan Informasi, 1, 27–29.

Mutia Angrana Ansar, R. (2020). PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG


MELALUI MEDIA BONEKA TANGAN (HAND PUPPET) SISWA KELAS II SD ANGKASA
1 MAROS. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR.

Puji Rahayu, E. (2015). PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI


MODEL PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA
KELAS II SD NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL.

Puspitoningrum, Encil, Sardjono, M. D. R. (2022). Pembelajaran Menulis Dongeng (M. M.


Waryanti, Endang (ed.)). Penerbit Universitas Nusantara PGRI Kediri Jl. Ahmad Dahlan
No.76, Mojoroto, Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur 64112.

Rahmawati, A. (2013). PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI


MODEL PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA
KELAS II SDN MANGUNSARI SEMARANG. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

Rima Wati, E. (2016). RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN (A. Jarot (ed.)). Kata Pena.
katapena.penerbit@gmail.com.

SUSANTI, E. (2019). Keterampilan Menyimak. Hak penerbitan pada PT Raja Grafindo Persada,
Depok, Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok
16956.

Sriyati, S. (n.d.). PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK). Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
UPI.

30

Anda mungkin juga menyukai