NIM: 2011031081
Esa, hanya atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, proposal yang berjudul “Peningkatan
Negeri 1 Melinggih Kelod”, tersusunya karya tulis ini bukanlah pemikiran sendiri, akan tetapi
berkat dan dukungan berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis
1. Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si. Rektor Universitas Hindu Negeri I Gusti
Bagus Sugriwa Denpasar, yang telah memberikan fasilitas yang baik selama
2. Dr. Drs. Made Redana, M.Si. Dekan Fakulas Dharma Acarya, yang memberikan
3. Dra. Luh Dewi Pusparini, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
4. Kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, dan doa, sehingga
Proposal ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang ada pada penulis, sehingga kritik dan saran yang konstruktif guna kesempurnaan proposal
ini sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa, selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
i
Payangan, 13 Juni 2023
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan sangatlah penting di dalam kehidupan manusia. Tujuan pendidikan pada dasarnya
mewujudkan para peserta didik menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik moral
maupun sosial agar dapat mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan seperti yang tercantum dalam UUD 1945 bahwa tujuan bangsa Indonesia salah
satunya sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dibuatlah Undang-Undang dan
Peraturan Menteri yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagaimana dalam UU No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
Mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar
bahasa, belajar berkomunikasi, dan belajar sastra artinya belajar menghargai manusia dan nilai-
kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai hasil karya
bangsa Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang paling mendasar, hal itu disebabkan
karena keterampilan menyimak merupakan keterampilan awal dalam belajar bahasa. Aktivitas
1
menyimak, baik di masyarakat maupun di sekolah lebih tinggi frekuensinya dibandingkan dengan
aktivitas berbahasa yang lain. Hal itu disebabkan budaya yang ada pada masyarakat sejak dulu
Pada umumnya materi simak merupakan materi yang bersifat abstrak, karena materi itu hanya
disampaikan secara lisan. Sebagai contohnya, adalah karakter tokoh, perilaku tokoh, setting, dan
lain sebagainya. Akibat dari keabstrakan tersebut peserta didik mengalami kesulitan
memahaminya. Hal itu mengingat usia anak kelas IV secara umum berada pada tahap operasional
kongkret.
Di sisi lain, pelaksanaan pembelajaran menyimak di SD kurang memadai. Hal itu terjadi
karena bermacam-macam faktor. Faktor penyebab dari hal tersebut salah satunya adalah guru.
Sangat dimungkinkan guru kurang mampu melaksanakan pembelajaran menyimak dengan baik.
Bahkan guru tidak memanfaatkan media dengan baik. Hal itu berdampak pada kurangnya
kemampuan menyimak peserta didik terhadap bahan simak. Selain itu, guru menganggap bahwa
keterampilan menyimak akan dikuasai dengan sendirinya oleh peserta didik apabila keterampilan
Upaya yang dapat dilaksanakan dalam mengatasi rendahnya nilai peserta didik dalam
menyimak dongeng yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang
dipakai yaitu media wayang. Dimana wayang merupakan salah satu bentuk seni tradisional
Indonesia yang memiliki kekayaan budaya lokal. Dalam konteks penelitian di lokasi tersebut,
penggunaan media wayang dapat membantu siswa untuk lebih mengenal dan memahami kekayaan
budaya tradisional Indonesia yang merupakan bagian penting dari identitas lokal mereka. Hal ini
dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya sendiri dan mengembangkan rasa cinta
terhadap warisan budaya mereka. Selain itu wayang memiliki daya tarik visual yang kuat. Boneka
2
wayang yang berwarna-warni dan dilengkapi dengan tata lampu dan musik tradisional dapat
menarik perhatian siswa secara visual. Penggunaan media wayang dapat membantu menciptakan
suasana yang menarik dan memikat dalam kelas, sehingga siswa lebih tertarik dan terlibat dalam
kegiatan menyimak dongeng dan pertunjukan wayang melibatkan penggunaan berbagai indera,
seperti pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Siswa dapat merasakan irama musik, melihat
gerakan boneka wayang, dan merasakan emosi yang diungkapkan dalam cerita. Hal ini
memberikan pengalaman sensorik yang kaya dan merangsang imajinasi siswa. Penggunaan media
wayang dapat membantu siswa dalam membangun gambaran mental yang lebih hidup dan
Bagaimanakah media wayang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia aspek
menyimak dongeng pada siswa kelas IV SD Negeri Melinggih Kelod? Adapun rumusan masalah
1) Apakah media wayang dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran bahasa
2) Apakah media wayang dapat meningkatkan aktivitas Siswa dalam mengelola pembelajaran
3) Apakah media wayang dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran menyimak
dongeng?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan hal yang melandasi suatu karya ilmiah agar mampu mencapai
tujuan yang ingin dicapai dan suatu karya ilmiah yang dikerjakan dapat bermanfaat bagi yang
membaca serta tujuan penelitian dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu kegiatan
yang bersifat ilmiah. Setiap pelaksanaan penelitian ilmiah mempunyai tujuan yang ingin dicapai
dengan memberikan arahan dan sasaran yang tepat pada langkah-langkah yang ditempuh. Semakin
jelas rumusan tujuannnya, maka semakin mudah untuk mencapai tujuan dari penelitian tersebut,
adapun tujuan penelitian ini terdapat dua hal yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah: meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa
Indonesia aspek menyimak dongeng dengan media wayang pada siswa kelas IV SD Negeri 1
Melinggih Kelod.
1) Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menyimak
2) Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengelola pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek
3) Meningkatkan hasil belajar menyimak dongeng siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
Manfaat penelitian merupakan nilai guna dari suatu kegiatan penelitian. Melalui pelaksanaan
penelitian ini diharapkan hasil-hasilnya dapat memberikan sebuah manfaat, baik secara teoritis
4
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian yang diproleh dimana nantinya bisa dijadikan sebuah informasi maupun
memberikan ilmu pengetahuan sesuai dari pengamatan langsung serta dapat memahami
bagaimana manfaat media wayang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia
1) Bagi siswa
pengalaman belajar siswa yang menyenangkan, memberikan kemudahan bagi siswa untuk
2) Bagi guru
3) Bagi sekolah
Digunakan untuk memotivasi guru lain dalam hal perbaikan pembelajaran dan
berkelanjutan.
5
BAB II
Terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa dengan baik dan benar
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa
tersebut, salah satunya yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu keterampilan
Menyimak menurut Tarigan dalam Mulyati (2013: 3.4) bahwa yaitu suatu proses kegiatan
interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sejalan dengan Sabarti
dalam Dhien (2007: 4.6) mengemukakan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara
aktif dan kreatif utuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang disampaikan secara lisan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa keterampilan menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
serta memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa
6
lisan (Tarigan, 2018). Keterampilan menyimak yang baik sangat penting dimiliki oleh setiap siswa,
karena dengan keterampilan menyimak akan mempermudah siswa dalam menguasai tiga
keterampilan berbahasa yang lain dan mempermudah memahami setiap mata pelajaran yang
diajarkan. Di sisi lain, keterampilan menyimak terlibat dalam proses pengembangan bersosial
siswa.
Dari definisi di atas maka menyimak adalah aktivitas yang penuh perhatian untuk memperoleh
Menyimak merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sering kita lakukan dalam kehidupan
1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh
2) Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada
penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau
3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat
menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis,
dan lain-lain).
penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan
cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
7
5) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu
masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak; dengan perkataan lain,
6) Menyimak untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan struktur kata lisan.
8) Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide pokok dan menanggapinya
secara tepat.
9) Menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik atau kalimat penunjuk.
Menyimak mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah
dasar. Sebab kemampuan menyimak yang baik dan benar merupakan kondisi awal untuk
menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Adapun tujuan utama pengajaran bahasa yakni supaya
peserta didik terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara,
Kemampuan menyimak anak-anak di sekolah dasar dapat kita ketahui sebagai berikut.
1) Anak-anak akan mampu menyimak dengan baik bila suatu cerita dibacakan dengan
nyaring.
2) Anak-anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik bila seseorang pembicara
dengan jelas.
4) Anak-anak mampu menyimak dan menangkap ide-ide yang terdapat dalam ujaran atau
8
pembicara.
berbicara. Khususnya dalam menceritakan kembali cerita atau dongeng dari yang disimak. Siswa
harus memperhatikan beberapa aspek seperti ketepatan pemilihan kata saat bercerita, ketepatan
penyusunan kalimat saat bercerita dan sikap, mimik, gesture siswa saat bercerita. Dapat diketahui
bahwa kegiatan menyimak ini perlu dikembangkan dan dibina sedini mungkin untuk para siswa
Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi, hasil sastra lisan yang sudah
dikenal sejak zaman dahulu dan disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut tanpa
diketahui siapa pengarangnya (anonim). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi
ketiga (Depdiknas, 2003:274), dongeng ialah cerita yang tidak benar-benar terjadi atau ada,
terutama mengenai peristiwa jaman dahulu yang di luar nalar. Sedangkan menurut Santosa
(1995:85) dongeng ialah cerita khayal yang didalamnya fantasi berperan bebas, dan tidak terpaku
banyak juga yang mengisahkan kebenaran, juga terdapat pesan moral atau sindiran mengenai
kehidupan dunia. Secara singkat Suroto (1989:11) menyatakan bahwa dongeng ialah cerita yang
Menurut Rosidatun (2018:92) mengungkapkan bahwa dongeng adalah suatu kisah yang
dihasilkan dari pemikiranpemikiran fiktif, kreatif, dan dari kisah nyata, kemudian menjadi suatu
alur cerita yang berisikan pesan moral yang berguna untuk kehidupan dengan alam dan mahkluk
lainnya.
9
Dari pengertian-pengertian dongeng yang telah diungkapkan, dapat diambil kesimpulan
bahwa dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dihasilkan dari pemikiran fiktif, kreatif, bersifat
rekaan atau khayal, dan bisa juga diangkat dari kisah nyata yang didalamnya fantasi, tetapi
mengandung hiburan, pesan moral, sindiran, dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
Di dalam sebuah cerita selalu terdapat unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat
ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur instrinsik tersebut yaitu:
1) Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau
tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu
2) Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu
dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang
terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit
yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang
3) Tokoh
atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia,
namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang
10
4) Latar (setting)
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,
Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi anak. Manfaat-manfaat dongeng dijelaskan sebagai
berikut.
1) Mengajarkan budi pekerti pada anak Banyak cerita dongeng yang dapat memberikan
teladan bagi anak serta mengandung budi pekerti, misalnya cerita tentang si kancil anak
nakal, tentang perlombaan antara siput dan kelinci, tentang si kerundung merah, dan masih
banyak lagi. Setiap cerita dongeng anak-anak selalu memiliki tujuan baik yang
diperuntukan untuk si kecil. Untuk itu, jika si kecil sulit mengerti tentang apa itu budi
dongeng.
kecil. Salah satu cara memperkenalkan budaya membaca pada anak sejak kecil adalah
dengan membacakannya banyak cerita seperti membacakan dongeng sebelum tidur. Ketika
pendidik biasa membacakan anak banyak buku cerita, anak makin lama akan tertarik untuk
belajar membacanya sendiri sejak kecil. Dengan begitu, anak akan menjadi gemar
membaca sejak kecil, dan ketika anak membiasakan budaya membaca, hal ini dapat
3) Mengembangkan imajinasi Cerita dalam sebuah dongeng bagi anak terkadang memiliki
cerita yang di luar logika orang dewasa. Meskipun demikan, cerita-cerita seperti itulah
yang dapat membantu anak untuk meningkatkan daya imajinasinya. Walaupun terlihat
11
berlebihan, cerita ini bertujuan untuk membuat anak dapat meningkatkan daya kreasinya.
Biasanya, anak yang memiliki imajinasi yang tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar
Membacakan dongeng pada anak dapat mengasah kreativitas dan minat anak dalam membaca.
Selain itu, anak juga bisa belajar nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita. Jika kebiasaan baik
seperti ini terus diterapkan, maka akan memberikan manfaat positif bagi tumbuh kembang mental
anak, bahkan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupannya di masa depan.
Dongeng atau cerita anak merupakan hasil karya berdasarkan rekayasa imajinatif, cerita
rekaan, tidak nyata, tidak benar-benar terjadi namun mempunyai pesan moral dibalik kisah yang
diceritakan.
Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat digunakan sebagai
penyampai pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media merupakan sesuatu yang bersifat
meyakinkan pesan dan dapat merangsang pukiran, perasaan, dan kemauan audiens atau siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa tersebut. Media merupakan
bagian yang melekat atau tidak terpisahkan dari proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media berfungsi dan berperan mengatur hubungan efektif guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
materi instruksional di lingkungan siswa yang memotivasi siswa untuk belajar. Sumber belajar
terdiri atas sumber-sumber yang mendukung proses pembelajaran siswa termasuk sistem
12
penunjang, materi, dan lingkungan pembelajaran. Sumber belajar mencakup segala yang tersedia
Terdapat banyak jenis media pembelajaran yang digunakan guru dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Di antaranya adalah media audiovisual, media visual, flash
card, gambar berseri, puzzle, foto, komik, manipulasi, boneka, wayang, dll. Salah satu media
pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menyimak dongeng
Wayang dijadikan sebagai media pembelajaran karena media ini sangat menarik dan mudah
dalam pembuatannya. Terutama dalam kegiatan menyimak dongeng, dengan wayang kartun cerita
yang dibacakan akan lebih menarik sebab alur ceritanya seperti pementasan dalam panggung
wayang. Selain itu penggunaan wayang kartun sangatlah praktis dan mudah untuk dipahami siswa,
Dimana wayang merupakan salah satu bentuk seni tradisional Indonesia yang memiliki
kekayaan budaya lokal. Dalam konteks penelitian di lokasi tersebut, penggunaan media wayang
dapat membantu siswa untuk lebih mengenal dan memahami kekayaan budaya tradisional
Indonesia yang merupakan bagian penting dari identitas lokal mereka. Hal ini dapat meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya sendiri dan mengembangkan rasa cinta terhadap warisan budaya
mereka. Selain itu wayang memiliki daya tarik visual yang kuat. Penggunaan media wayang
sebagai media pembelajaran sangat berarti untuk menunjang keberhasilan suatu proses
Model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu model
CTL. Model kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar
13
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak
“bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”.
Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa,
tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi
pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa
apa yang dipelajari akan berguna bagi hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar
Penggunaan media wayang peserta didik dapat mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari. Media wayang dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran yang dapat disesuaikan
dengan materi dan kreativitas dari pendidik. Setiap kegiatan pembelajaran akan lebih mudah
dengan adanya media sebagai alat bantu. Media pembelajaran bertujuan untuk membangun
keaktifan peserta didik dan rasa tertarik terhadap materi yang akan dipelajari dan lebih senang
ketika pendidik menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat digunakan peserta
didik untuk melakukan praktik secara langsung, sehingga peserta didik akan mudah mengingat
materi. Selain untuk mengajarkan tentang kebudayaan Indonesia media wayang dibuat sesuai
materi pembelajaran. Media wayang mampu membangkitkan rasa penasaran peserta didik
terhadap materi yang akan dipelajari. Selain peserta didik, pendidik juga harus ahli dalam
14
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap media
wayang dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak. Hasil penelitian tersebut dilakukan
oleh Suryati (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui
Penggunaan Wayang Kartun dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas II SDN Kauman 3
dari siklus I dengan nilai 73,19 ke siklus II dengan nilai 79,66 sebesar 6,47%. Sedangkan
peningkatan rata-rata menceritakan kembali secara lisan dari siklus I dengan nilai 73,4 ke siklus II
dengan nilai 81,81 sebesar 8,41% serta peningkatan hasil belajar dari sebelum tindakan, siklus I
dan siklus II, yaitu dari nilai rata-rata kelas sebelum tindakan 62,29 meningkat menjadi 69,97 dan
pada siklus II meningkat dengan nilai 82,42, persentase peningkatan nilai rata-rata kelas dari
sebelum tindakan ke siklus I sebesar 7,68% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 12,45%, sehingga
persentase peningkatan nilai rata-rata kelas dari pra tindakan ke siklus II sebesar 20,13%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran dengan wayang kartun
dengan langkah menunjukkan wayang kartun, tanya jawab, memodelkan, siswa menirukan.
Penggunaan wayang kartun dapat meningkatkan hasil belajar siswa meliputi keterampilan
menyimak, menceritakan kembali dan penguasaan materi. Saran kepada guru agar menggunakan
Penelitian lain yang dilakukan oleh Afiani Rahmawati (2013) dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Model Paired Storytelling Dengan Media Wayang
Kartun Pada Siswa Kelas II SDN Mangunsari Semarang”. Berdasarkan hasil penelitian melalui
model pembelajaran Paired Storytelling dengan media wayang kartun, dapat meningkatkan
keterampilan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang menyimak dongeng pada siswa
15
kelas II yaitu pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 23 dengan persentase 57,5% (kriteria
cukup), dan pada pertemuan 2 mendapatkan skor 28 dengan persentase 70% (kriteria baik).
Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 32 dengan persentase 80% (kriteria baik),
dan pertemuan 2 memperoleh skor 35 dengan persentase 87,5% (kriteria sangat baik).
Melalui model pembelajaran Paired Storytelling dengan media wayang kartun, dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang menyimak pada siswa
kelas II. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan pertama mendapat rerata skor 17,33 dengan persentase 62,01% (kriteria cukup), dan
pada pertemuan kedua mendapatkan rerata skor 19,34 dengan persentase 69,15% (kriteria baik).
Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama mendapatkan rerata skor 22,55 dengan persentase
80,68% (kriteria baik), dan pertemuan kedua mendapatkan rerata skor 24,38 dengan persentase
Selain keterampilan guru dan aktivitas siswa meningkat, melalui model Paired Storytelling
dengan media wayang kartun, hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia aspek
menyimak dongeng juga mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus I pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata 67,27 dengan ketuntasan belajar
59,10%, dan pada pertemuan kedua diperoleh rata-rata 70,9 dengan ketuntasan belajar 68,2%.
Kemudian pada siklus II pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata 73,8 dengan ketuntasan
77,3%, dan pertemuan kedua mendapat nilai rata-rata 85,4 dengan ketuntasan 90,9%.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rezkita Mutia Angrana Ansar dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Media Boneka Tangan (Hand Puppet)
Siswa Kelas II SD Angkasa 1 Maros”. Dengan hasil penelitian bahwa keterampilan menyimak
siswa kelas II SD Angkasa 1 Maros pada siklus I berada dalam kategori rendah yaitu dari 20 siswa
16
hanya 8 siswa atau 40% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 64,5. Meningkat menjadi kategori tinggi pada siklus II yaitu 18 siswa atau 90%
dari 20 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal dengan nilai rata-rata yang diperoleh
sebesar 81. Terjadi pula peningkatan hasil observasi proses pembelajaran menyimak dongeng
siswa kelas II SD Agkasa 1 Maros pada setiap aspek yang dinilai. Pada aspek kehadiran siswa
jumlah rata-rata mencapai 14.3 (71.5%) pada siklus I meningkat menjadi 18 (90%) pada siklus II,
aspek perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran jumlah rata-rata mencapai 13.6 (68%) pada
siklus I meningkat menjadi 16.3 (81.%) pada siklus II, aspek keaktifan siswa jumlah rata-rata
mencapai 9.6 (48%) pada siklus I meningkat menjadi 15.3 (76.5%) pada siklus II, aspek antusias
siswa dalam pembelajaran jumlah rata-rata mencapai 11 (55%) meningkat menjadi 16 (80%) pada
siklus II, aspek keberanian siswa dalam bertanya jumlah rata-rata mencapai 5 (25%) pada siklus I
meningkat menjadi 12.6 (63%) pada siklus II, dan aspek siswa menjawab pertanyaan jumlah rata-
rata mencapai 5 (25%) pada siklus I meningkat menjadi 13.3 (66.5%) pada siklus II.
Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media boneka tangan (Hand Puppet) dapat
Dari kajian empiris tersebut didapatkan informasi bahwa media visual seperti wayang dengan
model pembelajaran Paired Storytelling atau media boneka tangan dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu hasil penelitian tersebut dapat digunakan
sebagai acuan oleh peneliti bahwa penerapan media wayang merupakan salah satu alternatif dalam
meningkatkan keterampilan menyimak dongeng siswa. Sedikit berbeda dalam penelitian ini,
peneliti akan lebih memfokuskan pada media wayang dengan tujuan untuk meningkatkan
17
2.3. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya pada aspek keterampilan
menyimak guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran secara maksimal, dan kurang
tercapai secara optimal. Siswa masih takut untuk mengeluarkan pendapat, malu bertanya, kurang
percaya diri siswa dalam berkomunikasi, serta sulit untuk menyampaikan isi cerita dari dongeng
yang disimak. Kekurangmampuan siswa dalam menyampaikan isi cerita juga disebabkan karena
daya imajinasi siswa untuk menangkap penjelasan guru dan konsentarasi siswa dalam menyimak
suatu cerita secara menyeluruh juga masih rendah. Sehingga cerita yang disampaikan guru tidak
dapat diceritakan kembali sepenuhnya oleh siswa. Untuk meningkatkan keterampilan menyimak
Melalui media wayang, pembelajaran dapat dilaksanakan dengan nuansa yang menyenangkan
karena dilakukan dengan pembelajaran yang inovatif. Siswa dituntut untuk memahami dan
menguasai materi pelajaran serta terampil untuk menceritakan kembali bahan cerita yang telah
disimak/didengar tetapi juga dapat memberi ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada
siswa. Iklim belajar yang menyenangkan dan menantang harus selalu dipelihara karena
karakteristik siswa SD yang masih ingin bermain walaupun dalam situasi pembelajaran.
Maka melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat dan efektif diharapkan terjadi
perubahan sikap dan hasil belajar siswa serta peningkatan kualitas pembelajaran dengan
18
1. Guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran
yang kreatif dan inovatif.
Situasi Awal 2. Guru kurang maksimal memanfaatkan media pembelajaran.
3. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran
terutama dalam hal kurang percaya dirinya siswa dalam
berkomunikasi.
4. Siswa masih malu mengungkapkan pendapat. Serta masih
rendahnya konsentrasi siswa terutama saat menyimak suatu
bahan pembelajaran.
Pelaksanaan Kegiatan 1. Siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama
dan kelompok kedua.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru melakukan
brainstroming mengenai topik yang akan disampaikan.
3. Guru membagi satu bahan cerita menjadi dua bagian, (bagian
pertama dan kedua).
4. Bagian pertama cerita diberikan kepada pembaca kelompok
pertama, sedangkan pembaca kelompok kedua menerima
bagian cerita yang kedua.
5. Salah seorang pembaca dari kelompok pertama membacakan
cerita bagian pertama, sedangkan kelompok kedua menyimak
cerita. Setelah itu, salah seorang pembaca dalam kelompok
kedua membacakan cerita bagian kedua, sedangkan kelompok
pertama menyimak cerita.
6. Selama proses pembacaan cerita, guru berperan sebagai
mediator dengan menggunakan wayang sebagai media
pembelajaran.
7. Setelah cerita selesai dibacakan siswa saling menukarkan kata
kunci yang diperoleh secara berpasangan.
8. Setelah semua kata kunci setiap bagian cerita dicatat, tiap-tiap
siswa menuliskan cerita yang mereka simak berdasarkan kata
kunci yang mereka catat.
9. Setelah cerita selesai dibuat, kemudian siswa menjawab soal-
soal yang berhubungan dengan cerita yang telah mereka
simak, yang dibuat oleh guru dengan teknik 5W+1H.
10. Siswa mengumpulkan jawaban soal dan cerita yang telah
mereka buat.
19
2.4. Hipotesis Tindakan
Melalui media wayang, siswa akan lebih mudah memahami cerita dan konteks dongeng,
karena visualisasi yang menarik dan penggunaan karakter-karakter dalam wayang sebagai
representasi tokoh-tokoh dalam dongeng. Media wayang juga dapat membantu siswa, khususnya
menyimak, seperti memahami inti cerita, mengenali karakter, menangkap detail-detail penting,
dan memprediksi perkembangan cerita. Dengan terbiasa menggunakan media wayang dalam
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada umumnya terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam melaksanakan penelitian
tindakan, yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Berikut ini adalah
3.1.1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti,
kemudian membuat perangkat pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data
dan fakta yang terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung. Tahapan ini meliputi:
memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan dan kompetensi dasar:
21
4) Menyiapkan media pembelajaran berupa teks cerita dan wayang.
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa.
Pada tahap ke-2 yakni tahap pelaksanaan, strategi dan Rencana Pembelajaran yang telah
disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan. Pada tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa
yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
Peneliti akan menggunakan media wayang dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
menyimak dongeng. Adapun pelaksanaan tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Pada
siklus pertama, peneliti akan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi
menyimak dongeng atau cerita anak. Sedangkan siklus kedua materi pembelajarannya adalah
menyimak dongeng dengan cerita yang berbeda. Siklus kedua dilaksanakan untuk memperbaiki
segala sesuatu yang belum baik dan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
3.1.3. Pengamatan
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan
pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi tahap pelaksanaan dan pelaksanaan terjadi pada waktu
yang bersamaan.
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua hal yang diperlukan dan yang
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan
format observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan
tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data
dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prentasi, nilai tugas dll) atau data
22
kualitatif (keaktifan siswa, antusiasme siswa, mutu diskusi yang dilakukan, kreatifitas siswa dll).
Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati
keterampilan guru, aktivitas siswa dan keterampilan menyimak dongeng menggunakan media
wayang.
3.1.4. Refleksi
Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Peneliti bersama tim kolaborasi mengevaluasi proses serta
hasil dari tindakan pada siklus pertama, mengidentifikasi dan mendaftar permasalahan yang terjadi
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Melinggih Kelod. Sekolah tersebut
terletak di Banjar Bayad, Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar. Penelitian
dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV. Penelitian ini dilaksanakan selama
3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Melinggih Kelod, yang berjumlah
11 siswa. Siswa tersebut terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
23
3.4. Kriteria Kesuksesan Penelitian
membandingkan tes sebelum tindakan dan hasil tes sesudah tindakan. Dalam hal ini sebuah
indikator dan kemampuan dasar dapat dinyatakan berhasil jika 85% dari jumlah siswa dapat
mencapai kategori baik sekali dan mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 70 dalam
penilaian keterampilan menyimak. Apabila hal tersebut terpenuhi, maka siklus penelitian berhenti
dinilai nilai
24
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian teknik pengumpulan data diperoleh melalui beberapa teknik, yaitu teknik tes
dan nontes. Pada teknis nontes diantaranya: 1) teknik observasi; 2) teknik wawancara; 3) teknik
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan-pernyataan yang harus dipilih atau ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh peserta tes yang bertujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan tes tertulis untuk mengetahui pemahaman siswa tentang
materi bahasa Indonesia khususnya saat menyimak isi dongeng yang didengar. Instrumen yang
Dalam teknis nontes terdiri berbagai macam teknik pengumpulan data yaitu:
Morris mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan
instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain. Metode observasi yang
digunakan pada setiap kegiatan penelitian bervariasi, tergantung pada setting, kebutuhan dan
tujuan penelitian. Pada perkembangannya, observasi telah menjadi salah satu bentuk metode
ilmiah. Kemunculan observasi sebagai metode ilmiah tentu menambah variasi metode
Observasi selain sebagai salah satu tahap dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas
sekaligus juga berfungsi sebgai alat untuk pengumpulan data. Metode ini sangat sesuai untuk
merekam aktivitas yang bersifat proses. Dalam istilah assessment, kegiatan observasi merupakan
25
bagian dari informal assessment (authentic assessment) yang bersifat langsung (direct
assessment). Observasi langsung dilakukan dengan adanya keterlibatan secara langsung oleh
peneliti dalam proses pembelajaran yang dilakukan bersama guru dan siswa, atau bahkan peneliti
sekaligus sebagai guru. Sebenarnya kondisi seperti inilah yang diharapkan nanti. Artinya ke depan
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi digunakan untuk
mengetahui data keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
3.5.2.2.Teknik Wawancara
Wawancara (interview) adalah salah satu kaedah mengumpulkan data yang paling biasa
digunakan dalam penelitian sosial. Kaedah ini digunakan ketika subjek kajian (responden) dan
peneliti berada langsung bertatap muka dalam proses mendapat informasi bagi keperluan data
primer. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan fakta,
teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.
Menurut Sutrisno Hadi, wawancara adalah alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan,
pendapat, keyakinan, perasaan, motivations, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya;
mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu seseorang serta rahasia-
rahasia hidupnya.
26
Pada pengertian lain, wawancara yakni proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan
tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang
diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Instrumen yang digunakan
Dokumentasi juga berfungsi sebagai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang
terjadi di dalam kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, untuk
menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwa penting atau khusus yang terjadi, alat-
alat elektronik ini dapat dimanfaatkan untuk membantu mendeskripsikan hal apa saja yang peneliti
tulis di catatan lapangan dan untuk memperkuat hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Selain itu juga menggunakan
Yang dimaksud catatan lapangan (field notes) dalam penelitian adalah bukti tentik berupa
catatan pokok, atau catatan terurai tentang proses yang terjadi dilapangan, sesuai dengan fokus
Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau
observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Berbagai hasil pengamatan tentang
aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa,
27
interaksi siswa dengan siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan
dan akan digunakan sebagai sumber data penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini catatan
lapangan berisi catatan selama proses pembelajaran berupa data keterampilan guru, aktivitas siswa,
dan keterampilan siswa dalam menyimak dongeng menggunakan media wayang. Catatan lapangan
ini digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan sebagai masukan guru
Teknik analisis data adalah untuk mengukur hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan dan menjawab rumusan masalah serta tujuan penelitian tersebut. Analisis data
dapat dilakukan jika semua data terkumpul dari beberapa sumber. Data yang sudah terkumpul
Data kualitatif yang didapatkan oleh peneliti diperoleh dari lembar observasi yang bermaksud
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan apa saja yang terjadi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung di dalam kelas. Pada pengertian lain data kualitatif yakni data yang berhubungan
dengan kualitas tertentu misalnya sangat baik, baik, cukup dan kurang baik. Data kualitatif juga
dapat diperoleh dari proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media wayang.
Data kuantitatif yakni data yang bisa diolah dengan penghitungan-penghitungan statistik. Data
kuantitatif berasal dari tes awal yang dilakukan pada awal pertemuan dan tes akhir yang dilakukan
pada akhir pembelajaran. Tes-tes tersebut dilakukan untuk melihat peningkatan keterampilan
menyimak peserta didik. Dengan adanya data kuantitatif ini peneliti dapat mengetahui apakah ada
28
peningkatan nilai setelah memakai media wayang pada proses pembelajaran. Terdapat rumus yang
1) Tingkat keberhasilan peserta didik berdasarkan skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam
∑Ρ
Mx =
Ν
Penjelasan:
∑P = Jumlah Nilai
29
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, & Rusman. (2020). Classroom Action Research Pengembangan Kompetensi Guru.
Penerbit CV. Pena Persada Redaksi: Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah.
Rima Wati, E. (2016). RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN (A. Jarot (ed.)). Kata Pena.
katapena.penerbit@gmail.com.
SUSANTI, E. (2019). Keterampilan Menyimak. Hak penerbitan pada PT Raja Grafindo Persada,
Depok, Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok
16956.
Sriyati, S. (n.d.). PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK). Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
UPI.
30