Anda di halaman 1dari 25

PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN ETNOPEDAGOGI:

MEMAHAMI KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN


DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Diajukan Sebagai Tugas Tersetruktur
Mata Kuliah Etnopedagogi
Dosen Pengampu:
Ni Kadek Depi Dumaini, S.Pd., M.Pd.

OLEH:
KELOMPOK 2

I KETUT ARI NATA SUARA NPM. 214079


I NENGAH JONI PRANATA NPM. 214081
NI LUH EMI APRILIANTI NPM. 214087
NI LUH PITRI YANTI NPM. 214096
NI WAYAN SULASIH NPM. 214104
NI WAYAN SRI NARWATI NPM. 214129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
AGAMA HINDU AMLAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Om Awighnamastu Namah Siddham
Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa kami dapat

menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini

kami membahas “Pendidikan Humanistik dan Etnopedagogi: Memahami

Kemanusiaan dan Kebudayaan Dalam Proses Pembelajaran”.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca untuk memberikan

saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian

Amlapura, 03 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................3
1.4. Manfaat......................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
2.1 Landasan Teori..........................................................................................5
2.1.1 Pendidikan Humanistik....................................................................5
2.1.2 Etnopedagogi...................................................................................8
2.2 Penerapan Pendidikan Humanistik dalam Pendidikan di Indonesia..........9
2.3 Budaya Lokal dalam Pendidikan Etnopedagogi......................................10
2.3.1 Peran Budaya dalam Pendidikan Etnopedagogi............................10
2.3.2 Integrasi Budaya Lokal untuk Meningkatkan Relevansi
Pembelajaran..................................................................................11
2.4 Integrasi Pendidikan Humanistik dan Etnopedagogi dalam Proses
Pembelajaran............................................................................................13
2.3.1 Integrasi Pendidikan Humanistik dan Etnopedagogi.....................13
2.3.2 Tantangan dalam Integrasi Pendidikan Humanistik dan
Etnopedagogi.................................................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................18
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan adalah salah satu aspek kunci dalam perkembangan individu
dan masyarakat. Bagaimana pendidikan diselenggarakan dan dipahami memiliki
dampak yang signifikan pada perkembangan intelektual, sosial, dan budaya
peserta didik. Dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan pendidikan humanistik
dan etno-pedagogi telah mendapatkan perhatian yang meningkat sebagai alternatif
yang menarik untuk meningkatkan pengalaman belajar.
Pendidikan humanistik menekankan pada pengembangan keseluruhan
individu, dengan fokus pada aspek-aspek psikologis dan emosional, serta
penanaman nilai-nilai kemanusiaan. Sudijono (2015), mengadvokasi pendidikan
humanistik yang menekankan pada pengembangan pribadi siswa dan kemandirian
dalam belajar. Ia berpendapat bahwa pendidikan humanistik menciptakan siswa
yang lebih mandiri dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang diri
mereka sendiri. Sementara itu, etnopedagogi memahami pentingnya budaya dalam
proses pembelajaran, mengakui bahwa konteks budaya dapat mempengaruhi cara
seseorang belajar dan berpartisipasi dalam pendidikan. Sutrisno (2008), telah
mengkaji konsep etnopedagogi dalam konteks Indonesia. Ia menekankan bahwa
etnopedagogi memungkinkan guru untuk memahami budaya siswa mereka dan
merancang pengajaran yang lebih sesuai dengan konteks budaya lokal. Namun,
meskipun kedua pendekatan ini memiliki nilai dan prinsip yang kuat,
implementasinya seringkali kompleks. Menerapkan pendidikan humanistik dan
etnopedagogi dalam konteks pendidikan formal seringkali memerlukan adaptasi
dan perubahan dalam kurikulum, metode pengajaran, serta pemahaman
masyarakat tentang pendidikan.
Dede (2019), seorang pendidik Indonesia, telah mempertimbangkan
integrasi pendidikan humanistik dan etnopedagogi sebagai cara untuk
meningkatkan efektivitas pendidikan di Indonesia. Ia berpendapat bahwa
menggabungkan prinsip-prinsip humanistik dengan pemahaman mendalam
tentang budaya lokal dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih

1
inklusif dan relevan. Pandangan lain dari Barliana (2017), seorang pendidik dan
peneliti Indonesia, telah membahas pendidikan kritis dalam konteks Indonesia. Ia
berpendapat bahwa pendidikan kritis yang mencakup elemen-elemen humanistik
dan etno-pedagogi dapat membantu siswa untuk lebih memahami realitas sosial
mereka dan menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Pandangan para
ahli Indonesia ini memberikan perspektif yang berharga tentang bagaimana
pendidikan humanistik, etno-pedagogi, dan integrasi keduanya dapat
berkontribusi dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia dengan memahami
dan menghormati budaya lokal serta mengembangkan individu secara holistik.
Makalah ini bertujuan untuk mendalami pemahaman tentang pendidikan
humanistik dan etnopedagogi, serta eksplorasi cara-cara di mana kedua
pendekatan ini dapat disatukan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih
bermakna. Dalam konteks global yang semakin beragam dan kompleks,
pemahaman ini dapat membantu pendidik dan pembuat kebijakan dalam
mengembangkan pendidikan yang lebih inklusif, berpusat pada nilai-nilai
kemanusiaan, dan sensitif terhadap beragam budaya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep pendidikan humanistik dapat diterapkan dalam konteks
pendidikan di Indonesia, dan apa dampaknya terhadap perkembangan pribadi
siswa?
2. Apa peran budaya dalam pendidikan etnopedagogi, dan bagaimana integrasi
budaya lokal dapat meningkatkan relevansi pembelajaran di lingkungan
pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana pendidikan humanistik dan etnopedagogi dapat digabungkan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan sensitif terhadap
budaya di sekolah-sekolah di Indonesia, dan apa tantangan utama yang
mungkin dihadapi dalam proses integrasi ini?

2
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka diperoleh tujuan sebagai
berikut.
1. Untuk menganalisis konsep pendidikan humanistik dan mengidentifikasi
bagaimana pendekatan ini dapat diterapkan dalam konteks pendidikan di
Indonesia, serta untuk mengevaluasi dampaknya terhadap perkembangan
pribadi siswa.
2. Untuk menyelidiki peran budaya dalam pendidikan etno-pedagogi dan
menentukan bagaimana integrasi budaya lokal dapat meningkatkan relevansi
dan efektivitas pembelajaran di lingkungan pendidikan di Indonesia.
3. Untuk mengevaluasi kemungkinan penggabungan konsep pendidikan
humanistik dan etnopedagogi dalam pendidikan di Indonesia, dan untuk
mengidentifikasi tantangan utama yang mungkin dihadapi dalam proses
integrasi ini, serta merumuskan rekomendasi untuk mengatasi tantangan
tersebut.

1.4. Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat membantu dalam pengembangan teori pendidikan
yang lebih komprehensif yang memadukan prinsip-prinsip pendidikan humanistik
yang berfokus pada perkembangan pribadi dan nilai-nilai kemanusiaan dengan
pendekatan etnopedagogi yang memperhatikan faktor budaya dalam proses
pembelajaran.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Mahasiswa
Manfaat praktis bagi mahasiswa adalah pengalaman belajar yang lebih
beragam dan relevan. Integrasi pendidikan humanistik dan etno-pedagogi
akan memungkinkan mahasiswa untuk mengalami pendidikan yang lebih
holistik, di mana mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik,
tetapi juga mengembangkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai
kemanusiaan dan keterlibatan budaya. Hal ini dapat meningkatkan kesiapan

3
mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin multikultural
dan global, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan
emosional yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Bagi Dosen
Manfaat praktis bagi dosen adalah peningkatan dalam desain pengajaran dan
interaksi dengan siswa. Dosen akan memiliki alat yang lebih kuat untuk
merancang pengalaman pembelajaran yang inklusif dan relevan, dengan
mempertimbangkan keberagaman budaya siswa. Mereka juga dapat lebih
fokus pada pengembangan aspek-aspek psikologis dan emosional siswa
dalam proses pembelajaran. Hal ini akan memungkinkan dosen untuk
menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna
bagi siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
siswa.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Manfaat praktis bagi perguruan tinggi adalah meningkatnya reputasi dan daya
tarik sebagai institusi pendidikan yang inovatif. Dengan mengadopsi
pendekatan pendidikan humanistik dan etno-pedagogi, perguruan tinggi dapat
menarik perhatian calon mahasiswa yang mencari pendidikan yang lebih
holistik dan inklusif. Hal ini juga dapat meningkatkan kualitas pengajaran di
perguruan tinggi, yang dapat mempengaruhi peringkat dan reputasi institusi.
Selain itu, perguruan tinggi dapat berperan sebagai agen perubahan dalam
meningkatkan pendidikan di seluruh negara dengan mempromosikan integrasi
pendekatan-pendekatan inovatif ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pendidikan Humanistik
Pendidikan humanistik sebagai sebuah nama pemikiran/teori pendidikan
dimaksudkan sebagai pendidikan yang menjadikan humanisme sebagai
pendekatan. Menurut Mulkhan (dalam Qodir, 2007) istilah/nama pendidikan
humanistik, kata “humanistik” pada hakikatnya adalah kata sifat yang merupakan
sebuah pendekatan dalam pendidikan Teori pendidikan humanistik yang muncul
pada tahun 1970-an bertolak dari tiga teori filsafat, yaitu: pragmatisme,
progresivisme dan eksistensisalisme. Dewey (dalam Qodir, 2017) berpendapat ide
utama pragmatisme dalam pendidikan adalah memelihara keberlangsungan
pengetahuan dengan aktivitas yang dengan sengaja mengubah lingkungan
Progresivisme menekankan kebebasan aktualisasi diri supaya kreatif
sehingga menuntut lingkungan belajar yang demokratis dalam menentukan
kebijakannya. Kalangan progresivis berjuang untuk mewujudkan pendidikan yang
lebih bermakna bagi kelompok sosial. Progresivisme menekankan terpenuhi
kebutuhan dan kepentingan anak. Anak harus aktif membangun pengalaman
kehidupan. Belajar tidak hanya dari buku dan guru, tetapi juga dari pengalaman
kehidupan. Pengaruh terakhir munculnya pendidikan humanistik adalah
eksistensialisme yang pilar utamanya adalah invidualisme. Kaum eksistensialis
memandang sistem pendidikan yang ada itu dinilai membahayakan karena tidak
mengembangkan individualitas dan kreativitas anak. Sistem pendidikan tersebut
hanya mengantarkan mereka bersikap konsumeristik, menjadi penggerak mesin
produksi, dan birokrat modern.
“Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaian
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal”
(Assegaf, 2011). Penuturan Knight tentang humanistic ialah “Central to the
humanistic movement in education has been a desire to create learning
environment where children would be free from intense competition, harsh

5
discipline, and the fear of filure”. Hal mendasar dalam pendidikan humanistik
adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang menjadikan peserta
didik terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan ketakutan
gagal.
Prinsip-prinsip pendidik humanistik: (1) Siswa harus dapat memilih apa
yang mereka ingin pelajari. Guru humanistik percaya bahwa siswa akan
termotivasi untuk mengkaji materi bahan ajar jika terkait dengan kebutuhan dan
keinginannya. (2) Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk
belajar dan mengajar mereka tentang cara belajar. Siswa harus termotivasi dan
merangsang diri pribadi untuk belajar sendiri. (3) Pendidik humanistik percaya
bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi belajar diri yang bermakna. (4)
Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun pengetahuan, sangat
penting dalam sebuah proses belajar dan tidak memisahkan domain kognitif dan
afektif. (5) Pendidik humanistik menekankan pentingnya siswa terhindar dari
tekanan lingkungan, sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar.
Pembelajaran humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas
untuk menentukan arah hidupnya. Siswa diarahkan untuk dapat bertanggungjawab
penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Beberapa pendekatan
yang layak digunakan dalam metode ini adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan
ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak siswa untuk berpikir bersama secara
kritis dan kreatif. “Guru tidak bertindak sebagai guru yang hanya memberikan
asupan materi yang dibutuhkan siswa secara keseluruhan, namun guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan partner dialog” (Arbayah, 2013). Pembelajaran
humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk
menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya
sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendidikan yang humanistik menekankan
bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin
komunikasi dan relasi personal antara pribadipribadi dan antar pribadi dan
kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat dan
menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih antar mereka.
Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif tanpa hambatan jika

6
berada dalam suasana yang penuh cinta, hati yang penuh pengertian
(understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship).
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya (Arbayah, 2013).
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya
sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah
teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Manusia memiliki 5
macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and
security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan
akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga
diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri). Sehingga
pendidikan humanistik haruslah pendidikan yang mencakup lima kebutuhan
tersebut (Arbayah, 2013).
Beberapa model pembelajaran humanistik: (1) Humanizing of the
classroom, model ini bertumpu pada tiga hal, yakni menyadari diri sebagai suatu
proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan
identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. (2) Active
learning, merupakan strategi pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta
didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan
dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan
berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar
aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari
hasil analisis mereka sendiri (Baharun, 2018). (3) Quantum learning, merupakan
cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di
dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning
mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan

7
emosinya secarabaik, maka mereka akan mampu membuat loncatan prestasi yang
tidak bisa terduga sebelumnya dengan hasil mendapatkan prestasi bagus. (4) The
accelerated learning, merupakan pembelajaran yang berlangsung secara cepat,
menyenangkan, dan memuaskan. Dalam model ini, guru diharapkan mampu
mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan
Intellectual (SAVI).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan pendidikan
humanistik adalah pendekatan dalam dunia pendidikan yang berfokus pada
pengembangan pribadi dan potensi siswa. Pendekatan ini menekankan pentingnya
memahami individu sebagai manusia yang unik dengan kebutuhan dan potensi
masing-masing. Dalam pendidikan humanistik, siswa dipandang sebagai subjek
aktif yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran, bukan sebagai objek yang
hanya menerima informasi.

2.1.2 Etnopedagogi
Etnopedagogi adalah konsep dalam pendidikan yang menekankan
penggunaan budaya dan pengetahuan lokal sebagai dasar untuk pembelajaran.
Pendekatan ini mengakui bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya
mengandalkan pengetahuan dari luar, tetapi juga memanfaatkan kekayaan budaya
yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Dalam konteks etnopedagogi, budaya
lokal termasuk bahasa, nilai-nilai, tradisi, praktik, dan pengetahuan yang
berkembang dalam komunitas tersebut. Konsep ini berfokus pada meningkatkan
relevansi pembelajaran dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik, memungkinkan mereka untuk lebih mudah merelasiikan materi
pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri. Etnopedagogi juga
mempromosikan pemecahan masalah lokal, pembelajaran kolaboratif, dan
kemandirian peserta didik, serta mengakui keanekaragaman budaya dan
pengetahuan lokal sebagai sumber daya berharga dalam proses pendidikan.
Dengan pendekatan ini, pendidikan menjadi lebih inklusif, relevan, dan
memungkinkan peserta didik untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat
mereka sendiri.

8
Menurut Sadli (2018), seorang ahli pendidikan dan budaya terkemuka di
Indonesia, memberikan pandangannya tentang etnopedagogi. Ia menyatakan,
etnopedagogi adalah jawaban bagi pendidikan kita untuk menghargai dan
memanfaatkan kearifan lokal yang seringkali terpinggirkan dalam sistem
pendidikan yang lebih terpusat. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai, bahasa, dan
praktik lokal dalam pembelajaran, kita memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memahami dan menghargai akar budaya mereka sendiri. Ini bukan
hanya tentang pendidikan, tetapi juga tentang pelestarian identitas budaya kita
yang berharga.
Menurut Zainuddin (2020), seorang pakar dalam bidang pendidikan
inklusif dan keberagaman, juga memberikan pandangan tentang pentingnya
etnopedagogi. Ia menyatakan, etnopedagogi adalah jalan menuju pendidikan yang
inklusif dan bermakna bagi semua peserta didik, terlepas dari latar belakang
budaya mereka. Dengan memahami dan mengintegrasikan kearifan lokal dalam
proses pembelajaran, kita menciptakan lingkungan yang lebih ramah keberagaman
dan mendukung perkembangan peserta didik secara holistik. Pendapat kedua ahli
ini memberikan pandangan yang kuat tentang pentingnya etnopedagogi dalam
konteks pendidikan di Indonesia dan bagaimana pendekatan ini dapat membantu
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan relevan.

2.2 Penerapan Pendidikan Humanistik dalam Pendidikan di Indonesia


Pendidikan yang membebaskan dan menawarkan pembelajaran yang
humanis memposisikan siswa sebagai subjek didik dan sebagai individu yang
memiliki keinginan dan karakteristik Pendidikan Humanisme dan
Implementasinya dalam pembelajaran yang beragam. Dengan demikian, proses
pembelajaran di kelas harus mendorong siswa untuk mengenal dan menangkap
realitas kehidupan secara kritis (Riyanton, 2016). Konsep pendidikan humanistik
dapat diterapkan dalam konteks pendidikan di Indonesia dengan berfokus pada
pengembangan pribadi siswa melalui pendekatan yang berpusat pada siswa.
1. Pemberian Ruang untuk Pertumbuhan Pribadi
Penerapan pendidikan humanistik di Indonesia melibatkan pemberian ruang
kepada siswa untuk pertumbuhan pribadi mereka. Guru dapat memfasilitasi

9
lingkungan yang mendukung eksplorasi diri, pengembangan minat, dan
identifikasi kekuatan siswa. Ini dapat menciptakan siswa yang lebih sadar
akan potensi dan minat mereka sendiri. Dampaknya adalah perkembangan
pribadi siswa yang lebih positif, karena mereka merasa dihargai sebagai
individu unik dengan potensi yang beragam.
2. Mendorong Kemandirian dan Tanggung Jawab
Pendidikan humanistik juga mendorong kemandirian dan tanggung jawab
siswa atas proses pembelajaran mereka. Guru dapat memotivasi siswa untuk
mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka, merencanakan tujuan-
tujuan belajar mereka sendiri, dan mengukur kemajuan mereka. Hal ini dapat
mengembangkan rasa tanggung jawab dan otonomi siswa terhadap proses
pembelajaran mereka. Dampaknya adalah siswa yang lebih mandiri, mampu
mengatur diri mereka sendiri, dan lebih bertanggung jawab terhadap
pendidikan mereka.
3. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif dan Penuh Perhatian
Pendekatan humanistik menekankan pentingnya interaksi yang positif antara
guru dan siswa serta antara sesama siswa. Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, menciptakan lingkungan belajar yang positif, penuh perhatian, dan
bebas dari stigmatisme atau diskriminasi sangat penting. Guru harus
mendorong interaksi yang penuh empati dan saling mendukung di dalam
kelas. Dampaknya adalah siswa yang merasa aman, diterima, dan dihargai
dalam lingkungan pembelajaran mereka, yang dapat membantu meningkatkan
perkembangan pribadi mereka secara positif.
Dalam keseluruhan, penerapan konsep pendidikan humanistik di Indonesia
dapat memengaruhi perkembangan pribadi siswa dengan menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mendukung, mendorong pertumbuhan pribadi, dan
menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Ini dapat menciptakan siswa yang lebih sadar
diri, mandiri, dan bertanggung jawab serta lebih siap menghadapi tantangan dalam
kehidupan mereka.

10
2.3 Budaya Lokal dalam Pendidikan Etnopedagogi
2.3.1 Peran Budaya dalam Pendidikan Etnopedagogi
Budaya adalah inti dari identitas individu dan masyarakat. Dalam
pendidikan etnopedagogi, pengakuan akan peran budaya sangatlah penting.
Budaya tidak hanya mencerminkan latar belakang siswa, tetapi juga membentuk
cara mereka memandang dunia dan belajar. Budaya memainkan peran sentral
dalam pendidikan etno-pedagogi. Pendidikan etno-pedagogi mengakui bahwa
budaya tidak hanya merupakan latar belakang siswa, tetapi juga pengaruh kuat
dalam cara mereka belajar dan berinteraksi dalam lingkungan pendidikan. Peran
budaya dalam pendidikan etno-pedagogi mencakup:
1. Menyediakan Konteks Pembelajaran yang Relevan
Budaya bukan hanya latar belakang siswa, tetapi juga memberikan konteks
yang penting untuk pemahaman mereka. Pendekatan etno-pedagogi mengakui
bahwa budaya memengaruhi bagaimana siswa memproses informasi dan
berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu, menyediakan
konteks budaya yang relevan dalam proses pembelajaran sangat penting
untuk membantu siswa meresapi materi pelajaran.
2. Meningkatkan Motivasi Belajar
Menggunakan konten yang terkait dengan budaya siswa dalam pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi belajar. Siswa akan merasa lebih terhubung
dengan materi pelajaran jika mereka melihat relevansinya dengan
pengalaman dan budaya mereka sendiri.
3. Menghormati Keanekaragaman
Pendidikan etnopedagogi menghormati dan merayakan keanekaragaman
budaya. Ini mencakup menghargai budaya siswa, bahasa, tradisi, dan
keyakinan mereka. Dengan demikian, pendekatan ini membantu menciptakan
lingkungan yang inklusif dan menghormati semua siswa, tanpa memandang
latar belakang budaya mereka.

2.3.2 Integrasi Budaya Lokal untuk Meningkatkan Relevansi Pembelajaran


Ridwan (2014: 102) menjelaskan bahwa selama ini pendidikan dan nilai
budaya lokal belum sepenuhnya melebur menjadi satu kekuatan baru yang

11
tangguh di tubuh pendidikan Indonesia. Di sekolah dasar, pembelajaran yang
berorientasi budaya lokal belum diterapkan secara optimal meskipun sudah
diterapkannya pembelajaran tematik yang dalam pengajarannya harus memuat
kearifan lokal. Utari, Degeng dan Akbar (2016: 42) secara umum, budaya lokal
memiliki ciri dan fungsi yaitu 1) sebagai penanda identitas sebuah komunitas, 2)
sebagai elemen perekat kohesi sosial, (3) sebagai unsur budaya yang tumbuh dari
bawah, eksis dan berkembang dalam masyarakat, bukan merupakan sebuah unsur
yang diapksakan dari atas, 4) berfungsi memberikan warna kebersamaan bagi
komunitas tertentu, 5) dapat mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik
individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground, 6) mampu
mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi dan mekanisme bersama untuk
mempertahankan diri dari kemungkinan terjadinya gangguan atau perusak
solidaritas kelompok sebagai komunitas yang utuh dan terintegrasi. Integrasi
budaya lokal dalam konteks pendidikan adalah upaya untuk menciptakan
pengalaman belajar yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini
bukan hanya tentang memasukkan elemen-elemen budaya dalam kurikulum,
tetapi juga mengenai menghormati, merayakan, dan memahami budaya lokal
sebagai bagian integral dari pembelajaran. Integrasi budaya lokal dalam
pendidikan di Indonesia memiliki dampak positif dalam meningkatkan relevansi
pembelajaran, yaitu:
1. Mengaitkan Pembelajaran dengan Konteks Sosial
Integrasi budaya lokal dalam pembelajaran membantu siswa mengaitkan apa
yang mereka pelajari dengan konteks sosial mereka. Materi pelajaran yang
terkait dengan budaya lokal membantu siswa memahami bagaimana konsep-
konsep akademik berlaku dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini membuat
pembelajaran menjadi lebih relevan dan praktis.
2. Mempertahankan Warisan Budaya
Integrasi budaya lokal juga berperan dalam melestarikan warisan budaya. Ini
penting untuk menjaga dan mempromosikan budaya lokal yang beragam di
Indonesia. Melalui pendidikan, generasi muda dapat memahami,
menghormati, dan memelihara budaya-budaya tradisional.
3. Menghargai Keberagaman

12
Integrasi budaya lokal membantu siswa menghargai keberagaman budaya dan
sosial di Indonesia. Mereka dapat belajar tentang berbagai budaya yang ada di
negara mereka dan mengembangkan pemahaman tentang persamaan dan
perbedaan budaya. Ini membangun rasa toleransi dan pemahaman
antarbudaya.
4. Mendorong Identitas Budaya Positif
Melalui integrasi budaya lokal, siswa dapat mengembangkan identitas budaya
positif. Mereka dapat merasa bangga dengan latar belakang budaya mereka
sendiri, dan hal ini dapat meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri siswa.
Integrasi budaya lokal dalam pendidikan etnopedagogi bukan hanya
tentang menyertakan unsur-unsur budaya dalam kurikulum, tetapi juga tentang
menggabungkan perspektif budaya dalam seluruh pendekatan pengajaran dan
pengelolaan kelas. Dengan demikian, pendekatan ini dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif, relevan, dan memadukan budaya
siswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman, motivasi, dan
perkembangan pribadi siswa di Indonesia.

2.4 Integrasi Pendidikan Humanistik dan Etnopedagogi dalam Proses


Pembelajaran
Pendidikan humanistik dan etnopedagogi adalah dua pendekatan penting
dalam dunia pendidikan yang, ketika digabungkan, dapat menciptakan lingkungan
belajar yang inklusif dan sensitif terhadap budaya di sekolah-sekolah di Indonesia.

2.3.1 Integrasi Pendidikan Humanistik dan Etnopedagogi


Integrasi pendidikan humanistik dan etnopedagogi adalah langkah yang
strategis dalam membangun lingkungan belajar yang inklusif, berpusat pada
siswa, dan sensitif terhadap budaya di sekolah-sekolah di Indonesia. Kedua
pendekatan ini, meskipun memiliki fokus yang berbeda, memiliki potensi untuk
saling melengkapi dan memperkaya pengalaman pendidikan.
1. Penekanan pada Pemahaman dan Empati
Pendidikan humanistik menekankan pentingnya empati dan pemahaman
terhadap siswa sebagai individu. Ketika dikombinasikan dengan

13
etnopedagogi, pendekatan ini dapat membantu guru memahami lebih dalam
konteks budaya siswa, norma-norma, dan nilai-nilai yang membentuk
pemikiran mereka. Ini menciptakan ruang untuk penerimaan positif terhadap
perbedaan budaya dan pengalaman siswa.

2. Pengembangan Kemandirian dan Pemecahan Masalah


Pendidikan humanistik mendorong perkembangan kemandirian siswa dan
kemampuan mereka dalam pemecahan masalah. Dalam konteks
etnopedagogi, ini bisa diintegrasikan dengan mengajarkan siswa untuk
merumuskan solusi yang sesuai dengan konteks budaya mereka. Hal ini
membantu siswa memahami bagaimana konsep akademik dapat diterapkan
dalam situasi budaya mereka sendiri.
3. Pembelajaran Berbasis Pengalaman
Pendidikan humanistik mendorong pembelajaran berbasis pengalaman, di
mana siswa aktif terlibat dalam pembelajaran mereka. Dengan
menggabungkan etnopedagogi, guru dapat merancang pengalaman belajar
yang relevan dengan budaya siswa, seperti studi kasus yang melibatkan
aspek-aspek budaya lokal. Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memahami dampak praktis dari konsep-konsep akademik dalam konteks
budaya mereka.

2.3.2 Tantangan dalam Integrasi Pendidikan Humanistik dan


Etnopedagogi
Tantangan dalam integrasi pendidikan humanistik dan etnopedagogi
mencerminkan kompleksitas proses menggabungkan dua pendekatan yang
berbeda namun relevan dalam dunia pendidikan. Dalam upaya untuk
menghadirkan pendidikan yang lebih inklusif, pedagogi yang berfokus pada
siswa, dan sensitif terhadap budaya di sekolah-sekolah di Indonesia, kita tidak
dapat mengabaikan tantangan yang mungkin muncul dalam integrasi pendidikan
humanistik dan etnopedagogi.
1. Kurikulum dan Sumber Daya Terbatas

14
Salah satu tantangan utama adalah kurikulum yang ketat dan sumber daya
terbatas di banyak sekolah di Indonesia. Integrasi pendekatan ini memerlukan
perubahan dalam kurikulum yang mungkin membutuhkan waktu dan sumber
daya tambahan. Diperlukan dukungan penuh dari pemerintah dan lembaga
pendidikan untuk mengimplementasikan perubahan ini.
2. Pelatihan Guru
Guru perlu mendapatkan pelatihan yang tepat untuk mengintegrasikan
pendekatan ini dalam pengajaran mereka. Pelatihan ini memerlukan waktu
dan upaya ekstra untuk memastikan bahwa guru memiliki pemahaman yang
cukup tentang pendekatan ini dan dapat mengimplementasikannya dengan
efektif.
3. Sensitivitas Terhadap Budaya yang Beragam
Indonesia adalah negara yang sangat beragam budayanya, dengan banyak
kelompok etnis dan budaya yang berbeda. Tantangan dalam menciptakan
lingkungan belajar yang sensitif terhadap berbagai budaya ini adalah
memastikan bahwa tidak ada budaya yang mendominasi atau merendahkan
budaya lain. Semua siswa harus merasa dihormati dan diakui dalam
lingkungan belajar.
4. Evaluasi dan Pengukuran
Integrasi pendidikan humanistik dan etnopedagogi mungkin memerlukan
pendekatan evaluasi dan pengukuran yang lebih holistik daripada tes standar.
Tantangan adalah bagaimana mengukur perkembangan siswa dalam aspek-
aspek seperti pemahaman budaya, empati, dan kemandirian.
Mengatasi tantangan-tantangan ini akan menjadi langkah penting dalam
mengintegrasikan pendidikan humanistik dan etnopedagogi dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Namun, dengan komitmen yang kuat untuk menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif dan berbasis budaya, potensi positifnya adalah
meningkatkan pemahaman siswa, rasa toleransi, dan kemampuan mereka untuk
menghadapi tantangan dalam masyarakat yang semakin beragam.
Tantangan dalam mengintegrasikan pendidikan humanistik dan
etnopedagogi dalam sistem pendidikan di Indonesia dapat diatasi melalui
beberapa solusi yang konstruktif:

15
1. Revisi Kurikulum
Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat bekerja sama untuk merevisi
kurikulum pendidikan dengan memasukkan elemen-elemen pendidikan
humanistik dan etnopedagogi. Kurikulum ini harus mencerminkan nilai-nilai
kemanusiaan, empati, pemahaman budaya, dan penghormatan terhadap
keberagaman.
2. Pelatihan Guru yang Mendalam
Guru perlu menerima pelatihan yang mendalam tentang pendekatan ini.
Program pelatihan yang komprehensif harus disusun untuk membekali guru
dengan pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk
mengintegrasikan pendidikan humanistik dan etnopedagogi dalam pengajaran
mereka.
3. Dukungan Sumber Daya
Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu menyediakan dukungan sumber
daya yang cukup untuk sekolah, termasuk sumber daya pendidikan yang
relevan dengan pendekatan ini. Ini termasuk buku teks, perangkat lunak, dan
sumber daya lain yang dapat membantu guru dalam mengimplementasikan
kurikulum yang lebih inklusif.
4. Pengembangan Materi Pelajaran yang Beragam
Guru harus didorong untuk mengembangkan materi pelajaran yang beragam
dan relevan dengan budaya lokal siswa. Ini dapat mencakup penggunaan
cerita-cerita lokal, contoh-contoh budaya, dan studi kasus yang
mempertimbangkan konteks budaya.
5. Promosi Kerjasama Antarbudaya
Sekolah dapat mengadakan kegiatan yang mempromosikan kerjasama
antarbudaya, seperti pertukaran siswa, kunjungan budaya, dan proyek-proyek
yang melibatkan komunitas lokal. Ini membantu siswa untuk lebih
memahami dan menghargai budaya orang lain.
6. Evaluasi Holistik
Sistem evaluasi harus diperbarui untuk mencerminkan tujuan pendidikan
humanistik dan etnopedagogi. Evaluasi harus mencakup aspek-aspek seperti

16
pemahaman budaya, empati, dan kemandirian, selain dari tes akademik
standar.
7. Pendidikan Masyarakat
Penting untuk melibatkan masyarakat dalam mendukung integrasi pendidikan
humanistik dan etnopedagogi. Kampanye pendidikan masyarakat tentang
pentingnya pendekatan ini dan bagaimana mereka dapat mendukung
pendidikan yang inklusif dan berbasis budaya dapat membantu menciptakan
dukungan yang lebih besar.

8. Dukungan Kebijakan
Pemerintah dapat merancang kebijakan yang mendukung implementasi
pendidikan humanistik dan etnopedagogi di seluruh sistem pendidikan. Ini
mencakup alokasi anggaran yang cukup dan kebijakan yang mendukung
pelatihan guru, kurikulum yang inklusif, dan sumber daya pendidikan yang
relevan.
Dengan komitmen bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, guru,
dan masyarakat, tantangan-tantangan dalam mengintegrasikan pendidikan
humanistik dan etnopedagogi dapat diatasi. Ini akan membantu menciptakan
lingkungan belajar yang lebih inklusif, berbasis budaya, dan mempersiapkan
siswa untuk menjadi warga yang sadar akan budaya dan mampu berkontribusi
dalam masyarakat yang beragam.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan humanistik dan
etnopedagogi: memahami kemanusiaan dan kebudayaan dalam proses
pembelajaran, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Secara keseluruhan, penerapan pendidikan humanistik di Indonesia
mendorong perkembangan pribadi siswa melalui pendekatan yang berpusat
pada siswa. Hal ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang memberikan
ruang bagi pertumbuhan pribadi, mendorong kemandirian, dan menciptakan
atmosfer positif di dalam kelas. Hasilnya adalah siswa yang lebih sadar akan
potensi mereka, mandiri, bertanggung jawab, dan merasa dihargai dalam
lingkungan pembelajaran mereka. Pendidikan humanistik berkontribusi
positif terhadap pengembangan pribadi siswa di Indonesia.
2. Budaya memainkan peran kunci dalam pendidikan etnopedagogi di
Indonesia. Dalam konteks ini, budaya bukan hanya latar belakang siswa,
tetapi juga bentuk pengaruh yang kuat terhadap cara mereka belajar dan
berinteraksi. Dengan mengintegrasikan budaya lokal dalam pendidikan, kita
menciptakan lingkungan belajar yang relevan, memotivasi siswa dengan
menghubungkan pembelajaran dengan konteks sosial mereka, dan meresapi
materi pelajaran dengan pemahaman budaya yang lebih dalam. Integrasi
budaya lokal juga berkontribusi pada pelestarian warisan budaya Indonesia
yang beragam, mempromosikan penghargaan terhadap keberagaman, dan

18
mendorong pengembangan identitas budaya yang positif. Ini menciptakan
siswa yang lebih sadar akan budaya mereka sendiri, lebih terbuka terhadap
budaya orang lain, dan lebih siap untuk berkontribusi dalam masyarakat yang
semakin beragam.
3. Integrasi pendidikan humanistik dan etnopedagogi merupakan langkah
penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berfokus pada
siswa, dan sensitif terhadap budaya di sekolah-sekolah di Indonesia.
Gabungan kedua pendekatan ini menekankan pemahaman, empati,
kemandirian, dan pembelajaran berbasis pengalaman, sehingga
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam
tentang budaya mereka sendiri dan budaya orang lain. Namun, tantangan-
tantangan seperti kurikulum yang ketat, pelatihan guru yang memadai,
sensitivitas terhadap budaya yang beragam, dan evaluasi yang holistik perlu
diatasi agar integrasi ini berhasil. Diperlukan dukungan penuh dari
pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk
mengimplementasikan pendekatan ini dengan efektif dan memberikan
dampak positif pada pendidikan di Indonesia.

3.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari makalah dengan judul pendidikan
humanistik adalah sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa
Saran untuk mahasiswa adalah untuk aktif terlibat dalam proses
pembelajaran. Selain dari hanya menjadi penerima informasi, berperan aktif
dalam kelas, ajukan pertanyaan, berpartisipasi dalam diskusi, dan terlibat
dalam proyek-proyek pembelajaran. Manfaatkan peluang yang diberikan oleh
pendekatan pendidikan humanistik dan etno-pedagogi untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang diri Anda sendiri, kemanusiaan,
dan budaya. Ingatlah bahwa pembelajaran adalah perjalanan aktif, dan
semakin banyak Anda terlibat, semakin berharga pengalaman pembelajaran
Anda.
2. Bagi Dosen

19
Saran untuk dosen adalah untuk terbuka terhadap inovasi dalam desain
pengajaran. Selalu berusaha untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip
pendidikan humanistik dan etno-pedagogi dalam pendekatan pengajaran
Anda. Dengarkan dan pahami kebutuhan dan latar belakang budaya siswa
Anda, dan sesuaikan pengajaran Anda sesuai dengan konteks mereka. Selain
itu, terus belajar dan berkembang dalam pemahaman Anda tentang konsep-
konsep ini. Bekerja sama dengan rekan dosen lainnya untuk berbagi
pengalaman dan praktik terbaik dalam mengimplementasikan pendekatan ini.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Saran untuk perguruan tinggi adalah untuk mendorong dan mendukung
pengembangan program-program yang mengintegrasikan pendidikan
humanistik dan etno-pedagogi dalam kurikulum. Memberikan pelatihan dan
dukungan yang diperlukan kepada dosen untuk mengimplementasikan
pendekatan ini secara efektif. Selain itu, terlibat dalam penelitian dan
pengembangan dalam bidang ini untuk terus memperkaya pengetahuan dan
praktik pendidikan. Perguruan tinggi juga dapat mempromosikan kerjasama
lintas-disiplin dan lintas-budaya yang dapat memperkaya pengalaman belajar
bagi mahasiswa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arbayah. 2013. Model Pembelajaran Humanistik. Dinamika Ilmu. Vol 13. No. 2.

Assegaf, R. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Baru Pendidikan


Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Baharun, H. 2017. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik (Konsep,


Prinsip, Pendekatan dan Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum PAI.
Yogyakarta: CV Cantrik Pustaka.

Barliana, M. Syaom. 2017. Pendidikan Kritis di Indonesia: Perspektif, Teori, dan


Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Dede, Yahya. 2019. Integrasi Pendidikan Humanistik dan Etnopedagogi untuk


Pembelajaran yang Bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Qodir, A. 2017. Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar


Siswa. Pedagogik: Jurnal Pendidikan, Vol. 4, No. 2.

Ridwan, M. 2014. Kurikulum 2013 dan Pendidikan Nilai Kearifan Lokal di


Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan tema Implementasi
Kurikulum 2013 dan Problematikanya, Pascasarjana UNESA Tahun 2014,
102- 108.

Riyanton, M. 2016. Pendidikan Humanisme dan Implementasinya Dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Lingua Idea, Vol. 6, Hal. 1.

Sadli, Saparinah. 2018. Etnopedagogi: Menggali Kearifan Lokal dalam


Pembelajaran. Majalah Pendidikan Indonesia, Vol 20, No. 3.

21
Sudijono, Anas. 2015. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Sutrisno, Hadi. 2008. Pendidikan Indonesia yang Mengakar: Etnopedagogi Bagi


Anak-Anak Bangsa. Jakarta: Rineka Cipta.

Utari, Unga. Dkk. 2016. Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan Lokal di


Sekolah Dasar Dalam Menghadapi Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS. Vol. 1, No. 1, Hal. 39-44

Zainuddin, Andi. 2020. Etnopedagogi: Memperkuat Pendidikan Inklusif dalam


Konteks Budaya Lokal. Jurnal Pendidikan Inklusif, Vol 8, No. 2.

22

Anda mungkin juga menyukai