Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN ETNOPEDAGOGIK DENGAN ORANG TUA/WALI PESERTA DIDIK

Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Etnopedagogik

Dosen Pengampuh Mata Kuliah: Dr. DINA GASONG, M.Pd.

NAMA KELOMPOK I

RESKI KAMBUNO (P7122001)

RESLI PASOLORAN (P7122014)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

MAKALE 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini

tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk membantu pembaca khususnya mahasiswa

Pascasarjana Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia dalam memahami hubungan

etnopedagogik dengan peserta didik dalam dunia pendidikan. Besar harapan penulis

makalah ini memberi manfaat dan menambah wawasan pembaca khususnya para guru

untuk dapat menerapkan dan mengembangkan pembelajaran yang berakar pada budaya

dan kearifan lokal. Selain itu, makalah ini juga merupakan tugas pokok dalam mata kuliah

Etnopedagogik .

Ucapan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah ini atas tugas yang

telah diberikan sehingga penulispun dapat belajar dan memahami tentang etnopedagogik

dan hubungannya dengan orang tua atau wali peserta didik. Akhir kata, demi

penyempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dan

juga dari dosen pengampuh Mata Kuliah Etnopedagogik. Kiranya Tuhan Yang Maha

Kuasa senantiasa melimpahi kita kesehatan dan kekuatan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab kita masing-masing.

Makale, Januari 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 4

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Enopedagogik ……………………………………………… 5

B. Pengertian Orang Tua/Wali Peserta Didik …………………………… 7

C. Hubungan Etnopedagogi dengan Orang Tua/Wali Peserta didik …… 7

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ……………………………………………… 13

B. SARAN ……………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri, krisis multidimensi yang melanda dunia dewasa ini turut

mendera Indonesia. Sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia tidak punya pilihan

selain harus menghadapi sekaligus berupaya mencari berbagai solusi untuk

mengantisipasi dampak dan efek iringan dari krisis multidimensi tersebut. Pendidikan

yang dikaitkan dengan budaya masyarakat seperti adat-istiadat, hukum, seni, dan bahasa,

semestinya dapat dijadikan landasan dan pedoman dalam mencari alternatif solusi bagi

berbagai permasalahan bangsa. Sayangnya dalam praksis pendidikan saat ini terjadi

kecenderungan adanya ketidakselarasan antara proses pendidikan dan eksistensi budaya,

sehingga proses pendidikan menjadi kering dari aspek-aspek kebudayaan dan cenderung

berorientasi pada hasil semata. Padahal aspek-aspek kebudayaan seyogianya menjadi

basis dan pedoman bagi pelaksanaan setiap aktivitas kebangsaan, termasuk praksis

pendidikan di dalamnya.Terkait dengan fenomena ini, tampaknya diperlukan upaya

reorientasi pada praksis pendidikan agar pelaksanaan setiap kegiatan pendidikan

senantiasa mempertimbangkan unsur-unsur kebudayaan, baik budaya lokal yang bersifat

tradisional maupun budaya global yang bersifat kontemporer, karena pendidikan sejatinya

merupakan sebuah peristiwa kebudayaan untuk pembudayaan. Etnopedagogi adalah

sebuah pendekatan dalam pendidikan yang menawarkan sebuah konsep berbasis budaya,

atau persisnya kearifan lokal. Berkaitan dengan hal ini, Alwasilah et al. (2009)

menyatakan bahwa kearifan lokal adalah potensi yang mesti diberi tafsir baru agar

fleksibel untuk menghadapi tantangan zaman. Ia memiliki ciri-ciri: (1) berdasarkan

pengalaman; (2) teruji secara empiris selama bertahun-tahun; (3) dapat diadaptasi oleh
budaya modern; (4) melekat dalam kehidupan pribadi dan institusi; (5) lazim dilakukan

oleh individu dan kelompok; (6) bersifat dinamis; dan (7) terkait dengan sistem

kepercayaan. Konsep etnopedagogi layak untuk dipertimbangkan dalam upaya reorientasi

pada praksis pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah karena karakteristik

kebhinekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan keberagaman suku, bahasa, seni,

budaya, dan adat istiadat merupakan potensi luar biasa yang dapat dijadikan daya dukung

bagi keberhasilan proses pendidikan secara keseluruhan. Namun demikian, berdasarkan

ciri dan potensi kearifan (budaya) lokal tersebut, penerapan etnopedagogi dalam

pendidikan tidak dapat berdiri sendiri dan steril dari pengaruh budaya kontemporer.

Bagaimanapun, antara budaya lokal yang bersifat tradisional dan budaya global yang

bersifat kontemporer selalu bersentuhan, terkait, dan berbaur tanpa dapat dihindari. Oleh

karena itu, penerapan etnopedagogi dalam pendidikan yang kental dengan kearifan lokal

harus senantiasa mempertimbangkan kehadiran budaya global agar proses pendidikan

dapat terlaksana secara komprehensif sehingga hasil pendidikan dapat tercapai secara

optimal.

Permasalahannya saat ini nilai-nilai kearifan lokal saat mulai terabaikan semenjak

berkembangnya teknologi dan informasi. Semua itu bisa terlihat dari tidak terserapnya

dan mewujudnya dalam perilaku sehari-hari. Kebudayaan-kebudayan lokal mulai tergerus

leh tatanan gaya hidup yang mengandung unsur kapitalistik-pragmatis. Hal ini ditandai

dengan munculnya berbagai macam penyimpangan sosial. Seperti munculnya pergaulan

bebas, persaingan yang berujung pertikaian, penyalahgunaan narkoba, pembunuhan,

penipuan. Semua itu merupakan sebagian kecil dari contoh tatanan gaya hidup masa kini.

Kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia juga merupakan bukti dari nilai kearifan

lokal yang diabaikan (Sularso, 2016) Faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut
adalah karena kurangnya kepekaan setiap warga dalam menindak lanjuti perkembangan

zaman khususnya dalam hal berkembangnya teknologi dan informasi yang sangat cepat

saat ini. Semakin banyaknya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak remaja

merupakan sebab dari kurangnya perhatian keluarga maupun lingkungan sekitarnya dan

orang yang lebih dewasa diatas nya untuk selalu mengawasi tindak lakunya dalam

perkembangan zaman atau teknologi ini. Bahkan seharusnya kewajiban mereka untuk

memberikan contoh yang baik untuk peserta didik itu tidak dilaksanakan dengan baik.

banyak anak yang melakukan penyimpangan karena dia meniru dari orang yang lebih

dewasa atau bahkan memang penyimpangan merupakan hal sudah lumrah dikalangan

masyarakat disekitarnya. Upaya yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan hal tersebut

salah satunya dengan cara mengembalikan nilai-nilai yang hampir terkikis oleh zaman

kepada nilai budaya sekitar yang sebelumnya sudah ada pada tiap-tiap daerah. Melalui

teknik pendidikan yang cenderung menekankan tentang pendidikan berbasis kearifan

lokal bisa dijadikan sebagai salah satu solusi karena, salah satu faktor yang membentuk

baik buruknya karakter peserta didik adalah faktor kebudayaan di lingkungan sekitar. Di

dalam potensi kearifan lokal terdapat makna yang komprehensif karena potensi tersebut di

dapat berdasarkan dari hasil pengalaman. Bahkan orang yang masih menanamkan nilai

kearifan lokal pada dirinya ia lebih konsisten dalam menjaga lingkungan sekitar. Maka

dari itu pembelajaran yang lebih menekankan kepada potensi kearifan lokal bisa

digunakan sebagai upaya penyusunan karakter peserta didik. Kearifan lokal tidak terlepas

dari budaya dan budaya merupakan salah satu faktor yang membuat peserta didik tumbuh

dan perkembang, melalui budaya lingkungan setempat lalu berkembang pada budaya yang

bersifat universal yang selama ini dianut oleh manusia dan juga budaya nasional yang

merupakan lingkungan yang lebih luas. Jika peserta didik sudah mulai asing terhadap
budaya disekitarnya sendiri kemungkinan besar dia juga tidak akan mengenal budaya

bangsanya. Melalui kondisi seperti itu peserta didik sangat mudah terpengaruh oleh

budayabudaya luar terlebih mereka akan condong menganut budaya asing tanpa adanya

peninjauan. Terjadinya kecondongan tersebut disebabkan mereka tidak memegang erat

nilai dan norma budaya nasional yang ada padahal nilai dan norma tersebut dapat

digunakan sebagai dasar dalam mempertimbangkan budaya luar yang masuk.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penyajian makalah ini dirumuskan ke dalam

beberapa bagian penting menyangkut Hubungan Etnopedagogik dengan Kearifan Lokal

yaitu:

1. Apakah pengertian etnopedagogi?

2. Apakah pengertian orang tua/wali peserta didik?

3. Bagaimana hubungan etnopedagogi dengan orang tua/wali peserta didik?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penyusunan makalah ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian etnopedagogi

2. Mengetahui pengertian orang tua/wali peserta didik

3. Mengetahui hubungan etnopedagogi dengan orang tua/wali peserta didik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etnopedagogik

Etnopedagogi berasal dari dua kata bahasa Yunani kuno yaitu kata (etos) yang berarti

ilmu dan kata (paidagogeo) yang artinya “membimbing” secara literal berarti membimbing

anak. Sedangkan kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak

dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan

secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.

Kearifan lokal adalah ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal yang

diturunkan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya

sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah

kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri.

Secara harfiah kearifan lokal berasal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal

(local). Sedangkan secara istilah kearifan lokal dapat dipahami sebagai pemikiran tentang

kegiatan domestik yang mengandung sifat kebijaksanaan, dipenuhi dengan kearifan,

mengandung nilai elok yang sudah mengakar dan seluruh masyarakat sudah mengikutinya.

Terbentuknya kearifan lokal digunakan sebagai hal yang diunggulkan oleh suatu budaya

yang dimiliki oleh masyarakat domestik maupun keadaan geografis secara luas (Husain,

2016). Kearifan lokal merupakan bentuk budaya yang sudah ada pada masa nenek moyang

dahulu dan harus terus dilestarikan suntuk dijadikan pedoman hidup. Meskipun nilai yang

tertanam bersifat lokal tetapi nilai tersebut sudah dianggap sangat universal . Definisi lain dari

kearifan lokal yaitu suatu bentuk subtansi budaya domestik yang di dalamnya terkandung

pandangan hidup dan kebijakan hidup. Kearifan lokal bukan sebatas berlaku secara lokal
sebagian budaya, etnik atau sebagian suku saja tetapi, juga mencakup seluruh budaya atau

etnik sehingga dapat terbentuklah potensi budaya yang mengandung sifat nasional.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pemaparan diatas yakni bahwa kearifan lokal adalah

bentuk kearifan daerah setempat yang mengandung suatu ide pikiran dan pengetahuan

domistik yang mengandung sifat penuh kearifan, bijaksana, mengandung nilai baik, berbudi

luhur dan dijadikan pedoman serta dilakukan oleh masyarakat sekitar. Terdapat beberapa

konsep yang tersirat dari definisi kearifan lokal, yaitu: a. Kearifan lokal merupakan suatu

pengetahuan yang kemudian diendapkan menjadi panduan seseorang dalam bertingkah laku

b. Kearifan lokal menggambarkan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan

pemiliknya c. Kearifan lokal berguna sebagai benteng dari iklim global yang yang sedang

mewabah dalam kehidupan. d. Kearifan lokal merupakan produk buatan manusia yang

digunakan dalam mempertahankan hidup.

Menurut Prof. Nyoman (dalam Chairiyah, 2013) dalam masyarakat kearifan lokal

berbentuk berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, dan peraturanperaturan

tertentu. Oleh karena itu, karena memiliki bentuk yang beragam dan hidup di dalam beraneka

macam budaya masyarakat maka fungsinya menjadi beragam pula. Lingkup tentang kearifan

lokal dapat dibagi menjadi delapan, yaitu: a. Mengembangkan norma-norma lokal dalam

wujud kewajiban dan pantangan b. Ritual dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat yang

mengandung suatu makna yang tersirat di dalamnya c. Lagu-lagu rakyat, mitos, legenda, dan

dongeng rakyat yang menyimpan amanat tertentu yang mana hal tersebut hanya dikenali oleh

masyarakat sekitar d. Pengetahuan tentang informasi data yang terkumpul pada sesepuh atau

pemangku adat atau pemimpin keagamaan e. Masyarakat meyakini tentang kebenaran yang

terkandung dalam kitab-kitab suci f. Cara berkomunikasi domistik sebagai wujud pemenuhan

dalam kehidupan sehari-hari g. Alat-alat dan bahan yang dipergunakan sebagai bagian dari
pemenuhan keperluan hidup h. Dalam pemenuhan kehidupan seharihari masyarakat

mengandalkan keadaan situasi sumber daya alam atau lingkungan yang dapat diambil

manfaatnya.

B. Pengertian Orang Tua/Wali Peserta Didik

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “ Orang tua adalah ayah ibu

kandung”.Selanjutnya A. H. Hasanuddin menyatakan bahwa, “Orang tua adalah ibu bapak

yang dikenal mula pertama oleh putra putrinya”. Dan H.M Arifin juga mengungkapkan

bahwa “Orang tua menjadi kepala keluarga”. Orang tua merupakan pendidik utama dan

pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima

pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada

umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan

pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana

dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi

pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi

secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu dan ayah memegang

peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Pendidikan orang

tua terhadap anak anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang

terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati,

pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak

hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Orangtua adalah orang pertama yang

mempersiapkan anak agar hidup sesuai dengan masyarakat yang berkembang maju,

khususnya dalam Iptek, orangtua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam meletakkan

batu pertama dalam usaha tersebut karena dasar-dasar pembentukan kepribadian anak

sebenarnya dimulai pada waktu dalam kandungan. Mengusahakan anak agar hidup bahagia
dan sesuai dalam masyarakat yang bertambah canggih membutuhkan persiapan yang jauh.

Orangtua memegang peran penting dalam meningkatkan perkembangan anak dan prestasi

anak. Tanpa dorongan dan ransangan orangtua, maka prestasi belajar anak akan mengalami

hambatan, dan akan menurun sampai rendah. Pada umumnya orangtua kurang menyadari

betapa pentingnya peran mereka dalam meningkatkan aktivitas anak-anak mereka.

C. Hubungan Etnopedagogi dengan Orang Tua/Wali Peserta Pidik

Etnopedagogi merupakan praktik pendidikan berbasis kearifan lokal yang melibatkan

berbagai ranah. Etnopedagogi memandang kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan

keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal yang

berisi koleksi fakta, konsep kepercayaan, dan persepsi masyarakat yang berkaitan dengan

dunia sekitar diharapkan dapat menjadi alternatif penyelesaian masalah sehari-hari. Dengan

demikian, kearifan lokal terkait dengan bagaimana pengetahuan (keterampilan) dihasilkan,

disimpan, diterapkan, dikelola, dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi

berikutnya.

Kearifan lokal akan tetap bertahan apabila masyarakat tetap

mempertahankan serta melaksanakan pandangan, aturan, nilai, norma yang

ada. Perkembangan budaya ditengah perkembangan zaman kadang membuat

kearifan lokal semakin dilupakan oleh masyarakat, kearifan lokal ada dengan

proses yang sangat panjang dan memiliki nilai-nilai leluhur yang ada

didalamnya dengan adanya kebudayaan sebagai bukti konkrit, namun semakin

lama budaya hanya digunakan sebagai suatu benda ataupun simbol tanpa

memiliki arti penting lagi. Fakta tersebut membuat nilai kearifan lokal yang

terkandung dalam kebudayaan semakin terlupakan oleh generasi berikutnya

yang hanya mementingkan suatu perkembangan tanpa melihat kebudayaan


maupun kearifan lokal. Hal ini merupakan tantangan tersendiri untuk menerapakan nilai-nilai

budaya dan kearifan lokal dalam pendidikan. Peserta didik seolah-olah tidak tertarik lagi

dengan budaya sendiri sehingga kehilangan identitas.

Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah

dan tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga

dan atau masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerintah, sekolah, dan orangtua. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orangtua siswa

mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan

dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Rosady Ruslan (2002: 72) mengemukakan

bahwa: Partisipasi yang tinggi dari orangtua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan

salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat dapat

diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah indicator terhadap manajemen

sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan

sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik. Tingkat partisipasi orangtua

dalam proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besar bagi

kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Sedangkan Abu

Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2004 : 26) mengemukakan bahwa: Sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal, terdiri atas guru (pendidik) dan siswa. Antara mereka sudah barang tentu

terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru sebagai pendidik dengan siswa maupun

antara siswa dengan siswa dan orangtua dengan guru. Dalam lingkungan sekolah para guru

berperan sebagai tenaga pendidik yang memiliki wibawa dalam pergaulan sehingga akan

membawa siswa ke arah kedewasaan. Mereka Memanfaatkan dan menggunakan pergaulan

sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan
pribadi siswa, diantara mereka terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa yang tidak

nampak lagi melainkan sikap guru sebagai pendidik menunjukkan dekatnya hubungan dengan

siswanya, akan tetapi tetap memelihara kewibawaannya sebagai seorang guru di mata siswa

dan orangtua siswa. E. Mulyasa (2007: 115) mengemukakan maksud hubungan antara

sekolah dengan orangtua adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengembangkan pemahaman

tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah, 2. Untuk menilai program sekolah, 3.

Untuk mempersatukan orangtua siswa dan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa, 4. Untuk

mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan,

5. Untuk membangun dan memelihara kepercayaan orangtua terhadap sekolah, 6. Untuk

memberitahu orangtua siswa tentang pekerjaan sekolah. 7. Untuk mengarahkan dukungan dan

bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah. Hubungan kerjasama antara

sekolah dengan orangtua siswa sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan pembinaan

pendidikan sekolah berupa dukungan moral, material, mereka memanfaatkan masyarakat

sebagai sumber belajar. Selanjutnya, bagi masyarakat yang dapat mengetahui berbagai hal

mengenai sekolah dan inovasi yang dihasilkan. Kepala sekolah menyalurkan kebutuhan

berpartisipasi dalam pendidikan, melakukan tekanan, dan tuntutan terhadap sekolah. Berbagai

metode dapat dilakukan seperti mengadakan rapat atau pertemuan, surat-menyurat, dan

kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat bagi siswa maupun orangtua siswa.

Melalui hubungan kerjasama antara sekolah dengan orangtua diharapkan tercapai tujuan

hubungan sekolah dengan orangtua siswa, yaitu meningkatkan kinerja sekolah dan

terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif dan efisien serta sekolah

menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas. E. Mulyasa (2008: 117)

mengemukakan bahwa: Lulusan yang berkualitas ini tanpa dari penguasaan siswa terhadap

berbagai kompetensi dasar yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja di dunia usaha,
melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hidup di masyarakat

secara layak, dan belajar untuk meningkatkan diri sesuai dengan asas belajar sepanjang hayat.

Oleh karena itu partisipasi orangtua sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran di

sekolah, hal itu kerja sama antara keduanya sangat penting dalam membentuk kompetensi dan

pribadi siswa yang menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pentingnya kerjasama antara guru

dengan orangtua dilakukan untuk menjembatani kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah dan

orangtua itu sendiri. Guru melakukan komunikasi dengan orangtua siswa agar memahami

kebutuhan pendidikan dan pembangunan di masyarakat. Menurut Rohiat (2008: 28) bahwa:

Pentingnya kerjasama antara guru dengan orangtua siswa dapat dikatakan sebagai usaha

kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta

saling pengertian antara sekolah, personil sekolah, dan orangtua siswa. Jadi guru dan orangtua

mempunyai hubungan kerjasama yang timbal balik dalam menjaga kelestarian dan kemajuan

sekolah, orangtua siswa itu sendiri dapat menciptakan komunikasi dan saling pengertian di

antara guru dan anggota masyarakat. Abu Ahmadi (2004: 118) bahwa: Pada prinsipnya

pentingnya kerjasama antara guru dengan orangtua siswa adalah sangat erat. Sekolah sebagai

pelaksana pendidikan agar masyarakat menjadi baik, siswa-siswa dapat aktif dalam bagian

masyarakat, baik anak-anak maupun dewasa. Di sini masyarakat sebagai dasar dari

pendidikan dan ada kecenderungan berfikir bahwa keseluruhan masyarakat adalah sebagai

pendidik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan kerjasama antara guru

dengan orangtua adalah suatu bentuk komunikasi yang tercipta dengan baik dengan

masyarakat sekitar yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja sekolah demi

terlaksananya proses pendidikan secara efektif dan efisien dengan begitu maka prestasi

belajar siswa dapat meningkat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan di atas dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Etnopedagogi adalah sebuah pendekatan dalam pendidikan yang berbasis budaya

(kearifan lokal) dan menekankan pada pentingnya hubungan kemanusiaan yang

bertujuan untuk menguji dimensi pedagogi melalui perspektif sosiologi pedagogi.

2. Etnopedagogi memandang kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan

yang berisi koleksi fakta, konsep kepercayaan, dan persepsi masyarakat yang

berkaitan dengan dunia sekitar yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan

masyarakat, khususnya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

3. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,

karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian

bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.

4. Hubungan kerjasama antara guru dengan orangtua adalah suatu bentuk komunikasi

yang tercipta dengan baik dengan masyarakat sekitar yang tujuannya adalah untuk

meningkatkan kinerja sekolah demi terlaksananya proses pendidikan secara efektif

dan efisien dengan begitu maka prestasi belajar siswa dapat meningkat.

B. SARAN

Melalui tulisan ini diharapkan pembaca memahami pentingnya penanaman

nilai-nilai budaya dalam pendidikan. Dengan adanya pemahaman tentang kearifan

lokal yang memiliki nilai-nilai yang luhur, budi pekerti, dan adat istiadat yang tumbuh

dimasyarakat yang diintegrasikan dan diimplementasikan dalam pendidikan karakter

pada setiap pembelajaran di sekolah maka pendidik diharapkan mampu membentuk


karakter anak dan juga dapat memahami bahwa sekolah sebagi institusi pendidikan

mampu mencetak generasi penuerus bangsa yang unggul. Begitu juga dengan orang

tua memiliki peran strategis dalam membantu dan meningkatkan pembelajaran

anaknya,sehingga sekolah dan orang tua memiliki peran penting dalam meningkatkan

keefetifan belajar. Karenanya, unyuk mencapai keefektifan proses belajar mengajar

pada siswa, sekolah mengajak orang tua untuk bekerja sama guna meningkatkan

kualitas pembelajaran secara langsung.


DAFTAR PUSTAKA

Muzakkir. (2021). PENDEKATAN ETNOPEDAGOGI SEBAGAI MEDIA

PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL. Jurnal Hurriah: Jurnal Evaluasi Pendidikan dan

Penelitian, 28-39.

Oktavianti, I., & Ratnasari, Y. (2018). ETNOPEDAGOGI DALAM PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR MELALUI MEDIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL.

JURNAL REFLEKSI EDUKATIKA, 149-154.

file:///C:/Users/Asus/Downloads/

Peranan_kearifan_dalam_pembentukan_karakter_pesert.pdf diakses 2/1/2023

http://idr.uin-antasari.ac.id/7649/5/BAB%20II.pdf diakses 2/1/2023

http://daniairmayati.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15380/2017/10/Dania-

Irmayati_PGSD3E_PERAN-KEARIFAN-LOKAL-DALAM-PEMBENTUKAN-

KARAKTER-PADA-ANAK-SEKOLAH-DASAR-1.pdf

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/1660-Full_Text.pdf diakses 3/1/2023

Anda mungkin juga menyukai