Anda di halaman 1dari 15

PENGUATAN PENDIDIKAN IPS

Disusun Guna Memenuhi Tugas mata Kuliah IPS 2


Dosen pengampu : Dr,. RASIMIN M.Pd.

Disusun Oleh :
Fina Idamatusilmi 23040210002
Riska Noviana Qukliah 23040210068
Kunti Nikmah alawiyah 23040210073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat dan
karunia-Nya yang tak terhingga sehingga kita dapat menyelesaikan makalah “ PRNGUATAN
PENDIDIKAN IPS ” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Baginda Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberikan syafaatnya
kepada kita semua.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang “ PENGUATAN PENDIDIKAN IPS ”.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan dari berbagai referensi agar dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Dr,.
RASIMIN M.Pd. yang telah membimbing dan memberikan ilmunya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua ini kami sadar bahwa makalah ini masih belum mencapai kata
sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran kami harapkan dari pembaca agar nantinya
makalah ini selesai dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Salatiga, Sabtu 1 April 2023

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Pembahasan .........................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN ..........................................................................................
A. Pentingnya penguatan pendidikan IPS ............................................................
B. Uergensi penguatan pendidikan IPS dalam keanekaragaman budaya ............
C. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penguatan pendidikan IPS di SD ......
D. Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam belajar IPS di SD ..........................................................
E. Penguatan karakter siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
(IPS) di sekolah dasar (SD) .............................................................................
F. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan untuk menilai efektivitas
penguatan pendidikan IPS di SD .....................................................................
BAB III : PENUTUP ...................................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penguatan pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di SD (Sekolah Dasar)
penting dilakukan untuk membantu siswa memahami peran dan tanggung jawab
mereka sebagai warga negara yang baik. IPS mempelajari berbagai aspek
kehidupan sosial, termasuk sejarah, geografi, ekonomi, dan politik. Beberapa
alasan mengapa pendidikan IPS perlu diperkuat di SD adalah sebagai berikut:
Membantu siswa memahami berbagai konsep sosial: IPS membantu siswa
memahami konsep-konsep sosial yang berhubungan dengan masyarakat, seperti
hak asasi manusia, demokrasi, persamaan, keadilan, dan lain sebagainya.
Meningkatkan pemahaman siswa tentang lingkungan: IPS juga mempelajari
geografi dan lingkungan. Dengan memahami lingkungan di sekitar mereka, siswa
akan lebih memahami bagaimana cara merawat dan menjaga kelestariannya.
Meningkatkan pemahaman siswa tentang sejarah: IPS juga mempelajari sejarah.
Dengan mempelajari sejarah, siswa dapat memahami peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi di masa lalu dan bagaimana hal itu mempengaruhi dunia sekarang.
Meningkatkan kesadaran sosial siswa: IPS juga dapat membantu meningkatkan
kesadaran sosial siswa tentang masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitar
mereka. Hal ini dapat membantu siswa menjadi lebih peka dan peduli terhadap
keadaan sosial di sekitarnya. Membantu siswa mempersiapkan diri untuk masa
depan: IPS mempelajari ekonomi dan politik. Dengan memahami konsep-konsep
ini, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
Dengan menguatkan pendidikan IPS di SD, siswa akan memiliki pemahaman
yang lebih baik tentang dunia sosial dan lingkungan mereka. Hal ini dapat
membantu mereka menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab dan peduli
terhadap dunia di sekitar mereka.

B. Penguatan Pendidikan IPS


1. Pentingnya penguatan pendidikan IPS
Penguatan pendidikan IPS disekolah di era globalisasi dan keanekaragaman
budaya urgen untuk dilakukan. Hasil penelitian (Mahardika & Ramadhan, 2021)
menunjukkan bahwa penguatan pembelajaran IPS sangat berguna dalam memperkuat
nasionalis bangsa di era globalisasi. Penelitian serupa juga mengungkapkan bahwa
pembelajaran IPS dapat digunakan sebagai sarana dalam memperkuat rasa cinta tanah
air (Hadi, 2020). Pembelajaran IPS dapat membentengi peserta didik dari bahaya
globalisasi dan keanekaragaman budaya (Wahyuni et al., 2022). Hal ini sesuai dengan
pendapat (Tricahyono & Sariyatun, 2021) yang menyatakan bahwa dalam
pembelajaran IPS sarat dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai inilah yang berguna
dalam membentengi karakter siswa dari bahaya globalisasi. Melalui pendidikan nilai
dapat memberikan edukasi kepada siswa tentang keberagaman dan meminimalkan
terjadinya konflik (Rahmad Hidayat et al., 2020). Pendidikan IPS sangat relevan untuk
dikembangkan dalam era globalisasi terutama dalam membeerikan bekal kemampuan
dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial (Kuntari, 2019).
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan perlu dilakukan upaya untuk
memperkuat kembali pembelajaran IPS di sekolah dan melakukan pembaharuan
pembelajaran IPS di sekolah. Pembaharuan dapat dilakukan dengan mendesain
pembelajaran IPS yang berorientasi pada kemampuan siswa dalam permasalahan
global dan menghadapi keanekaragaman budaya global tanpa meninggalkan tradisi
lokal (Pernantah et al., 2021). Melalui desain pembelajaran yang baru diharapkan
siswa dapat memiliki mental positif serta dapat melatih siswa dalam menghadapi
masalah-masalah yang terjadi di dalam masyarakat (Indra, 2021). Desain
pembelajaran IPS yang baru juga diharapkan dapat membantu siswa dalam memaknai
ilmu yang telah dipelajari. Terlebih lagi pada jenjang sekolah dasar pembelajaran IPS
sangat penting diberikan sebagai sarana dalam penanaman konsep kewarganegaraan
yang baik.

2. Uergensi penguatan pendidikan IPS dalam keanekaragaman budaya


Budaya sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia perlu mendapat
porsi dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut dimungkinkan karena nilai-nilai yang
terkandung di dalam budaya lokal dapat dijadikan solusi untuk menjawab isu-isu
permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat (Iswati, 2017). Seperti dikatakan di
dalam Kurikulum IPS SD/MI tahun 2013, menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang terintegrasi. Salah satu tujuan pembelajaran IPS adalah mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek :
1) Manusia, tempat dan Lingkungan.
2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.
3) Sistem Sosial dan Budaya
4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Dalam lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 ditegaskan bahwa
pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan
lintas mata pelajaran untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
serta mengapresiasi keragaman budaya lokal. Salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan adalah dengan pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran.
Pembelajaran IPS dalam proses pembelajarannya harus mampu
mengembangkan sikap hormat dan menghargai akan tanggung jawab sebagai warga
negara sekaligus menerima keanekaragaman budaya di dalamnya. Melalui
pembelajaran IPS diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan
keragaman budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu
global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan jiwa (Adhani, 2014).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengajarkan hal tersebut
diantaranya sebagai berikut: Mengajarkan murid untuk memfilter mana yang baik dan
buruk, Memberikan keteladanan yang baik, Mengajarkan budaya asli bangsa kita.
Tugas yang sangat penting dalam proses pembelajaran IPS di sekolah adalah
mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang mampu berperan aktif dalam
masyarakat. Tugas ini menjadi sangat kompleks mengingat bahwa IPS merupakan
salah satu kajian yang banyak mendapat sorotan ahli pendidikan sebagai mata
pelajaran yang dapat mengambil peranan di dalam mempersiapkan siswa agar mereka
dapat memasuki masyarakat demokratis dengan pengalaman akademik dan
keterampilan sosial yang memadai. Adapun kontribusi mata pelajaran IPS untuk
penanaman sikap sosial dapat dilakukan dengan adanya pembelajaran yang tidak
hanya berfokus pada penanaman konsep. Namun, dalam pembelajaran terdapat praktik
pembelajaran yang dilakuakn oleh peserta didik. Melalui praktik tersebut dan dengan
integrasi sumber belajar berbasis lingkungan sosial ke dalam materi pembelajaran
memungkinkan keterlibatan peserta diidk untuk melakukan aktivitas sosial di dalam
pembelajaran (Jumriani et al., 2021). Internalisasi nilai karakter gotong royong dalam
pembelajaran IPS untuk membangun modal sosial peserta diidk sejatinya merupakan
proses penanaman nilai karakter tersebut ke dalam diri melalui nilia-nilai utama dalam
materi IPS sehingga dapat membangun modal sosial yang meliputi kepercayaan
(trust), jaringan (network) dan norma dengan sub nilai kerja sama, musyawarah,
diskusi pemecahan masalah, tolong menolong, empati, anti diskriminasi, anti
kekerasan sehingga nilai-nilai tersebut menjadi bagian dalam diri (Prasetyo, 2018).
Keragaman dalam masyarakat majemuk merupakan sesuatu yang alami yang
harus di pandang sebagai sebuah fitrah. Negara yang memiliki keunikan multietnis
dan multimental seperti Indonesia dihadapkan pada dilematisme tersendiri, di satu sisi
membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar sebagai multicultural nation-state,
tetapi di sisi lain merupakan suatu ancaman. Menyoal tentang rawan terjadi konflik
antarkelompok, etnis, agama, dan suku bangsa. Salah satu indikasinya yaitu mulai
tumbuh suburnya berbagai organisasi kemasyarakatan, profesi, agama dan organisasi
atau golongan yang berjuang dan bertindak atas nama kepentingan kelompok yang
mengarah pada konflik SARA (Mahdayeni et al., 2019). Penekanan lambang bhinneka
tunggal ika dengan mengacu pada pembukaan UUD 1945 tersebut jelas menunjukkan
keanekaragaman kebudayaan dan bukannya keanekaragaman sukubangsa (Suparlan,
2014).
A. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam penguatan pendidikan IPS di SD?
Era globalisasi telah mengantarkan kita pada perubahan yang sangat cepat seiring
dengan perkembangan zaman yang dibarengi bertambahnya tingkat pemahaman dan
pengetahuan manusia yang akhirnya membawa banyak dampak bagi kehidupan
manusia secara umum baik positif maupun negatif.
Penguatan pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di Sekolah Dasar memilki
berbagai kendala yang perlu dihadapi. Beberapa kendala yang mungkin dihadapi
dalam penguatan pendidikan IPS di SD antara lain:
1. Kurangnya pemahaman guru terhadap konsep IPS.
Guru SD terkadang belum memiliki pemahaman yang cukup dalam bidang
IPS, sehingga mereka tidak mampu memberikan pengajaran yang efektif dan
menarik bagi siswa. Sehingga, diperlukan peningkatan pemahaman dan
kompetensi guru dalam bidang IPS.
2. Keterbatasan sumber daya.
Keterbatasan sumber daya, seperti buku-buku dan alat-alat pembelajaran, dapat
membatasi kemampuan guru dalam menyediakan pengalaman belajar yang efektif
dalam IPS. Ketersediaan sumber daya yang memadai perlu diupayakan agar guru
dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
3. Keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Materi IPS di SD seringkali tidak terkait langsung dengan kehidupan sehari-
hari siswa, sehingga sulit untuk menarik minat siswa dalam belajar. Oleh karena
itu, perlu diupayakan untuk mengembangkan materi yang lebih relevan dengan
kehidupan siswa.
4. Keterbatasan waktu pembelajaran.
Keterbatasan waktu pembelajaran di SD seringkali memaksa guru untuk
memprioritaskan mata pelajaran tertentu, sehingga kurikulum IPS mungkin
kurang mendapat perhatian yang cukup. Perlu diupayakan untuk
menyeimbangkan waktu pembelajaran antara IPS dan mata pelajaran lainnya.
5. Tantangan dalam mengajarkan konsep sosial dan politik.
Mengajarakan konsep sosial dan politik pada siswa SD mungkin menjadi
tantangan tersendiri bagi guru. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan dan
peningkatan kemampuan guru dalam mengajarkan materi IPS yang terkait dengan
aspek sosial dan politik.
6. Tantangan dalam menanamkan nilai-nilai sosial dan moral.
Pendidikan IPS di SD juga harus membantu siswa untuk memahami nilai-nilai
sosial dan moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tantangan
dalam menanamkan nilai-nilai tersebut dapat muncul akibat perbedaan budaya
dan pandangan hidup siswa. Oleh karena itu, guru perlu memahami dan
menghargai keberagaman siswa untuk mengajarkan nilai-nilai yang tepat dan
bermanfaat bagi siswa.

B. Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam belajar IPS di SD
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di Sekolah Dasar (SD) yang memiliki peran penting dalam membentuk
karakter dan pemahaman siswa tentang lingkungan sosial mereka. Namun, tidak
sedikit siswa yang merasa kesulitan dan kurang tertarik dalam belajar IPS. Oleh
karena itu, peran guru sangatlah penting dalam menciptakan suasana belajar yang
menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
dalam belajar IPS. Desain pembelajaran yang kondusif akan memberikan kebebasan
mengekspresikan ide atau motivasi belajar mandiri (Susanto, 2006). Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam belajar IPS di SD:
1. Menyediakan sumber belajar yang menarik.
Guru dapat menyiapkan sumber belajar yang menarik dan sesuai dengan minat
siswa, seperti buku-buku cerita sejarah atau majalah yang berisi informasi
geografi. Selain itu, guru juga dapat menggunakan teknologi dalam proses
pembelajaran seperti video dokumentar atau permainan edukatif yang berbasis
digital yang akan memancing minat siswa dalam belajar IPS.
2. Membuat konsep yang mudah dipahami.
Membuat konsep IPS yang mudah dipahami dapat membantu siswa merasa
lebih mudah dalam memahami materi. Guru dapat menggunakan metode cerita
atau analogi dalam menjelaskan konsep-konsep IPS yang sulit, seperti mengaitkan
sejarah dengan dongeng atau menghubungkan geografi dengan peta atau gambar.
3. Mengadakan diskusi kelas.
Mengadakan diskusi kelompok atau diskusi kelas adalah salah satu cara yang
efektif untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar IPS. Melalui diskusi, siswa
akan merasa lebih aktif dalam belajar dan mengembangkan pemahaman mereka
melalui interaksi sosial dengan teman-teman sekelas. Interaksi sosial dapat
membuat mereka bersemangat tentang hal-hal di dalam kelas dan peserta didik
bisa memotivasi satu sama lain untuk mencapai tujuan (Prihantoro, 2012).
4. Menggunakan metode pembelajaran aktif.
Metode pembelajaran aktif seperti pembelajaran kolaboratif dapat
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar IPS. Dalam metode ini,
siswa akan lebih aktif dalam mencari solusi dan menerapkan konsep IPS dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Mengaitkan materi dengan lingkungan sosial.
Mengaitkan materi IPS dengan lingkungan sosial siswa dapat membantu
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Guru dapat menggunakan
contoh-contoh lokal dalam menjelaskan konsep IPS, seperti mengaitkan sejarah
daerah atau geografi lingkungan sekitar dengan konsep IPS.
6. Membuat pembelajaran IPS menyenangkan.
Guru dapat membuat pelajaran IPS menjadi menyenangkan dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik, seperti video, gambar,
dan permainan interaktif. Dengan menggunakan media pembelajaran yang
menarik, siswa akan lebih mudah memahami materi dan termotivasi untuk belajar
lebih dalam. Peserta didik yang melihat kelas sebagai tempat dimana mereka bisa
bersenang-senang (positif) akan lebih termotivasi untuk memperhatikan dan
melakukan pekerjaan dalam kegiatan pembelajaran daripada mereka yang
menganggapnya sebagai sebuah tugas (Darwan, 2012).
7. Memberikan perhatian kepada peserta didik.
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis atau aktivitas jiwa yang tertuju
kepada suatu obyek dan mengesampingkan obyek yang lain. Oleh karena itu guru
harus tanggap terhadap tingkah laku anak, maka yang perlu diperhatikan guru
adalah pengajaran itu harus menarik perhatian anak.
8. Mengaitkan IPS dengan pengalaman siswa.
Guru dapat mengaitakan materi IPS dengan pengalaman siswa. Misalnya, saat
membahas topik tentang makanan, guru dapat meminta siswa untuk membawa
makanan favorit mereka dan menjelaskan asal-usul makanan tersebut. Dengan
mengaitkan materi dengan pengalaman siswa, siswa akan lebih mudah memahami
dan tertarik dalam belajar.
9. Memberikan tugas yang menantang.
Guru dapat memberikan tugas yang menantang untuk meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam belajar IPS. Tugas yang menantang dapat membuat siswa
merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas tersebut dan merasa bangga dengan
hasil yang dicapai. Salah satu cara untuk memotivasi peserta didik adalah dengan
mengarahkan dan membiarkan mereka bekerja keras untuk melihat potensi di
dalam diri mereka sendiri dan menentukan kekuatan dan kelemahan yang mereka
punya (Muldayanti, 2013).
10. Memberikan motivasi.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi
(Sardiman, 1996). Munculnya motivasi siswa dalam belajar, karena siswa ingin
menguasai kemampuan yang terkandung di dalam tujuan pembelajaran yang
bermanfaat untuk dirinya.
11. Memberikan pengalaman langsung.
Guru dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa seperti kunjungan
ke tempat-tempat sejarah atau museum, atau mengadakan diskusi dengan orang-
orang yang ahli di bidang IPS. Hal ini dapat membantu siswa memahami dan
merasa lebih tertarik dengan materi pembelajaran.
Dalam mengaplikasikan strategi di atas, guru perlu memperhatikan karakteristik
siswa dan memilih strategi yang paling tepat untuk meningkatkan minat dan motivasi
siswa dalam belajar IPS di SD.

C. Penguatan karakter siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di


sekolah dasar (SD)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian ilmu-ilmu sosial secara terpadu
yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dan mempunyai tujuan agar
peserta didik dapat nilai- nilai yang baik sebagai warga Negara yang bermasyarakat
sehingga mereka menjadi warga negara yang baik berdasarkan pengalaman masa lalu
yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang
karena aktivitas manusia dapat dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu,
sekarang dan masa depan.(Parni, 2017).
Hasil penelitian Sari (2021) Pendidikan karakter dengan pendekatan
kontekstual dalam proses pembelajaran IPS salah satunya pada materi ketampakan
alam Indonesia. Materi tersebut berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar
yang nyata. Tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa akan membuat
siswa lebih leluasa dan termotivasi dengan proses pembelajaran IPS itu sendiri. Pada
materi tersebut banyak karakter yang dapat ditanamkan maupun dikembangkan pada
peserta didik melalui kegiatan diskusi yang telah dilakukan. Melalui kegiatan
berkelompok, peserta didik akan mengembangkan karakter tanggjung jawab, saling
menghormati, kreatif, berpikir kritis, disiplin, hingga mampu berkomunikasi dengan
baik sesama anggota kelompok. Kegiatan setelah diskusi kelompok yang diterapkan
guru yaitu refleksi. Melalui refleksi, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
untuk berpikir lebih logis maupun kritis, saling menghargai, dan mengetahu
kemampuan dirinya sendiri. Pembelajaran tersebut mmenunjukan bahwa proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bisa digunakan sebagai lagkah dalam
penanaman pendidikan karakter untuk peserta didik.Adanya penanaman dan
pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS diharapkan mampu
menghasilkan peserta didik yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai maupun tujuan
Pendidikan (Sari, 2021).
Hasil penelitian pendidikan karakter pada pembelajaran IPS terdapat hubungan
yang positif antara pendidikan karakter dengan pembelajaran IPS yakni: bahwa dalam
pembelajaran IPS menjadi fondasi penting bagi pengembangan kecerdasan personal,
sosial, emosional, dan intelektual (Sudrajat & Hernawati, 2020). Melalui pembelajaran
IPS peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Sikap dan
perilaku menunjukkan disiplin dan tanggungjawab selaku individual, warga
masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Mampu berkomunikasi, bekerjasama,
memiliki sikap toleran, empati, dan berwawasan multikultural dengan tetap berbasis
keunggulan lokal. Memiliki keterampilan holistik, integratif dan trandisipliner dalam
memecahkan masalahmasalah sosial. Dengan memiliki keterampilan holistik
integrative disini peserta didik dapat memecahkan permasalahan secara menyeluruh
dengan segala aspek dan nilai dalam pendidikan serta keterampilan transdisipliner
memiliki disiplin ilmu dalam memahami isu atau permasalahan. (Kurnia et al., 2018)
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala programprogram pembelajaran IPS di Sekolah
diorganisasikan dan dibelajarkan dengan penuh makna.

D. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan untuk menilai efektivitas penguatan


pendidikan IPS di SD
Terdapat beberapa istilah yang sering di salah artikan dalam kegiatan evaluasi,
yaitu evaluasi (evaluation), penilaian (assesment), pengukuran (measurement), dan tes
(test). Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1
ayat 21 dijelaskan bahwa: “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan ”. Dari
berbagai definisi tersebut, Lindung (2014) menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan
suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dengan
menggunakan beberapa metode tertentu untuk mengukur dan menilai suatu program
atau kegiatan dalam rangka mencapai satu tujuan.
Penilaian dalam kurikulum 2013 di SD, memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Belajar Tuntas. Ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal pencapaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan
substansi dan ketuntasan belajar dalam kurun waktu belajar. Pada kompetensi
sikap (KI-1 dan KI-2), pemberian umpan balik dan pembinaan sikap dilakukan
secara langsung ketika perilaku peserta didik tidak mencapai kriteria baik.
Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar pada KI-3 dan KI-4,
diberi kesempatan untuk ramedi, dan peserta didik tidak diperkenankan
melanjutkan pembelajaran kompetensi selanjutnya sebelum kompetensi
tersebut tuntas. Kriteria ketuntasan dijadikan acuan oleh guru untuk
mengetahui kompetensi yang sudah atau belum dikuasai peserta didik. Melalui
cara tersebut, guru mengetahui sedini mungkin kesulitan peserta didik
sehingga pencapaian kompetensi yang kurang optimal dapat segera diperbaiki.
b) Autentik. Memandang penilaian dan pembelajaran sebagai dua hal yang saling
berkaitan. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan
dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi
utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik
tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
c) Berkesinambungan. Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai
penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama
pembelajaran berlangsung. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran
utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dengan menggunakan berbagai
bentuk penilaian.
d) Menggunakan Bentuk Penilaian yang bervariasi. Penilaian pada kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan menggunakan berbagai bentuk penilaian
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan diukur atau dinilai.
Berbagai bentuk penilaian yang dapat digunakan antara lain tes tertulis, tes
lisan, penilaian produk, penilaian portofolio, kinerja, proyek, dan pengamatan
atau observasi.
e) Berdasarkan Acuan Kriteria. Penilaian pada kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan menggunakan acuan kriteria. Kemampuan peserta didik tidak
dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap ketuntasan
yang ditetapkan. Idealnya, kriteria ketuntasan ditetapkan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang
akan dicapai, daya dukung (sarana dan guru), dan karakteristik peserta didik.

Penilaian pembelajaran IPS di SD dilakukan dengan menggunakan berbagai


bentuk penilaian untuk semua kompetensi dasar yang dikategorikan dalam tiga
kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
a) Penilaian Kompetensi Sikap. Sikap merupakan kecenderungan untuk berbuat dan
berperilaku kepada suatu objek. Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian
terhadap perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran. Penilaian sikap
memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan dan tekerampilan,
seningga pendekatan dan bentuk penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam
hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai budi pekerti
dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
b) Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, rubrik, wawancara,
penilaian diri, penilaian antarteman, jurnal selama proses pembelajaran
berlangsung, dan tidak hanya di dalam kelas. Penilaian kompetensi sikap
menggunakan deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta didik. Penilaian
terhadap kompetensi sikap meliputi beberapa aspek, antara lain:
1) Kompetensi Sikap Spiritual. Aspek penilaian kompetensi sikap spiritual (KI-
1), antara lain: (1) ketaatan beribadah; (2) berperilaku syukur; (3) berdoa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; dan (4) toleransi dalam beribadah.
Kompetensi sikap spiritual tersebut dapat diganti dari yang ada dan ditambah
sesuai karakteristik satuan pendidikan. Aspek tersebut berlaku untuk semua
muatan pelajaran.
2) Kompetensi Sikap Sosial. Aspek penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi: (1)
jujur; (2) disiplin; (3) tanggung jawab; (4) santun; (5) peduli; (6) percaya diri.
Penilaian sikap sosial dapat dilakukan dalam penilaian diri dan penilaian
teman. Instrumen penilaian diri dan teman disiapkan oleh pendidik dalam
bentuk esai, rubrik, atau portofolio. Stimulus atau lontaran yang diberikan
pendidik hendaknya dalam rangka pembentukan kesadaran, kepedulian, dan
sikap sosial serta emosional peserta didik. Hasil observasi atau penilaian sikap
digunakan sebagai pelengkap atau penguatan hasil pengamatan oleh pendidik.
3) Penilaian Kompetensi Pengetahuan. Penilaian kompetensi pengetahuan (KI-3)
pada pembelajaran IPS, dilakukan dengan menggunakan berbagai bentuk
penilaian. Guru diharapkan mampu mengidentifikasi setiap KD atau materi
pembelajaran IPS untuk selanjutnya memilih bentuk penilaian yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan
perencannaan yang dilakukan pada saat menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Penilaian KI-3 menggunakan predikat A (Sangat Baik); B
(Baik); C (Cukup); D (Kurang); dan deskripsi. Bentuk penilaian yang
digunakan sebagai berikut:
a. Tes Tertulis. Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban serta
dilaksanakan secara tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen tes tertulis dikembangkan atau
disiapkan berdasarkan langkah-langkah berikut ini:
- Menetapkan tujuan tes, misal ulangan harian, ulangan tengah semester
(UTS), dan ulangan akhir semester (UAS).
- Menyusun kisi-kisi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di dalam kisi-kisi
ini memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis,
misalnya bentuk soal, jumlah soal, KD yang akan diukur, materi, dan
indikator soal. Dengan adanya kisi-kisi, penulisan soal lebih terarah
karena sesuai dengan tes dan proporsi soal per KD atau materi yang
hendak diukur lebih tepat.
- Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.
- Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan soal yang digunakan.
Untuk soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat
disediakan kunci jawaban. Untuk uraian disediakan pedoman penskoran
berupa rentang skor (rubrik).
b. Tes Lisan. Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru
secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan
sehingga menumbuhkan sikap berani berpendapat. Jawaban dapat berupa
kata, frase, kalimat, maupun paragraf. Sebelum pelaksanaan tes lisan,
pendidik perlu membuat perencanaan yang meliputi tujuan tes dan materi
soal.
c. Penugasan. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk
meningkatkan pengetahuan dari materi yang sudah dipelajari. Pemberian
tugas dapat juga diberikan pada materi yang akan dipelajari sebagai bentuk
stimulus pada peserta didik. Penugasan ini dapat dilakukan baik secara
individu ataupun kelompok sesuai karakteristik materi tugas yang
diberikan.

4) Penilaian Kompetensi Keterampilan. Penilaian kompetensi keterampilan (KI-


4) dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik kompetensi yang ada untuk
menentukan bentuk penilaiana yang sesuai. Tidak semua kompetensi dasar
dapat diukur dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, atau portofolio.
Penentuan bentuk penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi
keterampilan yang hendak diukur. Penilaian KI-4 dimaksudkan untuk
mengetahui apakah pengetahuan yang sudah dikuasai peserta didik dapat
digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sesunguhnya (dunia nyata). Penilaian KI-4 menggunakan predikat A (Sangat
Baik); B (Baik); C (Cukup); D (Kurang); dan deskripsi. Bentuk penilaian yang
digunakan dalam penilaian kompetensi keterampilan IPS di SD sebagai berikut
:
a) Penilaian Kinerja. Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta
peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya
dengan mengaplikasikan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya dalam pembelajaran IPS, bermain
peran, menyajikan laporan hasil pengamatan tentang hubungan sosial
masyarakat, dan sebagainya. Pada penilaian kinerja, penekanan
penilaiannya dapat dilakukan pada proses dan produk. Penilaian kinerja
yang menekankan pada produk disebut penilaian produk, sedangkan
penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut penilaian unjuk
kerja (praktik). Dalam penilaian dibutuhkan rubrik sebagai dasar untuk
penilaian.
b) Penilaian Proyek. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
c) Penilaian Portofolio. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan
dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat,
perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Penilaian portofolio dilakukan untuk menilai karya-karya peserta
didik untuk suatu subtema. Portofolio merupakan bagian dari penilaian
autentik, yang dapat menyentuh aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik.. Bentuk dari portofolio dapat berupa
stopmap/bantex berisi tugas-tugas tulisan tangan atau karangan siswa,
laporan hasil pengamatan, karya-karya dan sebagainya.
D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Iswati. (2017). Urgensi Pendidikan Multikultural Sebagai Upaya Meningkatkan Apresiasi
Siswa Terhadap Kearifan Budaya Lokal. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
3(1), 15–29.
Adhani, Y. (2014). Konsep Pendidikan Multikultural Sebagai Sarana Alternatif Pencegahan
Konflik. SOSIODIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(1), 111–121.
Jumriani, J., Rahayu, R., Abbas, E. W., Mutiani, M., Handy, M. R. N., & Subiyakto, B. (2021). Kontribusi
Mata Pelajaran IPS untuk Penguatan Sikap Sosial pada Anak Tunagrahita. Edukatif : Jurnal
Ilmu Pendidikan, 3(6), 4651–4658. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i6.1536
Prasetyo, E. (2018). Internalisasi Nilai Karakter Membangun Modal Sosial. Jurnal Teori Dan
Praksis, 3(November 2015), hal 95-102.
Mahdayeni, M., Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia dan Kebudayaan (Manusia
dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban,
Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
7(2), 154–165. https://doi.org/10.30603/tjmpi.v7i2.1125
Suparlan, P. (2014). Bhinneka Tunggal Ika: Keanekaragaman Sukubangsa atau
Kebudayaan? Antropologi Indonesia, 0(72), 24–37.
https://doi.org/10.7454/ai.v0i72.3472
Susanto, H. (2006). Meningkatkan Konsentrasi Peserta didik Melalui Optimaslisasi
Modalitas Belajar Peserta didik. Jurnal Pendidikan Penabur, 5(6), 46-51.
Darwan, & Sri Maria Ulfa, M. (2012). Perbedaan Minat Belajar Peserta didik Antara Yang
Menggunakan Alat Peraga Dengan Yang Tidak Menggunakan Minat Belajar Pada
Mata Pelajaran Matematika Di MTS Al Washliyah Kecamatan Talun Kabupaten
Cirebon. Eduma, 1(1), 77-89.
Prihantoro, Rudy, 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Muldayanti, N.D. 2013. Pembelajaran Biologi Model STAD dan TGT Ditinjau Dari
Keingintahuan dan Minat Belajar Peserta didik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.
Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon
Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
Oktaviani, A. M. (2022). PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN IPS SD. Jurnal
Holistika, 6(2), 101-107.

Anda mungkin juga menyukai