Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi

Dosen Pengampu :
Jeeny Rahmayana, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Anggun Putri Andari
NIM : 0101.21.0014

INSTITUT AGAMA ISLAM TAFAQQUH FIDDIN DUMAI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, tuhan yang maha esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-NYA, sehingga penyusunan tugas ini
dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah atas nabi kita
muhammad SAW, yang atas kehadirannya yang telah membawakan cahaya
islami.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi dengan judul “HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN
PENDIDIKAN”. Terima kasih disampaikan kepada Ibu Jeeny Rahmayana,
M.Pd.I. Selaku dosen mata kuliah Sosiologi dan Antropologi yang telah
membimbing.

Demikianlah tugas ini disusun, semoga bermanfaat khususnya bagi kami


selaku penyusun dan umumnya bagi kita semua. Menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat menjadi lebih baik.

Dumai, 13 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Kebudayaan dan Pendidikan .................................................... 3
B. Hubungan Kebudayaan dan Pendidikan ..................................................... 5
1. Transmisi Kebudayaan ........................................................................... 5
2. Keterkaitan Pendidikan dan Kebudayaan ............................................... 6
3. Budaya Sekolah dan Budaya Belajar ...................................................... 8
4. Pendidikan Pada Budaya yang Berubah ............................................... 10
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11
Kesimpulan .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dalam arti luas, memegang peranan sangat strategis dalam
setiap masyarakat dan kebudayaan. Suatu masyarakat mempunyai keteraturan
yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam kebudayaan yang dimiliki
masyarakat itu. Kebudayaan adalah jiwa masyarakat, karena kebudayaan itulah
yang menghidupi masyarakat dengan nilai-nilai yang dimilikinya.
Pendidikan, masyarakat, kebudayaan, merupakan suatu tripartite
(Kesatuan) tunggal dimana kebudayaan merupakan dasarnya, masyarakat
menyediakan sarana, dan proses pendidikan merupakan kegiatan untuk
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama
dalam masyarakat. Disini pendidikan nasional yang telah kita bentuk, Bhineka
Tunggal Ika patut kita jadikan dasar yang fundamental.
Proses pendidikan merupakan proses pembudayaan, dan proses
pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses
pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian
alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan
berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam
kehidupan manusia (Tilaar, 2002).
Menurut (Koentjaraningrat, 2004) merumuskan kebudayaan sebagai
“Keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.” Jadi, dari banyak
pendapat ahli mengenai hubungan pendidikan dan kebudayaan akan penulis
jabarkan dalam makalah ini secara lebih luas dan mendalam berdasarkan
pemahaman penulis.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Kebudayaan dan Pendidikan?
2. Apa Saja yang menjadi bagian dari Hubungan Kebudayaan dan
Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kebudayaan dan Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Aspek Apa Saja yang mempunyai Hubungan
Kebudayaan dan Pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan dan Pendidikan


Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kebudayaan
masyarakat. Jawaban mengenai arti secara bahasa sendiri telah banyak diulas
dalam khazanah ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan atau pedagogik.
Dari berbagai macam definisi yang muncul, maka hakikat pendidikan dapat
dikategorisasikan dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan epistimologis dan
pendekatan ontologi atau metafisik. Dimensi epistimologis berusaha mencari
makna pendidikan sebagai ilmu dengan mempunyai objek kajian untuk dasar
analisis. Dari sudut pandang ini pendidikan dilihat sebagai proses yang berkaitan
dalam konsep manusia. Manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses
pendidikan. Sedangkan pendekatan ontologi menekankan hakikat keberadaan
pendidikan yang tidak terlepas dari keberadaan manusia (Rifa'i, 2011).
Sedangkan hakikat kebudayaan yang didefinisikan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa inti dari setiap kebudayaan ialah manusia. Dengan kata lain
kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya.
Edwar B. Tylor dalam bukunya Primitive Culture tahun 1871, berpendapat bahwa
“Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat” (Maunah, 2016).
Dari definisi tersebut memberikan beberapa hal mengenai hubungan
pendidikan dan Kebudayaan antara lain :
 Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks. Hal ini berarti
bahwa kebudayaan merupakan suatu kesatuan dan bukan jumlah dari bagian-
bagian. Keseluruhannya mempunyai pola atau desain tertentu yang unik.
Setiap kebudayaan mempunyai mozaik yang spesifik.
 Kebudayaan diperoleh dari lingkungan

3
4

 Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang soliter atau


terasing tetapi yang hidup di dalam suatu masyarakat tertentu.
Disini juga ditekankan mengenai pentingnya peranan nilai-nilai didalam
kebudayaan. Apa yang terjadi di dunia pendidikan saat ini dinilai sebagai sesuatu
yang taken for granted. Dapat kita saksikan beberapa orde yang lalu, tepatnya
selama Orde Baru kita lihat nilai-nilai luhur Pancasila yang hidup dan
berkembang di dalam kebudayaan Indonesia telah direduksi menjadi pengetahuan
mengenai nilai-nilai yang terlepas satu sama lain. Akibatnya Pancasila lebih
merupakan pengetahuan daripada penghayatan serta perwujudan nilai-nilainya
dalam kehidupan bermasyarakat. Sungguh pun pendidikan dilepaskan dari
kaitannya yang hakiki dengan kebudayaan.
Dari pengertian kebudayaan diatas ada tiga point penting yang bisa dicatat
bahwa:
 Adanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat.
 Adanya proses pemanusiaan
 Di dalam proses pemanusiaan itu terdapat suatu visi tentang kehidupan.
Jadi, pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dinilai sebagai entitas yang
saling berpisah, namun saling terintegrasi satu sama lain untuk mengahasilkan
makna bagi individu atau manusia secara komprehensif dan utuh.
Sebagai penutup persepsi kita mengenai kebudayaan, yaitu sebuah
rumusan dari Koentjaraningrat bahwa “keseluruhan gagasan dan karya manusia,
yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu.” (Koentjaraningrat, 2004). Kalimat mengenai hakikat kebudayaan
tersebut telah mewakili hubungan pendidikan dalam kebudayaan.
5

B. Hubungan Kebudayaan dan Pendidikan


Hubungan Pendidikan dengan Kebudayaan, di ungkapkan oleh Emile
Durkheim bahwa pendidikan yang dimaksud disini ialah sosialisasi, pewarisan,
dan pelestarian budaya. Berangkat dari beberapa definisi hakikat kebudayaan
diatas tampak jelas betapa besar peranan pendidikan dalam perkembangan bahkan
matinya suatu kebudayaan. Dalam rumusan-rumusan hakikat kebudayaan, para
pakar dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan. Bahkan tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu
berlangsung dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya. Ada beberapa
faktor kebudayaan yang turut berproses dalam pendidikan.

1. Transmisi Kebudayaan
Salah satu proses yang luas dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi
kebudayaan. Artinya kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada
generasi berikutnya. Karena manusia bukan hanya sebagai penerus kebudayaan
yang pasif, maka pribadinya sebagai actor sekaligus manipulator kebudayaan
terus menerus berubah.
Tiga unsur utama transmisi kebudayaanm sebagai proses pendidikan yang
dikemukakan oleh Fortes (Syukurman, 2020) : 1) unsur-unsur yang ditransmisi, 2)
proses transmisi, dan 3) cara transmisi.
Unsur kebudayaan yang Pertama, ditransmisi adalah nilai-nilai budaya,
adat istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup
lainnya yang ada di dalam masyarakat. Kedua, proses transmisi meliputi proses-
proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari
sekitar. Selanjutnya peran manusia sebagai aktor dan manipulator dalam
kebudayaan mulai melakukan identifikasi terhadap unsur-unsur kebudayaan
tersebut. Proses identifikasi berjalan sepanjang hayat sesuai tingkat kemampuan
dan perkembangan manusia itu sendiri. Lalu, unsur-unsur budaya tersebut harus
disosialisasi artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata di dalam
kehidupan ber-masyarakat yang makin meluas. Ketiga, adalah cara transmisi
yang terkait dua bentuk yaitu peran-serta dan bimbingan. Bentuk peran serta
6

dapat berwujud ikut serta dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan bentuk


bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan dan hukuman.
Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya pendidikan di dalam
kebudayaan terlihat pada sistem among yang berisi mengajar dan mendidik.
Mengajar dan mendidik bukan hanya melulu tentang kepandaian dan kecerdasan
dalam ilmu pengetahuan, namun juga menjadi pribadi yang beradab dan bersusila.

2. Keterkaitan Pendidikan dan Kebudayaan


Menurut Hasan Langgulung pendidikan sendiri mencakup dua
kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-
nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan
kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa
itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling
membutuhkan antara satu sama lainnya. Dalam pandangan ini, pendidikan
mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian
nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah
pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan
peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu (Hanani, 2013).
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang erat yang
berkenaan dengan hal nilai-nilai (Tilaar, 2002). Menurut Tylor telah terjalin tiga
pengertian: manusia, masyarakat, budaya sebagai tiga dimensi dalam hal yang
sama. Pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan hanya terlaksana dalam
suatu masyarakat. Kebudayaan memiliki tiga unsur penting, yaitu sebagai tata
kehidupan (order), sebagai proses, dan kebudayaan mempunyai visi tertentu.
Pendidikan merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia dalam segala aspek kehidupan dan sekaligus sebagai upaya pewarisan
nilai-nilai budaya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, pendidikan
merupakan produk budaya dan sebaliknya budaya merupakan produk pendidikan.
Brameld, menegaskan bahwa "proses kunci memperoleh kebudayaan adalah
belajar dan kemudian meneruskan serta mengubah apa yang dipelajari itu".
7

Dengan demikian, Pendidikan adalah merupakan gejala kebudayaan,


Pandangan bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-
hal berikut :
a. Manusia Adalah Makhluk Budaya; Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh
makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu
manusia. Hal ini juga yang merupakan perbedaan antara manusia dan hewan
dengan adanya budaya dan pendidikan. Sifat dunia hewan statis, dimana
instink dan dan reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara dan
tanah). Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut.Sifat dunia manusia
terbuka, dimana manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).
b. Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya;
Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena
pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-
nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat
progresif, yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan
perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan
terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan
atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat
perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin
tingkat pendidikan dan kebudayaan.
c. Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus Ada
Kesejajaran Tujuan; Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada
pendidikan formal (education dan schooling), pendidikan informal merupakan
unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul
karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala
kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan
memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan
negara karena segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik direncanakan
atau tidak.
Dengan demikian pendidikan merupakan ikhtiyar pembudayaan demi
peradaban manusia. Tiap ikhtiyar pendidikan bermakna sebagai proses
8

pembudayaan dan seiring bersama itu berkembanglah sejarah peradaban manusia.


Seluruh sprektum kebudayaan hanya bisa dialihkan dari satu generasi ke-generasi
lain melalui pendidikan. Kalau demikian halnya, maka pendidikan tidak hanya
merupakan prakarsa bagi terjadinya pengalihan pengetahuan dan ketrampilan
tetapi juga melalui pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial.

3. Budaya Sekolah dan Budaya Belajar


Pendidikan adalah sebuah pranata sosial yang disebut juga pranata budaya
atau pranata kehidupan. Per-definisi, pranata adalah suatu sistem peran dan
norma yang saling terkait, beserta orang yang terlibat, dan perilaku serta
peralatan yang dperlukan, diorganisir sekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi
sosial yang penting. Budaya Sekolah sendiri adalah situasi dan corak kehidupan
sekolah yang dibentuk melalui penyusunan dan pengorganisasian komponen-
komponen kepranataan pendidikan, yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan (Adiwikarta, 2016).
Budaya sekolah adalah sebuah subkultur yang didukung oleh komunitas
sekolah. Komunitas sekolah dalam pengertian sempit/terbatas adalah orang-orang
yang menyelenggarakan kehidupannya sehari-hari di sekolah sebagai pelaksana
pendidikan. Ke dalam kategori ini termasuk siswa, guru, kepala sekolah, dan
karyawan sekolah. Komunitas sekolah dalam luas, selain yang tersebut tadi,
meliputi juga kelompok kepentingan atau stakeholder yang antara lain terdiri atas
warga sekitar sekolah, orang tua murid, pejabat-pejabat kependidikan yang
relevan, penyelenggara warung sekolah, penjual alat-alat belajar, lembaga-
lembaga pengguna lulusan, dan para lulusan sendiri. Mereka itu punya keterkaitan
kepentingan dengan sekolah, dan merekalah yang mendukung budaya sekolah
(Adiwikarta, 2016).
Di dalam budaya sekolah terdapat Perilaku berpola yang artinya kegiatan
warga komunitas sekolah sesuai dengan status masing-masing. Kepala sekolah,
guru, karyawan administrasi, dan lain-lain, masing-masing punya tugas berbeda
sehingga pekerjaan mereka pun berbeda, masing-masing punya kerja berpola yang
berbeda-beda. Meskipun demikian, semua pekerjaan yang berbeda-beda itu
bersama- sama merupakan satu kesatuan terintegrasi, untuk mewujudkan visi dan
9

misi sekolah serta tujuan pendidikan. (Adiwikarta, 2016) Hasil kelakuan (yang
diharapkan) sebagai dimensi ketiga budaya sekolah adalah hadirnya:
"Suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara" (UU SPN pasal 1)
Secara umum budaya sekolah yang beragam dikategorikan dalam 2 hal
yakni :
 Yang mendukung berjalannya proses pendidikan yang baik (Positif), Budaya
sekolah yang positif atau mendukung itu ditandai dengan kelengkapan sarana
prasarana pendidikan, penampilan lingkungan fisik yang teratur, tertata
dengan baik, nyaman, bersih dan sehat; suasana hubungan sosial yang hidup,
bersemangat, bergairah, menyenangkan, tertib, disiplin, tidak ribut; kehidupan
akademik yang aktif, siswa gemar membaca, berkreasi, suasana gembira,
pemanfaatan waktu dengan baik untuk belajar dan bekerja.
 Yang mendukung berjalannya proses pendidikan yang kurang mendukung
(Negatif), Budaya sekolah yang negatif adalah sebaliknya, memiliki
keterbatasan sarana prasarana pendidikan, penampilan lingkungan fisik
sekolah yang kurang terurus, tidak teratur, rumput dan tumbuhan liar tumbuh
di mana-mana, sampah berserakan, lantai kotor, situasi kehidupan sosial
serasa tegang, gaduh, ribut, tidak tertib dan tidak menyenangkan, sering terjadi
perkelahian, tawuran antar sekolah, dan sebagainya; suasana kehidupan
akademik pembelajaran kurang kondusif, siswa lebih banyak bercanda atau
bermalas-malasan, suasana kerja di lingkungan karyawan dan para guru tidak
aktif dan tidak tertib serta kurang produktif (Adiwikarta, 2016).
Budaya sekolah itu dikembangkan bukan sebagai tujuan akhir, melainkan
tujuan antara untuk mendukung proses belajar mengajar, yang merupakan
kegiatan inti dalam budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan lingkungan untuk
berkembangnya budaya belajar, yang dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut
semangat atau kebiasaan belajar. budaya belajar adalah suatu kesatuan terpadu,
10

terdiri atas dimensi tata kelakuan, kelakuan berpola dan hasil kelakuan, yang
keseluruhannya merupakan karakteristik subkultur pelajar. Tata kelakuan
merupakan landasan yang mendorong dan mengendalikan pelajar dan mahasiswa
untuk belajar. Tata kelakuan dalam budaya belajar itu berupa pengetahuan tentang
belajar, nilai, sikap, dan lain-lain. Kelakuan berpola dalam belajar yang menonjol
adalah membaca, diskusi akademik, dan berkreasi seperti menulis, menggambar,
atau membuat sesuatu.
Di kalangan pelajar, budaya belajar menampilkan diri dalam jiwa,
semangat, perilaku dan kebiasaan belajar. Perilaku belajar lahir dibawah
bimbingan guru yang kemudian akan menjadi kebiasaan belajar. Perbedaan
budaya sekolah dengan budaya belajar terletak dalam satuan pendukungnya,
budaya sekolah didukung oleh komunitas sekolah, sedangkan budaya belajar
terbatas hanya pada kalangan pelajar dan mahasiswa (Adiwikarta, 2016).

4. Pendidikan Pada Budaya yang Berubah


Telah dikemukakan bahwa Kebudayaan, atau budaya, dan masyarakat
adalah dua hal yang bisa dipisahkan, ibaratnya dua sisi selembar mata uang.
Pembicara tentang kebudayaan pasti disertai pembicaraan tentang masyaraka
demikian pula sebaliknya, pembicaraan tentang masyarakat akan selalu
didampingi dengan pembicaraan tentang kebudayaan. Keduanya secara bersama-
sama mengkaji kehidupan manusia. Kajian tentang masyarakat difokuskan pada
dimensi struktural dari kehidupan, sedang kajian tentang kebudayaan difokuskan
pada dimensi perilaku dari manusia itu.
Pada (Adiwikarta, 2016) telah dikemukakan bahwa ada 4 model dan
strategi pendidikan yang cocok untuk menghadapi masyarakat dan budaya yang
berubah dengan kecepatan tinggi dan meningkat.
a. Pendidikan yang dipandu oleh guru yang progresif
b. Model dan strategi pendidikan yang mengajarkan cara mencari ilmu (bukan
hanya mempelajari ilmu yang sudah ada)
c. Model dan strategi pendidikan yang progresif dan antisipatif
d. Model pendidikan yang adaptif, mengikuti kehidupan masyarakat
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi
kehidupan baik lingkungan fisik maupun non fisik yang melahirkan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sebagai hasil pembelajaran manusia
dengan alam untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya. Pendidikan berperan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya
dalam proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang
dimiliki. Dan kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat
pendidikan. Kebudayaan meliputi tiga komponen, yaitu tata kelakuan kel berpola,
dan hasil kelakuan.
Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan, ibarat dua sisi dari selembar mata uang. Melalui pendidikan, budaya
diwariskan dan dilestarikan, sehingga terbentuk adanya ketahanan budaya.
Namun, melalui proses ini kebudayaan juga mengalami perubahan. Berkaitan
dengan pendidikan dikenal adanya budaya sekolah dan budaya belajar. Budaya
sekolah melekat dan merupakan karakteristik sekolah yang unik, sedang budaya
belajar merupakan karakteristik unik setiap pelajar atau mahasiswa yang
bersangkutan. Budaya sekolah mendukung berkembangnya budaya belajar.
Dengan demikian, untuk berkembangnya budaya belajar yang baik,
diperlukan budaya sekolah yang baik pula. Masyarakat dan kebudayaan
mengalami perubahan yang amat cepat dan semakin cepat akibat dari
perkembangan IPTEK dan kontak dengan dunia luar. Pendidikan harus mampu
mengimbangi perubahan yang terjadi. Maka model dan strategi pendidikan yang
relevan bagi masyarakat yang berubah dengan cepat meliputi upaya
mendinamisasi profesionalitas guru, model pembelajaran mencari ilmu,
pendidikan yang progresif dan antisipatif, dan pendidikan yang adaptif terhadap
kehidupan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta, S. (2016). Sosiologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Hanani, S. (2013). Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Maunah, B. (2016). Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Media Akademi.
Rifa'i, M. (2011). Sosiologi Pendidikan; Struktur dan Interaksi Sosial di dalam
Intitusi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Syukurman. (2020). Sosiologi Pendidikan; Memahami Pendidikan dari Aspek
Multikulturalisme. Jakarta: Kencana.
Tilaar. (2002). Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai