Dosen Pengampu :
Jeeny Rahmayana, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Anggun Putri Andari
NIM : 0101.21.0014
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, tuhan yang maha esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-NYA, sehingga penyusunan tugas ini
dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah atas nabi kita
muhammad SAW, yang atas kehadirannya yang telah membawakan cahaya
islami.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi dengan judul “HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN
PENDIDIKAN”. Terima kasih disampaikan kepada Ibu Jeeny Rahmayana,
M.Pd.I. Selaku dosen mata kuliah Sosiologi dan Antropologi yang telah
membimbing.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam arti luas, memegang peranan sangat strategis dalam
setiap masyarakat dan kebudayaan. Suatu masyarakat mempunyai keteraturan
yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam kebudayaan yang dimiliki
masyarakat itu. Kebudayaan adalah jiwa masyarakat, karena kebudayaan itulah
yang menghidupi masyarakat dengan nilai-nilai yang dimilikinya.
Pendidikan, masyarakat, kebudayaan, merupakan suatu tripartite
(Kesatuan) tunggal dimana kebudayaan merupakan dasarnya, masyarakat
menyediakan sarana, dan proses pendidikan merupakan kegiatan untuk
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama
dalam masyarakat. Disini pendidikan nasional yang telah kita bentuk, Bhineka
Tunggal Ika patut kita jadikan dasar yang fundamental.
Proses pendidikan merupakan proses pembudayaan, dan proses
pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses
pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian
alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan
berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam
kehidupan manusia (Tilaar, 2002).
Menurut (Koentjaraningrat, 2004) merumuskan kebudayaan sebagai
“Keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.” Jadi, dari banyak
pendapat ahli mengenai hubungan pendidikan dan kebudayaan akan penulis
jabarkan dalam makalah ini secara lebih luas dan mendalam berdasarkan
pemahaman penulis.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Kebudayaan dan Pendidikan?
2. Apa Saja yang menjadi bagian dari Hubungan Kebudayaan dan
Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kebudayaan dan Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Aspek Apa Saja yang mempunyai Hubungan
Kebudayaan dan Pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
1. Transmisi Kebudayaan
Salah satu proses yang luas dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi
kebudayaan. Artinya kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada
generasi berikutnya. Karena manusia bukan hanya sebagai penerus kebudayaan
yang pasif, maka pribadinya sebagai actor sekaligus manipulator kebudayaan
terus menerus berubah.
Tiga unsur utama transmisi kebudayaanm sebagai proses pendidikan yang
dikemukakan oleh Fortes (Syukurman, 2020) : 1) unsur-unsur yang ditransmisi, 2)
proses transmisi, dan 3) cara transmisi.
Unsur kebudayaan yang Pertama, ditransmisi adalah nilai-nilai budaya,
adat istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup
lainnya yang ada di dalam masyarakat. Kedua, proses transmisi meliputi proses-
proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari
sekitar. Selanjutnya peran manusia sebagai aktor dan manipulator dalam
kebudayaan mulai melakukan identifikasi terhadap unsur-unsur kebudayaan
tersebut. Proses identifikasi berjalan sepanjang hayat sesuai tingkat kemampuan
dan perkembangan manusia itu sendiri. Lalu, unsur-unsur budaya tersebut harus
disosialisasi artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata di dalam
kehidupan ber-masyarakat yang makin meluas. Ketiga, adalah cara transmisi
yang terkait dua bentuk yaitu peran-serta dan bimbingan. Bentuk peran serta
6
misi sekolah serta tujuan pendidikan. (Adiwikarta, 2016) Hasil kelakuan (yang
diharapkan) sebagai dimensi ketiga budaya sekolah adalah hadirnya:
"Suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara" (UU SPN pasal 1)
Secara umum budaya sekolah yang beragam dikategorikan dalam 2 hal
yakni :
Yang mendukung berjalannya proses pendidikan yang baik (Positif), Budaya
sekolah yang positif atau mendukung itu ditandai dengan kelengkapan sarana
prasarana pendidikan, penampilan lingkungan fisik yang teratur, tertata
dengan baik, nyaman, bersih dan sehat; suasana hubungan sosial yang hidup,
bersemangat, bergairah, menyenangkan, tertib, disiplin, tidak ribut; kehidupan
akademik yang aktif, siswa gemar membaca, berkreasi, suasana gembira,
pemanfaatan waktu dengan baik untuk belajar dan bekerja.
Yang mendukung berjalannya proses pendidikan yang kurang mendukung
(Negatif), Budaya sekolah yang negatif adalah sebaliknya, memiliki
keterbatasan sarana prasarana pendidikan, penampilan lingkungan fisik
sekolah yang kurang terurus, tidak teratur, rumput dan tumbuhan liar tumbuh
di mana-mana, sampah berserakan, lantai kotor, situasi kehidupan sosial
serasa tegang, gaduh, ribut, tidak tertib dan tidak menyenangkan, sering terjadi
perkelahian, tawuran antar sekolah, dan sebagainya; suasana kehidupan
akademik pembelajaran kurang kondusif, siswa lebih banyak bercanda atau
bermalas-malasan, suasana kerja di lingkungan karyawan dan para guru tidak
aktif dan tidak tertib serta kurang produktif (Adiwikarta, 2016).
Budaya sekolah itu dikembangkan bukan sebagai tujuan akhir, melainkan
tujuan antara untuk mendukung proses belajar mengajar, yang merupakan
kegiatan inti dalam budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan lingkungan untuk
berkembangnya budaya belajar, yang dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut
semangat atau kebiasaan belajar. budaya belajar adalah suatu kesatuan terpadu,
10
terdiri atas dimensi tata kelakuan, kelakuan berpola dan hasil kelakuan, yang
keseluruhannya merupakan karakteristik subkultur pelajar. Tata kelakuan
merupakan landasan yang mendorong dan mengendalikan pelajar dan mahasiswa
untuk belajar. Tata kelakuan dalam budaya belajar itu berupa pengetahuan tentang
belajar, nilai, sikap, dan lain-lain. Kelakuan berpola dalam belajar yang menonjol
adalah membaca, diskusi akademik, dan berkreasi seperti menulis, menggambar,
atau membuat sesuatu.
Di kalangan pelajar, budaya belajar menampilkan diri dalam jiwa,
semangat, perilaku dan kebiasaan belajar. Perilaku belajar lahir dibawah
bimbingan guru yang kemudian akan menjadi kebiasaan belajar. Perbedaan
budaya sekolah dengan budaya belajar terletak dalam satuan pendukungnya,
budaya sekolah didukung oleh komunitas sekolah, sedangkan budaya belajar
terbatas hanya pada kalangan pelajar dan mahasiswa (Adiwikarta, 2016).
Kesimpulan
Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi
kehidupan baik lingkungan fisik maupun non fisik yang melahirkan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sebagai hasil pembelajaran manusia
dengan alam untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya. Pendidikan berperan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya
dalam proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang
dimiliki. Dan kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat
pendidikan. Kebudayaan meliputi tiga komponen, yaitu tata kelakuan kel berpola,
dan hasil kelakuan.
Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan, ibarat dua sisi dari selembar mata uang. Melalui pendidikan, budaya
diwariskan dan dilestarikan, sehingga terbentuk adanya ketahanan budaya.
Namun, melalui proses ini kebudayaan juga mengalami perubahan. Berkaitan
dengan pendidikan dikenal adanya budaya sekolah dan budaya belajar. Budaya
sekolah melekat dan merupakan karakteristik sekolah yang unik, sedang budaya
belajar merupakan karakteristik unik setiap pelajar atau mahasiswa yang
bersangkutan. Budaya sekolah mendukung berkembangnya budaya belajar.
Dengan demikian, untuk berkembangnya budaya belajar yang baik,
diperlukan budaya sekolah yang baik pula. Masyarakat dan kebudayaan
mengalami perubahan yang amat cepat dan semakin cepat akibat dari
perkembangan IPTEK dan kontak dengan dunia luar. Pendidikan harus mampu
mengimbangi perubahan yang terjadi. Maka model dan strategi pendidikan yang
relevan bagi masyarakat yang berubah dengan cepat meliputi upaya
mendinamisasi profesionalitas guru, model pembelajaran mencari ilmu,
pendidikan yang progresif dan antisipatif, dan pendidikan yang adaptif terhadap
kehidupan masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12