Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Fungsi Pendidikan Dalam Kebudayaan

Dosen Pengajar : Nur Syariful Amin, M.Psi

Di Susun Oleh :

Nama : FITRIANINGSIH

Prodi : PG-PAUD

UNIVERSITAS NGGUSUWARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga tersusunlah makalah ini dengan judul
Sosiologi Pendidikan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan yang lebih
mendalam tentang Sosiologi Pendidikan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang berbagai hal tentang apa itu Sosiologi Pedidikan dan
penjabarannya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Bima, 18 Desember

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1. Latar Belaakang........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3

2.1. Pendidkan Dalam Lingkup Budaya. ........................................................................3

2.2.Peran Pendidikan Dalam Proses Pewarisan Kebudayaan.........................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................12

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................12

3.2. Saran.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan dikatakan ilmu pendidikan atau pedagogi merupakan disiplin ilmu yang
terkait dengan proses pemeradaban, pemberbudayaan, dan pendewasaan manusia. Salah satu
upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era
globalisasi yang penuh dengan tantangan, sehingga pendidikan merupakan sesuatu yang
sangat fundamental bagi setiap individu. Sistem persekolahan adalah salah satu pilar penting
yang menjadi tiang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan kehidupan
masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Oleh karena itu, pendidikan yang
diselenggarakan melalui sistem persekolahan semestinya dimaknai sebagai sebuah strategi
kebudayaan. Dalam hal ini, pendidikan merupakan medium transformasi nilai-nilai budaya,
penguatan ikatan-ikatan sosial antar-warga masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan
untuk mengukuhkan peradaban umat manusia. Pada dasarnya suatu kelompok masyarakat
atau bangsa memiliki pandangan hidup yang diwarisinya dari zaman ke zaman dan
merupakan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.

Bagaimanapun rendahnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa tetap


memiliki sesuatu yang dianggapnya berharga. Dengan demikian pendidikan selalu berusaha
mewariskan sesuatu yang bermanfaat dan dianggap baik kepada generasi mudanya. Manusia
dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu pendukung
kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia akan mati,
tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian
seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau
kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara horizontal yaitu manusia yang satu
dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manu- sia
dalam rangka kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi berikutnya
oleh individu lain. Berbagai gagasannya dapat dikomunikasikannya kepada orang lain karena
ia mampu mengembangkan gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambang-lambang vokal
berupa bahasa, baik lisan maupun tulisan. Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan,
kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak
(invisible power), yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia pendukung
kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang
menjadi milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan
sebagainya. Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja
secara ascribed, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa henti, sejak dari
manusia itu dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya.

Rumusan Msalah

1. Bagaimana Pendidikan Dalam Lingkup Budaya?


2. Bagaiamana Peran Pendidikan Dalam Proses Pewarisan Kebudayaan ?

Tujuan

1. Mengetahui Pendidikan Dalam Lingkup Budaya


2. Mengetahui Peran Pendidikan Dalam Proses Pewarisan Kebudayaan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendidikan dalam lingkup Budaya

Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup
kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi
kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses hubungan antar manusia dengan
lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada
akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan
alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia
untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks
kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran nilai-nilai
budaya. Karena pada dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses
pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Oleh karena itu
kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat proses belajar tentang tata cara
bertingkah laku. Sehingga secara wujudnya, substansi kebudayaan itu telah mendarah daging
dalam kepribadian anggota-anggotanya. Uraian tentang pendidikan dan kebudayaan akan
diterangkan dalam urutan pembahasan dibawah ini.

1. Kepribadian dalam Proses Kebudayaan


Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam
perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada
kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-
kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan individu bukan hanya
sebagai bidak-bidak di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah creator dan
sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi kebudayaan
mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler” yang berarti bahwa antara
kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan. Di
dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan
akan dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Hal ini

3
menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi
kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif.
Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan
kepribadian yang kreatif tersebut. Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis
untuk tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia
bukanlah diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari
kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita lihat
betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia. Para
pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan mula-mulanya
muncul dari kaum behavioris dan psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme
melihat perilaku manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya. Di
sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia. Begitu pula
psikologi aliran psikoanalis menganggap perilaku manusia ditentukan oleh dorongan-
dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini ditentukan antara lain oleh kebudayaan
dimana pribadi itu hidup, John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan
behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai
berikut :
 Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari
untuk belajar.
 Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-
reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi,
yang terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk
terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
 Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap
perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu
bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai dalam kebudayaan
tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap perilaku-
perilaku yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu
masyarakat budaya tertentu.
 Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu
melalui proses belajar. Apabila analisis Gillin di atas kita cermati,
tampak betapa peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian
manusia, maka pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan
kepribadian juga akan tampak dengan jelas. Terutama bagi para pakar

4
aliran behaviorisme, melihat adanya suatu rangsangan kebudayaan
terhadap pengembangan kepribadian manusia. Pada dasarnya pengaruh
kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian tersebut sebagaimana
dikutip Tilaar (1999) dapat dilukiskan sebagai berikut :
o Kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang telah kita lihat
kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara
pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. Tentunya
dinamika tersebut bukanlah suatu dinamika yang otomatis tetapi
yang muncul dari aktor dan manipulator dari interaksi tersebut
ialah manusia.
o Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangan untuk
mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan
tersebut tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi
dalam suatu masyarakat manusia yang berbudaya.
o Dalam perkembangan kepribadian salah satu faktor penting ialah
imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat diperolehnya secara
langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa
imajinasi tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal
ini berarti apabila seseorang hidup terasing seorang diri dari nol
di dalam perkembangan kepribadiannya. Bayangkan bagaimana
kehidupan kebudayaan manusia apabila setiap kali harus dimulai
dari nol.
o Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup dalam
masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Tentunya
manusia itu dapat saja menentang tujuan hidup yang ada di dalam
masyarakatnya, namun demikian itu berarti seseorang akan
melawan arus di dalam perkembangan hidupnya. Yang paling
efisien adalah dia secara harmonis mencari keseimbangan antara
tujuan hidupnya dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.
o Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang
berkembang itu dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu yang
dekat maupun tujuan dalam waktu yang panjang. Baik waktu
yang dekat maupun tujuan dalam jangka waktu yang panjang,

5
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup di dalam suatu
masyarakat.
o Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam pengembangan
kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar
adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning is
agoal teaching behavior.
o Dalam psikoanalisis juga dikemukakan mengenai peranan super-
ego dalam perkembangan kepribadian. Super-ego tersebut tidak
lain adalah dunia masa depan yang ideal. Dan seperti yang telah
diuraikan, dunia masa depan yang ideal merupakan kemampuan
imajinasi yang dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai
budaya yang hidup di dalam suatu masyarakat.
o Kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia.
Bersama-sama dengan ego, beserta ide, keduanya merupakan
energi yang ada di dalam diri pribadi seseorang.
2. Penerusan Kebudayaan
Satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan.
Proses tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi
kepada generasi berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses
pendidikan tidak lebih dari proses transmisi kebudayaan. Mengenai masalah ini
marilah kita cermati lebih jauh oleh karena seperti yang telah dijelaskan, kepribadian
bukanlah semata-mata hasil tempaan dari kebudayaan. Manusia atau pribadi adalah
aktor dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Dengan demikian, kebudayaan
bukanlah sesuatu entity yang statis tetapi sesuatu yang terus-menerus berubah. Untuk
membuktikan hal tersebut marilah kita lihat variabel-variabel transmisi kebudayaan
yang dikemukakan oleh Fortes dalam Koentjoroningrat (1991). Di dalam transmisi
tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu :
 unsur-unsur yang ditransmisi,
 proses transmisi, dan
 cara transmisi.

Unsur-unsur kebudayaan manakah yang ditransmisi? Pertama-tama tentunya unsur-


unsur tesebut ialah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup
serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya berbagai

6
kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota di dalam
masyarakat tersebut. Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Seperti
telah dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator dalam kebudayaannya. Oleh sebab
itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi. Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat
sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Nilai-nilai yang dimiliki oleh
seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya. Artinya perilaku-perilaku
tersebut harus mendapatkan pengakuan sosial yang berarti bahwa perilaku-perilaku yang
dimiliki tersebut adalah yang sesuai atau yang seimbang dengan nilai-nilai yang ada di dalam
lingkungannya. Rangkaian transmisi berangkat dari imitasi, identifikasi, dan sosialisasi,
berkaitan dengan bagaimana cara. Pada saatnya proses transmisi kebudayaan di dalam
masyarakat modern akan menghadapi tantangan-tantangan yang berat. Di sinilah letak
peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian yang kreatif dan dapat memilih nilai-
nilai dari berbagai lingkungan. Dalam hal ini kita berbicara mengenai keberadaan
kebudayaan dunia yang meminta suatu proses pendidikan yang lain yaitu kepribadian yang
kokoh yang tetap berakar kepada budaya lokal. Hanya dengan kesadaran terhadap nilai-nilai
budaya lokal akan dapat memberikan sumbangan bagi terwujudnya nilai-nilai global.

3. Transmisi Kebudayaan
Kebudayaan ditaransmisikan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Manusia
atau pribadi adalah actor dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Dengan
demikian kebudayaan bukanlah sesuatu “entity” yang statis tetapi sesuatu yang terus-
menerus berubah. Variabel-variabel transmisi kebudayaan yang dikemukakan oleh
Fortes terdapat 3 unsur utama, yaitu:
 Unsur-unsur yang ditransmisi.
 Proses transmisi.
 Cara transmisi.

Unsur-unsur kebudayaan yang ditransmisi, yaitu:

a. Nilai-nilai budaya, adat istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta


berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat.
b. Kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota di
dalam masyarakat tersebut. Berbagai sikap serta peranan yang diperlukan dalam dunia
pergaulan.

7
c. Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi. Imitasi
adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Manusia adalah actor dan manipulator dalam
kebudayaannya. Cara mentransmisikannya yaitu dengan 2 bentuk yaitu:
1) Peran-serta
Cara transmisi dengan peran serta antara lain dengan perbandingan.
Demikian pula peran serta dapat berwujud ikut serta dalam kehidupan sehari-
hari di dalam lingkungan masyarakat.
2) Bimbingan
Bentuk bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan dan
hukuman.Dalam pelaksanaan bimbingan tersebut melalui pranata-pranata
tradisional seperti inisiasi, upacara-upacara yang berkaitan dengan tingkat
umur, sekolah agama, dan sekolah formal yang sekuler.

2.2. Peran Pendidikan Dalam Proses Pewarisan Kebudayaan

Pendidikan bertujuan untuk membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya


sebagai mahluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam upaya mempertahankan kelangsungan
hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Sekolah atau
pendidikan formal adalah salah satu sarana atau media dari proses pembudayaan media
lainnya (keluarga dan institusi lainnya yang ada dalam masyarakat). Hartoko Dalam konteks
inilah pendidikan disebut sebagai proses untuk memanusiakan manusia (Dick).

Fungsi pendidikan budaya adalah:

1. Memperkenalkan, memelihara dan mengembangkan unsur- unsur budaya;


2. Pengembangan: Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang
mencerminkan budaya bangsa;
3. Perbaikan: Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
4. Penyaring: Untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
5. Menumbuhkembangkan semangat kebudaya bangsa

8
Tujuan pendidikan budaya adalah:

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan


warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa;
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan; dan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa


diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini :

1. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan
kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai
yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal
dari agama.
2. Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat
dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-
nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya,
dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai warga negara.

9
3. Budaya
Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat
yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai
budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti
dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting
dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasionaal
Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia,
dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang
paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan
budaya bangsa sebagai berikut ini :

1. Nilai Religius yaitu Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Nilai Jujur yaitu Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Nilai Toleransi yaitu Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Nilai Disiplin yaitu Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan
5. Nilai Kerja yaitu Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya
6. Nilai Mandiri yaitu Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
7. Nilai Demokratis yaitu Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.

10
8. Nilai Semangat Kebangsaan yaitu Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya
9. Nilai Cinta Tanah Air yaitu Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
10. Nilai Menghargai Prestasi yaitu Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain
11. Nilai Bersahabat/Komuniktif yaitu Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
12. Nilai Cinta Damai yaitu Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran diriny
13. Nilai Gemar Membaca yaitu Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
14. Nilai Peduli Lingkungan yaitu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
15. Nilai Peduli Sosial yaitu Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
16. Nilai Tanggung-jawab yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Selo Soemardjan dan Soelaman Soemardi (1964: 113) menjelaskan bahwa


kebudayaaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan
untuk keperluan masyarakat.

Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata karma seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik.

Pendidikan dan Kebudayaan akan diterangkan dalam urutan pembahasan :

1. Kepribadian dalam Proses Kebudayaan


2. Penerusan Kebudayaan
3. Transmisi Kebudayaan

3.2. Saran

Makalah ini tidaklah sempurnah dan makalah ini di kerjakan pasti terdapat kekurang
di dalamnya dan apabila pembaca menemukan kesalahan ataupun kekurangan, penulis
memohon maaf atas kekurangannya, dan bagi pembaca saya mengharpkan bisah memberi
saran ataupun kritik untuk kesempurnaan isi makalah tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=7509

https://repository.uin-suska.ac.id/8620/1/Sosiologi%20Pendidikan%20%28Teori%20dan
%20Aplikasinya%29.pdf

https://www.mandandi.com/2019/01/pengertian-sosiologi-pendidikan-menurut.html#g

oogle_vignette

https://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/02/pendidikan-dalam-lingkup-kebudayaan.html

13

Anda mungkin juga menyukai