Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

( Bagian 2 )

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Nur Al Maida, M. Pd.

Kelompok 3:

Siti Maulidiyah (21842071004)

Achmad Syaifulloh Yusuf (21842071003)

Ulil Jamhariroh (21842071013)

M. Amar Ma’ruf Fahri (21842071020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

APRIL

2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr,Wb

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kami sampaikan kehadirat


Allah SWT, atas segala rahmat dan kenikmatannya sehingga kami dari kelompok
3 dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pendidikan Dan
Masyarakat ( Bagian 2 )”, yang mana makalah ini untuk memenuhi tuntutan
tugas mata kuliah Teori Sosiologi Pendidikan yang diberikan oleh Ibu Nur Al
Maida, M.Pd dengan harapan makalah ini bisa menjadi salah satu pertimbangan
dalam penilaian semester ganjil dimata kuliah Sosiologi Pendidikan

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa jelas masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan baik secara teknis penulisan maupun isi
dari materi, mengingat akan keterbatasan dalam pengetahuan. Besar harapan kami
bagi pembaca kritik dan saran untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihak-


pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan rekan-rekan yang
telah mau berbagi referensi makalah. Terutama kepada Dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada kami, sehingga tugas
kami dapat terselesaikan dengan baik.

Wassalamu’alikum Wr.Wb.

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

A. Pendidikan dan Mobilitas Sosial....................................................................6


1. Konsep Pendidikan.......................................................................................6
2. Fungsi Pendidikan........................................................................................8
3. Konsep Mobilitas Sosial..............................................................................8
4. Bentuk Mobilitas Sosial...............................................................................9
5. Peran Pendidikan Terhadap Mobilitas Sosial Di Indonesia.......................10
B. Pendidikan dan perubahan sosial-budaya.....................................................10
1. Pendidikan dalam Lingkup Kebudayaan....................................................11
2. Pendidikan dan Proses Pembudayaan........................................................12
C. Pendidikan dan Jejaring Sosial.....................................................................14
1. Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Pendidikan Karakter Peserta Didik....15
2. Manfaat Dan Dampak Jejaring Sosial Terhadap Pendidikan ....................15
3. Permasalahan Jejaring Sosial Terhadap Pendidikan Karakter ..................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa


ini semakin hari tampaknya semakin “berat” antara lain sebagai
konsekuensi logis dari lemahnya pendidikan karakter pada masa yang lalu.
Pendidikan karakter lebih menonjolkan pengetahuan tentang karakter yang
baik sehingga “di atas kertas” setiap peserta didik tampak memiliki
karakter yang terpuji, namun demikian dalam kehidupan nyata setiap hari
justru tidak selalu demikian. Para siswa mengetahui secara normatif hal-
hal yang baik dan benar tetapi mengalami kendala dalam melaksanakan
apa yang mereka ketahui.
Nilai-nilai sosial budaya yang mengutamakan pembentukan
karakter mulia, secara berangsur-angsur mulai dianggap tidak sesuai
dengan perkembangan zaman, peserta didik lebih menggemari Budaya
Populer (Popular Culture) yang disuguhkan oleh berbagai media yang
tersedia di masyarakat. Padahal, setiap daerah memiliki kekayaan budaya
yang dapat dikembangkan secara cerdas untuk menjadi dasar pendidikan
karakter pada peserta didik yang berada di daerah tersebut.
Pendidikan sebagai suatu wahana untuk mendewasakan manusia
lainnya dilakukan dalam suatu proses. Proses di mana anak belajar
mengenal cara hidup dan berperilaku serta kebiasaan-kebiasaan yang
sesuai dengan nilai, norma dan budaya. Kebiasaan-kebiasaan serta nilai-
nilai budaya masyarakat tersebut yang coba dipelajari dan diadopsi dan
ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik. Pada waktu yang sama
semua anggota masyarakat harus belajar bagaimana mereka beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakatnya.
Perubahan-prubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari hubungan sosial
masyarakat dengan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep dari Kebudayaan


2. Bagaimana Sosialiasi kedalam Masyarakat
3. Bagaimana Sosialisasi dari Keluarga ke Sekolah
4. Sekolah dan Masyarakat: Model Alternati?

C. Tujuan

1. Memahami tentang Konsep Kebudayaan


2. Memahami tentang Sosialiasi kedalam Masyarakat
3. Memahami Sosialisasi dari Keluarga ke Sekolah
4. Menganalisis Sekolah dan Masyarakat: Model Alternatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.


Koentjaraningrat (1986:180) mendefinisikan kebudayaan adalah
keseluruhan sistim gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik dari manusia
dengan belajar. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan dengan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya
mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan
meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan
kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada
disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan
tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam
proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan
adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan
dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini,
kebudayaan dilhat sebagai "mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan
tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973a), atau sebagai "pola-pola
bagi kelakuan manusia" (Keesing & Keesing, 1971). Dengan
demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan,
petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi,
yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan
secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan
lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).
B. Sosialisasi kedalam masyarakat
Sosialisasi merupakan sebuah proses pembelajaran seorang individu
terhadap nilai dan norma yang ada di masyarakat yang membuatnya
menjadi bagian dari masyarakat tersebut. Sosialisasi merupakan proses
belajar yang berlangsung seumur hidup untuk mempelajari nilai, cara
hidup, dan norma sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosialisasi
merupakan proses belajar yang berlangsung seumur hidup untuk
mempelajari nilai, cara hidup, dan norma sosial yang ada di dalam
masyarakat. Sosialisasi merupakan proses belajar yang berlangsung
seumur hidup untuk mempelajari nilai, cara hidup, dan norma sosial yang
ada di dalam masyarakat.
Sosialisasi dan edukasi sering dicampuradukan tetapi pada umumnya
orang menyepakati bahwa edukasi dipandang sebagai mekanisme yang
formal sebagai alat bantu untuk melakukan proses sosialisasi ke dalam
masyarakat. Kebudayaan masyarakat memiliki keragaman yang luas tetapi
mekanisme edukasi dan sosialisasi terjadi dimana - mana.
Ditinjau dari kepentingan masyarakat pendidikan memiliki peranan untuk
meles- tarikan warisan budaya masyarakatnya. Bagi kepentingan individu
pendidfikan dipan- dang sebagai temapt mentransfornasikan informasi dan
menanamkan kesadaran untuk memiliki tanggung jawab terhadap pola
perilaku dan nilai-nilai yang menjadi anutan dalam masyarakat. Jadi
pengertian umum edukasi dalam banyak hal mirip dengan pengertiann
sosialisasi. Keduanya merupakan proses untuk melakukan inkulturisasi ke
dalam budaya masyarakat.
Proses sosialisasi generasi muda dalam masyarakat orang dewasa berarti
generasi muda harus menghargai dan memahami nilai-nilai yang hidup
dan berlaku dalam masyarakat dan harus melakukan internalisasi nilai dan
keyakinan tersebut seba- gai pedoman bertindak dan berperilaku. Proses
imitasi tersebut termasuk bagaimana anak meniru perilaku yang dilakukan
ibu dan seluruh keluarga nya. Jadi pertama- tama anak belajar
berhubungan dengan orang dan objek lain sebagaimana yang dilihat dan
dilaku- kan. Hal- hal yang dianggapnya memberikan makna dan manfaat
bagi dirinya., diulang sampai ia memperolah pemahaman yang berarti
untuk selanjutnya dihayati dan akhirnya dijadikan pedoman bertindak dan
berperi laku Proses semacam ini disebut sebagai proses reinforcement.
C. Sosialisasi keluarga ke sekolah
Transisi dari masyarakat pre-industri (homogen) ke masyarakat maju
berteknologi tinggi dengan tingkat diversifikasi yang tinggi serta tatanan
sosial yangkompleks mendorong dan memfokuskan perhatian pada
perlunya lembaga pendidikan formal sebagai tempat untuk
mempersiapkan anak agar dapat melakukan proses sosialisasi secara
mudah dan lancar. Bila diperhatikan dalam masyarakat terdapat lembaga
sosial ekonomi dan politik yang merupakan kekuatan yang mempengaruhi
perkembangan anak dan akan melakukan kontrol terhadap perilakunya.

Dalam masyarakat primitif masalah pendidikan tidak lain hanyalah


merupakan sosialisasiindividual untuk melakukan penyesuaian dan
peniruan sehingga anak akan berintergrasi dengan corak masyarakatnya.
Pendidikan pada masyarakat primitif dipusat- kan pada masalah
hubungan-hubungan yang terjadi di antara generasi tua ke generasi muda.
Proses sosialisasi memjadi tanggung jawab keluarga, lembaga pendidikan
dan bentuk kekerabatan yang lainnya.

Namun pada masyarakat industri pendidikan bukan merupakan masalah


sosiali- sasi mekanisme informal, melainkan perhatian mengenai masalah
pendidikan akan dipusatkan pada lembaga pendidikan formal yang
memiliki spesialisasi tinggi. Masyarakat industri yang telah maju, tidak
akan mudah melakukan proses sosialisasi dengan baik tanpa dipersiapkan
dulu lewat pendidikan formal. Proses sosialisasi pada masyarakat industri
memerlukan proses seleksi yang ketat. Konsekuensinya adalah hanya
mereka yang lulus seleksi tertentu yang akan berhasil melakukan
sosialisasi.

Transisi dari keluarga ke sekolah dan masyarakat diikuti oleh suatu seri
perubahan penting yabng secara langsung mempengaruhi isi dari aktivitas
sosialisasi yang sebelum nya telah terbentuk di dalam lingkungan
keluarga. Disamping itu pengertian kerja di rumah ke suasana dan sistim
kerja dalam organisasi yang lebih luas di luar lingkungan rumah
mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktivitas sosial dalam keluarga
serta

Pada proses sosialisasi selanjutnya Tempat untuk melakukan kontrol


terhadap aktivitas tersebut berpindah pada sekolah dan semakin
profesional pendidikan di sekolah akan semakin memberikan bekal yang
lebih besar dalam membantu memberikan dasar yang lebih kuat dalam
melakukan sosialisassi selanjutnyab. Jadi keluarga sebagai lembaga
sosialisasi secara berangsur-angsur berkurang peranan dan gantinya
sekolah memegang peranan penting dalam lembaga sebagai pelengkap
dalam keluarga.

Sekolah dan Masyarakat

Kelembagaan pendidikan dalam masyarakat modern dipandang sebagai


sesuatu yang penting karena diperlukan untuk mempersiapkan anak didik
agar mampu meng- antisipasi dan melakukan penyesuaian terhadap masa
depannya. Anggapan yang menya- takan bahwa semua lembaga
pendidikan dianggap sebagai lembaga konservatif yang sering justru
dianggap sebagai penghambat bagi perubahan namun diakui bahwa
muncul- nya perubahan umat beragama yabng sebelumnya dekenal
memiliki tingkat kerukunan dan toleransi yang tinggi. Untuk itu maka
dalam perjalanan bangsa ini untuk ma- sa berikutnya diperlukan sikap
bijak dari segenap kalangan dalam berupaya memperta- hankan keutuhan
bangsa yang mulai meninggalkan keterbelakangannya.

Dalam konteks tersebut maka eksistensi masyarakat moslem sebagai


komunitas tervesar di negara ini kembali teruji terutama dalam
mengamankan pilar-pilar persatuan yang akan menjamin kelajutan
pembangunan bangsa dan negara. Dalam lingkup yang lebih sempit
bagaimanakah peran pendidikan dalam mewujudkan kerukunan antar umat
beragama di Indonesia.
Transisi dari masyarakat pre-industri (homogen) ke masyarakat maju
berteknologi tinggi dengan tingkat diversifikasi yang tinggi serta tatanan
sosial yangkompleks mendorong dan memfokuskan perhatian pada
perlunya lembaga pendidikan formal sebagai tempat untuk
mempersiapkan anak agar dapat melakukan proses sosialisasi secara
mudah dan lancar. Bila diperhatikan dalam masyarakat terdapat lembaga
sosial ekonomi dan politik yang merupakan kekuatan yang mempengaruhi
perkembangan anak dan akan melakukan kontrol terhadap perilakunya.
Dalam masyarakat primitif masalah pendidikan tidak lain hanyalah
merupakan sosialisasiindividual untuk melakukan penyesuaian dan
peniruan sehingga anak akan berintergrasi dengan corak masyarakatnya.
Pendidikan pada masyarakat primitif dipusat- kan pada masalah
hubungan-hubungan yang terjadi di antara generasi tua ke generasi muda.
Proses sosialisasi memjadi tanggung jawab keluarga, lembaga pendidikan
dan bentuk kekerabatan yang lainnya.
Namun pada masyarakat industri pendidikan bukan merupakan masalah
sosiali- sasi mekanisme informal, melainkan perhatian mengenai masalah
pendidikan akan dipusatkan pada lembaga pendidikan formal yang
memiliki spesialisasi tinggi. Masyarakat industri yang telah maju, tidak
akan mudah melakukan proses sosialisasi dengan baik tanpa dipersiapkan
dulu lewat pendidikan formal. Proses sosialisasi pada masyarakat industri
memerlukan proses seleksi yang ketat. Konsekuensinya adalah hanya
mereka yang lulus seleksi tertentu yang akan berhasil melakukan
sosialisasi.
Transisi dari keluarga ke sekolah dan masyarakat diikuti oleh suatu seri
perubahan penting yabng secara langsung mempengaruhi isi dari aktivitas
sosialisasi yang sebelum nya telah terbentuk di dalam lingkungan
keluarga. Disamping itu pengertian kerja di rumah ke suasana dan sistim
kerja dalam organisasi yang lebih luas di luar lingkungan rumah
mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktivitas sosial dalam keluarga
serta

pada proses sosialisasi selanjutnya Tempat untuk melakukan kontrol


terhadap aktivitas tersebut berpindah pada sekolah dan semakin
profesional pendidikan di sekolah akan semakin memberikan bekal yang
lebih besar dalam membantu memberikan dasar yang lebih kuat dalam
melakukan sosialisassi selanjutnyab. Jadi keluarga sebagai lembaga
sosialisasi secara berangsur-angsur berkurang peranan dan gantinya
sekolah memegang peranan penting dalam lembaga sebagai pelengkap
dalam keluarga.

Sekolah dan Masyarakat


Kelembagaan pendidikan dalam masyarakat modern dipandang sebagai
sesuatu yang penting karena diperlukan untuk mempersiapkan anak didik
agar mampu meng- antisipasi dan melakukan penyesuaian terhadap masa
depannya. Anggapan yang menya- takan bahwa semua lembaga
pendidikan dianggap sebagai lembaga konservatif yang sering justru
dianggap sebagai penghambat bagi perubahan namun diakui bahwa
muncul- nya perubahan umat beragama yabng sebelumnya dekenal
memiliki tingkat kerukunan dan toleransi yang tinggi. Untuk itu maka
dalam perjalanan bangsa ini untuk ma- sa berikutnya diperlukan sikap
bijak dari segenap kalangan dalam berupaya memperta- hankan keutuhan
bangsa yang mulai meninggalkan keterbelakangannya.
Dalam konteks tersebut maka eksistensi masyarakat moslem sebagai
komunitas tervesar di negara ini kembali teruji terutama dalam
mengamankan pilar-pilar persatuan yang akan menjamin kelajutan
pembangunan bangsa dan negara. Dalam lingkup yang lebih sempit
bagaimanakah peran pendidikan dalam mewujudkan kerukunan antar umat
beragama di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan formal memiliki peraturan yang tegas dan mengikat,


serta kurikulum yang telah dirancang yang terkadang mengalami
perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman. Tiap-tiap
jenjang pada pendidikan formal sangat berkaitan, karena siswa tidak dapat
melanjutkan bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. fungsi pendidikan
menurut Gillin, bahwa fungsi pendidikan sekolah ialah penyesuaian diri
anak dan stabilisasi masyarakat.

mobilitas sosial ialah gerakan individu dari suatu proses sosial ke


posisi sosial yang lain dalam struktur sosial. Mobilitas sosial bisa juga
diartikan sebagai proses perpindahan dari kedudukan satu ke kedudukan
lainnya yang lebih tinggi atau sebaliknya. Terdapat dua macam mobilitas
sosial, yaitu mobilitas sosial horizontal dan mobilitas sosial vertical. Ada
beberapa hal hubungan antara sekolah dengan mobilitas sosial yaitu:

1) Kesempatan pendidikan. Kesempatan pendidikan ini banyak ditentukan


oleh faktor-faktor tertentu antara lain kedudukan atau status sosial
masyarakat.

2) Mendapatkan pekerjaaan, kualifikasi pendidikan ada hubungannya


dengan jenis pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang ber-
kualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan yang cocok dengan
pekerjaannya.

Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan


begitu saja secara ascribed, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung
tanpa henti, sejak dari manusia itu dilahirkan sampai dengan ajal
menjemputnya. Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan hanya
dalam bentuk internalisasi dari sistem “pengetahuan” yang diperoleh
manusia melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga, lewat sistem
pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya,
melainkan juga diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan
lingkungan alam dan sosialnya.

Jejaring sosial sangatlah berpengaruh pada pendidikan karakter


peserta didik, sebab lebih banyak peserta didik lebih fokus pada jejaring
sosial di bandingkan pada mata pelajaran misalnya media Fecebook,
Twiter, Permainan Mobile Legend, dll. media inilah yang sangat
berpengaruh pada pendidikan karakter peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Koni M. S., (2016). “Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Pendidikan Karakter
PesertaDidik”.(2016) TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.
Gorontalo .V. 04 (1) Hal. 39-40

Iskandi (2020). “Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat Dalam Perspektif Sosiologi.”


Jurnal social keagamaan dan pendidikan islam. Bangka Belitung. V. 15(10 Hal.
5-7

Karsidi R. (2005) “Sosiologi Pendidikan”. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)


UNS dan U PT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press)

Nasution A. (2019). “SOSIOLOGI PENDIDIKAN : Profesionalisme Pendidikan di


Sekolah”. Malang, CV ISMAYA BERKAH GROUP

Anda mungkin juga menyukai