Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

LANDASAN FILSAFAT DAN PSIKOLOGI DAN IMPLIKASI DALAM


PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH KELAS 02

KELOMPOK 1 :

1. ABEL MAHDIYA FAKHIRA (2306103020041)


2. RIZKA DELLA RAMADHANI (2306103020079)
3. TASYA (230610302002)

DOSEN PEMBIMBING : Dr. USMAN, S.Pd, M.Pd

NIP : 197412312001121003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


Rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Landasan Pendidikan yang berjudul “ Landasan sosial-kultural implikasi dalam
Pendidikan”.

Terimakasih saya ucapkan kepada bapak Dr.Usman, S.Pd, M.Pd selaku dosen
pembimbing mata kuliah landasan Pendidikan yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Akhirnya, kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah


ini, dan kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, 19 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................6
BAB II..........................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.1 Definisi Landasan Filsafat Dalam Pendidikan............................................7
2.2 Implikasi landasan filsafat dalam pendidikan...............................................9
2.3 Definisi Landasan Psikologi Dalam Pendidikan.........................................11
2.4 Implikasi landasan psikologi dalam pendidikan.........................................13
BAB III.......................................................................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa sejak manusia pertama lahir ke dunia
telah dilakukan usaha-usaha pendidikan. Orang tua berusaha mendidik anaknya
walaupun dengan cara yang sangat sederhana. Demikian juga semenjak manusia
saling berinteraksi, telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih
berpengalaman dalam hal-hal tertentu untuk mengarahi orang-orang lain cara
berinteraksi yang baik. Dari uraian di atas, bahwa nyata masalah pendidikan adalah
masalah setiap orang dari dulu hingga sekarang dan di waktu-waktu yang akan
datang.

Dalam hal pendidikan, bahwa proses pendidik yang bertanggung jawab akan
memberikan pengaruh besar terhadap anak didik karena dapat memberikan
kebahagiaan kepada anak didik, mempermudah mencapai tujuannya, mempermudah
pemahaman materi yang diberikan dalam proses pembelajaran dan lain-lain.

Dengan demikian, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh


masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara
tepat pada masa yang akan datang (Abdul Kadir, dkk, 2012). Pendidikan bisa
dijalankan dengan 3 hal yakni:

1. Pendidikan secara formal : jalur pendidikan yang pembelajarannya sudah


terstruktur serta terencana oleh badan pemerintahan yang terdiri atas taman kanak-
kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas dan pendidikan
perguruan tinggi.
2. Pendidikan secara Non-formal : jalur Pendidikan yang melengkapi Pendidikan
formal yakni untuk memenuhi aspek tertentu yang tidak diberikan pada pendidikan
formal, contohnya lembaga kelompok bermain, sanggar, dan kursus musik atau
vocal.

3. Pendidikan Informal : jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk


kegiatan belajar secara mandiri, contohnya pengertian budi pekerti, agama, etika,
sopan santun dan lain-lain.

Pendidikan selalu berkaitan antara satu generasi dengan generasi lainnya, hal
ini merupakan bukti nyata bahwa pendidikan selalu berhubungan erat dengan
landasan kultural atau kebudayaan. Hal itu dikarenakan kultural dapat berpengaruh
terhadap proses pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang tidak didasari oleh
kultural atau kebudayaan akan menyebabkan anak didik kehilangan budaya atau ciri
khasnya. Oleh sebab itu, kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan atau dikembangkan seiring dengan
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan mewariskan
pendidikan, baik secara formal maupun informal.

Selanjutnya, Pendidikan juga berhubungan erat dengan landasan sosial atau


sosiologi karena sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi, sosiologi mempelajari
bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompok. Sosial
mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan
masyarakat. Unsur sosial merupakan aspek kehidupan secara alami, artinya aspek
tersebut sudah ada sejak manusia dilahirkan maka aspek sosial melekat pada diri
individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup anak didik agar menjadi
matang. Oleh karena itu, aspek itu sendiri sangat berperan penting dalam membantu
anak dalam upaya mengembangkan dirinya.

Sosial budaya masyarakat selalu terjadi setiap saat, sejalan dengan


perkembangan, kemajuan serta perubahan masyarakat itu sendiri. Dalam menanggapi
perubahan-perubahan tersebut Sebagian masyarakat dapat menerima sepenuhnya
atau bahkan ada pula yang menolaknya. Sejalan dengan perubahan tersebut
masyarakat
mempunyai cara-cara penerimaan perubahan itu sebagai proses pergeseran
pandangan nilai sosial budaya dalam masyarakat yang berjalan secara evaluasi dan
menyadari bahwa perbedaan pandangan itu ada dan pasti akan terjadi setiap periode
karena pengaruh budaya. Dengan mengetahui cara penerimaan dan pemahaman
tersebut diharapkan masyarakat masing-masing dapat menyesuaikan diri sesuai
peranan dan kedudukan masing-masing dalam masyarakat, guan menciptakan
suasana yang kondusif seiring dengan perkembangan adat istiadat, budaya serta
aturan yang berlaku dalam masyarakat dengan berpedoman : Dimana bumi dipijak
disitu langit dijunjung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi landasan sosial dalam pendidikan Indonesia?
2. Bagaimana implikasi landasan sosial dalam pendidikan?
3. Apakah definisi landasan kultur dalam pendidikan Indonesia?
4. Bagaimana implikasi landasan kultur dalam pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Memberikan informasi tentang definisi landasan sosial dan kultur dalam
pendidikan.
2. Mengetahui bagaimana implikasi landasan sosial dan kultur dalam pendidikan.
3. Mengetahui bagaimana besar pengaruh dari adanya implikasi landasan sosial
dan landasan kultur dalam pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Landasan Sosial Dalam Pendidikan


Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupan masyarakat yang
dianut oleh suatu bangsa sehingga tercipta nilai-nilai sosial yang dalam
perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan
bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat (Robandi,
2005: 26). Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial dan dalam struktur tersebut
setiap inividu menduduki status dan peran tertentu. Menurut Soerjono Soekanto,
yang dikutip di dalam buku pengantar antropologi : sebuah ikhtisar mengenal
antropologi (2019: 52), menjelaskan bahwa masyarakat memiliki empat unsur yaitu :
a) beranggotakan paling sedikit dua orang atau lebih, b) seluruh anggota sadar
sebagai satu kesatuan, c) berhubungan dalam waktu yang cukup lama, menghasilkan
individu baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan
antaranggota masyarakat, d) menjadi sistem hidup bersama yang memunculkan
kebudayaan dan keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk bermasyarakat dan berbudaya,


oleh karena itu masyarakat menuntut setiap individu mampu hidup. Namun karena
manusia tidak secara otomatis mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya maka
masyarakat perlu yang namanya pendidikan. Dengan demikian diharapkan setiap
individu mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya sehingga tidak terjadi
penyimpangan tingkah laku terhadap sistem nilai dan norma. Manusia juga dikatakan
sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak bisa hidup sendiri atau
membutuhkan bersosialisasi dalam kehidupannya. Proses sosial atau sosialisasi
merupakan hal yang menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi
atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya
semakin meningkat yang
memberikan efek positif seperti membuat dua individu semakin dekat, semakin
akrab, lebih mudah bergaul, lebih percaya pada pihak lain atau sebagainya.

Dalam konteks pendidikan Menurut Bloom (1956) Manusia merupakan


bagian dari masyarakat yang mengalami perkembangan perilaku individu yaitu pada
kawasan kognitif, psikomotor, dan afektif. Kawasan kognitif adalah segala upaya
yang mencakup aktivitas otak. Pada kawasan kognitif terdapat tingkatan daerah
belajar yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Kawasan afektif mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan respons
emosional terhadap tugas yaitu perasaan, nilai, penghargaan, semangat, motivasi dan
sikap. Kawasan psikomotor berkaitan dengan keterampilan jasmani terdiri dari ranah
persepsi, kesiapan, gerakan yang terbimbing gerakan yang terbiasa, gerakan yang
komplek, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan berlangsung dalam lingkungan


keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (Rahmat, 2012:52). Ketiga
lingkungan pendidikan tersebut memberi pengaruh yang dapat mengarah positif
maupun negatif, sehingga lingkungan pendidikan berperan besar dalam pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi perkembangan individu anak,
karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Awal
pendidikan anak sebenarnya diperoleh melalui keluarga, dalam dunia pendidikan
disebut pendidikan informal. Pembelajaran yang terjadi di dalam keluarga terjadi
setiap hari yaitu saat terjadi interaksi antara anak dengan keluarganya. Dalam
keluarga, orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dan
mengembangkan karakter dan kepribadian anak. Sekolah sebagai institusi sosial
merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
secara formal atau disebut juga dengan pendidikan formal.

Sekolah memiliki fungsi sebagai alat untuk melakukan perubahan-perubahan


sesuai dengan tuntutan zaman. Tugas utama sekolah yaitu berupaya untuk
menciptakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien untuk mengantarkan
peserta didik mencapai prestasi yang memuaskan. Anak dalam pergaulannya di
dalam sekolah tentu banyak berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung misalnya anak kerja kelompok secara bersama-sama di dalam kelas,
sedangkan secara tidak langsung misalnya anak melakukan pembelajaran melalui
zoom atau sebagainya. Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses
pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana prasarana, tetapi juga ditentukan oleh
lingkungan keluarga dan atau masyarakat sehingga pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Hal ini berarti
orang tua murid dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk ikut berpartisipasi
dan memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Terdapat
hubungan saling menguntungkan antara sekolah dengan masyarakat yaitu dalam
bentuk hubungan saling memberi, saling melengkapi, dan saling menerima sebagai
partner.

2.2 implikasi landasan sosial dalam pendidikan


Implikasi landasan sosiologis dalam penerapan pendidikan dapat tercermin
melalui adanya struktur sosial di berbagai lingkungan pendidikan atau tri pusat
pendidikan.

1. Implikasi landasan sosiologis di lingkungan keluarga :

Implikasi yang terjadi di keluarga tercermin dengan adanya praktik pola asuh yang
turun temurun dalam keluarga contohnya :

a) orang tua rela berkorban membiayai pendidikan anak-anaknya agar status sosial
anak meningkat dan berkembang.
b) ketika orang tua mengapresiasi pencapaian anaknya, sehingga sang anak merasa
termotivasi dan akan terus berkembang.

2. implikasi landasan sosiologis di lingkungan

masyarakat Implikasi yang terjadi di masyarakat

contohnya :

a) kegiatan bermusyawarah karena dalam bermusyawarah ada terjadi interaksi antara


satu dengan yang lain, bertukar pikiran untuk menentukan keputusan sehingga hasil
keputusan yang diambil disetujui semua pihak serta dapat menyatukan pendapat
yang berbeda-beda.

b) ketika sesama masyarakat melakukan aksi gotong royong untuk membersihkan


lingkungan sekitar, sehingga muncul rasa saling membantu antar anggota
masyarakat.

3. implikasi landasan sosiologis di lingkungan sekolah

Implikasi yang terjadi di lingkungan sekolah contohnya:


a) berteman dan bergaul dengan siapapun sehingga terciptanya hubungan sosial antar
sesama peserta didik dengan berbagai jenjang sekolah tanpa melihat batasan usia.

b) diskusi kelompok yang akan memperkuat hubungan antar sesama teman karena
timbulnya rasa saling berpendapat.

2.3 Definisi Landasan Kultur Dalam Pendidikan


Pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kultural atau
kebudayaan. Hal itu dikarenakan kultural dapat berpengaruh terhadap proses
pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang tidak didasari oleh kultural atau kebudayan
akan menyebabkan peserta didik kehilangan budaya atau ciri khasnya. Di zaman
yang serba digital seperti sekarang ini hal tersebut dapat menyebabkan anak dapat
terbawa oleh arus dari budaya luar yang dapat menyebabkan budaya asli Indonesia
sendiri menjadi terkikis atau bahkan hilang. Maka dari itu peran landasan kultural
sangat penting di dalam pelaksanaan pendidikan adalah menjadikan peserta didik
yang memiliki pemahaman yang luas akan budaya atau ciri khas bangsanya.

Banyaknya media digital yang membantu anak mendapatkan informasi


tentang berbagai hal terkait potensi yang dimilikinya turut mempermudah para anak
untuk mencari tahu dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Hal itu merupakan
sesuatu yang bernilai positif. Namun, jika tidak dibekali dengan ilmu dan
pendidikan maka
akan membawa anak kearah negatif. Dikarenakan sifat alamiah anak adalah selalu
ingin tahu dan suka mengeksplor hal baru. Penting bagi anak untuk memiliki bekal
pendidikan dan ilmu yang cukup agar dapat membentengi diri dari rasa ingin tahu
yang berujung pada hal yang negatif. Pendidikan yang cukup juga dapat membuat
anak memanfaatkan kemudahan akses yang didapatnya secara bijak dan membuat
anak menjadi seorang anak yang memiliki karakter atau pembawaan yang positif.
Ada tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan, ketiga hal tersebut menurut
Kneller ( Imran Manan, 1989).

1. Orginasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru. Hasil penemuan
ini akan memperbarui yang lama.

2. Difusi, yaitu pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen


budaya yang baru ke dalam budaya yang lama.

3. Reinterpretasi, yaitu perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi elemen-


elemen kebudayaan yang telah ada agar mengikuti dengan keadaan zaman.

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan karena melalui


pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi,
dapat diwujudkan melalui proses pendidikan. Sebagai contoh dalam penggunaan
bahasa, setiap masyarakat dapat mengajarkan anak-anaknya untuk mengatakan
sesuatu, kapan hal itu harus dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan kepada siapa
harus mengatakannya. Oleh sebab itu, anak-anak harus diajarkan pola-pola tingkah
laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Cara-cara
untuk mewariskan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada
generasi baru berbeda dari masyarkat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara
yang dapat dilakukan, yaitu informal,nonformal, dan formal. Pendidikan formal
dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik, kalau
masyarakat hanya meneruskan kebudayaan yang mereka miliki kepada generasi
penerus maka tidak akan memperoleh kemajuan. Oleh sebab itu, anggota masyarakat
berusaha melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi baru
sehingga terbentuklah
pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma baru yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan masyarakat.

Pendidikan adalah suatu hal yang melekat pada kehidupan manusia yang
membawa pengaruh besar untuk membangun suatu komunikasi dengan manusia
yang lainnya agar dapat memenuhi kehidupan manusia yang sejahtera. Biasanya
manusia menempuh pendidikan di mulai sejak kecil agar tertanam sampai akhir
hayat. Menurut KH Dewantara pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh
orang tua yang bertujuan untuk mendorong anaknya menempuh pendidikan agar
mendapat suatu kemajuan dalam hidupnya (Marwah dkk, 2018)

Jika dikaitkan dengan kebudayaan, pendidikan memiliki pengertian sebagai


proses untuk mewariskan budaya dan karakter suatu bangsa kepada generasi
mudanya. Selain itu, pendidikan juga memiliki arti suatu proses bagi generasi muda
bangsa tersebut untuk mengembangkan budaya serta karakter dari bangsanya agar
dapat meningkatkan kualitas kehidupan pada masa yang akan datang (Widyastuti,
2021)

2.4 Implikasi landasan kultur dalam pendidikan


Implikasi landasan kultur dalam pendidikan mempengaruhi terhadap proses
pelaksanaan pendidikan sehingga adanya landasan kultur di dalam pendidikan
diharapkan peserta didik menjadi anak yang beradab dan bermartabat, mencegah
adanya diskriminasi dan mempunyai pendidikan yang berbudi pekerti. Contoh dari
implikasi landasan kultur dalam pendidikan :

1. Implikasi landasan kultur di lingkungan keluarga :

Implikasi yang terjadi di keluarga tercermin dengan adanya kebiasaan yang turun
temurun dalam keluarga. Contohnya memberi salam apabila ingin bertamu ke rumah
orang lain.
2. Implikasi landasan kultur dalam pendidikan di masyarakat :

Implikasi yang terjadi di masyarakat seperti melakukan acara tasyukuran aqiqah


tujuh bulan kelahiran anak. Acara tersebut merupakan adat yang selalu dilakukan
secara turun menurun yang biasanya ada penyembelihan seekor kambing serta
pengajian.

3. Implikasi landasan kultur dalam pendidikan di lingkungan sekolah :

Implikasi landasan kultur di lingkungan sekolah terlihat pada pembuatan kurikulum


yang disusun berdasarkan kondisi sosial kultural dari masyarakat. Kurikulum di
sekolah-sekolah harus disusun berdasarkan pada kebudayaan nasional yang
berlandasan pada falsafah Pancasila, dimana perkembangan kebudayaan daerah telah
tercakup di dalamnya.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan satu wadah keberlangsungan hidup manusia sedari
dulu hingga saat ini. Pendidikan tidak hanya berlangsung di lingkungan sekolah
tetapi juga bisa di lingkungan keluarga dan masyarakat. Maka dari itu dalam
pelaksanaan pendidikan diharapkan adanya sosial dan budaya (kultur) sebagai dasar
yang menunjang pendidikan tersebut berlangsung sedemikian rupa. Dengan adanya
landasan sosial maka terbentuklah hubungan yang baik antar sesamanya baik itu
sesama pendidik, pendidik dan peserta didik, antar teman dan sebagainya. Begitu
pula dengan landasan kultural yang memiliki peranan penting dalam pendidikan
sebagai contoh bagaimana cara berkomunikasi yang baik menggunakan bahasa yang
sudah di ajarkan, bertingkah laku sesuai dengan budaya tempat belajar. Jika
dikaitkan dengan kebudayaan, pendidikan memiliki pengertian sebagai proses untuk
mewariskan budaya dan karakter suatu bangsa ke generasi mudanya.

3.2 Saran
I. Mengetahui bahwa pendidikan dan masyarakat serta kebudayaan
saling berhubungan dan saling berkaitan, maka sebagai masyarakat
kita harus mengoptimalkan pendidikan agar bisa menjadi pewaris
kebudayaan yang selanjutnya yang bertanggung jawab dan
memajukan masyarakat.
II. Dengan adanya landasan sosial-kultur dalam pendidikan menjadikan
peserta didik mampu untuk bisa memperkenalkan dan memelihara
kebudayaan yang dimiliki agar tidak hilang karena perkembangan
zaman.
III. Dengan adanya bekal landasan sosial-kultur diharapkan peserta didik
mampu mempererat hubungan silaturahmi dengan sesama masyarakat
yang ada disekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Rismayanti E. (2013). Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Rahmat, Pupu Saeful. 2021. Landasan pendidikan. Surabaya : Scopindo Media


Pustaka.

Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Zamroni. (2016). Kultur Sekolah. Yogyakarta : Galvin Kalam Utama.

Anda mungkin juga menyukai