Anda di halaman 1dari 20

LANDASAN SOSIAL

MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Asep Priatna, M.Pd,

Disusun Oleh :

Kelompok

Gina Sonia 2385210024


Nurul Oktaviani Baetty 2385210011
Natasya Ramadhina 2385210032
Fauzan saepulrahman 2385210003
Fathurrahman 2385210004
Sri Fatmah Ismaeni 2385210028

PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MANDIRI
SUBANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-
Nya lah kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula
shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah menyampaikan petunjuk untuk kita semua.
Makalah berjudul LANDASAN SOSIAL ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Landasan Pendidikan. Kami menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah ikut serta membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam


pembuatan makalah ini, karena kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk kedepannya, makalah ini akan terus disempurnakan dan
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Subang, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Landasan Sosial ................................................................................... 3
B. Sosiologi Sebagai Landasan Dalam Pendidikan .................................................. 4
C. Kontrol Sosial Dalam Pendidikan ......................................................................... 6
D. Pendidikan Dan Kebudayaan................................................................................. 7
E. Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan ................................................. 13
F. Dampak Konsep Pendidikan ........................................................................... 14
G. Manfaat Budaya Terhadap Pendidikan................................................................ 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan,
setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi
yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam
menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita
sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya,
supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu
besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali
dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dikarenakan, pendidikan itu adalah usaha
yang disengaja dan terencana membantu mempersiapkan generasi muda untuk terjun
ke dalam kehidupan masyarakat memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi ke
generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap
terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur
sosial budaya. Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang
begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai
sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan.
Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan
akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup,
berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan
mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan
dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak. Sehingga, landasan sosial
budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman tentang dimensi
kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap
perilaku individu.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa Pengertian landasa sosial?
2. Bagaiamana Sosiologi sebagai landasan pendidikan?
3. Bagaimana Kontrol sosial dalam pendidikan?
4. Seperti apa Kebudayaan dan pendidikan?
5. Apa Fungsi sosial budaya terhadap pendidikan?
6. Apa Dampak konsep pendidikan?
7. Apa Manfaat budaya terhadap pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengertian landasa sosial


2. Sosiologi sebagai landasan pendidikan
3. Kontrol sosial dalam pendidikan
4. Kebudayaan dan pendidikan
5. Fungsi sosial budaya terhadap pendidikan
6. Dampak konsep pendidikan
7. Manfaat budaya terhadap pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Sosial
Untuk mengerti dan memahami disiplin sosiologi pendidikan, maka
diperlukan telaah secara komprehensif, yang dimulai dari definisi, sejarah
kemunculannya sampai menjadi sebuah pendekatan yang diakui dan dikenal
luas. Mempelajari sosiologi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari telaah
komprehensif tersebut, karena kemunculan disiplin ilmu ini merupakan
persentuhan antara disiplin sosiologi dan ilmu pendidikan. Pada awalnya,
sosiologi dan ilmu pendidikan memiliki wilayah kajian yang berbeda. Namun
karena perkembangan sosial yang berlangsung menyebabkan kedua disiplin
ilmu ini bersinergi. Dengan kata lain, sosiologi pendidikan merupakan
subdisiplin yang menempati wilayah kajian yang menjembatani disiplin
sosiologi dengan ilmu pendidikan. Ruang jembatan tersebut secara garis besar
diisi dengan titik-titik persentuhan dalam konsep, teori, metodologi, ruang
lingkup, maupun pendekatan yang dipergunakan.
Secara historis, sosiologi dan pendidikan dianggap sebagai pengetahuan
kuno, yang keberadaannya berbarengan dengan awal mula adanya manusia.
Apabila sosiologi dipahami dalam arti luas, yakni sebagai social interraction
(interaksi sosial) atau human relationship (hubungan antar manusia), maka
sosiologi telah ada sejak zaman Nabi Adam. Namun sosiologi dalam pengertian
scientific (ilmu pengetahuan), yakni sebagai ilmu yang tersistematisasi dan
bermetode, maka baru diakui sejak abad ke 19 melalui Auguste Comte (1798-
1857), yang kemudian ia dikenal sebagai bapak pendiri sosiologi.
Mempelajari sebuah ilmu sebaiknya dimulai dari definisinya. Mengetahui
definisi akan memudahkan kita untuk mengerti dan memahami isinya. Begitu
juga dalam mempelajari sosiologi pendidikan kita diharuskan mengetahui apa
definisi sosiologi pendidikan itu? Istilah sosiologi pendidikan merupakan kata
majemuk yang berasal dari dua kata; sosiologi dan pendidikan. Untuk menjawab
pertanyaan ini secara terperinci, lebih baik ditinjau dari perspektif etimologis
dan terminologis.
Secara etimologis (asal-usul kata), “sosiologi pendidikan” berasal dari

3
kata ‘sosiologi’ dan ‘pendidikan.’ ‘Sosilogi’ berasal dari bahasa Latin dan
Yunani, yakni kata ‘socius’ dan ‘logos’. ‘Socius’ (Yunani) yang berarti
‘kawan’, ‘berkawan’, ataupun ‘bermasyarakat’, sedangkan ‘logos’ berarti
‘ilmu’ atau bisa juga ‘berbicara tentang sesuatu’. Dengan demikian secara
harfiah istilah “sosiologi” dapat diartikan ilmu tentang masyarakat. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok dan struktur sosialnya

B. Sosiologi Sebagai Landasan Dalam Pendidikan

Manusia merupakan makhluk sosial, mereka membutuhkan orang lain.


Sejak manusia dilahirkan di dunia, sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan
dengan hubungan-hubungan sosial. Hubungan sosial manusia mengacu pada
hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat.
Hubungan sosial dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian
meluas hingga ketetangga. Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses
pengenalan dan proses pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai,
norma dan tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan
masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula. Sosiologis
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok dan struktur sosialnya, (Pidarta, 2009:151).

Jadi dalam ilmu sosiologi mempelajari tentang bagaimana hubungan


antara manusia satu dengan yang lain, bagaimana susunan unit masyarakat atau
sosial di wilayah serta kaitanya dengan yang lain. Sosiologi diperlukan dalam
pendidikan karena konsep dan teori dari sosiologi memberikan petunjuk kepada
guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa, agar
mereka memiliki kebiasaan akrab, harmonis bersahabat sesama teman. Antara
sosiologi dan sosiologi pendidikan saling terkait. Sosiologi memberikan bantuan
pada pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan. Dengan demikian ilmu
sosiologi memiliki peran yangpenting dalam pendidikan sebagai acuan atau dasar
dalam rangka mencapai tujuan dari pendidikan, dasar atau acuan disebut dengan
landasan. Jadi landasan sosiologis pendidikan merupakan dasar atau acuan yang
dijadikan acuan dalam mencapai tujuan pendidikan yang bersumber dari

4
sosiologis.

Berdasakan konteks masalah diatas, maka perlu dipetakan ulang,


dideskripsikan secara lebih lanjut mengenai bagaimana landasan sosiologis
pendidikan di indonesia, implementasi landasan sosiologis pendidikan di
Indonesia serta bagaimana pula implikasinya bagi sistem pendidikan.

Landasan sosiologis pendidikan adalahacuan atau asumsi dalam penerapan


pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial
dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses
interaksi antara dua individu (pendidik dan peserta didik) bahkan dua generasi
yang memungkinkan generasi muda mengembangkan diri. Pengembangan diri
tersebut dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, kegiatan
pendidikan dapat berlangsung baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik
tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat
terbang); dapat pulabersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Konsep
pendidikan pula dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut
praktek sehingga kita mengenalistilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut
studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan. Praktek pendidikan adalah
kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu
individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan. Kegiatan
bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro
maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran
dan atau latihan). Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok
orang dalam rangka memahami pendidikan. Uraian landasan pendidikan sedikit
menyimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi
dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.

Perolehan jenis landasan pendidikan ini mencakup empat bagian

5
diantaranya: (a) Landasan religius pendidikan, maksudnya memiliki asumsi-
asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. (b) Landasan filosofis
pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yangbersumber dari filsafat yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. (c) Landasan
ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yangbersumber dari berbagai cabang atau
disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan. (d) Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-
asumsi yangbersumber dari peraturan perundang- undangan yang berlaku yang
menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Dengan demikianlandasan pendidikan ini memiliki fungsi yang sangat mendasar
atas pijakan atau titik tolak praktek pendidikan dan atau studi pendidikan

C. Kontrol Sosial Dalam Pendidikan


Menurut Peter L. Berger, kontrol sosial merupakan berbagai cara yang
digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya
membangkang. Mulat Abdullah menjelaskan bahwa kontrol sosial merupakan
suatu proses yang terencana maupun tidak terencana yang bertujuan
mengajak, membimbing, bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi
nilai kaidah yang berlaku.

Gunawan menjelaskan bahwa kontrol sosial ialah pengawasan/


pengendalian oleh masyarakat terhadap tingkah laku individu berupa kontrol
psikologis dan nonfisik, ia merupakan tekanan mental terhadap individu
sehingga individu akan bersikap dan bertindak sesuai penilaian masyarakat
(kelompok), karena ia berada dalam masyarakat (kelompok) tersebut. 28 Berbeda
halnya lagi dengan Budi Pramono yang menjelaskan bahwa kontrol sosial
adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar
bertingkah laku sesuai dengan harapan normatif masyarakat.

Berdasarkan pengertian kontrol sosial diatas, dapat disimpulkan bahwa


kontrol sosial adalah proses yang terencana maupun tidak terencana yang
bertujuan membimbing dengan berbagai cara agar masyarakat bertingkah laku
sesuai nilai kaidah yang berlaku.

6
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang berperan penting di
dalam penyaluran dan perkembangan bakat-bakat setiap individu, dimana di
dalam pendidikan terdapat fungsi-fungsi yang akan mengarahkan individu pada
kedewasaan baik secara fisik maupun mental. Menurut Lickona menjelaskan
bahwa menciptakan lingkungan yang aman dan tertib dapat menghormati
perilaku sopan dan bertanggung jawab adalah pondasi dimana keberhasilan
akademis berkelanjutan akan dibangun. Untuk itu pendidikan harus mampu
menekankan pada pembentukan karakter yang berasaskan pada persatuan dan
kesatuan, berbudi pekerti baik dan penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan
norma- norma.

Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini


pada anak-anak di sekolah. Afgani mengatakan bahwa ada 2 kontrol sosial
yaitu:

a. Sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-


kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat.

b. Sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai,


menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta
teknologi baru.
D. Pendidikan Dan Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesi.
Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan yakni
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan,
menyelaraskan, mengecam dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-
persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya

7
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk
menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang
kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari
generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap
terpelihara, tulis Hasan Langgulung. Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan
kebudayaan sangat erat sekali hubungan karena keduanya berkesinambungan,
keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi
budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat
tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa
terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini
tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat
menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan.Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan
pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya
dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua
kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-
nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan
kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa
itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling
membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam
hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana
garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan
individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu,
sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai
pewarisan nilai-nilai budaya.

8
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu
peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai
mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya
itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta
budaya itu.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang erat yang
berkenaan dengan hal nilai-nilai (HAR Tilaar, 1998:7). Menurut Tylor telah
terjalin tiga pengertian: manusia, masyarakat, budaya sebagai tiga dimensi dalam
hal yang sama. Pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan hanya terlaksana
dalam suatu masyarakat. Kebudayaan memiliki tiga unsur penting, yaitu sebagai
tata kehidupan (order), sebagai proses, dan kebudayaan mempunyai visi tertentu.
Pendidikan merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia dalam segala aspek kehidupan dan sekaligus sebagai upaya pewarisan
nilai-nilai budaya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, pendidikan
merupakan produk budaya dan sebaliknya budaya merupakan produk pendidikan.
Brameld, menegaskan bahwa "proses kunci memperoleh kebudayaan adalah
belajar dan kemudian meneruskan serta mengubah apa yang dipelajari itu".
Dengan demikian, Pendidikan adalah merupakan gejala kebudayaan,
Pandangan bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-
hal berikut:
pertama, Manusia Adalah Makhluk Budaya; Pendidikan hanya dapat
dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan
yaitu manusia. Hal ini juga yang merupakan perbedaan antara manusia dan hewan
dengan adanya budaya dan pendidikan. Sifat dunia hewan statis, dimana instink
dan dan reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara dan tanah).
Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut.Sifat dunia manusia terbuka, dimana
manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).
Kedua, Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan
Budaya; Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena
pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai
kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif,
yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan

9
kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu
pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan
kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan
pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan
kebudayaan.
Ketiga, Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan
Harus Ada Kesejajaran Tujuan; Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada
pendidikan formal (education dan schooling), pendidikan informal merupakan
unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena
adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala
kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan
memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara
karena segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik direncanakan atau tidak.
Dengan demikian pendidikan merupakan ikhtiyar pembudayaan demi
peradaban manusia. Tiap ikhtiyar pendidikan bermakna sebagai proses
pembudayaan dan seiring bersama itu berkembanglah sejarah peradaban manusia.
Seluruh sprektum kebudayaan hanya bisa dialihkan dari satu generasi ke generasi
lain melalui pendidikan. Kalau demikian halnya, maka pendidikan tidak hanya
merupakan prakarsa bagi terjadinya pengalihan pengetahuan dan ketrampilan
tetapi juga melalui pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial.
Nilai-nilai budaya yang diwariskan merupakan unsur luar yang masuk ke
dalam diri manusia, sementara dalam diri manusia ada unsur yang menonjol
keluar seperti perkembangan potensi yang dimiliki manusia. Tugas utama
pendidikan adalah berusaha mewariskan nilai-nilai budaya tersebut, sesuai dengan
potensi dan "lingkungan" pada individu dan masyarakat. Hasan Langgulung,
menyatakan sulit dibayangkan bahwa seseorang tanpa lingkungan yang memberi
corak kepada watak dan kepribadian, sebab "lingkungan" inilah yang berusaha
mewariskan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan memelihara
kepribadian dan identitas budaya tersebut sepanjang zaman. Sebab budaya dan
peradaban bisa juga mati, apabila nilai-nilai, norma-norma dan berbagai unsur
lainnya yang dimiliki berhenti dan tidak berfungsi, artinya tidak atau belum

10
sempat mewariskan nilai-nilai tersebut pada generasi penerus untuk diaplikasikan
dalam kehidupan.
Maka pendidikan berada dalam maksud tersebut sebagai bagian dari
proses pembudayaan
Analogi kausal :
Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa
masyarakat, tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa
pendidikan, proses kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam
hubungan antarmanusia dalam suatu masyarakat tertentu.
Pendidikan dikaitkan dengan proses pembudayaan dan peradaban. Tidak
mungkin peradaban dibangun tanpa budaya, namun budaya dapat dikembangkan
tanpa perlu modernisasi. Berarti pendidikan adalah proses yang menggabungkan
konsep membangun peradaban dan mengembangkan budaya kemanusiaan (a
culture and civilized human being).
Transformasi kebudayaan orde baru telah mengorbankan kemerdekaan
dan hak-hak asasi manusia. Terjadi marginalisasi nilai-nilai manusia, karena
kepentingan pertumbuhan nasional dan ekonomi yang hanya menguntungkan
kroni-kroni penguasa. Budaya egoisme dan kekuasaan sekelompok masyarakat
telah menggantikan nilai-nilai universal dari budaya yang hidup dalam
masyarakat dan Bangsa Indonesia.
Pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar tetapi yang
lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat tujuan
penciptaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindhunata (2000 :14).
Th. Brameld (1957) telah melihat keterkaitan pendidikan, masyarakat dan
kebudayaan. Setiap rumusan kebudayaan menjalin pengertian manusia,
masyarakat, dan budaya sebagai tiga dimensi dari tiga hal yang bersamaan. Antara
pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat—keduanya
berkenaan dengan nilai-nilai (values). Pendidikan tidak bisa lepas dari
kebudayaan, dan pendidikan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat.

11
Apabila kebudayaan memiliki tiga pengertian penting, yaitu kebudayaan
sebagai tata kehidupan (order), kebudayaan sebagai suatu process, dan
kebudayaan memiliki visi tertentu (goal), maka pendidikan dalam rumusan diatas
adalah proses pembudayaan, sehingga dengan demikian:
a. Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat,
dan
b. Tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan,
serta
c. Proses kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan
antar manusia dalam suatu masyarakat.
Budaya (culture) kadang-kadang diidentikkan, dan kadang-kadang
dibedakan dengan peradaban (civilization). Kebudayaan mempunyai pengertian
yang intrinsic, oleh karena setiap bangsa atau masyarakat mempunyai
kebudayaan; sedang pengertian peradaban mengarah kepada kehidupan
masyarakat yang ditan-dai oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi). Oleh karenanya pendidikan
dalam konteks ini dapat dirumuskan sebagai proses pembuda-yaan dan peradaban.
Pendidikan merupakan proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban
manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan
dikembangkan di dalam suatu masyarakat.

Havinghust dan Neugarten menyatakan bahwa kebudayaan dapat


didefinisikan sebagai cara bertingkah laku, etiket, bahasa, kebiasaan, kepercayaan
agama dan moral, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang merupakan hasil karya
manusia seperti halnya bermacam-macam benda termasuk di dalamnya alat-alat
teknologi. Dari pendapat ini dapat kita ketahui bahwa kebudayaan dapat berujud
tingkah laku, hal-hal yang berupa rohaniah dapat pula berupa barang-barang
material.

Driyarkara S.Y. (pengasuh Majalah Basisi, 1980,p-83-84) menjelaskan


bahwa kebudayaan dalam arti yang luas mempunyai empat segi atau empat aspek.
Empat aspek itu adalah :

12
Aspek ekonomi, dalam aspek ini manusia dengan tangannya mengubah
barang-barang tertentu menjadi suatu barang yang berguna bagi manusia.

Aspek teknik, dalam aspek ini manusia dengan menggunakan tangan-


tangan dan kemungkinan-kemungkinan serta sifat-sifat yang ada pada barang
tertentu, hukum-hukum yang ada dalam barang-barang tertentu dari benda-benda
alam disusun menjadi sesuatu hal yang baru dan bernilai tambah.

Aspek kebudayaan dalam arti khas dan sempit, juga dalam mengubah
barang-barang itu manusia mengekspresikan dirinya, sebagai contoh: mengubah
atau mengolah tanah liat menjadi patung yang menimbulkan rasa baru dan
menggetarkan jiwa manusia atau mengekspresikan diri dan budinya pada patung
tersebut.

Aspek penghalusan atau sivillasi, aspek ini merupakan lanjutan dari aspek
ketiga diatas. Dalam aspek ini manusia dengan mengekspresikan dirinya, manusia
berusaha untuk mencari hal-hal yang lebih halus, enak, lincah dan licin sehingga
hidupnya dapat meluncur mudah.

E. Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan

Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang


amat penting dalamdunia pendidikan yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas,

yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat
demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan
bertanggung jawab dan berakhlak muliatertib dan sadar hukum, kooperatif dan
kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antargenerasi dan antara
bangsa.
2. Transmisi budaya

Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai


pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi
pada perguruan tinggi. Pada sekolah- sekolah yang lebih rendah, fungsi ini
tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.

13
3. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku
menyimpang danmenyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian
sosial juga berfungsi melindungi

kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.

4. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME

Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak


mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama
yang dipeluknya.
5. Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat

Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan


sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola
gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat.
Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik
simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat
untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat.
F. Dampak Konsep Pendidikan

Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk


budaya yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai
kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan
nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi. Kebudayaan masyarakat jika
dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konseppendidikan,
yaitu:
1 Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya
2 Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat
termasuk wakilorang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan
3 Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan
4 Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar
5 Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang
diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan

14
anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan anak. (Made
Pidarta, 1997:191-192).
G. Manfaat Budaya Terhadap Pendidikan

Dengan budaya proses pendidikan akan lebih mudah karena mempelajari


budaya dapat menumbuhkan kesadaran etik, kesusilaan, dan norma hukum. Jadi
peserta didik akan lebih mudah menerima karena mereka mempunyai kesadaran
untuk mengikuti proses pendidikan dengan tulus tanpa perlu dipaksaan.

Pendidikan bertujuan untuk membentuk agar manusia dapat


menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu
bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara
pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.
Manfaat budaya terhadap pendidiakn adalah:

1 Memperkenalkan, memelihara dan mengembangkan unsur-unsur budaya;


2 Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilak
3 baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang
mencerminkan budaya bangsa;
4 Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
5 Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
6 Menumbuhkembangkan semangat kebudayaan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1 Sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang cara
berteman/berkawan/bersahabat atau bergaul yang baik dalam masyarakat.
2 Sosiologi pendidikan adalah iklmu yang berusaha untuk mengetahui cara-
cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan individu
kearah yang lebih baik.
3 Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi
kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik yang melahirkan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sebagai hasil pembelajaran.
4 Pendidikan berperanan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya dalam
proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang
dimiliki. Dan kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat
proses pendidikan. Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan
generasi yang baik ,manusia-manusia yang lebih berkebudayaan ,manusia
sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik

B. Saran
Dalam pembangunan budaya nasional, guru perlu menciptakan suasana
yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap serta pengaruh budaya asing
yang bertentangan dengan nilai budaya bangsa dilhilangkan karena ini akan
dapat merusak persatuan dan kesatuan baik di masyarakat maupun di bangsa.
Dalam pembangunan budaya nasional, guru perlu menciptakan suasana
yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras. Disiplin, sikap
menghargai prestasi, berani bersaing, serta mampu menyesuaikan diri dan
kreatif. Selain itu perlu menumbuhkan budaya menghormati dan menghargai
orang yang lebih tua, budaya belajar, budaya ingin maju, dan budaya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perlu dikembangkan pranata sosial yang dapat
mendukung proses pemantapan budaya bangsa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Achruh, A. (2018). Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Landasan Sosial Budaya.


Inspiratif Pendidikan, 7(1), 23-32. https://journal3.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/view/4930

Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia. Adi Widya: Jurnal
Pendidikan Dasar, 4(1), 29-39.
https://www.ejournal.ihdn.ac.id/index.php/AW/article/view/927

Hidayah, N., & Atmoko, A. (2014). Landasan sosial budaya dan psikologis pendidikan.
Penerbit Gunung Samudera [Grup Penerbit PT Book Mart Indonesia].
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=h0MyDwAAQBAJ&oi=fnd&
pg=PP1&dq=landasan+sosial+budaya+pendidikan&ots=0OzeAsdJQo&sig=1-
taOkyKXLya49WRdYfAXL_L6pM&redir_esc=y#v=onepage&q=landasan%2
0sosial%20budaya%20pendidikan&f=false

https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-sosial-budaya-
pendidikan/

https://www.academia.edu/24414236/LANDASAN_SOSIAL_BUDAYA_PENDIDIK
AN

https://www.academia.edu/7057907/MAKALAH_KELOMPOK_I

https://media.neliti.com/media/publications/225359-makna-budaya-dalam-pendidikan-
93805a5c.pdf

https://www.scribd.com/doc/100212759/Fungsi-Sosial-Budaya-Terhadap-Pendidikan

17

Anda mungkin juga menyukai