Anda di halaman 1dari 29

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sosiologi Dan Antropologi Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Drs. H. Hadi Mustofa, M.Pd

oleh :
Offering G6

1. Adella Frisca Fidyaningtyas (160151601401)


2. Ikhlashul Amalia N.F (160151600089)
3. Muhammad Rosyid Nurcahyo (160151608083)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Februari 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Sosiologi Pendidikan”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi dan Antropologi
Pendidikan. Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Bapak Drs. H. Hadi
Mustofa, M.Pd yang telah membimbing, memberikan dukungan, dan kepercayaan
dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan bagi
pembaca.

Blitar, Februari 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Sosiologi Pendidikan............................................................................3
2.2 Pengertian Sosiologi Pendidikan.......................................................................4
2.3 Sejarah Sosiologi Pendidikan............................................................................8
2.4 Tujuan Sosiologi Pendidikan...........................................................................14
2.5 Kegunaan Sosiologi Pendidikan.....................................................................18
2.6 Pokok-Pokok Penelitian Sosiologi Pendidikan................................................19
2.7 Pendekatan dalam Sosiologi Pendidikan.........................................................21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .....................................................................................................24
3.2 Saran ...............................................................................................................25

DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam kegiatan manusia sebagai makhluk sosial menimbulkan berbagai
ilmu pengetahuan sendiri. Termasuk disini ialah kegiatan manusia untuk
mendidik generasi-generasi mudanya, ialah dengan memberikan, menundakan
mewariskan kebudayaannya kepada anak cucunya. Didalam karya mendidik
inilah manusia berusaha untuk mengetahui bagaimanakah proses pendidikan
itu dilihat dari segi sosialnya, ditinjau dari konstelasi sosial, dimana terjalin
karya mendidik itu.
Dinamika perubahan didalam masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat
sangat cepat, maju dan memperlihatkan adanya gejala desintegratif.
Perubahan sosial yang sangat itu meliputi berbagai bidang kehidupan, dan
merupakan masalah bagi semua institusi soaial, seperti: industri, agama,
perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan-perkumpulan dan
pendidikan. Masalah sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia
pendidikan. Jadi yang ,elatar belakangi timbulnya sosiologi pendidikan adalah
perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat yang begitu cepat.
Perubahan sosial itu menimbulkan cultural lag. Cultural lag ini merupakan
sumber masalah-masalah sosial dalam masyarakat masalah-masalah itu
dialami oleh dunia pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu
mengatasinya. Kemudian ahli-ahli sosiologi menyumbangkan pemikiran-
pemikirannya untuk memecahkan masalah itu, maka lahirlah sosiologi
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep sosiologi pendidikan?
2. Apa pengertian sosiologi pendidikan?
3. Bagaimana sejarah sosiologi pendidikan?
4. Apa tujuan sosiologi pendidikan?

1
2

5. Apa kegunaan sosiologi pendidikan?


6. Apa saja pokok-pokok penelitian sosiologi pendidikan?
7. Apa saja pendekatan dalam sosiologi pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan konsep sosiologi pendidikan
2. Menjelaskan pengertian dari sosiologi pendidikan
3. Menjelaskan sejarah sosiologi pendidikan
4. Menjelaskan tujuan dari sosiologi pendidikan
5. Menjelaskan kegunaan sosiologi pendidikan
6. Menjelaskan tentang pokok-pokok penelitian sosiologi pendidikan
7. Menjelaskan tentang pendekatan dalam sosiologi pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sosiologi Pendidikan


Sebelum membahas sosiologi pendidikan, terlebih dahulu akan
dijelaskan apa sebenarnya konsep-konsep sosiologi pendidikan baik secara
pengertian maupun definisi. Ditinjau dari epistemologinya, istilah sosiologi
pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu sosiologi dan pendidikan.

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan


baik ditinjau dari struktur maupun dinamikanya. Dilihat dari strukturnya
sosiologi membahas struktur sosial yang ada di masyarakat, seperti kelompok
sosial, kebudayaan, lembaga sosial, dan stratifikasi sosial. Struktur sosial
adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah
sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, serta lapisan sosial (stratifikasi
sosial). Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai
segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara segi ekonomi
dengan politik, hukum dengan agama, antara segi kehidupan ekonomi dengan
segi yang lain (Soekanto, 1990). Para ahli sosiologi membuat definisi sesuai
dengan isi dan arah pembahasan sosiologi berdasarkan paradigmanya masing-
masing. Beberapa definisi menurut para ahli sebagia berikut.

a. Sorokin (Soekanto, 1990:20) mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu


ilmu yang mempelajari tentang: hubungan dan pengaruh timbal balik
antara aneka macam gejala sosial, hubungan dan pengaruh timbal balik
antara gejala sosial dan non-sosial, dan ciri-ciri umum semua jenis gejala
sosial
b. Soemardjan dan Soemardi mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial.
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang
pokok, yait kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, serta lapisan
sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik segi

3
4

c. kehidupan ekonomi dengan segi politik, antara segi kehidupan hukum


dengan agama, dan antara seguikehidupan ekonomi dengan yang lain.
d. Soekanto (1990) mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk di dalamnya
perubahan sosial. Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan
kemasyarakatan yang kategoris, murni, abstrak, berusaha memberi
pengertian umum rasional dan empiris serta umum.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang masyarakat baik ditinjau dari aspek struktur
maupun dinamikanya, dan berbagai hal yang terkait dalam kehidupan
masyarakat dan perangkat sosial yang menyertainya. Sedangkan pengertian
pendidikan adalah upaya yang sadar dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan individu agar dapat menentukan kehidupan secara mandiri
berdasarkan potensi yang dimiliki dan berkembang dalam kehidupan
sosialnya. Definisi pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai pola pikir
dan paradigma ilmu yang dianut, karena dengan paradigma tersebut
seseorang akan mengikuti teori, metode penelitian dan penerapannya dalam
kehidupan keseharian. Sebagai contoh, para penganut paradigma positivisme
akan mengembangkan teori pendidikan behavioris yang menekankan bahwa
perilaku manusia dapat diatur dan dikendalikan dengan memberikan
pelatihan. Sedangkan para penganut paradigma subjektivis akan
mengembangkan teori humanisnya agar peserta didik dapat mengembangkan
dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2.2 Pengertian Sosiologi Pendidikan


Manusia adalah mahkluk sosial. Sosial mengacu kepada hubungan antar
individu, antar masyarakat dan individu dengan masyarakat. Hidup di
masyarakat itu merupakan manifestasi bakat sosial anak. Oleh karena itu,
aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam
perjalanan hidup peserta didik agar jadi matang. Di samping tugas pendidikan
mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam
membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya, maka segi sosial ini
perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Dan menurut para ahli bahwa
5

salah satu tujuan pendidikan adalah bahwa mendidik itu bertujuan


membimbing agar kelak dapat hidup serasi dengan masyarakat tempat
hidupnya.
Pengertian Sosiologi menurut Brinkerhoft dan White adalah studi
sistematik tentang interaksi sosial manusia. Hubungan dan pola interaksi yang
menjadi titik penekanannya, yaitu bagaimana pola-pola ini tumbuh kembang,
bagimana mereka dipertahankan dan juga mereka berubah.
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan
tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu otonom dapat lahir karena
terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan
oleh August Comte (1798 – 1857). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok – kelompok dan struktur
sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri – ciri :

1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan
diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoritis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu
bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat
diwariskan kepada generasi muda.

3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai


konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori
– teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.

4. Nonetis, karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat


beserta individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik
atau buruk.

Pengertian Pendidikan menurut KBBI, pendidikan adalah suatu proses


pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melalui
pendidikan orang mengalami perubahan sikap dan perilaku, berproses menjadi
dewasa yang dilakukan dengan proses pembelajaran dan pelatihan.
6

Menurut Frederick J. Mc. Donald, pendidikan adalah suatu proses atau


kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat manusia.

Pengertian Sosiologi pendidikan dapat dilihat dari 2 segi, yaitu : (1)


Pengertian Sosiologi Pendidikan adalah suatu kajian yang mempelajari
hubungan antara masyarakat, dimana terjadi interaksi sosial dengan
pendidikan di dalamnya. Dapat kita lihat dalam hubungan ini bagaimana
masyarakat memengaruhi pendidikan, begitu juga sebaliknya bagaimana
pendidikan memengaruhi masyarakat. (2) Pengertian Sosiologi Pendidikan
adalah suatu pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena
pendidikan. Pendekatan sosiologis meliputi konsep, variabel, metode dan teori
yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial, serta di
dalamnya terdapat kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan.

Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial


dan pola – pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Sosiologi
pendidikan ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Wuradji
(1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :

1. Interaksi guru – siswa.


2. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah.

3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan.

4. Sistem – sistem masyarakat dan pengaruhnya terhaadap pendidikan.

Dari pengertian sosiologi pendidikan yang pertama, maka sosiologi


pendidikan mengkaji masyarakat, yang terdapat proses dan pola interaksi
sosial dalam hubungannya dengan pendidikan di dalamnya. Hubungan ini
dilihat dari hubungannya yang saling memengaruhi. Masyarakat sebagai
realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan
pendidikan seperti bagaimana mendidikanya, siapa yang mendidik dan dididik
dan dimana pendidikan dilakukan.
Dalam sosiologi pendidikan, konsep masyarakat memengaruhi
pendidikan dapat kita lihat contohnya dalam berpakaian. Ketika orang
7

menghadiri pesta pernikahan, maka orang tersebut tidak akan mengenakan


kaos oblong ataupun daster, tetapi menggunakan batik bagi pria atau kebaya
bagi perempuan. Dalam setiap masyarakat terdapat pola busana. Pola busana
ini menjadi rujukan bagi anggota masyarakat untuk memilih warna, model,
atau bahan apa yang tepat atau sepantasya dikennakan untuk satu momen
tertentu dari kehidupan kita dalam masyarakat. Pola busana ini
disosialisasikan oleh anggota senior masyarakat kepada anggota juniornya.
Sosiolisasi merupakan salah satu cara proses dalam pendidikan.
E. Goerge Payne (dalam Faisal dan Yasik, 1985) yang merupakan bapak
sosiologi pendidikan memberikan penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga,
kelompok-kelompok sosial dan proses sosial terdapat hubungan yang saling
terjalin, di mana di dalam interaksi sosial itu individu memperoleh dan
mengorganisasikan pengalamannya. Berikut ini adalah beberapa pengertian-
defenisi sosiologi pendidikan menurut para ahli:
1. F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur
mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan,
struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial
masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses
perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses
pendidikan.
2. H.P. Fa irchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa
sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.

3. Pro f. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan dalah ilmu yang


berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

4. F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang


membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi
8

pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta


prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.

5. E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang


segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.

6. Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang


berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau
pendekatan sosiologis.

Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi


pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu
struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek
lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

Dalam sosiologi pendidikan, konsep pendidikan memengaruhi


masyarakat dapat kita lihat dalam pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan
dipengaruhi salah satunya oleh pendidikannya. Demikian pula dengan pola
konsumsi dan pola pengasuhan anak dipengaruhi oleh pendidikan. Dari
pengertian sosiologi pendidikan yang kedua, maka sosiologi pendidikan
mengkaji sebagai konsep, Variabel, teori dan metode ini yang digunakan
dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial, termasuk di dalamnya
kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan.

2.3 Sejarah Sosiologi Pendidikan


Sosiologi pertama kali dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia
dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia
merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang
sekarang dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte mengatakan
bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti melalui tiga tahapan
perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan,
metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif.
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat berubah
secara drastis dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya perubahan
9

dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian


perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan
yang sempat tenggelam dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu
penting dilembaga pendidikan.
Menurut pendapat Bouwman, bahwa sejarah sosiologi pendidikan
terdiri dari 4 fase, yaitu :

a. Fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang


kehidupan bersama secara filsafat umum terutama tentang Negara, hukum,
dan moral yang tersimpul dalam kaidah-kaidah etika/ keagamaan. Pada
fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat
sejarah atau filsafat social. Di antara filsuf-filsuf yang membicarakan
tentang kemasyarakatan adalah plato dalam bukunya berjudul Politea
(Republik) yang mengatakan bahwa Negara harus memlihara keadilan
sebagai kewajiban yang tertinggi. Selanjutnya Aristoteles dalam bukunya
berjudul Politia mengatakan bahwa Negara harus mewujudkan nilai-nilai
susila dalam masyarakat. Sedangkan menurut pandangan Thomas Aquinas,
hukum duniawi yang di jamin pelaksanaannya leh Negara itu berasal dari
hukum Tuhan, yang di dukung dan di lindungi oleh gereja. Karena itu
menurut kodratnya Negara harus tunduk kepada gereja. Jadi, kekuatan
duniawi harus tunduk kepada kekuasaan rohaniah.
b. Fase kedua, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu
berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata
(empiris), bukan hanya hasil renungan saja dan memisahkan alam pikiran
secara lambat laun daari ajaran gereja. Salah seorang tokoh fase ini adalah
Machiavelli yang berpandangan realis. Menurut pendapatnya Negara harus
terpisah dari gereja. Untuk mewujudkan cita-cita ini maka segala cara
harus di tempuh. Selanjutnya, Thomas Hobbes mengatakan bahwa yang
menggerakkan manusia itu adalah hasrat untuk mempertahankan diri dan
memperbaiki kehidupan, sebagai perwujudan yang wajar dari keakuan
(egoisme).

c. Sosiologi pada fase ketiga, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte
10

adalah “bapak sosiologi” karena ialah yang pertama kali mempergunakan


istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat. Sedangkan Saint
Simon dianggap “perintis jalan’ bagi sosiologi. Ia bermaksud membentuk
ilmu yang disebut “Psyco-Politique”. Revolusi Industri di Inggris dan
Revolusi Perancis menimbulkan keadaan masyarakat yang baru.
Kehidupan kenegaraan dan ekonomi bersifat masal, banyak segi-seginya
yang tak tetep sehingga Saint Simon bermaksud mengorganisasikan
keadaan masyarakat itu menjadi suatu bentuk pergaulan hidup yang lebih
sempurna. Dengan ilmu tersebut Saint simon dan juga Comte mengambil
rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap
sosiologi, ia mengambil bagian penting dalam pertumbuhan filsafat
Positivisme yang nantinya merupakan metode untuk menyusun sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri snediri.

d. Sosiologi pada fase ke empat, ciri utamanya adalah keinginan untuk


bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang objek sosiologi,
sekaligus memberikan memiliki pengertian-pengertian dan metode-metode
sosiologi yang khusus. Tokoh –tokoh atau pelopor sosiologi yang otonom
dalam metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain
adalah Fichte, Novalis, Adam muller, Hegel dan lain-lain.

Sosiologi Pendidikan berawal dari ilmu sosiologi umum atau sosiologi


micro (micro sociology) yang muncul pada abad ke-18. Ilmu sosiologi mulai
melepaskan diri dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak abad ke -19. Istilah
sosiologi pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) dalam
bukunya Cour de phillosophie positive.
Pada awalnya sosiologi berada dalam ilmu filsafat yang dipandang
sebagai satu-satunya ilmu untuk pengetahuan umum. Namun, ketika ada
masalah yang terdapat dalam masyarakat yang ternyata tidak bisa dipecahkan
dalam ilmu filsafat maupun ilmu-ilmu lainnya, maka kebiasaan untuk
memisahkan sosiologi dari ilmu lainnya tampak dan terasa pada masa
Revolusi di Eropa yang mengganas dalam Revolusi Prancis (1789-1799).
11

Pada abad ke-19 ahli-ahli sosiologi menyumbangkan pemikiran-


pemikirannya untuk mempermudah pendidikan, maka lahirlah disiplin ilmu
baru yang disebut sosiologi pendidikan.
Ditinjau dari perspektif sebab lahirnya sosiologi pendidikan adalah
dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang cepat dan berakibat pada
merosotnya peran pendidik, dan perubahan interaksi antarmanusia.
Dikarenakan manusia tumbuh dan berkembang bukan di sekolah melainkan
di masyarakat.
Sejarah sosiologi pendidikan tidak terlepas dari situasi sosiologi dari
zaman ke zaman. Adalah August Comte yang di anggap sebagai bapak
sosiologi dunia yang telah menanamkan dasar-dasar sosiologi yang sangat
kuat. Beberapa buku tentang sosiologi telas di tulisnya, dan yang termasyhur
adalah buku Positive psychology. Dalam beberapa bukunya August Comte
telah menulis tentang pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari
masyarakat. Selanjutnya sosiologi berhasil mencuri perhatian para ilmuwan,
diantaranya Herbert Spencer dari Inggris yang telah banyak menulis buku, di
antaranya Principles of sociology. Setengah abad kemudian, sosiologi
berkembang dengan cepat dalam abad 20, terutama di Perancis, jerman dan
Amerika. Sosiologi sangat berpengaruh setelah di kembangkan oleh beberapa
ahli seperti, Karl Max (Jerman), Vil Fredo Pareto (Itali), Pitirin A.Sorokin
(Rusia), Laster F.word (Amerika Serikat). Pengaruh sosiologi bukan hanya di
Eropa, tetapi sudah merambah di seluruh dunia termasuk Indonesia.Salah satu
pengaruh sosiologi terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, termasuk aspek
pendidikan.
Lester Frank Word (1841-1913) salah satu seorang pelopor sosiologi di
Amerika Serikat yang dianggap sebagai pencetus gagasan tentang lahirnya
sosiologi pendidikan. Tujuan utamanya adalah untuk membentuk suatu
system sosiologi yang akan menyempurnakan kesejahteraan umum manusia.
Kemudian teorinya ini di kenal dengan evolusi social yang menenkankan
peranan pendidikan social yang realistis dalam memimpin perencanaan
kehidupan pemerintah. Gagasan ini tersusun dalam karyanya Applied
Siciology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan
12

masyarakat karena usaha manusia. Menurutnya kekuatan dinamis dalam


gejala social adalah perasaan yang terdiri dari beberapa keinginan dan
beberapa kepentingan .rasa lapar dan rasa cinta merupakan keinginan yang
kuat. Perasaan merupakan kekuatan yang individu karena interaksi, kemudian
berubah menjadi kekuatan sosial. Kekuatan social mempunyai kekuatan
untuk menggerakkan kevakapan-kecakapan manusi dalam memenuhi
kebutuhannya.
Pelopor sosiologi pendidikan, dalam artian yang formal, adalah John
Dewey dengan bukunya yang berjudul School and Society yang terbit pada
tahun 1899, dalam mana beliau menekankan pendapatnya mengenai sekolah
sebagai institusi sosial. Pada waktu itu beberapa ahli ilmu pendidikan dan
sosiologi menekankan pentingnya peranan sosiologi bagi pendidikan.

Dari uraian tersebut di atas dapat pahami bahwa sosiologi pendidikan


baik dilihat dari sudut usia, lapangan penelitian, maupun dari sudut struktur
dan prosesnya, merupakan disiplin ilmu yang masih muda. Namun demikian,
para ahli optimis bahwa sosiologi pendidikan secara bertahap dan sedikit
demi sedikit berkembang dari statusnya yang belum pasti menuju statusyang
lebih pasti, yaitu menjadi disiplin ilmu yang otonom dan memiliki lapangan
penelitian khusus. Hal ini didasarkan atas alasan, diantaranya:
 Sosiologi pendidikan merupakan pengmbangan dari dua disiplin ilmu yang
sudah mapan, bahkan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
modern, yaitu sosiologi dan pedagogic.
 Lahirnya sosiologi pendidikan tidak pernah dipaksakan dan direkayasa,
tetapi lahir dari kebutuhan kehidupan masyarakat modern.

 Sosiologi sangat dibutuhkan oleh pendidik dan pendidikan tidak pernah


surut, mundur, dan diabaikan. Dunia modern selalu membutuhkan
pendidikan sehingga ilmu pendidikan tidak akan pernah mati.

 Sosiologi pendidikan sejalan dengan fitrah manusia dan manusia semakin


lama semakin berkembang.
13

 Perkembangan ilmu pengetahuan yang telah mencapai kemajuan, akan


melahirkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang baru. Dalam sejarah
ilmu pengetahuan, semula filsafat yang dianggap sebagai ilmu tunggal,
seiring dengan perkembangan peradaban manusia filsafat berkembang
menjadi ilmu filsafat dan filsafat ilmu. Dari filsafat ilmu berkembang
menjadi ilmu alam (eksak) dan ilmu masyarakat (sosial). Dan begitu
seterusnya, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke
zaman tidak perlu surut, bahkan semakin berkembang menjadi beberapa
disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan manusia.

Latar Belakang Timbulnya Sosiolgi Pendidikan


Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang kehidupan
dan merupakan masalah bagi semua institusi sosoal,seperti industri, agama,
perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan dan pendidikan.
Masalah sosial dalam masyarakat itujuga dirasakan oleh dunia pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada abad ke-20 Sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran.
Sebagai akibatnya timbulah Sosiologi Pendidikan.
2. A. Dalam buku “Dictionary Of Sociology” disebutkan bahwa : Sosiologi
Pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untk memecahkan masalah-
masalah pendidikan adalah sosiologi yang dikhususkan bertuga
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan, dll.
3. Latar belakang timbulnya Sosiologi Pendidikan dapat diterangkan
sebagai berikut. Masyarakat ini mengalami perubahan yang cepat,
perubahan yang cepat itu membentuk sebuah kultural. Kultural ini yang
menimbulkan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Masalah-
masalah sosial ini dialami di dalam dunia pendidikan, lembaga-lembaga
pendidikan tidak mampu mengatasinya. Kemudian ahli-ahli sosiologi
menyumbangkan pemikiran-pemikirnya untuk memecahkan masalah
sosial itu. Maka lahirlah sosiologi pendidikan.
4. Salah satu dungsi sosiologi pendidikan di Indonesia, adalah menetapkan
Pancasila sebagai universal (corevalues) yang menjadi dasar integrasi
nasional.
14

5. Educational Sociology, Sociologi Of Education dan Foundation of


Education. Definisi dari stalcup mengenai istilah yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
 Educational Sociology : Merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum
dan penemuan-penemuan sosiologi bagi peng-administrasian atau
proses pendidikan pendekatan ini berupaya untuk menerapkan
prinsip-prinsip sosioloi pada lembaga pendidikan sebagai salah satu
unit sosial tersendiri.
 Sociology Of Education ; Merupakan suatu analisis terhadap
proses-proses sosiologi yang berlangsung dalam lembaga
pendidikan. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga
pendidikan itu sendiri.
 Foundation Of Education : Merupakan suatu bidang telaahan yang
lazimnya mencakup sejara, filsafat sosiologi pendidikan. Jelas
bidang ini luas baik dari “Sociology Of Education maupun
Education Of Sociology.

2.4 Tujuan Sosiologi Pendidikan


Ada beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan antara lain :
1. Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosiolisasi
Di antara para ahli sosiologi pendidikan ada yang beranggapan bahwa
seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat perhatian bidang
studi ini. Mereka ini mengutamakan proses bagaimana kelompok-
kelompok sosial memengaruhi kelakuan individu. Francis Brown antara
lain mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan memperhatikan
pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”. Sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui “cara-cara
mengendalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan
kepribadian individu yang lebih baik”.
Di antara para ahli sosiologi pendidikan ini ada yang khusus
mempelajari perkembangan kepribadian dalam keluarga, di sekolah, dan
lingkungan masyarakat yang lebih luas.
15

2. Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam


masyarakat
L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam
masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan
berbagai aspek masyarakat. Penganut konsep ini misalnya menyelidiki
hubungan antara masyarakat pedesaan atau lingkungan tertentu di kota
dengan sekolah rendah dan menengah. Dalam kelompok ini termasuk juga
mereka yang meneliti fungsi sekolah berhubung dengan struktur status
sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu, seperti misalnya Warner
Hollingshead dan Stendler. Dalam penelitian itu ditekankan analisis
masyarakat dalam hubungannya yang khusus dengan fungsi pendidikan.
3. Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara
sekolah dengan masyarakat
Di sini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan
sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di dalam
sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah. Usaha W. Waller
adalah percobaan adalah percobaan pertama untuk menganalisis pernanan
guru baik dalam hubungannya dengan murid maupun dengan masyarakat
tempat sekolah itu berada.
Dengan pendirian ini ada yang menyelidiki hubungan dan partisipasi
guru dalam kegiatan masyarakat. Demikian pula ada penelitian yang
menganalisis peranan sosial tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, juga
tentang kepemimpinan, struktur kelompok atau clique. Studi serupa ini
menambah pengertian kita tentang kelompok-kelompok sosial di dalam
sekolah.
4. Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial
Pada mulanya ahli pendidikan sosial memandang pendidikan sosial
sebagai bidang studi yang memberi dasar bagi kemajuan sosial dan
pemecahan masalah-masalah sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan
yang sanggup memperbaiki masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk
mencapai kemajuan sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial
yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
5. Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
Sejumlah ahli memandang sosiologi pendidikan sebagai alat untuk
menganalisis tujuan pendidikan secara obyektif. Mereka mencoba
16

mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan


kebutuhan manusia.
6. Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
Sejumlah ahli merumuskan sosiologi pendidikan sebagai aplikasi
sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan, misalnya mengenai
kurikulum. Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu murni akan tetapi
selalu sebagai ilmu yang diterapkan untuk mengendalikan pendidikan.
Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui
dalam bidang sosiologi dan pendidikan lalu memadukannya dalam suatu
ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh
proses pendidikan.
7. Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan
Menurut F.G Robbins dan Brown dengan sosiologi pendidikan
dimaksud ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan
sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari
kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
E.G Payne memandang sosiologi pendidikan sebagai studi yang
komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang
diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala
sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat bertalian dengan proses belajar
dan sosialisasi, akan tetapi juga segala sesuatu dalam pendidikan yang
dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah memberikan
guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh perhatian
akan pendidikan latihan yangs serasi dan efektif dalam sosiologi yang
dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih
mendalam tentang pendidikan.
Ada kalanya sosiologi diajarkan oleh sejumlah ahli sosiologi dengan
tujuan agar calon pendidik memahami masyarakat dan seluruh latar
belakang sosial tempat anak itu disosialisasi. Kadang-kadang yang
diberikan ialah sosiologi pendidikan dan bukan sosiologi kepada calon
guru. Ada pula menggunakan sosiologi untuk memperbaiki teknik
mengajar seperti sosiodrama, bermain peranan dan sebagainya.
Kita lihat-lihat macam-macam pendirian tentang apakah sosiologi
pendidikan dan apakah tujuan atau manfaatnya. Banyaknya tafsiran itu
17

mempersulit tercapainya suatu kebulatan pendapat dan menjadikan


sosiologi pendidikan bidang yang campur aduk yang kurang memuaskan.
Namun sosiologi pendidikan mempunyai manfaat yang besar untuk para
pendidik. Sosiologi dapat memberi sumbangan yang berharga untuk
menganalisis pendidikan, untuk memahami hubungan antar manusia di
dalam sekolah dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi.
Seperti ahli sosiologi mempelajari dan menganalisis hubungan manusiawi
dalam keluarga, perusahaan, agama, politik, masyarakat dan system
hubungan sosial lainnya, demikian pula mereka dapat mencari dan
meneliti pola-pola interaksi dalam system pendidikan dan lapangan studi
ini disebut sosiologi pendidikan. Jadi ahli sosiologi pendidikan adalah
seorang ahli sosiologi yang mengkhususkan diri untuk meneliti proses
pendidikan. Pendirian ini memandang sosiologi pendidikan hanya salah
satu cabang sosiologi murni.
Sosiologi pendidikan tidak hanya sosiologi yang mengambil
pendidikan sebagai obyek. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari
masalah-masalah sosial dalam pendidikan melainkan juga pokok-pokok
seperit tujuan pendidikan, bahan kurikulum, pokok-pokok praktis, etis, dan
sebagainya. Sosiologi pendidikan bagi kepentingan guru tidak meliputi
seluruh bidang sosiologi. Mereka tidak perlu dididik menjadi ahli
sosiologi. Mengajarkan sosiologi kepada calon guru dan pendidik tidak
dengan sendirinya mengubah sosiologi menjadi sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan juga bukan teknologi pendidikan walaupun dapat
membantu untuk lebih memahami masalah pendidikan. Diharapkan bahwa
para pendidik mengenal sosiologi dan memanfaatkannya dalam
pekerjaannnya akan tetapi ia bukan terutama ahli sosiologi yang meneliti
hubungan-hubungan sosial di dalam lingkungan sekolah. Namun sosiologi
pendidikan adalah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola-pola sosial
yang terdapat dalam system pendidikan. Sosiologi memiliki alat-alat dan
teknik ilmiah untuk mempelajari pendidikan dan dengan demikian dapat
memberikan sumbangan yang berharga kepada system pendidikan dalam
masyarakat kita. Dengan menganalisis hubungan dan interaksi manusia
18

dalam pendidikan diharapkan memperoleh prinsip-prinsip dan generalisasi


tentang hubungan manusia dalam system pendidikan.

2.5 Kegunaan Sosiologi Pendidikan


Kegunaan atau faedah sosiologi pendidikan untuk kehidupan sehari-hari
yaitu :
1. Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan gambaran tentang berbagai
problem sosial, asal usul atau sumber terjadinya proses. Dengan gambaran
seperti ini, maka dapat di cari cara-cara pendekatan untuk mengatasi
problem sosial secara tepat.
2. Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan pengertian
tentang “masyarakat” secara luas, sehingga dengan gambaran tersebut para
perencana dan pelaksana pembangunan dapat mencari pola pembangunan
yang paling sesuai agar berhasil. Hal-hal yang dapat diketahui dari
sosiologi untuk pelaksanaan pembangunan antara lain :
a. Kebutuhan atau tuntutan masyarakat setempat, sehingga pembangunan
dapat sesuai dengan keadilan yang nyata
b. Stratifikasi (pelapisan) sosial, dengan memahaminya dapat
menenetukan bagi lapisan mana pembangunan akan dilakukan atau
mau diapakan lapisan-lapisan sosial itu dalam pembangunan
c. Letak pusat kekuasaan, dengan mengetahui ditangan siapa kekuasaan
berada, maka usaha pembangunan akan mudah digerakkan
d. Sistem dan saluran-saluran komunikasi, dengan memahami hal ini
maka ide-ide pembangunan dapat disampaikan kepada anggota
masyarakat, dan diterima dengan baik oleh mereka, karena disalurkan
lewat system dan saluran komunikasi yang tepat
e. Perubahan-perubahan sosial, dengan mengetahui hal ini para
perencana dan pelaksana pembangunan dapat menentukan arah atau
mengendalikan proses perubahan yang sedang atau akan terjadi, atau
akibat proses sosial yang telah terjadi, perubahan diharapkan
berkembang menjadi positif

2.6 Pokok-Pokok Penelitian Sosiologi Pendidikan


19

Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi


pokok-pokok yang berikut :
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam
masyarakat.
Dalam kategori ini terdapat antara lain masalah-masalah sebagai
berikut :
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial
dan sistem kekuasaan
c. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan
kultural atau usaha mempertahankan status quo.
d. Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat atau status sosial
e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial,
kultural dan sebagainya
2. Hubungan antar manusia di dalam sekolah
Lapangan kedua ini menganalisis struktur sosial di dalam sekolah. Pola
kebudayaan di dalam sistem sekolah menunjukkan perbedaan dengan
apa yang terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Di dalam
bidang ini dapat dipelajari :
a. Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan
kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang antara
lain meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah,
kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan
pola interaksi informal sebagai terdapat dalam kelompok-
kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di
sekolah
Dalam bidang ini diutamakan aspek proses pendidikan itu sendiri. Di
sini kita analisis kepribadian dan kelakuan guru, murid dan lain-lain
atas pengaruh partisipasi dalam keseluruhan sistem pendidikan. Para
ahli psikologi dan sosiologi telah banyak mengadakan penelitian serta
mencetuskan teori-teori tentang masalah pengaruh sekolah atas murid.
Mereka juga menyelidiki peranan murid terhadap guru dan terhadap
murid-murid lainnya di sekolah. Selain perkembangan pribadi anak,
juga kepribadian guru merupakan pokok penelitian. Beberapa pokok
yang dapat diteliti ialah :
20

a. Peranan sosial guru-guru


b. Hakikat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi murid
4. Sekolah dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah dengan kelompok-
kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah. Antara
lain dapat dipelajari :
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem
sosial dalam masyarakat luar sekolah
c. Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan
pendidikan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat bertalian
dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem
pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam
keseluruhan kehidupan masyarakat
Tentu saja ada kemungkinan untuk mengadakan pembagian lain
tentang pokok-pokok yang dapat dimasukkan sebagai obyek penelitian
sosiologi pendidikan. Dalam kenyataan selalu terdapat perbedaan-
perbedaan buku pelajaran mengenai sosiologi pendidikan.

2.7 Pendekatan Sosiologi Pendidikan


2.7.1 Pendekatan Individu (The Individual Approach)
Dalam pendekatan individu titik penekanannya adalah tingkah laku
individu. Setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi pendekatan
individu ini yakni faktor internal yang meliputi faktor-faktor biologis
dan faktor eksternal yang meliputi faktor-faktor lingkungan fisik dan
lingkungan sosial.
Dalam pendekatan individual ini titik tekannya adalah faktor-faktor
biologis yang menguasai tingkah laku individu daripada faktor-faktor
psikologis, namun kedua faktor ini tetaplah faktor primernya
sedangkan faktor lingkungan sekitar fisik dan lingkungan sosial
merupakan faktor sekunder. Hal ini dikarenakan pendekatan individu
berasumsi bahwa individu adalah primer dan masyarakat adalah
sekunder.
1. Faktor Biologis pada Tingkah Laku Manusia
21

Perbedaan antara faktor biologis dan psikologis pada tingkah laku


manusia adalah pada faktor biologis manusia dipandang sebagai
organisme yang murni dan sederhana, sedangkan pada faktor
psikologis manusia dipandang sebagai organisme yang cerdas dan
mempunyai kecerdasan (inteligen). Kemudian yang menjadi
problem terbesar pada biologi adalah usaha untuk menemukan
elemen-elemen tingkah laku mana yang dapat diwariskan secara
biologis dan elemen-elemen tingkah laku mana yang disebabkan
oleh lingkungan sekitar dan apakah elemen tingkah laku inheritas
(keturunan biologis/ hereditas) itu dapat diubah atau tidak, kalau
dapat diubah sejauh mana perubahan dapat terjadi.
2. Faktor Psikologis pada Tingkah Laku Manusia
Sebenarnya perbedaan antara faktor psikologis dan biologis
tidak begitu ekstrim, tajam dan statis. Seiring dengan kemajuan-
kemajuan penelitian ilmiah maka dapat diketahui bahwa
sebenarnya hubungan psikologi dan biologi sifatnya timbal-balik,
bahkan justru keduanya saling melengkapi di dalam mempelajari
tingkah laku manusia. Bukti dari ini adalah munculnya penelitian-
penelitian psikologi mengenai konsep insting (instinct).
Singkatnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan individu
belumlah lengkap untuk menerangkan semua gejala tingkah laku
manusia mengingat bahwa individu-individu adalah hidup dengan
dan dalam masyarakat. Jadi faktor masyarakat itupun harus diakui
peranannya sebagai pembentuk tingkah laku anggota
masyarakatnya.
2.7.2 Pendekatan Sosial (The Societal Approach)
Titik tekan pendekatan ini adalah masyarakat dengan berbagai
lembaga, kelompok, organisasi dan aktivitasnya. Secara kongkrit
pendekatan sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari
kebudayaan manusia, seperti keluarga, tradisi, adat-istiadat, dan
sebagainya. Jadi segala sesuatu yang dianggap produk bersama adalah
milik bersama atau milik masyarakat. Jadi jelas di sini yang menjadi
gejala primer adalah kelompok masyarakat, sedangkan individu
merupakan gejala sekunder saja.
22

Secara ekstrim, pendekatan sosial ini berasumsi bahwa tingkah


laku individu-individunya secara mutlak ditentukan oleh masyarakat
dan kebudayaan masyarakat, sehingga individualitas tenggelam di
dalam sosialtas manusia. Tingkah laku yang demikian ini dapat
ditemukan dalam masyarakat yang benar-benar homogen yang kuat
tradisi dan tata caranya. Sehingga inidividu-individu yang
menyimpang dari pola tingkah laku masyarakat dianggap abnormal
dan pasti dikeluarkan dari masyarakatnya.
Kalau diperhatikan secara seksama, prinsip dari pendekatan sosial
ini tak dapat disangkal kebenarannya, tetapi secara ekstrem dan
absolut, pendekatan sosial ini menunjukkan kelemahan-kelemahannya,
sebab betapapun homogennya dan kuatnya tata cara hidup masyarakat
di situ masih juga didapati perilaku individualitas pada anggota
masyarakat. Mengapa demikian? Karena setiap individu mempunyai
watak dan kepribadiannya masing-masing. Bahkan tidak jarang
keseragaman tingkah laku pada masyarakat dianggap sebagai paksaan
yang membelenggu kreatifitas individu tersebut. Karena pada dasarnya
pola tingkah laku individu manusia selalu didapati sifat-sifat kreatif
dan dinamis.
2.7.3 Pendekatan Interaksi (The Interaction Approach)
Di dalam pendekatan interaksi ini perhatiannya adalah
penggabungan dari pendekatan individu dan pendekatan sosial melalui
interaksi. Sebab pada kenyataannya menurut pendekatan interaksi ini,
individu dan masyarakat itu saling mempengaruhi dan memiliki
hubungan timbal balik. Jadi antara individu dan masyarakat itu
mempunyai daya kekuatan yang saling membentuk dan saling
menyempurnakan.
Kesimpulannya pendekatan ini ingin menjelaskan bahwa untuk
mengetahui tingkah laku manusia harus dilihat dari individu dan
masyarakat. Jadi sosiologi pendidikan tidak semata-mata hanya
mempelajari individu atau masyarakat saja tetapi harus kedua-duanya.
23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep-konsep sosiologi pendidikan baik secara pengertian maupun
definisi. Ditinjau dari epistemologinya, istilah sosiologi pendidikan terdiri dari
dua kata, yaitu sosiologi dan pendidikan.
Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek
pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun
aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan
sosiologis.
Sejarah sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu Fase pertama, Fase
kedua, fase ketiga, fase ke empat
Tujuan sosiologi pendidikan antara lain : sosiologi pendidikan sebagai
analisis proses sosiolisasi, sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan
pendidikan dalam masyarakat, sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi
sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat, sosiologi pendidikan
sebagai alat kemajuan dan perkembangan social, sosiologi pendidikan sebagai
dasar untuk menentukan tujuan pendidikan, sosiologi pendidikan sebagai
sosiologi terapan, sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas
pendidikan
Kegunaan atau faedah sosiologi pendidikan untuk kehidupan sehari-hari
yaitu : untuk pekerjaan social, untuk pembangunan pada umumnya
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain
meliputi pokok-pokok yang berikut : hubungan system pendidikan dengan
aspek-aspek lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam
sekolah, pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di
sekolah dan sekolah dalam masyarakat
Pendekatan sosiologi pendidikan antara lain: pendekatan individu (the
individual approach), pendekatan sosial (the societal approach), pendekatan
interaksi (the interaction approach)

24
25

3.2 Saran
Dengan adanya makalah tentang Sosiologi Pendidikan ini, diharapkan para
mahasiswa dan calon pendidik dapat lebih memahami tentang makalah yang
kami sampaikan penulis masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
tentang sosiologi pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN

Aly, Mukti. 2012. Pengertian Sosiologi Pendidikan. (Online),


(https://moextyababil17.wordpress.com/2012/11/25/pengertian-sosiologi-
pendidikan/) diakses pada 03 Februari 2018

Amalia, Fitri dkk. 2016. Pengertian, Ruang Lingkup dan Signifikansi Sosiologi
Pendidikan. Pemalang: STIT Pemalang

Mudzir. 2013. Sosiologi Pendidikan (Kajian Teori Mikro Makro). Malang:


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar.Jakarta: PT. Raja Grafindo

26

Anda mungkin juga menyukai