MAKALAH KELAS B
Dosen Pengampu : Dr. I Wayan Subagiarta,M.Si
Oleh
1. Yuniar Dwi Putri 130810101015
A 130810101027
2. Romi 130810101028
Hardianzah 130810101060
3. Edo Aditya 130810101243
Candra
4. Rita Evina
5. Nur Halimah
1
UNIVERSITAS JEMBER
2015
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWTatas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul ’’
Ruang Lingkup Pengantar Sosiologi dan Ekonomi Politik” tepat pada waktunya.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Sosiologi dan
Ekonomi Politik .
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang terutama bagi
kami sebagai pengarang. Makalah ini berisi ulasan tentang ruang lingkup ilmu
sosiologi, ilmu ekonomi dan ilmu politik serta keterkaitan diantara ketiganya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Table of Contents
PRAKATA................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 4
1.1 Latar Belakang..........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................ 5
1.4 Manfaat..................................................................................... 5
BAB 2. PEMBAHASAN............................................................................. 6
2.1 Ilmu Sosiologi.........................................................................6
2.2 Ilmu Ekonomi........................................................................10
2.3 Ilmu Politik............................................................................16
2.4 Keterkaitan ilmu Sosiologi, Ekonomi dan Politik...................17
BAB 3. PENUTUP................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20
3
BAB 1. PENDAHULUAN
4
Sosiologi memahami struktur sosial, lembaga sosial, lapisan
sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, mobilitas sosial dan
modernisasi. Oleh karena itu perlu adanya penjabaran tentang
ruang lingkup dan pengertian dari ilmu ekonomi, sosiologi, politik
sehingga dapat bermanfaat bagi kami serta orang lain guna
menjadi sarana pengetahuan serta acuan dalam melaksanakan
kehidupan di masyarakat.
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dan ruang lingkup dari ilmu
ekonomi
2. Menjabarkan pengertian dan ruang lingkup dari ilmu
ekonomi
3. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup dari ilmu politik
4. Memaparkan keterkaitan antara ilmu sosiologi, ekonomi
serta politik
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Umum
1. Bermanfaat bagi masyarakat umum, pelajar, mahasiswa untuk
digunakan sebagai referensi tentang sosiologi, ekonomi serta
politik.
2. Sarana pengetahuan baru bagi masyarakat untuk menambah
ilmu dan pengetahuan tentang sosiologi, ekonomi serta politik.
1.4.1 Manfaat Khusus
1. Sarana pengetahuan baru bagi penulis dalam hal sosiologi,
ekonomi dan serta politik juga keterkaitannya.
2. Penulis dapat mempelajari dan mendeskripsikan serta
menuangkan ide dalam tulisan ini.
5
BAB 2. PEMBAHASAN
6
dibahas secara lengkap. Berikut pembahasan tersebut kami
paparkan :
a. Struktur Sosial
Struktur Sosial Berbeda dengan konsep struktur menurut
pengertian fisik atau kebendaan, maka struktur sosial adalah
pengertian yang abstrak Unsur-unsur dari struktur sosial tidak
bisa berdiri sendiri, tetapi saling melekat, walau bisa dipisahkan
tetapi tidak bisa tanpa melibatkan unsur yang lain. (Moeis, 2008)
7
Dalam Antropologi sosial, konsep tentang struktur sosial
dipergunakan sebagai sinonim dari organisasi sosial, dan
terutama dipergunakan dalam analisa terhadap masalah
kekerabatan, lembaga politik, dan lembaga hukum dari
masyarakat yang sederhana. Keesing (1992) mengatakan bahwa
struktur sosial adalah organisasi kelompok atau masyarakat
dilhat sebagai strruktur kedudukan dan peranan; abstraksi formal
dari hubungan –hubungan sosial yang berfungsi dalam
komunitas. Pengecualianya adalah hasil karya Raymond Firth
(1966) yang dengan tegas membedakan arti dua konsep
tersebut; menurut Firth, maka organisasi sosial berkaitan dengan
pilihan dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual,
sedangkan struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan
sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar
pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi
yang mungkin dilakukan secara organisatoris. Fortes (1949)
berpendapat bahwa konsep struktur sosial diterapkan pada
setiap totalitas yang terbit, seperti misalnya, lembaga-lembaga,
kelompok, situasi, proses dan posisi sosial. Dilihat dari sudut
pandang tertentu Fortes berpendapat bahwa struktur sosial itu
bukan hanya merupakan suatu aspek dari kebudayaan, tetapi
merupakan seluruh kebudayaan itu sendiri. (Moeis, 2008)
Gagasan yang mendasar dalam struktur sosial adalah
bagian-bagaian, atau unsur-unsur dalam masyarakat itu yang
tersusun secara teratur guna membentuk suatu kesatuan yang
sistematik; konsep struktur sosial merupakan suatu yang
heuristik, atau sesuatu yang diwujudkan bagi tujuan penelitian,
dengan demikian sebenarnya hal itu lebih merupakan suatu
gagasan belaka, atau suatu bentukan pikiran. Manakala
berbicara tentang struktur sosial suatu masyarakat, maka
8
berbicara tentang sistem politik, hukum, kekerabatan, sedangkan
yangbiasanya menjadi pembicaraan adalah model-model, bukan
sesuatu yang konkrit. (Moeis, 2008)
Struktur sosial suatu masyarakat meliputi berbagai tipe
kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula
lembaga-lembaga didalam mana orang banyak tadi ikut ambil
bagian, lembaga mana dimaksudkan sebagai hubungan-
hubungan tertentu yang timbul dari aktifitas orang-perorangan
atau kelompok yang hendak mencapai tujuan bersama. Struktur
sosial baik menyangkut kelompok maupun lembaga tampaknya
berdiri pada dasar yang definitif; pada kehidupan masyarakat
yang relatif masih sederhana, hal tentang gender, usia,
kekerabat, dan kesatuan atas dasar kedaerahan dianggap
merupakan dasar-dasar yang paling pokok dari suatu struktur
sosial; namun dalam masyarakat yang lebih modern, satu
orientasi manusia dalam mengisi kehidupannya adalah
kecenderungan mereka untuk selalu meningkatkan kualitas
kehidupannya; mekanisme yang menunjukkan kecenderungan
itu adalah dengan lebih memberdayakan segenap potensi yang
dimiliki. (Moeis, 2008)
Tentu saja untuk mewujudkan orientasinya itu ada
konsekuensinya, kehidupan masyarakat modern sangat sarat
dengan perubahan-perubahan, dalam banyak hal lebih
merupakan suatu penyempurnaan, tidak hanya menyangkut
berbagai inovasi, dicovery, dan invention pada aspek teknologi
saja, namun juga termasuk berbagai tatanan kehidupan berupa
tradisi , adat istiadat, nilai-nilai atau aturan-aturan yang sudah
melembaga dan berlaku turun menurun dalam kehidupan
mereka. (Moeis, 2008)
Kehidupan suatu masyarakat tidak bisa ditentukan hanya
sekedar berkisar pada pembedaan-pembedaan seperti di atas,
9
namun ternyata menyangkut berbagai keterkaitan atas dasar
perbedaan-perbedaan itu sekaligus juga bersangkutan dengan
berbagai aspek kehidupan yang lain; fenomena ini terjadi karena
salah satu bentuk dalam pengaturan hidup bersama
diberlakukan suatu sistem pembagian tugas atau kewajiban yang
diberlakukan kepada segenap anggota masyarakat sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. (Moeis, 2008)
Pada masyarakat tradisional atau sederhana pengaturan
peranan dan kedudukan manusia dalam masyarakat menurut
perbedaan gender menggambarkan suatu pola sendiri; hal-hal
yang dianggap berat dan sakral, seperti berburu, praktek ritual
bersama atau berperang misalnya dibebankan pada laki-laki,
sedangkan pekerjaan-pekerjaan sekitar rumah tangga adalah
menjadi beban tugas perempuan. Seiring dengan berjalannya
waktu, semakin hari manusia semakin bertambah, hubungan
sosial antara kelompok yang satru dengan kelompok yang lain
menjadi semakin terbuka dan intensif, pengalaman dan
pengetahuan manusia tentang lingkungan dan dirinya semakin
berkembang, mendorong kebutuhan dan tuntutan akan hidup
juga semakin tinggi dan meluas, maka kehidupanpun seolah-olah
digiring untuk mengadakan perubahan. (Moeis, 2008)
Sistem pengetahuan dan mekanisme kekuasaan pada
masyarakat yang relatif modern menjadi dua bentuk yang
populer, segenap warga masyarakat diberikan keleluasaan untuk
menguasai kedua bidang kehidupan tersebut; dahulu,
keterlibatan perempuan yang sedemikian terbatas dalam
aktifitas mereka di luar rumah tangganya, sedangkan pada masa
sekarang pembatasan itu relatif kurang diberlakukan lagi.
Perempuan bebas menuntut ilmu sampai batas yang tidak
ditentukan. Kemampuan fisik memang tidak sama, tetapi
kemampuan lain dalam diri manusia tidak demikian; penguasaan
10
ilmu pengetahuan dan partai politik Figur Perempuan yang yang
diberi kewenangan untuk memimpin satu penduduk karena
kemampuan dan berpengetahuan tinggi dianggap sebagai
person yang dapat meningkatkan kualitas masyarakat. (Moeis,
2008)
b. Bentuk struktur Sosial
Bentuk struktur sosial dalam masyarakat dilihat dari berbagai
sudut dapat dirinci sebagai berikut :
1. Struktur sosial kaku, luwes serta struktur sosial formal dan
informal
2. Dilihat dari identitas keanggotaan terdiri dari struktur sosial
homogen dan struktur sosial heterogen. Contoh strukur sosial
homogen adalah masyarakat desa yang cenderung
mempunyai budaya, ras serta agama yang sama. Sementara
contoh dari struktur sosial heterogen adalah masyarakat kota
yang cenderung beragam dari segi agama, ras serta budaya.
3. Dilihat dari ketidaksamaan sosial dapat dibedakan yaitu
keadaan geografis, etnis, kemampuan atau potensi diri dapat
menghasilkan perbedaan atas dasar profesi, kekayaan, hobi
dan sebagainya.
4. Dalam ilmu sosiologi dikenal dengan bentuk-bentuk struktur
sosial berdasarkan dimensi horizontal (diferensiasi sosial)
adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat
yang tidak menunjukkan adanya suatu suatu tingkatan
(hierarki). Sedangkan struktur sosial berdasarkan dimensi
vertikal (stratafikasi social) adalah pembedaan masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara vertikal yang diwujudkan dengan
adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai
yang paling rendah.
11
rumah-tangga’, khususnya penyediaan dan administrasi
pendapatan. (Sastradipoera, 2001: 4). Namun sejak perolehan
maupun penggunaan kekayaan sumberdaya secara fundamental
perlu diadakan efesiensi termasuk pekerja dan produksinya,
maka dalam bahasa modern istilah ‘ekonomi’ tersebut menunjuk
terhadap prinsip usaha maupun metode untuk mencapai tujuan
dengan alat-alat sesedikit mungkin. Di bawah ini akan dijelaskan
beberapa definisi tentang ilmu ekonomi.
12
sebagai mahluk ekonomi (Homo Economicus) pada hakekatnya
mengarah kepada pencapaian kemakmuran. Kemakmuran
menjadi tujuan sentral dalam kehidupan manusia secara
ekonomi, sesuai yang dituliskan pelopor “liberalisme ekonomi”
oleh Adam Smith dalam buku “An Inquiry into the Nature and
Cause of the Wealth of Nations” tahun 1976. Namun dengan cara
bagaiman manusia itu berusaha mencapai kemakmurannya ?
Dalam definisi yang dikemukakan Meij memang tidak dijelaskan.
13
Secara fundamental dan historis, ilmu ekonomi dapat
dibedakan menjadi dua, yakni ilmu ekonomi positif dan normatif
(Samuelson dan Nordhaus, 1990: 9). Jika ilmu ekonomi positif
hanya membahas deskripsi mengenai fakta, situasi dan
hubungan yang terjadi dalam ekonomi. Sedangkan ilmu ekonomi
normatif membahas pertimbangan-pertimbangan nilai dan etika,
seperti haruskan sistem perpajakan diarahkan pada kaidah
mengambil dari yang kaya untuk menolong yang miskin? Lebih
jelasnya Sastradipoera, 2001: 4, mengemukakan: “Ilmu konomi
positif merupakan ilmu yang hanya melibatkan diri dalam
masalah ‘apakah yang terjadi’ Oleh karena itu ilmu ekonomi
positif itu netral terhadap nilai-nilai. Artinya ilmu ekonomi positif
itu ‘bebas nilai’ (value free atau wetfrei)…hanya menjelaskan
‘apakah harga itu’ dan ‘apakah yang akan terjadi jika harga itu
naik atau turun’ bukan ‘apakah harga itu adil atau tidak’…Ilmu
ekonomi normative, bertentangan dengan ilmu positif, ilmu
ekonomi normatif beranggapan bahwa ilmu ekonomi harus
melibatkan diri dalam mencari jawaban atas masalah ‘apakah
yang seharusnya terjadi’. Esensi dasar ilmu ekonomi adalah
pertimbangan nilai (value judgment). Seorang ekonom penganut
etika puritan egalitarianisme, Gunnar Myrdal (1898-1987) lebih
suka menyebutnya ‘ilmu ekonomi institusional”.
14
bahwa kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kegitan-
kegiatan plitik (Abdulah, 1992: 6).
15
karena itu hasil penyelidikannya yang berupa kesimpulan
ataupun generalisasi, tidak dapat bersifat mutlak, di mana
unsure-unsur subjeknya akan mewarnai kesimpulan
tersebut.
16
Ditinjau dari ruang-lingkup/cakupannya, ilmu ekonomi juga
dapat dibedakan atas makroekonomi dan mikroekonomi
(Samuelson dan Nordhaus, 1990: 99). Istilah ”makroekonomi” itu
sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Ragnar Frisch pada
tahun 1933, untuk diterapkan pada studi mengenai hubungan
antar agregat ekonomi yang bersifat luas, seperti; pendapatan
nasional, inflasi, pengangguran agregat, neraca pembayaaran
(Taylor, 2000: 597). Perlu diketahui bahwa pada masa
sebelumnya, sasaran kebijakan kamroekonomi adalah
kesempatan kerja full employment (kondisi di mana seluruh
sumber daya, khususnya tenaga kerja, bisa terserap
sepenuhnya) dan stabilitas harga. Stabilitas ouput dari dari tahun
ke tahun ⎯ untuk menghindari ledakan pertumbuhan atau resesi
yang sangat parah ⎯ merupakan sasaran tambahan. Tetapi,
tingkat pertumbuhan output pada jangka waktu yang lebih
panjang, tergantung pada banyak faktor ⎯ seperti teknologi,
pelatihan, dan insentif ⎯ yang cenderung 4 termasuk dalam ”sisi
penawaran” atau kebijakan mikroekonomi. Dalam perekonomian
yang terbuka, baik posisi neraca pembayaran (balance of
payment) atau pola tingkat pertukaran di pasar pertukaran
valuta asing dapat dipandang sebagai tujuan yang terpisah dari
kebijakan makroekonomi atau sebagai suatu halangan terhadap
operasional makroekonomi (Britton, 2000: 596).
17
barang lebih besar daripada jumlah yang tersedia. Misalnya pada
saat terjadi isu akan naiknya harga minyak tanah, maka orang-
orang akan membeli minyak tanah dalam jumlah besar,
terutama pedagang minyak tanah agar dapat memperoleh
keuntungan besar. Karena jumlah pasokan sudah tertentu, dan
orang-orang mencari minyak tanah, maka kemudian minyak
tanah menjadi langka.
18
pembahasannya di dalam teori ekonomi. Hanya barang-barang
ekonomi saja yang dibahas.
19
gara-gara menonton film orang itu harus mengorbankan untuk
tidak memakan bakso.
20
Kekuasaan (kemampuan seseorang / kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang/kelompok lain sesuai
dengan keinginan pelaku)
21
3. Hubungan ketiganya menghasilkan cabang ilmu baru.
Hubungan sosiologi dan politik menghasilkan cabang ilmu
sosiologi politik, hubungan sosiologi dan ekonomi
menghasilkan cabang ilmu sosiologi ekonomi, dan hubungan
antara ekonomi dan politik menghasilkan cabang ilmu
ekonomi politik.
22
masyarakat, interaksi social maupun perubahan social, aspek
politik yang nampak dalam kegiatan ekonomi adalah dalam
pembangunan ekonomi, unsur perencanaan yang dilakukan
pemerintah lebih menonjol di bandingkan mekanisme pasar
terutama di Negara berkembang. Lebih-lebih dalam era otonomi
daerah perencanaan yang melibatkan partisipasi masyarakat dari
bawah (botton up), keputusan orang banyak lebih dipentingkan
dari keputusan perorangan. Kebijakan publik yaitu penetapan
pajak, selain didasarkan atas rasionalitas ekonomi juga
memperhatikan rasa keadilan.
23
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa-mahasiswi untuk
mengetahui lebih jelas mengenai pengertian sosiologi, politik dan
ekonomi serta keterkaitan dari ketiga disiplin ilmu tersebut.
Dalam pembuatan makalah ini tentu masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan pada makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
25