PENGANTAR SOSIOLOGI
“PENGERTIAN
SOSIOLOGI,MEMBEDAKAN ILMU
SOSIAL DAN AKAL SEHAT”
DOSEN PEMBIMBING : Drs.SUARDI JASMA,M.Pd
DISUSUN OLEH :
5.AMELIA : A1J017006
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
KATA PENGANTAR
Segala piji kita panjatkan kepada ALLAH SWT Serta salam tak lupa pula kita sampaikan
kepada Nabi besar Nabi MUHAMMAD SAW,Yang telah membawa kita semua dari zaman
jailiyah kepada zaman penuh ilmu pengtahuaan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang
ini.Sehingga makalah ini bisa diselesaikan tepat waktu dan dibuat dengan sebaik baiknya
oleh kelompok II
Adapun makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing salah satu mata kuliah.adapun pada saat pembuatan makalah ini
dijumpai beberapa hambatantetapi semua itu dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan
dan dorongan dari berbagai kalangan dan semangat dari semua anggota kelompok.Oleh
karena itu pada saat ini kami selaku kelompok II memberikan apresiasi dan mengutarakan
rasa terima kasih sebesar besarnnya kepada semua kalangan yang membantu
keterwujudtannya makalah ini dengan baik.
Jika ditemukan kesalahan baik yang disengaja oleh kelompok kami maupun yang tidak
disengaja sudilah kiranya para pembaca makalah ini memakluminya karena kesempurnaan
hanyalah milik ALLAH SWT.Harapan kami semoga makalah ini bisa mernjadi referensi bagi
pembaga dan membawa pengaruh yang baik pada pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari hari manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri
atau bukan makhluk induvidual dalam hal ini manusia adalah makhluk yang berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya atau makhluk sosial.pada kesempatan kali ini kami selaku
kelompok II akan menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial berintegrasi dengan
lingkungan dan juga manusia sebagai makhluk yang memiliki akal sehat dan fikiran.sesuai
dengan perkembangan zaman yang semakin pesat kpola interaksi sosial manusia pun juga
ikut berubah mengikuti perkembangan zaman.
Setelah mengetahui indikasi sosial diatas maka kelompok kami menyimpulkan adanya
beberapa pertanyaan terkait bahan dari sajian makalah kali ini yaitu sebagai berikut :
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai referensi dari kelompok
kami untuk bahan pertimbangan dalam pokok pembahasan kita pada kesempatan ini,selain itu
tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Pengertian Sosiologi
Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat, moralis, dan
sekaligus sosiolog berkebangsaan Prancis, Auguste Comte (1798-1857),
melalui Cours de Philosophie Positive. Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi
di dunia internasional. Menurut Comte, Sosiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata socius da
n logos, di mana socius memiliki arti kawan ( teman /
sesama) dan logos berarti kata atau berbicara. Jadi pada dasarnya, sosiologi berarti “
Berbicara tentang teman atau sesama (masyarakat)”. Di Indonesia juga
memiliki tokoh utama dalam ilmu sosiologi yang disebut sebagai Bapak Sosiologi
Indonesia yaitu Selo Soemardjan
Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.Berikut ini
defenisi-defenisi sosiologi yang dikemukakan berbagai ahli, diantaranya adalah:
1. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara
bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu, dan fakta tersebut memiliki kekuatan untuk
mengendalikan individu.
2. Pitirim Sorakin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
Hubungan dan penagruh timbal balik antara aneka macam gejala social (misalnya gejala ekonomi, agama,
keluarga dan moral)
Hubungan timbal balik antara gejala social dengan gejala nonsosial (gejala geografis & Biologis)
Cirri-ciri umum semua jenis gejala social lainnya.
3. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu masyarakat yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses-
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
8. Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum
dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat
B. Karakteristik dan Hakikat Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu ilmu social yang mempelajarai
masyarakat. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki karakteristik sebagai berikut:
Empiris, artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif (menduga-duga).
Teoritis, artinya suatu ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-
hasil pengamatan. Abstraksi tersebut merupakan
kesimpulan logis yang bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
Kumulatif, artinya disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, atau
memperbaiki, memperluas, serta memperkuat teori-teori yang lama.
Nonetis, artinya pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut,
tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
Sosiologi adalah ilmu social, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa sosiologi mempelajari atau
berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan
Dilihat dari segi penerapannya, sosiologi dapat digolongkan ke dalam ilmu pengetahuan murni (pure
science) dan dapat pula menjadi terapan (applied science)
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan pengetahuan
yang konkret. Artinya, yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam
masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum manusia dan
masyarakatnya. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip dan hukum-hukum umum
dari interaksi manusia serta sifat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan khusus, artinya mempelajari gejala-
gejala umum yang ada pada interaksi antar manusia.
C. Objek Kajian Sosiologi
Obyek studi atau kajian sosiologi dapat dipahami dengan segi
material maupun segi formalnya.
Secara material, objek studi sosiologi adalah manusia, namun sosiologi mempelajari manusia
dari aspek sosial yang kita sebut masyarakat, yakni hubungan antara manusia dan proses
sebab akibat yang timbul dari hubungan sosial dalam masyarakat sehingga membentuk struktu
r sosial.
Masyarakat itu sendiri adalah kesatuan hidup anusia yang berinteraksi menurut sistem adat
-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat
oleh rasa identitas bersama. Adat istiadat : tata kelakuan yang kekal dan turun-
temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-
pola perilaku masyarakat
Adapun Ciri-ciri dari masyarakat itu sendiri adalah :
Adanya manusia yang hidup bersama yang dalam ukuran minimalnya berjumlah dua orang atau lebih
Adanya pergaulan (hubungan) dan kehidupan bersama antara manusia dalam waktu yang cukup lama.
Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
Adanya sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan
Sedangkan untuk objek formalnya, Emile
Durkheim menyatakan bahwa di balik manusia sebagai individu dan
kelompok, ada fakta social berupa cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang
berada di luar individu tersebut. Sedangkan menurut Weber, di balik individu dan kelompok
terdapat tindakan social, yaitu suatu tindakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain. Jadi, menurut dua tokoh ini, objek formal sosiologi adalah
fakta social atau tindakan social. Namun, menurut Alex
Inkeles(1965), perhatian utama sosiologi adalah hubungan social, institusi/lembaga, dan masyara
kat, yang menjadi unit analisis tersendiri dalam ilmu sosiologi.
Sebagai ilmu murni sekaligus terapan, tujuan sosiologi adalah melakukan pencarian tentang
masyarakat dan mencari cara-cara untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di masyarakat.
2.2 PENGERTIAN ILMU SOSIAL
diartikan sebagai suatu ilmu yang berisi mengenai interaksi antara manusia dengan manusia
secara individu, manusia dengan manusia secara individu dan kelompok, manusia dengan
manusia secara sama sama berkelompok. Dengan adanya interaksi semacam ini manusia satu
dengan manusia lainnya pastilah akan saling berkomunikasi, saling mengenal satu dengan
lainnya, bisa jadi saling bergotong royong bahu membahu saling tolong menolong satu
dengan lainnya namun bisa jadi pula justru dengan adanya interaksi tersebut terjadilah
konflik karena adanya ketidakcocokan antara manusia satu dengan lainnya tersebut. Akan
tetapi pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat benar benar hidup
seorang diri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup saling beriringan
bersama sama.
Pengertian Ilmu Sosial Menurut Beberapa Ahli
Pengertian atau definisi dari ilmu sosial tidaklah hanya satu saja, ada beberapa versi lainnya
menurut beberapa ahli sosial yang datang dari berbagai penjuru dunia. Yang pertama adalah
seorang ahli sosial dari negeri seberang yang bernama Peter Herman, ia mengatakan bahwa
ilmu sosial merupakan pelajaran berharga mengenai perbedaan namun tetap menjadi
kesatuan. Yang berarti adalah manusia hidup di muka bumi ini dikaruniai akal pikiran yang
tentu berbeda beda dengan manusia satu dan lainnya lagi. Akan tetapi pada prinsipnya adalah
sama, semua manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk saling
berinteraksi satu denga lainnya. Setiap manusia tidak ada yang bisa benar benar hidup
seorang diri, tanpa bantuan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya setiap hari.
Pengertian ilmu sosial juga diberikan oleh ahli yang bernama Gross, menurut Gross ilmu sosial
merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia yang merupakan bagian dari suatu anggota
masyarakat, atau pada kelompok tertentu atau bahkan suatu kelompok masyarakat yang ia bentuk
sendiri. Dalam hal ini manusia tidak hanya berinteraksi saja namun manusia juga akan mendapatkan
pelajaran hidup seperti konflik yang kecil hingga peperangan antar kelompok manusia. Hal ini sangat
lumrah terjadi mengingat setiap manusia tidak dikaruniai isi akal pikiran yang sama satu dengan
lainnya, pasti akan ada saja perbedaan yang terjadi.
Dari kedua pengertian ilmu sosial menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial
memang merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia, baik kehidupan berinteraksi satu
dengan lainnya, kehidupan saling menguntungkan atau mutualisme, karena manusia tidak dapat hidup
sendiri. Akan tetapi dalam interaksi tersebut pastilah akan ada konflik konflik yang terjadi baik antar
manusia secara individu, manusia individu dengan kelompok, ataupun antar manusia secara
berkelompok. Meski begitu pasti akan ada penyelesaian yang didapatkan dari hasil interaksi lagi
nantinya. Demikianlah yang dapat dibahas mengenai pengertian ilmu sosial secara umum, dan dari
beberapa ahli yang dapat anda pelajari.
2.3 PENGERTIAN AKAL SEHAT
Semisal tanda alam langit berawan, akal sehat biasa ”menyimpulkan” akan hujan sebentar
lagi. Apalagi bila angin dingin berair sudah bertiup dan kencang angin mulai
memberat, common sense orang akan mengatakan sebentar lagi hujan. Geertz menaruh akal
sehat ini sebagai tingkatan pemahaman sederhana sebelum diangkat ke refleksi logis
sistematis terukur dan terverifikasi dalam ilmu pengetahuan. Tulisan ini cukup mengartikan
akal sehat sebagai pemahaman biasa sederhana budi.
Akal sehat mulai diusik manakala pemahaman biasa akal budi diganggu oleh ketidaksesuaian
antara logika (jalan pikiran) maknanya dan konsensus bersama proses memahami sebagai
”benar” logis yang ada. Akal sehat akan diganggu tatkala hukum logis nalar sebab-akibat
dicederai lantaran keduanya tidak sekuensial atau tak bersambung. Lebih diusik lagi akal
sehat biasa apabila proses diskursus (baca: berwacana) tiba-tiba disalahkaprahkan karena
proses itu seharusnya dibuat sebelumnya (prafakta/praperistiwa), tetapi dilakukan post
factum(sesudah peristiwa atau fakta).
Contoh fenomena salah kaprah yang mengusik akal sehat saat ini adalah wacana makna atau
proses ”koalisi". Koalisi seharusnya dalam bingkai diskursus demokratis dibuat oleh partai-
partai politik sebelum pemilu untuk tujuan berdialog mendapatkan kesamaan visi dan tujuan
yang diemban demi kesejahteraan rakyat dari partai-partai lalu dirundingkan demi efektifnya
pemerintahan untuk multipartai dalam parlemen agar pemerintah yang terbentuk bisa kuat
dan efektif demi mencapai tujuan bernegara yaitu suara rakyat yang ingin keadilan,
kesejahteraan, kedamaian, dan bisa cari nafkah yang cukup.
Jadi tidak untuk kuat pemerintahan demi dirinya sendiri atau demi kuasa dan pencapaian
ambisi politik partainya apalagi demi bagi-bagi lahan kursi untuk berkuasanya partai yang
tidak menaruh suara rakyat yang memilihnya untuk diwujudkan dalam tata masyarakat adil
sejahtera. Salah kaprah wacana dan tindakan berkoalisi pasca-pemilu legislatif itulah yang
dipersepsi dalam pemahaman salah sebagai bagi-bagi kuasa dan terus digulirkan tanpa
menoleh sedikit pun dan sebentar pun pada pertanyaan mendasar tujuan pemilu oleh rakyat
yang memilih.
Karena salah kaprah ”palsu” dan tidak otentiklah arti koalisi yang sebenar-benarnya hanya
berupa runding-runding cari kepentingan dan keuntungan politis demi keuntungannya partai
politik. Karena itu, yang benar saat ini adalah temu untuk kerja sama! Karena salah
kaprahnya makna koalisi, lihatlah, muncul dualisme wacana antara yang terbuka disantunkan
sebagai pendekatan silaturahmi dan ”yang tertutup” berisi perundingan siapa calon wapres
dan capres nanti.
Lihatlah pula struktur pertemuan yang muncul keluar penandapenanda dualisme ambiguitas
ini: pertemuan tertutup lalu disusul konferensi pers terbuka yang untuk akal sehat biasa tetap
misterius terselubung isi sebenarnya. Sedang untuk akal budi yang kritis akan menggugat
tanya: apa beda upacara temu kangen biasa dan silaturahmi tutup terselubung ”koalisi”?
Akal sehat kita kembali diusik oleh fenomena tidak logis dalam penentuan kebijakan
penghematan BBM, namun diizinkan terus diproduksinya mobil murah. Ketika devisa hemat
BBM jebol, lalu debat tidak setujunya mereka yang tahu ada keanehan logika mengatasi
macet lalu lintas, namun mobil ditambahi terus tetap tidak ”berani diangkat”. Yang diambil
solusinya lebih mengusik akal sehat lagi karena yang akan diganti adalah ukuran corong pipa
bahan minyak dipompa-pompa bensin antara yang BBM subsidi dan yang tidak.
Akal sehat teraniaya lalu bertanya kritis tajam: bukankah manusianya yang menentukan
kebijakan dan bukan ”saluran pipa bensin”. Tidakkah bila orangnya tidak mengelupas
budinya yang salah kaprah antara mana sarana dan mana tujuan; mana esensi dan mana yang
substansial, di sini terjadi pelecehan akal sehat kita semua.
Mengapa? Karena kita dianggap tidak bisa berpikir sehat dengan common sense sehat bahwa
kebijakan yang sudah diikat kepentingan kalkulasi untung rugi uang dan kepentingan bukan
sejahteranya orang banyak, di sanalah logika uang dan hasrat cari untung dan memenangkan
bisnis modal besar akan ”membuat rabun” akal sehat manusia.
Jalan pikiran akal sehat berdasar pada logika sebabakibat. Ada asap pasti ada api. Ada buah
baik tentu dari pohon yang baik. Ada akibat pecah belah kerukunan atau saling memaki halus
atau melalui selubung santun puitis pastilah berasal dari sebab yang antisaling hormat dan
antisaling menghargai. Inilah fenomena berikutnya yang mengusik akal sehat karena merasa
baik, benar, dan berjuang untuk bangsa, namun hasil ucapan, laku tindakannya ”memecah
belah” entah dengan memecah organisasinya atau menerjang anggaran dasar aturan
kesepakatan.
Akal sehat akan melanjutkan renung prediktif ke depan: belum menjadi pemimpin besar
bangsa majemuk kok sudah main otoritas alias otoriter. Mestinya akan jadi pemimpin
pemersatu keragaman kok laku tindakannya membuat resah dan pecah. Logika akal sehat
akan menggugat: bisakah buah yang buruk berasal dari pohon baik?
Dalam pokok ini akal sehat biasa akan dilukai dan dicederai manakala politik yang mestinya
usaha perjuangan untuk Indonesia lebih baik, lebih sejahtera, lebih adil dan hormati
kemajemukan suku, religi penyusun satunya Indonesia akan ”merintih luka” bila soal agama,
beda ras, dan suku mulai dipakai untuk pemilu calon presiden. Jadi bisa ditarik garis
kesimpulan untuk mengukur kerja-kerja akal sehat kita yaitu lihatlah buah-buah ucapan
”serang politik pada lawan!”.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang terjadi saat ini, khususnya pola-
pola hubungan dalam masyarakat (hubungan antara individu dengan individu,
individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat), serta berusaha mencari peng
ertian-pengertian umum, rasional,
dan empiris tentang masyarakat. Rasional berarti apa yang dipelajari sosiologi selalu berdasarka
n penalaran dan empiris. Selain itu
sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmia
h dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau
umum. Sebagai ilmu murni sekaligus terapan, tujuan sosiologi adalah melakukan pencarian tenta
ng masyarakat dan mencari cara-cara untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di
masyarakat
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
Idianto Muin, 2006, “Sosiologi”, Erlangga, Jakarta
Godam64, 2008,
“Definisi/Pengertian Sosiologi, Objek, Tujuan, Pokok Bahasan Dan Bapak Ilmu S
osiologi”, http://organisasi.org.com
“Defenisi sosiologi menurut para ahli”, 2009, http://www.anakkendari.co.cc