Anda di halaman 1dari 13

“ARTI KEPRIBADIAN, BERBAGAI FAKTOR DALAM

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN, SOSIALISASI DARI DIRI,


TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN”

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Sebagian Tugas

Mata kuliah Sosiologi

OLEH :

Kelompok: 5

Semester : 1 ( satu )

Kelas : 1B
1. NAYORA CONTESYAH ( A1J017032 )
2. Wandi Saputra A1J017022
3. Septiara Sandi A1J017004
4. Yosua Trianda A1J017028
5. Elisabet Mawarsari A1J017018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NON FORMAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN NON FORMAL TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho nya lah, penulis
dapat menyelesaikan makalah sosiologi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari banyak kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
mohon maaf dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bengkulu, 23 Oktober 2017


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
C. Tujuan Pembuatan Makalah……………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….
A. Arti Kepribadian……………………………………………….
B. Berbagai Faktor dalam Perkembangan Kepribadian…………….
C. Sosialisasi dan Diri……………………………………………….
D. Terori-teori Perkembangan Kepribadian………………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………
Kesimpulan ………………………………………………………………
Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia berbeda dari binatang.Perilaku pada binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang
merupakan bawaan sejak awal kehidupannya. Binatang tidak menentukan apa yang harus
dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan
hubungan berdasarkan nalurinya

Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya.Naluri manusia
tidak selengkap dan sekuat pada binatang.Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya
manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan
dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya.
Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan
makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-
laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan
bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya.

Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses


belajar, yang disebut sosialisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sosialisasi dan kepribadian?
2. Apa sajakah agen-agen sosialisai?
3. Apa sajakah factor-faktor pembentuk kepribadian?

C. Tujuan 
1. Menjelaskan pengertian sosialisasi dan kepribadian
2. Menjelaskan agen dan jenis- jenis sosialisasi
3. Menjelaskan factor-faktor pembentuk kepribadian

D. Manfaat
Untuk menambah pengetahuan penulis dan juga para pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kepribadian
Menurut beberapa ahli :
1. Theodore M. Newcomb seorang sosiolog berkebangsaan Amerika (dalam soisologi suatu
pengantar, soerjono soekanto, 1990) menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap
yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perlakunya.
2. Roucek dan warren dalam buku mereka yang berjudul “sociology and introduction”
mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi factor-faktor biologis, psikologi, dan sosiologis
yang mendasari perilaku seorang individu.
3. Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia (dalam bukunya pengantar
antropologi 1996) menyatakan kepribadian sebagai susunan dari unsure-unsur akal dan jiwa
yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku ,
2. Kepribadian merupakan cirri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas
seorang individu, dan
3. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, skiap dan berbagai sifat yang khas apabila
seseorang berhubungan dengan orang lain

B. Faktor pembentuk kepribadian


a. Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
Warisan biologis, biasanya berupa bawaan ayah, ibu, nenek, dan kakek. Pengaruh ini tampak
pada intelegensi dan kematangan fisik. Lingkungan alam, perbedaan iklim, topografi, dan SDA
menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Lingkungan sosial, kelompok
tempat bergabung seperti lingkungan keluarga, sekolah, kerja, dan masyarakat luas, juga dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang. Lingkungan budaya, perbedaan kebudayaan dalam setiap
masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Pengalaman yang unik, kepribadian
seseorang akan dipengaruhi oleh sejumlah pengalaman yang dilalui dalam hidupnya

b. Tahapan perkembangan kepribadian sebagai hasil sosialisasi


1. Tahap pertama
Merupakan proses perkembangan kepribadian seseorang dimulai ketika anak berusia 1-2 tahun.
2. Tahap kedua
Merupakan tahap dimana rasa ego yang sudah dimiliki oleh seorang anak mulai berkembang
karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada dilingkungan sekitar anak tersebut, termasuk
pula struktur tata nilai dan budayanya.
3. Tahap ketiga
Merupakan tahap kedewasaan yang berlangsung ketika seseorang berusia antara 25-28 tahun

c. Sosialisasi nilai dan norma dalam pembentukan kepribadian


Sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Nilai
dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat diperkenalkan kepada generasi selanjutnya
melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi ini, masyarakat dapat mewariskan nilai dan
norma sosial budaya pada generasi selanjutnya.

d. Tipe-tipe Kebudayaan khusus


Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar :
· factor kedaerahan. Di sini dijumpai kepribadian yang saling berbeda antara individu-individu
yang merupakan anggota suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah
yang tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula. Contoh adat-
istiadat melamar mempelai di Minangkabau berbeda dengan adat-istiadat melamar mempelai di
Lampung. 

· Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life). Contoh perbedaan
antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota
terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih
terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan
seorang anak yang dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih
banyak mempunyai sikap menilai (sense of value). 

· Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial
karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu pula. 

· Kebudayaan khusus atas asar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di dalam
membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu
agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan umatnya. 

· Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada
kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda dengan kepribadian
seorang pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara-cara mereka
bergau

C, Sosialisasi dan Diri


1. Pengertian Sosialisasi
Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan
cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar
dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun definisi
sosialisasi menurut para ahli antara lain:
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,
tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat
untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik
sebagai individu maupun sebagai anggota.
2. Tujuan Sosialisasi
Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan
seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya.
Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan
kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita. Membantu pengendalian fungsi organik
yang dipelajari melalui latihan mawas diri yang tepat. Membiasakan individu dengan dengan
nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat. Untuk mengetahui lingkungan
alam sekitar. Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal termasul
lingkungan sosial yang baru. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi


Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Seringkali
disebut dengan pembawaan atau warisan biologis. Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara
lain postur tubuh, golongan darah, bakat-bakat seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan, IQ atau
tingkat kecerdasan, dll.

Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor
ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya, tempat seorang individu hidup dan
melaksanakan pergaulan dengan warga masyarakat yang lain. Adapun kondisi faktor ekstrinsik
antara lain, kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan, kondisi
lingkungan pendidikan, kondisi lingkungan pekerjaa, kondisi lingkungan masyarakat luas,
termasuk sebagai sarananya adalah media massa baik media massa cetak maupun elektronik.
4. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui tahap-tahap:
4.1. Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini
juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

4.2. Tahap meniru (play stage)


Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan
siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb. Dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain jika mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari
orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini
disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).

4.3. Tahap siap bertindak (game stage)


Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi
orang lain juga meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Anak mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerjasama dengan teman-temannya. Pada tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak dan
mulai berhubungan dengan taman-temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama dengan itu,
anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

4.4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)


Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat menempatkan dirinya pada
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, anak dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna
orang-orang yang berinteraksi dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia
secara dewasa menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan dengan orang lain yang
tidak dikenalnya menjadi mantap. Manusia dengan perkembandan diri pada tahap ini telah
menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

5. Media Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian


5.1. Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtua,
saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak
mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari.
Kebijakan orangtua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara lain:
Mengusahakan agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan orangtuanya.
Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa
tertekan.
Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan buruk, yang
pantas dan tidak pantas.
Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat berperan dengan baik.
Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.
Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
5.1.1. Sosialisasi represif
Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
Menghukum perilaku yang keliru
Hukuman dan imbalan materil
Kepatuhan anak kepada orangtua
Komunikasi sebagai perintah
Komunikasi non verbal

5.1.2. Sosialisasi partisipasif


Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:
Pemberian imbalan dan sanksi
Hukuman dan imbalan simbolis
Otonomi anak
Komunikasi sebagai interaksi
Komunikasi verbal

5.2. Media sosialisasi teman sepermainan


Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu: Remaja
merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok persahabatan. Remaja dapat tumbuh dengan
baik dalam kelompok persahabatan. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa
kecewa, takut, khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di rumah.

5.3. Media sosialisasi sekolah


Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian siswa agar sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
5.4. Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman
sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam proses interaksi akan terjadi proses saling
mempengaruhi. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.
5.5. Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu
memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat,
6. Jenis-Jenis Sosialisasi
6.1. Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann adalah sosialisasi pertama
yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota keluarga (masyarakat).
Sosialisasi primer berlangsung saat berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.
6.2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang
memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.proses dsosialisasi,
yaitu proses pencabutan identitas diri yang lama dan dilanjutkan dengan resosialisasi, yaitu
pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.
7. Sosialisasi Sebagai Pembentuk Kepribadian
Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi ketika individu belajar dari
lingkungan sosial sedikit demi sedikit.
Ada beberapa teori yang membahas mengenai perkembangan kepribadian dalam proses
sosialisasi. Teori-teori tersebut antara lain Teori Tabula Rasa, Teori Cermin Diri, Teori Diri
Antisosial, Teori Ralph Conton, dan Teori Subkultural Soerjono Soekanto.

D. Terori-teori Perkembangan Kepribadian


a. Teori Tabula Rasa

Pada tahun 1690, John Locke mengemukakan Teori Tabula Rasa dalam bukunya yang berjudul “
An Essay Concerning Human Understanding.” Menurut teori ini, manusia yang baru lahir seperti
batu tulis yang bersih dan akan menjadi seperti apa kepribadian seseorang ditentukan oleh
pengalaman yang didapatkannya.

Teori ini mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi kepribadian
yang sama. Kepribadian seseorang setelah itu semata-mata hasil pengalaman-pengalaman
sesudah lahir (Haviland, 1989:398). Perbedaan pengalaman yang dialami seseorang itulah yang
menyebabkan adanya bermacam-macam kepribadian dan adanya perbedaan kepribadian antara
individu yang satu dengan individu yang lain.

Teori tersebut tidak dapat diterima seluruhnya. Kita tahu bahwa setiap orang memiliki
kecenderungan khas sebagai warisan yang dibawanya sejak lahir yang akan memengaruhi
kepribadiannya pada waktu dewasa. Akan tetapi juga harus diingat bahwa warisan genetic hanya
menentukan potensi kepribadian setiap orang. Tumbuh dan berkembangnya potensi itu tidak
seperti garis lurus, namun ada kemungkinan terjadi penyimpangan. Kepribadian seseorang tidak
selalu berkembang sesuai dengan potensi yang diwarisinya.

Warisan genetik itu memang memengaruhi kepribadian, tetapi tidak mutlak menentukan sifat
kepribadian seseorang. Pengalaman hidup, khususnya pengalaman-pengalaman yang diperoleh
pada usia dini, sangat menentukan kepribadian individu.

b. Teori Cermin Diri

Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self) ini dikemukakan oleh Charles H. Cooley.

Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan bantuan orang
lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara bagaimana orang-orang lain
memandang mereka. Misalnya ada orang tua dan keluarga yang mengatakan bahwa anak
gadisnya cantik. Jika hal itu sering diulang secara konsisten oleh orang-orang yang berbedabeda,
akhirnya gadis tersebut akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik. Teori ini
didasarkan pada analogi dengan cara bercermin dan mengumpamakan gambar yang tampak pada
cermin tersebut sebagai gambaran diri kita yang terlihat orang lain.
Gambaran diri seseorang tidak selalu berkaitan dengan faktafakta objektif. Misalnya, seorang
gadis yang sebenarnya cantik, tetapi tidak pernah merasa yakin bahwa dia cantik, karena mulai
dari awal hidupnya selalu diperlakukan orang tuanya sebagai anak yang tidak menarik. Jadi,
melalui tanggapan orang lain, seseorang menentukan apakah dia cantik atau jelek, hebat atau
bodoh, dermawan atau pelit, dan yang lainnya.

Ada tiga langkah dalam proses pembentukan cermin diri.


1) Imajinasi tentang pandangan orang lain terhadap diri seseorang, seperti bagaimana pakaian
atau tingkah lakunya di mata orang lain.
2) Imajinasi terhadap penilaian orang lain tentang apa yang terdapat pada diri masing-masing
orang. Misalnya, pakaian yang dipakai.
3) Perasaan seseorang tentang penilaian-penilaian itu, seperti bangga, kecewa, gembira, atau
rendah diri.

Meskipun demikian, teori ini memiliki dua kelemahan yang menjadi sorotan banyak pihak. Apa
sajakah itu? Pertama, pandangan Cooley dinilai lebih cocok untuk memahami kelompok tertentu
saja di dalam masyarakat yang memang berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya.

Misalnya anak-anak belasan tahun, memang peka menerima pendapat orang lain tentang dirinya.
Sedangkan orang dewasa tidak mengacuhkan atau menghiraukan pandangan orang lain, apabila
memang tidak cocok dengan dirinya. Kedua, teori ini dianggap terlalu sederhana.

Cooley tidak menjelaskan tentang suatu kepribadian dewasa yang bisa menilai tingkah laku
orang lain dan juga dirinya.

c. Teori Diri Antisosial

Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dia berpendapat bahwa diri manusia mempunyai
tiga bagian, yaitu id, superego, dan ego.
1) Id adalah
pusat nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak sosial, rakus, dan antisosial.
2) Ego adalah
bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur pengendalian superego terhadap id. Ego
secara kasar dapat disebut sebagai akal pikiran.
3) Superego adalah
kompleks dari cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang serta membentuk hati
nurani atau disebut sebagai kesadaran sosial.

Gagasan pokok teori ini adalah bahwa masyarakat atau lingkungan sosial selamanya akan
mengalami konflik dengan kedirian dan selamanya menghalangi seseorang untuk mencapai
kesenangannya. Masyarakat selalu menghambat pengungkapan agresi, nafsu seksual, dan
dorongan-dorongan lainnya atau dengan kata lain, id selalu berperang dengan superego.

Id biasanya ditekan tetapi sewaktu-waktu ia akan lepas menantang superego, sehingga


menyebabkan beban rasa bersalah yang sulit dipikul oleh diri. Kecemasan yang mencekam diri
seseorang itu dapat diukur dengan bertitik tolak pada jauhnya superego berkuasa terhadap id dan
ego. Dengan cara demikian, Freud menekankan aspek-aspek tekanan jiwa dan frustasi sebagai
akibat hidup berkelompok.
d. Teori Ralph dan Conton

Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum
terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda antara
kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, tetapi semuanya merupakan bagian dari
pengalaman bagi setiap orang yang termasuk dalam masyarakat tertentu (Horton, 1993:97).

Setiap masyarakat akan memberikan pengalaman tertentu yang tidak diberikan oleh masyarakat
lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial itu timbul pembentukan kepribadian yang khas
dari masyarakat tersebut. Selanjutnya dari pembentukan kepribadian yang khas ini kita mengenal
ciri umum masyarakat tertentu sebagai wujud kepribadian masyarakat tersebut.

e. Teori Subkultural Soerjono Soekanto

Teori ini mencoba melihat kaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam ruang lingkup yang
lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus (subcultural). Dia menyebutkan ada beberapa tipe
kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut.

1) Kebudayaan Khusus Atas Dasar Faktor Kedaerahan


Di sini dijumpai kepribadian yang berbeda dari individuindividu yang merupakan anggota suatu
masyarakat tertentu, oleh karena masing-masing tinggal di daerahdaerah yang berlainan dengan
kebudayaan khusus yang berbeda pula.

2) Cara Hidup di Kota dan di Desa yang Berbeda


Ciri khas yang dapat dilihat pada anggota masyarakat yang hidup di kota besar adalah sikap
individualistik. Sedangkan orang desa lebih menampakkan diri sebagai masyarakat yang
mempunyai sikap gotong royong yang sangat tinggi.

3) Kebudayaan Khusus Kelas Sosial


Dalam kenyataan di masyarakat, setiap kelas social mengembangkan kebudayaan yang saling
berbeda, yang pada akhirnya menghasilkan kepribadian yang berbeda pula pada masing-masing
anggotanya. Misalnya kebiasaan orang-orang yang berasal dari kelas atas dalam mengisi waktu
liburannya ke luar negeri. Kebiasaan tersebut akan menghasilkan kepribadian yang berbeda
dengan kelas sosial lainnya di masyarakat.

4) Kebudayaan Khusus Atas Dasar Agama


Agama juga mempunyai pengaruh yang besar untuk membentuk kepribadian individu. Adanya
mazhabmazhab tertentu dalam suatu agama dapat melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di
kalangan anggotaanggota mazhab yang berlainan itu.

5) Kebudayaan Khusus Atas Dasar Pekerjaan atau Keahlian


Pekerjaan atau keahlian yang dimiliki seseorang juga mempunyai pengaruh terhadap
kepribadiannya. Contohnya kepribadian seorang guru pasti berbeda dengan militer. Profesi-
profesi tersebut mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anak dan cara bergaul.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sosialisasi adalah proses belajar individu atau seseorang untuk mengenal kebudayaan
masyarakat dilingkungannya. Melalui media keluarga, kelompok bermain, lingkungan sekolah,
lingkungan kerja, dan media massa. Jenis sosialisasi ada dua yaitu, sosialisasi primer dan
sekunder. Memalui tahap sosialisasi masa anak-anak. Masa remaja, dan masa dewasa.

Kepribadian adalah cirri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas seorang individu.
Factor pembentuk kepribadian ada 4, yaitu warisan biologis, Lingkungan alam, lingkungan sosial
dan lingkungan budaya.
Saran
Pentingnya pengetahuan tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang sekarang harus
diterima oleh siswa-siwi sekolah menengah atas, agar kelak mereka tidak melakukan kesalahan
terhadap anak serta mereka dapat berperan penting dilingkungan masyarakat dengan
pengetahuan yang mereka miliki.

Daftar Pustaka
 Internet
 Buku sosiologi 1 penerbit yudhistira

Anda mungkin juga menyukai