PENDIDIKAN BIOLOGI
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Mengenal Ciri-Ciri atau Tipe Kepribadian Sendiri dan Orang
Lain ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Bapak Ramadhana Komala, M.Si selaku Dosen mata kuliah
Pengembangan Kepribadian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ciri-ciri atau tipe kepribadian diri
sendiri dan orang lain. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lingkungan Pendidikan....................................................................3
2.2. Pengertian Lingkungan Pendidikan dalam Perspektif Islam...............................6
2.3. Macam-Macam Lingkungan dalam Pendidikan.................................................6
2.3.1. Lingkungan Keluarga.................................................................................7
2.3.2. Lingkungan Sekolah.................................................................................11
2.3.3. Lingkungan Masyarakat...........................................................................14
2.4. Fungsi Lingkungan Pendidikan........................................................................19
2.5. Peranan Lingkungan Kelurga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pendidikan...19
2.6. Pengaruh Lingkungan Pendidikan Islam..........................................................29
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN................................................................................................30
3.2. SARAN............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang : UMM Press, 2009), hlm. 39
2
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung : Bandung Pustaka Setia. 2003). hlm. 313
berpengaruh terhadap perkembangan anak khususnya perkembangan
pembentukan kepribadian. Dengan demikian, anak yang berkembang memberikan
penampilan pada lingkungan pada satu pihak dan di pihak lain menerima
penampilan lingkungan yang mengubahnya. 3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari kepribadian?
2. Apa saja struktur kepribadian?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kepribadian?
4. Apa sajakah tipe-tipe kepribadian manusia?
5. Apa saja konsep kepribadian ekstrovert dan introvert?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari kepribadian.
2. Untuk mengetahui struktur kepribadian.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian.
4. Untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian manusia.
5. Untuk mengetahui konsep kepribadian ekstrovert dan introvert.
3
Ibid, hlm. 313
4
Patyy et.al., Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya : Usaha Nasional,1982), hlm. 155
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian
9
Yusuf dan Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.3
Yusuf Syamsu,Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : Bandung Remaja
10
11
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1995), hlm. 185
12
Ibid, hlm. 319
13
Patyy et.al., Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya : Usaha Nasional,1982), hlm. 152
berdasarkan pada tingkah laku yang dapat diobservasi dan faktorfaktor yang dapat
disimpulkan dari observasi.14
Rollow May, berpendapat: “personality is asocial stimulus value”, artinya
personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara orang
lain itu bereaksi terhadap terhadap kita, itulah kepribadian kita. 15
Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, kepribadian adalah
sebagaimana yang disampaikan Eysenck, bahwa tipe kepribadian adalah suatu ciri
dari individu yang dapat menggambarkan perilaku, pemikiran, dan emosinya serta
dapat diamati yang menjadi ciri seseorang dalam menghadapi dunianya.
Tipe kepribadian ekstrovert-introvert didasarkan atas perbedaan respon-
respon, kebiasaan-kebiasaan, dan sifat-sifat yang ditampilkan oleh individu dalam
melakukan relasi interpersonal.
B. Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang
membentuk diri seseorang secara psikologis. Jung sebenarnya tidak membahas
struktur kepribadian secara khusus melainkan tentang jiwa. Menurut Jung dalam
Syamsu dkk menjelaskan bahwa “psyche embraces all thought, feeling and
behavior, conscious and unconscious” atau kepribadian itu adalah
seluruh pemikiran, perasaan dan perilaku nyata yang disadari mapun yang tidak
disadari.16
Struktur kepribadian manusia terdiri dari:
1. Dimensi Kesadaran
Dimensi kesadaran adalah penyesuaian terhadap dunia luar individu.17
Dimensi kesadaran manusia mempunyai dua komponen pokok yaitu:
a. Fungsi Jiwa
Fungsi jiwa ialah bentuk suatu aktivitas kejiwaan yang secara teori
tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan
empat fungsi jiwa yang pokok. Pikiran dan perasaan adalah fungsi jiwa
yang rasional. Pikiran dan perasaan bekerja dengan penilaian. Penilaian
14
Alwisol, Op.Cit., hlm. 223
15
Agus Sujanto, et.al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta : PT Bumi Aksara,2004) hlm.11
16
Yusuf dan Nurihsan,Op.cit, hlm. 74
17
Ibid hlm. 74
menilai atas dasar benar dan salah. Adapun perasaan menilai atas dasar
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kedua fungsi jiwa yang
irrasional yaitu pendirian dan intuisi tidak memberikan penilaian,
melainkan hanya semata-mata pengamatan. Pendirian mendapatkan
pengamatan dengan sadar melalui indra. Adapun intuisi mendapat
pengamatan secara tidak sadar melalui naluri. Pada dasarnya setiap
manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, akan tetapi biasanya hanya
salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan). Fungsi yang
paling berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe
kepribadian orangnya. Jadi ada tipe pemikir, tipe perasa, tipe pendirian
dan tipe intuitif.
b. Sikap Jiwa
Sikap jiwa ialah arah dari energi psikis atau libido yang menjelma
dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas
energi psikis itu dapat keluar ataupun ke dalam diri individu. Begitu
juga arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat keluar atau pun
ke dalam dirinya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap
sekelilingnya berbeda satu sama lain. Berdasarkan atas sikap jiwanya,
manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe yaitu:
a) Manusia yang bertipe ekstroversi
b) Manusia yang bertipe introversi.
2. Dimensi Ketidaksadaran
Dimensi ketidaksadaran adalah suatu dimensi yang melakukan
penyesuaian terhadap dunia dalam individu. Dimensi ketidaksadaran
kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran yaitu: 18
a. Ketidaksadaran pribadi
Ketidaksaran pribadi berisi hal yang diperoleh individu selama
hidupnya namun tertekan dan terlupakan. Ketidaksaran pribadi terdiri
dari pengalaman yang disadari tetapi kemudian di tekan, dilupakan,
diabaikan serta pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan
kesan sadar pada pribadi seseorang. Ketidaksadaran pribadi berisi hal
18
Ibid hlm. 74
yang teramati, terpikirkan dan terasakan dibawah ambang
kesadaran. Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks (konstelasi)
perasaan, pikiran, persepsi, ingatan yang terdapat dalam
ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang
bertindak sebagai magnet menarik berbagai pengalaman ke arahnya.
b. Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif atau transpersonal adalah gudang bekas
ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang.
Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi
manusia yang menumpuk akibat dari pengalaman yang berulang
selama banyak generasi.
19
Alex Sobur, Op.cit. hlm. 313
tingkah laku dan pengalaman yang lebih kecil yang berlangsung di bawah
bimbingan proses pematangan yang dikontrol secara genetis. 20
Menurut Yusuf dan Nurihsan menjelaskan bahwa secara garis besar ada
dua faktor utama yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan
kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan
(environment), yaitu:
a) Faktor genetika (pembawaan)
Faktor genetika menjelaskan bahwa kepribadian juga dapat
dipengaruhi oleh salah satu fakor tersebut. Bermula adanya hereditas
individu yang akan lahir dibentuk oleh 23 kromosom (pasangan x x) dari ibu,
dan 23 kromosom (pasangan x y) dari ayah. Berbagai studi tentang
perkembangan prenatal (sebelum kelahiran atau masa dalam kandungan
menunjukkan bahwa kemampuan menyesuaikan diri terhadap kehidupan
setelah kelahiran (post natal) berdasar atau bersumber pada masa konsepsi.
Kepribadian sebenarnya tidak mendapat pengaruh langsung dari gen dalam
pembentukannya, karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah:
kualitas system syaraf, keseimbangan biokimia tubuh.
b) Lingkungan
20
Ibid, hlm. 313
21
Ibid, hlm. 313
Walaupun begitu, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan
perkembangan kepribadian adalah sebagai:
22
Yusuf dan Nurihsan, Op.cit. hlm 20
23
Ibid, hlm. 20
24
Patyy, et.al., Op.Cit., hlm. 155
Menurut Littauer (2008), seseorang yang memiliki kepribadian sanguinis
tidak memiliki bakat atau kesempatan yang lebih banyak daripada orang dengan
watak lainnya, tetapi mereka terlihat seperti memiliki lebih banyak kesenangan.
Tipe ini sangat suka bersosialisasi, bersenang-senang, menceritakan segala hal,
serta ramah. Seorang Sanguinis selalu bisa dan suka berinteraksi dengan orang
dengan baik dan dapat menciptakan ketertarikan orang lain terhadap suatu
permasalahan, namun tidak selalu bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Kepribadian tipe ini meluap-luap dan memiliki keinginan bawaan untuk
menjadi pusat perhatian. Seorang sanguinis yang populer dalam suatu kelompok
biasanya orang yang paling keras ketika berbicara dan mengobrol terus menerus.25
Tipe melankolis sempurna dideskripsikan oleh Littauer sebagai tipe mental
yang memiliki karakteristik yang kuat terkait kemampuan berfikir, mengevaluasi,
dan penilaian. Tipikal perilaku nya meliputi gemar berpikir, menilai, membuat
perencanaan atau daftar, gemar mengevaluasi hal-hal positif dan negatif, dan
secara general menganalisis berbagai fakta. Seorang melankolis sempurna juga
dikenal sebagai tipe perfeksionis karena kebiasannya yang suka merencanakan
segala sesuatunya secara detail untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana.
Tipe ini adalah yang paling memiliki intelegensi dibandingkan tipe yang lain,
meskipun terkadang mereka justru melemahkan atau mempersulit dirinya sendiri
dengan analisis yang berlebihan. Seseorang melankolis sempurna perasaannya
sangat sensitif, sehingga mudah sekali dikuasai oleh perasaan yang berujung pada
sikap sehari-hari yang murung.26
Seseorang dengan tipe koleris selalu mengorientasikan dirinya sebagai
pemimpin. Tipe ini memiliki sifat yang dominan, kuat, mengatur, bahkan
terkadang cenderung arogan. Tipe ini cocok untuk jadi pemimpin karena sifatnya
yang suka mengatur ketika menyelesaikan segala sesuatunya. Selain itu orang
koleris melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab dengan tugas
yang diembannya. Kekurangan orang dengan tipe koleris adalah kurangnya
kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati) sehingga belas
25
Widhayani dan Sutama, Analisis Karakteristik Dosen yang Berpengaruh Terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Surabaya, Jurnal Studi Manajemen
Dan Bisnis, Vol. 4 No. 2, 2017, hlm.279
26
Ibid. hlm. 280
kasihannya terhadap penderitaan orang lain minim dan seringkali menyinggung
perasaan orang lain. Tipe Koleris dikenal juga sebagai tipe yang powerful.27
Didespkripsikan sebagai tipe yang paling datar, dan yang paling suka
suasana yang damai dibandingkan tipe yang lain. Seorang Phlegmatis damai
cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang, serta
naik turun emosi tidak jelas. Tipe ini sangat cocok sebagai mediator karena
mereka sangat menjaga sikap agar tidak sampai mengecewakan orang lain
sehingga tidak banyak memiliki musuh. Kelemahan orang Phlegmatik adalah
cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, acuh tak acuh, tidak peduli,
sehingga seringkali mengambil jalan pintas yang paling gampang.28
27
Ibid. hlm. 280
28
Ibid. hlm. 280
29
Feist, J dan Feist, H.J., Theoriest of Personality, (Yogyakarta : Pustaka Belajar,2002), hlm. 132
meledak- ledak. Individu ekstrovert menyukai lelucon, mereka cepat tanggap
dalam menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya serta menyukai perubahan.
Mereka individu yang periang dan tidak terlalu memusingkan suatu masalah,
optimis dan ceria. Mereka lebih suka melakukan kegiatan dari pada berdiam diri,
cenderung agresif, mudah hilang kesabaran, kadangkadang kurang dapat
mengontrol perasaannya dengan baik, kadang-kadang mereka juga tidakl dapat
dipercaya. 30
Menurut Jung, orang ektrovert dipenggaruhi oleh dunia obyektif, diluar
dirinya. Orientasi tertuju pada: pikiran, perasaan terdasarnya terutama ditentukan
oleh lingkungan. Baik lingkungan sosial atau non sosial. 31
Sedangkan tipe kepribadian introvert ditandai dengan trait yang bertolak
belakang dengan ekstrovert. Trait tersebut seperti tenang, pasif, tidak ramah, hati-
hati, pendiam, bijaksana, pesimis, damai, tenang, dan terkendali. 32
Sebaliknya, sesorang yang memiliki kecenderungan introvert akan
memiliki karateristik antara lain: mereka tidak banyak bicara, malu-malu, mawas
diri, suka membaca dibanding bergaul dengan orang lain. Mereka cenderung
menjaga jarak kecuali dengan teman dekat mereka. Memiliki rencana sebelum
melakukan sesuatu serta tidak percaya faktor kebetulan. Mereka juga tidak
menyukai suasana keramaian, selalu memikirkan maslah sehari-hari secara serius
serta menyukai keteraturan dalam kehidupan. Individu introvert dapat mengontrol
perasaan mereka dengan baik, jarang berperilaku agresif, tidak mudah hilang
kesabaran. Mereka merupakan orang bisa dipercaya, sedikt pesimistis, dan
menetapkan standar etis yang tinggi dalam hidup.33
Sedangkan orang introvert menurut Jung tidak dipenggaruhi oleh dunia
obyektif, tetapi cenderung dari dalam dirinya. Orientasi tertuju ke dalam: pikiran,
perasaan terdasarnya terutama ditentukan dari dalam dirinya sendiri bukan
ditentukan oleh lingkungan.34
Berdasarkan struktur hirarki Eysenck tentang trait kepribadian utamanya,
ekstrovert memiliki Sembilan trait, yakni mudah bergaul (sociable), lincah
30
Atkinson, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Erlangga,1993), hlm. 370
31
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1995), hlm. 292
32
Feist, J dan Feist, H.J., Theoriest of Personality, (Yogyakarta : Pustaka Belajar,2002), hlm. 133
33
Atkinson, Op.Cit., 1993: 371
34
Ibid. hlm. 293
(lively), aktif (active), asertif (assertive), mencari sensasi (sensation
seeking), riang (carefree), dominan (dominance), bersemangat
(surgent), berani (venturesome). Sedangkan tipe kepribadian introvert yang
merupakan kebalikan dari trait ekstrovert, adalah sulit bergaul, statis, pasif, ragu,
taat aturan, sedih, minus, lemah, dan penakut.35
Menurut Eysenck, perbedaan utama antara ekstrovert dan introvert bukan
pada perilaku melainkan faktor biologis dan genetik secara alami. Eysenck
percaya bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstrovert dan introvert adalah
salah satu tingkat cortical arousal, sebuah kondisi fisiologis yang sebagian besar
didapat dari proses pewarisan genetik daripada proses belajar. Ekstrovert memiliki
tingkat cortical arousal yang lebih rendah daripada introvert, oleh karena itu
mereka memiliki ambang batas sensorik yang lebih tinggi sehingga memiliki
reaksi lebih rendah terhadap rangsangan sensorik. Sebaliknya, Introvert, adalah
karakteristik dengan tingkat arousal yang lebih tinggi, dan sebagai hasil dari
ambang batas sensorik yang lebih rendah, mereka mengalami reaksi yang lebih
besar untuk stimulasi sensorik. Individu dengan kepribadian introvert, dengan
kongenital rendah ambang sensorik mereka, untuk mempertahankan tingkat
optimal rangsangan, mereka menghindari situasi yang akan menyebabkan terlalu
banyak kegembiraan. Oleh karena itu, individu introvert menghindari kegiatan
seperti acara sosial, ski, olahraga yang bersifat kompetitif, memimpin
persaudaraan atau perkumpulan, atau bermain lelucon. 36
35
Feist, J dan Feist, H.J., Op.Cit., hlm.133
36
Ibid. hlm. 134
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA