Anda di halaman 1dari 17

PERILAKU INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI

Dosen Pengampu :

Wira Alvio, S.Psi., M.M

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Juniki Martin Hani (2030203094)


M. Refqy Efrianda (2010203012)
Pelangi Maulidia Dwita (2030203127)
Poppy Rowani (2020203047)
Rega Depta Saputra (2030203067)
Rini Fitriyanti (2030203076)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, Tuhan semesta alam, atas ridha, rahmat, dan karunia-nya dimana penulis
dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Konflik. Shalawat beriring salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan semoga kita menjadi pengukutnya yang setia hingga akhir zaman.

Penulis sangat bersyukur karena telah meyelesaikan Makalah yang


menjadi tugas mata kuliah Manajemen Konflik dengan judul Perilaku Individu
dan Kelompok Dalam Organisasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan Makalah
ini.

Penulis menyadiri bahwa dalam pembuatan Makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf bila terjadi banyak kesalahan
dan kekurangan, karena penulis juga dalam proses pembelajaran, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar pembuatan
Makalah selanjutnya akan lebih baik lagi. Harapan penulis semoga Makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis serta pembaca.

Palembang, 25 Maret 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Masalah .........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
A. Perilaku Individu Dalam Organisasi .......................................................4
B. Perilaku Kelompok Dalam Organisasi ....................................................5
C. Perilaku Organisasi Pendidikan ...............................................................6
BAB III PENUTUP ..............................................................................................12
A. Kesimpulan ..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara mengenai perilaku organisasi berarti membahas tentang
perilaku manusia. Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi
apapun bentuknya. Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok
atau organisasi adalah awal dari perilaku organisasi itu. Kelompok
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan
terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan
bagian dari kehidupan organisasi. Pada umumnya manusia yang menjadi
anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat
kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok
tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan,
kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, adanya kesamaan
kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah
mereka berkelompok dalam organisasi.
Perilaku di dalam organisasi berasal dari dua sumber yaitu individu
dan kelompok. Perilaku kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan
dua atau lebih manusia yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dan
saling bergantung untuk menghasilkan prestasi yang positif baik untuk
jangka panjang dan pertumbuhan diri.
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari unsur sosial dan budaya.
Sepanjang kegiatan kehidupan manusia, aktivitasnya tidak terlepas dari
kelompok manusia lainnya. Karena hal itu dikatakan bahwa manusia
adalah mahluk sosial karena memerlukan kehadiran dan bantuan serta
peran serta orang lain. Hal-hal yang dikerjakan manusia, cara
mengerjakannya, bentuk pekerjaan yang diinginkan merupakan unsur
sebuah budaya. Maka, aspek sosial ditinjau dari hubungan antarindividu,
antar masyarakat serta aspek budaya ditinjau dari proses pendidikan
manusia tersebut melalui materi yang di pelajari, cara belajarnya,
bagaimana gaya belajarnya, bentuk- bentuk belajar serta pengajaranya.

1
Pendidikan pada hakikatnya adalah kegiatan sadar dan disengaja secara
penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai
kedewasaan yang dicita-citakan yang dilakukan secara bertahap
berkesinambungan di semua lingkungan yang saling mengisi (rumah
tangga, sekolah, masyarakat) unsur sosial merupakan aspek individual
alamiah yang ada sejak manusia itu lahir. Langeveld mengatakan “setiap
bayi yang lahir dikaruani potensi sosialitas atau kemampuan untuk
bergaul, saling berkomunikasi yang pada hakikatnya terkandung unsur
saling memberi dan saling menerima”. Aktivitas sosial tercermin pada
pergaulan sehari-hari, saat terjadi interaksi sosial antarindividu yang satu
dengan yang lain atau individu dengan kelompok, serta antar kelompok.
Berbicara tentang pendidikan tentunya tidak hanya sebatas proses yang
terjadi di dalam lembaga sekolah semata, tetapi dalam skala yang lebih
luas sekolah sebagai lembaga sosial merupakan bagian dari proses
pendidikan sebagai proses pemberdayaan. Dengan demikian, proses
pendidikan hanya dapat diketahui apabila kita menempatkannya dalam
lingkungan kebudayaan suatu masyarakat.
Dengan kondisi yang demikian, ketika pendidikan sudah menjadi
bagian dari kepentingan kekuasaan, maka tujuan dari pendidikan pun akan
menjadi tidak jelas, kalau boleh dikatakan tak ubah seperti layangan putus,
yang tidak tahu kemana arah angin akan membawanya, jangankan ingin
memberi angin segar bagi keberlangsungan suatu bangsa, pendidikan yang
demikian justru hanya akan menjadi agen kepentingan elit politik, yang
pada gilirannya tidak mustahil menjadi bom yang siap
memporakporandakan bangsa ini. Oleh karenanya, pendidikan sebagai
bentuk pelaksanaan konsep kekuasaan Negara perlu dirumuskan
peranannya agar terdapat keseimbangan antara kebebasan individu serta
keterikatan individu sebagai warga negara dalam wadah persatuan
Indonesia. Sebab, proses pendidikan yang sebenarnya adalah proses
pembebasan dengan jalan memberikan kepada peserta didik kesadaran

2
akan kemandirian atau memberikan kekuasaan kepadanya untuk menjadi
individu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku individu dalam oganisasi?
2. Bagaimana perilaku kelompok dalam organisasi?
3. Bagaimana perilaku organisasi yang dapat diperankan kepala sekolah
sebagai pimpinan pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perilaku individu dalam organisasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami perilaku kelompok dalam
organisasi.
3. Untuk mengetahui dan memahami perilaku organisasi yang dapat
diperankan kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perilaku Individu Dalam Organisasi


1. Pengertian perilaku Individu
Menurut kamus bahasa Indonesia, individu adalah pribadi orang,
seorang, organisme yang hidupnya sendiri.[1] Sedangkan perilaku
adalah tingkah laku, tanggapan seseorang terhadap lingkungan. Jadi,
Perilaku individu adalah perilaku seseorang sehari-hari di dalam
kehidupannya. Faktor yang mempengaruhi perilaku individu adalah
kepribadian, persepsi, sikap, kemampuan dan keterampilan, latar
belakang keluarga, biografis, pengalaman dan kapasitas belajar.
Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bersama. Organisasi yang juga merupakan suatu
lingkungan bagi individu mempunyai karakteristik pula. Adapun
karakteristik yang dipunyai organisasi antaranya keteraturan yang
diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas,
wewenang dan tanggung jawab, sistem penggajian (reward system),
sistem pengendalian dan lain sebagainya.
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara
karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu
dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain,
dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya
yang memang berbeda.
Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari
karakteristik individu. Menurut Nimran, karakteristik yang melekat
pada individu terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, kemampuan,
persepsi dan sikap. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing
karakteristik tersebut.
1) Ciri-ciri biografis, yaitu ciri -ciri yang melekat pada individu.
Antara lain.

4
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Status perkawinan
d. Jumlah atau banyaknya tanggungan
e. Masa kerja
2) Kepribadian
kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari
sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian diri dengan lingkungannya” dia menambahkan bahwa
kepribadian sebagai keseluruhan cara bagaimana individu beraksi
dan berinteraksi dengan orang lain.
3) Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk
melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan. Kategori
kemampuan dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik.
4) Persepsi
Persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan
menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus
lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi persepsi.
5) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan suatu kesiapan mental atau emosional
dalam beberapa jenis tindakan padasituasi yang tepat. Sikap
merupakan satu faktor yang harus dipahami agar dapat memahami
perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu maka
organisasi akan dapat dikelola dengan baik.

2. Memahami Perilaku Manusia


Menurut Thoha, perbedaan perilaku manusia beberapa
aspek mendasar sebagai berikut:

5
1. Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak
sama. Berbagai pendapat menjelaskan penyebab perbedaan ini
seperti ada yang beranggapan karena disebabkan sejak lahir
manusia ditakdirkan tidak sama kemampuannya, ada yang
mengatakan karena perbedaan dalam kemampuan menyerap
informasi dari suatu gejala, ada yang beranggapan karena
kombinasi diantara keduanya.
2. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda. Perilaku
umumnya didorong oleh serangkaian kebutuhan, yaitu beberapa
pernyataan dalam diri seseorang (internal state) yang
menyebabkan seseorang itu berbuat untuk mencapainya sebagai
objek atau hasil. Orang berpikir tentang masa depan, dan
membuat pilihan tentang bagaimana bertindak.

3. Kinerja Individu
1. Perilaku Manusia
Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha),
ability (kemampuan) dan situasi lingkungan.
1) Effort
Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2) Ability
Ability seorang individu diwujudkan dalam bentuk kompeten.
Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian.
Sejak dilahirkan setiap individu dianugerahi Tuhan dengan
bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami yang

6
bersifat bawaan. Kemampuan adalah kecerdasan individu yang
diperoleh malalui belajar.

B. Perilaku Kelompok Dalam Organisasi


Informal (informal group). Kelompok formal dibentuk organisasi,
sedangkan kelompok informal dibentuk oleh sekumpulan orang yang
mempunyai kepentingan bersama.
Kelompok formal (formal group) dapat diartikan sebagai kelompok
yang diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan
organisasi. Kelompok ini terdiri dari kelompok komando dan
kelompok tugas. Kelompok komando (command group) yaitu adanya
rantai komando dari pimpinan ke yang dipimpin, maka perintah
pemimpin haruslah dikerjakan. Sedangkan kelompok tugas (task
group) bersifat komunal dan kebersamaan dalam menyelesaikan tugas
secara bersama-sama. Kelompok informal (informal group) terbentuk
secara alamiah dalam lingkungan kerja yang muncul sebagai
tanggapan atas kebutuhan akan kontak sosial. Tipe interaksi diantara
individu secara informal sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja
mereka.
Kelompok informal dibagi menjadi dua, yaitu kelompok minat dan
kelompok persahabatan. Kelompok minat (interest group) yaitu
beberapa individu sengaja berkelompok karena mempunyai kesamaan
minat dan kepentingan. Sedangkan kelompok persahabatan (friendship
group) yaitu beberapa individu berkelompok karena terdapat
kecocokan dan itu menimbulkan kesenangan dan kegembiraan
sehingga mendorong orang untuk mengulangi dengan membuat
kelompok.
1) Tahap-tahap Perkembangan Kelompok
Pengembangan kelompok bisa berjalan dalam dua arah
positif dan negatif. Kita mempelajari perilaku kelompok ini dengan

7
tujuan untuk dapat mengembangkan kelompok ke arah yang positif
dan menghindari arah pengembangan yang negatif.
Pengembangan kelompok juga dalam mendirikan dan
membesarkan kelompok, ada lima tahap pengembangan yang
dikemukakan oleh Bruce W. Tuckman, dalam jurnal Pycological
Bulletin, June 1965, yaitu:
a. Tahap Forming (pembentukan)
b. Tahap Storming (keributan)
c. Tahap Norming (pengaturan norma)
d. Tahap Performing (melaksanakan)
e. Tahap Adjourning (pengakhiran)

C. Perilaku Organisasi Pendidikan


a. Tujuan dan Fokus Perilaku Organisasi
Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga,
yaitu menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan perilaku
manusia. Kajian perilaku organisasi berupaya mengetahui faktor-
faktor penyebab perilaku seseorang atau kelompok. Penjelasan
terhadap suatu fenomena dalam manajemen merupakan hal penting
karena membantu para manajer atau pemimpin tim dalam
melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan situasi penyebab
perilaku individu atau kelompok kerja tersebut.
Sasaran kedua, yaitu meramalkan berarti perilaku
organisasi membantu memprediksi kejadian organisasi di masa
mendatang. Pengetahuan terhadap faktor-faktor penyebab
munculnya perilaku individu atau kelompok membantu manajer
meramalkan akibat-akibat dari suatu program atau kebijakan
organisasi. Hal ini membantu melakukan pengendalian preventif
terhadap perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.
Sasaran ketiga yaitu mengendalikan mengandung arti
bahwa perilaku organisasi menawarkan berbagai strategi dalam

8
mengarahkan perilaku individu atau kelompok. Berbagai strategi
kepemimpinan, motivasi, dan pengembangan tim kerja yang efektif
merupakan contoh-contoh dalam mengarahkan perilaku individu
dan kelompok.
Dalam bidang manajemen pendidikan, kajian tentang
perilaku organisasi telah lama menjadi perhatian para pakar
terutama karena organisasi pendidikan dicirikan oleh keterlibatan
sejumlah besar manusia, mulai dari tenaga kependidikan, pendidik,
siswa, orangtua dan masyarakat. Dengan kompleksitas itu
pemahaman terhadap ilmu perilaku organisasi merupakan suatu hal
yang penting khususnya bagi pengelola dalam meningkatkan
kinerja organisasi pendidikan.
Perilaku organisasi mempelajari tiga determinan perilaku
dalam organisasi, yaitu individu, kelompok, dan struktur atau
organisasi. Singkatnya, perilaku organisasi merupakan kajian
terhadap apa yang dilakukan orang dalam organisasi dan
bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi kinerja organisasi
tersebut.
b. Pendekatan Antardisiplin dalam Perilaku Organisasi
Menurut Robbins, perilaku organisasi merupakan ilmu
terapan yang dibangun dengan dukungan sejumlah disiplin ilmu,
seperti psikologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi, dan ilmu
politik. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha
mengukur, menjelaskan, dan mengubah perilaku manusia.
Sumbangan terpenting dari ilmu psikologi terhadap perilaku
organisasi adalah kajian tentang pembelajaran, motivasi,
kepribadian, persepsi, pelatihan, keefektifan kepemimpinan,
kepuasan kerja, pengambilan keputusan individu, penilaian kinerja,
pengukuran sikap, seleksi karyawan, disain kerja, dan stres kerja.
Sumbangan terpenting psikologi terhadap perilaku organisasi
terutama berkaitan dengan tiga hal, yaitu motivasi, keefektifan

9
kepemimpinan, dan stres kerja. Motivasi berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang menggerakkan individu.
Dalam bidang pendidikan, motivasi menjadi kajian yang
lebih kompleks lagi karena berkaitan dengan beragamnya status
manusia di dalamnya seperti guru, siswa, kepala sekolah, dan
personil lainnya.

c. Efektifitas Kepemimpinan
Efektifitas kepemimpinan menjadi salah satu tanggung
jawab perilaku organisasi. Kepemimpinan adalah suatu proses
kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan
memimpin, membimbing, memengaruhi orang lain, untuk
melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan. Kata
“sadar” menunjukkan bahwa kepemimpinan didasarkan oleh
kerelaan dan bukan paksaan. Hal ini berbeda dengan kekuasaan
yang diterima sebagai suatu keterpaksaan. Pengakuan terhadap
pentingnya variabel kepemimpinan dalam organisasi telah menjadi
dasar analisis para ahli dari berbagai kalangan. Dari analisis itu
terungkap pentingnya strategi kepemimpinan yang dirumuskan
dalam berbagai bentuk perilaku kepemimpinan yang efektif. Teori
kepemimpinan perilaku yang sudah lama dikenal misalnya,
memandang kepemimpinan yang efektif (yang mendorong kinerja
bawahan) adalah kepemimpinan yang memperhatikan dua aspek
secara bersamaan: orientasi terhadap tugas dan orientasi terhadap
manusia. Orientasi terhadap tugas melahirkan kepemimpinan yang
memiliki visi yang jelas, tugas yang jelas dan sistem komunikasi
yang permanen. Orientasi terhadap manusia melahirkan
kepemimpinan kesejawatan; kemauan pemimpin mendengarkan
suara hati bawahan, memanusiakan bawahan dan mendorong
partisipasi bawahan dalam berbagai aspek kehidupan organisasi.

10
Banyak bukti menunjukkan bahwa penerapan
kepemimpinan partisipatif meningkatkan komitmen bawahan
terhadap tugas dan pada gilirannya meningkatkan kinerja mereka.
untuk menanamkan ideology Negara atau tulang yang menopang
kerangka politik. Di Negara–negara barat kajian tentang hubungan
antara pendidikan dan politk dimulai oleh Plato dalam bukunya
Republic yang membahas hubungan antara ideology dan institusi
Negara dengan tujuan dan metode pendidikan.

d. Politik Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia.
Pendidikan adalah suatu tindakan sosial yang pelaksanaanya
dimungkinkan melalui suatu jaringan hubungan- hubungan
kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama dengan hubungan-
hubungan dan peranan-peranan individu yang menentukan watak
pendidikan di suatu masyarakat.
Jika politik dipahami sebagai “praktik kekuatan, kekuasaan
dan otoritas dalam masyarakat dan pembuatan keputusan-
keputusan otoritatif tentang alokasi sumberdaya dan nilai- nilai
sosial”. Maka jelaslah bahwa pendidikan tidak lain adalah sebuah
bisnis politik. Politik adalah bagian dari paket kehidupan lembaga-
lembaga pendidikan. Bahkan menurut Baldridge, lembaga-lembaga
pendidikan dipandang sebagai sistem politik mikro, yang
melaksanakan semua fungsi utama sistem-sistem politik.
Hal ini menegaskan bahwa pendidikan dan politik adalah
dua hal yang saling berhubungan erat dan saling mempengaruhi.
Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur-unsur politik,
begitu juga sebaliknya setiap aktivitas politik ada kaitanya dengan
aspek- aspek kependidikan.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga, yaitu
menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia. Perilaku
organisasi berupaya mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku individu
atau kelompok.
Pertama, penjelasan terhadap suatu fenomena dalam manajemen
merupakan hal penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim
dalam melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan situasi penyebab
perilaku individu atau kelompok kerja tersebut.
Kedua, yaitu meramalkan berarti perilaku organisasi membantu
memprediksi kejadian organisasi di masa mendatang. Pengetahuan
terhadap faktor-faktor penyebab munculnya perilaku individu atau
kelompok membantu manajer meramalkan akibat-akibat dari suatu
program atau kebijakan organisasi. Hal ini membantu melakukan
pengendalian preventif terhadap perilaku individu dan kelompok dalam
organisasi.
Ketiga, yaitu mengendalikan mengandung arti bahwa perilaku
organisasi menawarkan berbagai strategi dalam mengarahkan perilaku
individu atau kelompok. Berbagai strategi kepemimpinan, motivasi, dan
pengembangan tim kerja yang efektif merupakan contoh-contoh dalam
mengarahkan perilaku individu dan kelompok.
Berhasil atau tidaknya organisasi mencapai visi dan misinya juga
dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan dalam organisasi seperti
“membuat keputusan, menetapkan sasaran, memilih dan mengembangkan
personalia, mengadakan komunikasi, memberikan motivasi, dan
mengawasi pelaksanaan manajemen”.
Kemudian, pendidikan adalah suatu tindakan sosial yang
pelaksanaanya dimungkinkan melalui suatu jaringan hubungan- hubungan
kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama dengan hubungan-

12
hubungan dan peranan-peranan individu yang menentukan watak
pendidikan di suatu masyarakat. Politik adalah bagian dari paket
kehidupan lembaga- lembaga pendidikan. Hal ini menegaskan bahwa
pendidikan dan politik adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan
saling mempengaruhi. Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung
unsur- unsur politik, begitu juga sebaliknya setiap aktivitas politik ada
kaitanya dengan aspek- aspek kependidikan.
Pendidikan dan politik adalah dua hal yang berhubungan erat dan
saling mempengaruhi. Dengan kata lain, berbagai aspek pendidikan
senantiasa mengandung unsur–unsur politik. Begitu juga sebaliknya,
setiap aktivitas politik ada kaitannya dengan aspek–aspek
kependidikan. Terkait peran Negara terhadap proses pendidikan secara
teoritis dapat dikemukakan dua perspektif, yaitu perspektif mikro dan
perspektif studi cultural. Dalam perspektif mikro yang dijadikan pusat
perhatian ialah peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam
perspektif studi cultural, sistem pendidikan merupakan bagian yang
terintegrasi dari sistem budaya, sosial, politik dan ekonomi sebagai suatu
keutuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Idochi. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya


Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Badrudin. 2015. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan: Dalam
Perspektif Baru. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fida. 2011. Aspek-aspek Sosial dalam Pendidikan. Palembang:
http://pandidikan.blogspot.co.id/2011/04/aspek-aspek-sosial
dalam- pendidikan.html. diakses pada tanggal 1 April 2016 pukul
19.00.
Maulana, Rizky. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:
Penerbit Lima Bintang.

Nawawi, Hadari. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung


Agung.

Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa. 2007. Perilaku Organisasional


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suharsaputra, Uhar. 2013. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika


Aditama.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Kencana.
Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tilaar, H.A.R. 2003. Kekuasaan dan Pendidikan. Magelang: Indonesia
Tera.
Wahjono, Sentot Imam. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu

14

Anda mungkin juga menyukai