Anda di halaman 1dari 33

TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI

”Hilangnya Peran Orang Tuan Dalam Lembaga Keluarga”

DISUSUN OLEH:

NAMA : MUHAMMAD ALFIN NUR RAMADHANI 210102110058

WINDA AISYAH HARDIJANTI 210102110059

KELAS :A

DOSEN : HJ. NI’MATUZ ZUHRO, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN MALIKI

MALANG

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup...................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................
2.1 Kajian Teoritis....................................................................................................4
2.2 Kajian Terdahulu.............................................................................................15
BAB III....................................................................................................................................
PEMBAHASAN.....................................................................................................................
2.1 Metode penelitian..............................................................................................16
2.2 Pengertian lembaga keluarga...........................................................................16
2.3 Ciri-ciri lembaga keluarga................................................................................19
2.4 Fungsi lembaga keluarga..................................................................................19
2.5 Peran Lembaga keluarga..................................................................................20
2.6 Studi Kasus Lembaga keluarga........................................................................21
BAB IV....................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
3.1 Analisa...............................................................................................................23
3.2 Kesimpulan.......................................................................................................30
3.2 Saran.................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sosiologi membahas ilmu untuk mengetahui sifat dan perkembangan
masyarakat, struktur sosial, proses sosial, Lembaga sosial dan perubahannya. Di
dalam ilmu sosiologi membahas jenis-jenis Lembaga sosial salah satunya lembaga
keluarga, Lembaga keluarga yaitu kelompok sosial terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari orang tua dan anak yang memiliki hubungan erat antar
anggotanya. Dalam sebuah keluarga setiap anggota memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing masing. Sebagai pemilik kekuasaan tertinggi berada pada ayah
yang menjadi seorang pemimpin keluarga dan pencari nafkah untuk menghidupi
semua anggotanya, ibu memiliki peran dan tanggung jawab untuk melahirkan
keturunan, serta merawat dan menyejahterakan anggota keluarganya, seorang
anak pada sebuah keluarga menjadi generasi penerus keluarga. Setiap Lembaga
keluarga menjadi wadah untuk membina, membimbing, mengarahkan anggota
keluarganya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
budaya dimana pun ia berada, serta membentuk tingkah laku, etika, dan moral
yang baik pada setiap anggotanya.

Namun pada era globalisasi sekarang, apakah orang tua sudah menjadi contoh
dan tauladan yang baik untuk anaknya. Apakah pada zaman sekarang orang tua
semakin baik dalam mendidik anak-anaknya. Kenyataan yang terjadi banyak
orang tua pada era globalisasi ini semakin mengacuhkan dan jauh kepada anaknya
karena mereka sibuk dengan urusan mereka masing masing. Tidak hanya itu saja
pada era ini banyak orang tua yang menuntut anakanya menjadi apa yang mereka
inginkan. Sedangkan seorang anak memiliki kainginan dan cita-citanya sendiri.
Dengan berkedok demi kebaikan anaknya orang tua menekan anak untuk menjadi
apa yang mereka inginkan. Sedangkan itu hanyalah nafsu orang tua ataupun
gengsi orang tua kepada teman-temannya yang ingin menjadikan anak sebagai
ajang pamer. Anak yang mendapatkan perilaku seperti ini rentan terkena stress
dan depresi berat. Mereka tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, kurang
perhatian dan kasih sayang, tidak berani mengutarakan pendapat ataupun
keinginannya. Sebagai orang yang paling dekat dengan anaknya, orang tua

2
sebaiknya lebih memperhatikan anaknya, menjadi tauladan dan tempat anak bisa
terbuka dalam berbagai macam cerita yang ingin anak utarakan. Sebagai orang tua
juga harus memberi ruang kepada anak untuk berkembang dan memilih
keinginannya sendiri demi perkembangan baik sang anak. Dengan demikian anak
bisa tumbuh dengan baik secara fisik dan mentalnya. Maka disusunlah makalah
dengan judul “Lembaga Keluarga : Orang Tua yang Menuntut Anaknya”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu lembaga keluarga?
2. Apa fungsi lembaga keluarga?
3. Bagaimana peran orang tua pada era globalisasi?
4. Apa contoh studi kasus Lembaga sosial : keluarga?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk membahas Lembaga keluarga
2. Mengetahui fungsi-fungsi Lembaga keluarga
3. Mengenali peran orang tua pada era globalisasi
4. Meberikan contoh kasus Lembaga sosial : Lembaga keluarga

1.4 Ruang Lingkup


1. Pengertian lembaga keluarga
2. Ciri-ciri lembaga keluarga
3. Fungsi dan tujuan lembaga keluarga

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
Definisi Peran

Menurut Dewi Wulan Sari, (2009: 106) “Peran adalah konsep tentang apa
yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-
tuntutan prilaku dari masyarakat terhadap seseorang dan merupakan prilaku
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”.Maurice Duverger, (2010:
103) berpendapat bahwa Istilah “peran”(role) dipilih secara baik karena diya
menyatakan bahwa setiap oarang adalah pelaku didalam masyarakat dimana diya
hidup, juga dia adalah seorang aktor yang harus memainkan beberapa peranan
seperti aktor-aktor profesional.Menurut Maurice Duverger, (2010: 102)
menjelaskan pula bahwa “Peranan adalah atribut sebagai akibat dari status, dan
prilaku yang diharapkan oleh anggota-anggota lain dari masyarakat terhadap
pemegang status, singkatnya, peranan hanyalah sebuah aspek dari status”.
Berdasarkan pengertian peran dan peranan diatas dapat disimpulkan bahwa
peran adalah suatu tindakan atau aktivitas yang diharapakan oleh masyarakat
atau pihak lain untuk dilakukan oleh seseorang sesuai dengan status yang
mereka miliki sehingga peran atau peranan tersebut dapat dirasakan
pengaruhnya dalam lingkup kehidupan.

Definisi Lembaga Sosial

Robert Mac Iver dan Charles H. Page dalam Yesmil Anwar dan Adang,
(20013: 200) “Mengartikan. lembaga sosial sebagai tata cara atau prosedur yang
telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar-manusia yang berkelompok
dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan association”. Alvin L.
Bertrand dalam Dewi Wulan Sari, (2009: 92) menyatakan bahwa: Institusi-
institusi sosial pada hakikatnya adalah kumpulan-kumpulan dari norma-norma
sosial (struktur-struktur sosial) yang telah diciptakan untuk melaksanakan fungsi
masyarakat. Institusi-institusi ini meliputi kumpulan-kumpulan norma-norma
dan bukan norma-norma yang berdiri sendiri-sendiri.Paul B. Harton dan

4
Chester L. Hunt dalam Dewi Wulan Sari, (2009: 93) menyebutkan bahwa
Lembaga yang digunakan dalam konsep sosiologi berbeda dengan yang
digunakan oleh konsep umum lainnya. Sebuah lembaga bukanlah sebuah
bangunan, bukan sekelompok orang dan juga bukan sebuah organisasi.
Lembaga (institusi) adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara formal, lembaga
adalah sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu
kegiatan pokok manusia Berdasarkan teori peran dan lembaga sosial di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peran lembaga sosial adalah aktivitas
yang dilakukan berdasarkan status masing-masing yang dimiliki seorang individu
atau kelompok, dalam suatu sistem hubungan sosial yang terorganisir atau
teratur yang memperlihatkan adanya nilai-nilai, norma, peraturan, peran-peran
dan cara-cara berhubungan satu sama lain, yang di atur bersama guna
memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat tertentu, yang tujuannya
untuk bisa melakukan kontrol terhadap setiap anggota.

Macam-macam Lembaga Sosial

1. Lembaga Keluarga

Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, (2010 : 227) Keluarga adalah
lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya
berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan
kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan
dalam kehidupan individu. Menurut Horton dan Hunt dalam Dwi Narwoko dan
Bagong Suyanto, (2010 : 227) berpendapat bahwa: Istilah keluarga umumnya
digunakan untuk menunjuk beberapa pengertian (1) suatu kelompok yang
memeiliki nenek moyang yang sama; (2) suatu kelompok kekerabatan yang
disatuka oleh darah dan perkawinan; (3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa
anak; (4) pasangan nikah yang mempunyai anak; dan (5) satu orang entah duda
atau janda dengan beberapa anak. Menurut Robert M.Z. Lawang dalam Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto, (2010: 228) keluarga memiliki empat
karakteristik, yaitu a) Terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan
perkawinan.b) Anggota keluarga hidup bersama dalam satu rumah dan

5
membentuk rumah tangga. c) Merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi
dan berkomunikasi. d) Melaksanakan dan mempertahankan kebudayaan yang
sama.Dari definisi teori tentang keluarga di atas dapat disimpulkan pengertian
lembaga keluarga adalah sebagai tempat yang paling inti atau dasar untuk
semua individu dalam memperoleh perhatian, perlindungan, pembelajaran, dan
juga pembinaan.

2. Lembaga Pendidikan

Hasbullah, (2005: 134) berpendapat bahwa “Lembaga Pendidikan adalah tempat


berlangsungnya proses pendidikan yang meliputi pendidikan keluarga, sekolah,
dan masyarakat”.Menurut M.J. Langeveld dalam Dwi narwako dan Bagong
suyanto, (2010: 234) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing
manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan. Pendidikan ialah usaha
menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa mandiri,
akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha
mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab. Menurut Horton dan Hunt
dalam Dwi Narwoko dan Bagon Suyanto, (2010 : 292) fungsi lembaga
pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu fungsi manifest pendidikan dan fungsi
laten pendidikan.a. Fungsi manifest pendidikan merupakan fungsi yang tampak
dan dapat dirasakan manfaat nya secara langsung oleh masyarakat.

1) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.

2) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi


kepentingan masyarakat.

3) Melestarikan kebudayaan.

4) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

b. Fungsi laten lembaga pendidikan adalah fungsi lembaga pendidikan yang


tersembunyi sebagai berikut.

1) Mengurangi pengendalian orang tua.

2) Menyediakan sarana untuk pembangkangan.

6
3) Mempertahankan sistem kelas sosial.

4) Memperpanjang masa remaja.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan


lembaga pendidikan adalah suatu wadah yang memberikan pembelajaran dan
nilai-nilai norma dengan tujuan untuk mengubah tingakah laku individu ke arah
yang lebih baik melalui lingkungan sekitar, juga memberikan pengetahuan yang
tentunnya dilandasi dengan peraturan yang mengatur anggotanya baik di dalam
sekolah, keluarga, atau masyarakat

3. Lembaga Agama

Lembaga Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam


masyarakat yang telah dirumuskan dan dibakukan. (Dwi Narwoko dan Bagong
Suyatno, 2010: 263).Menurut Sunarto dalam Dwi Narwoko dan Bagong Suyatno,
(2010: 251) mengemukakan bahwa “agama merupakan suatu institusi/ lembaga
penting yang mengatur kehidupan manusia”.

Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyatno, (2010: 248) Agama secara
mendasar dan umum didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang
mengatur hubungan antara manusia dengan dunia gaib khususnya dengan
tuhannya. Agama juga merupakan seperangkat hukum atau aturan tingkah laku
maupun sikap yang selalu mengacu kepada kehendak yang maha kuasa. Juga
sebagai sumber nilai moral dan sosial dalam masyarakat yang umumnya nilai-
nilai agama sangat disakralkan dan dijadikan orientasi utama dalam
pembentukan sistem hukum dan kaidah sosial dalam masyarakat Berdasarkan
definisi di atas, dapat disimpulkan bawasanya lembagaagama adalah wadah
yang berisi aturan atau norma yang berkaitan dengan Kepercayaan terhadap
sang pencipta, yang tujuannya dapat memberikan pemahaman dan menjadikan
agama sebagai tolak ukur dalam berprilaku baik dan buruk karena nilai-nilai
yang terkandung dalam setiap agama adalah nilai kebaikan

4. Lembaga Hukum

Menurut Leon Duguit dalam Zainudin Ali,(2008: 75) Hukum adalah aturan
tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat

7
tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan yang pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan reaksi bersama
terhadap pelakunya. Sedangkan menurut Amin dalam Tiena Masriani Yulies,
(2004: 55)Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi, dengan tujuan mewujudkan ketertiban dalam pergaulan
manusia.Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
lembaga hukum adalah suatu tempat yang berisi aturan-aturan tertulis yang
berguna untuk mengontrol atau memberikan saksi terhadapa peraturan-
peraturan yang telah dilanggar oleh individu atau kelompok.

Definisi Pembinaan

Menurut Dekdikbud, (1990: 117) “Pembinaan adalah proses perbuatan,


pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan yang dilakukan secara
berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih
baik”.Selanjutnya dalam buku pembinaan watak menurut S. Imam Santoso
(1981 : 26) “Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar dan
berencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan tindakan-tindakan pengarahan,
bimbingan, pengembangan (aktualisasi), stimulasi dan pengawasaan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan”.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pembinaan adalah suatu konsep pembaharuan, terencana dalam upaya
mengembangkan suatu potensi yang ada untuk mencapai sasaran yang
dikehendaki, dengan tujuan agar setelah dibina dapat menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya.

Defnisi bimbingan

Membahas bimbingan agama Islam, sebelumnya perlu diketahui mengenai istilah


bimbingan itu sendiri. Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008: 2) bimbingan
diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, agar individu tersebut dapat memahami
dirinya sendiri. Menurut Bimo Walgito (2005: 5-6) bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya,
agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan

8
hidupnya. Sedangkan menurut Samsul Munir Amin (2007: 7) bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara sistematis kepada seseorang
atau masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan, sehingga
mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa
harus bergantung kepada orang lain, dan bantuan itu dilakukan secara terus
menerus. Pengertian mengenai bimbingan sudah dijelaskan di atas, sedangkan
dengan bimbingan agama Islam juga banyak para ahli yang menjelaskannya.
Menurut Saerozi (2015: 14) bimbingan (agama) Islam adalah pemberian bantuan
terhadap individu atau kelompok agar menyadari kembali akan eksistensinya
sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Adapun inti pelaksanaan guidance (agama) Islam tersebut adalah penjiwaan
agama dalam

Definisi Moral

Kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai
manusia. Seperti yang dikatakan oleh Chaplin dalamSutarjo Adisusilo,(2013:
126) “moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau
menyangkut hukum atau adat kebiasaan bagi anggota suatu budaya”.Menurut
Hurlock dalam Asri Budi Ningsih (2008: 23) “Moral adalah tata cara,
kebiasaan, adat peraturan prilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota
suatu budaya”. Sedangkan Menurut Baron dalam Asri Budi Ningsih,

(2008: 24) mengatakan bahwa “moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan
larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar”.Berdasarkan
pengertian moral di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu keyakinan
benar atau salah suatu tindakan atau prilaku yang dilakukan oleh manusia yang
akan menimbulkanpenilaian benar, baik, atau buruk oleh manusia lain, dan
berdasarkan teori perkembangan moral bawasannya moral sudah ada pada diri
kita sejak kanak-kanak dan sudah terbentuk dari kita kecil, tetepi perubahan
moral yang baik ke buruk atau sebaliknya melaikan pengaruh dari

9
lingkungan luar atau kurangnya pengendalian dari dalam diri kita sehingga
moral pun dapat berubah.

Definisi anak

Secara umum menurut para ahli, dikatakan bahwa anak adalah anugerah dari
tuhan yang maha kuasa yang harus dijaga, dididik sebagai bekal sumber daya,
anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Seorang anak hadir
sebagai amanah dari Tuhan untuk dirawat, dijaga dan dididik yang kelak setiap
orang tua akan diminta pertanggungjawaban atas sifat dan perilaku anak semasa
didunia. Secara harfiah anak adalah seorang cikal bakal yang kelak akan
meneruskan generasi keluarga, bangsa dan negara. Anak juga merupakan sebuah
aset sumber daya manusia yang kelak dapat membantu membangun bangsa dan
negara.

Dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam hal ini adalah
agama Islam, anak merupakan makhluk yang lemah namun mulia, yang
keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT dengan melalui
proses penciptaan. Oleh karena anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam
pandangan agama Islam, maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti
dioberi nafkah baik lahir maupun batin, sehingga kelak anak tersebut tumbuh
menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat bertanggung jawab dalam
mensosialisasikan dirinya untuk mencapai kebutuhan hidupnya dimasa
mendatang.

Dalam pengertian Islam, anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua orang tua,
masyarakat bangsa dan negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai
rahmatan lil‘alamin dan sebagai pewaris ajaran Islam pengertian ini mengandung
arti bahwa setiap anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan diamankan
sebagai implementasi amalan yang diterima oleh orang tua, masyarakat , bangsa
dan negara.

Didikan orang tua pandangan islam

Hadith populer yang membolehkan memukul anak dalam mendidik shalat lima
waktu secara garis besar dapat digolongkan kepada dua jalur. Pertama, riwayat

10
Abū Dāwūd dari jalur Muhammad bin ‘Isā Ibn al-Tabbā‘, dari Ibrāhīm bin Sa‘d,
dari ‘Abd al-Mālik bin al-Rabī’ bin Sabrah, dari ayahnya, dari kakeknya, dari
Rasulullah Saw dengan redaksi murū (perintahlah) (al-Sijistānī, 2009).
Riwayat Abū Dāwūd dengan redaksi murū (perintahlah) juga diriwayatkan oleh
Ibn al-Jarūd (Jarud, 1988), al-Tabarī (Tabari, 1994), al-Bayhaqī (Bayhaqi, 2003),
dan al-Baghawī (Bahgawi, 1983). Hadith riwayat Abū Dāwūd dengan redaksi
murū (perintahlah) adalah:

‫ واضربوھم علیھا وھم أبناء ُعرُم‬،‫ وفرقوا بینھم ْ َشوا أوالدكم بالصالة وھم أبناء سبع سنین‬،‫ر‬

‫في المضاجع‬

“Suruhlah anak-anak kecil kamu melakukan salat pada usia tujuh tahun, dan
pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada usia sepuluh tahun, dan
pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur”.

Kedua, riwayat al-Tirmidzī dari jalur ‘Ali bin Hujr, dari Harmalah bin‘Abd
al-‘Azīz, dari ‘Abd al-Mālik bin al-Rabī‘, dari al-Rabī’ bin Sabrah, dari Sabrah
bin Ma‘bad, dari Rasulullah Saw dengan redaksi ‘allimū (ajarilah) (Tirmidzi,
1975). Riwayat al-Tirmidzi dengan redaksi ‘allimu (ajarilah) juga
diriwayatkan al-Dārimī (Darimi, 2000), Ibn Khuzaymah (Khuzaymah, 2000), al-
Tahāwī (Tahawi, 1994), al-Tabarī (Tabari, 1994), al-Hākim (Hakim, 1990), dan
al-Bayhaqī (Bayhaqi, 1991). Hadith riwayat al-Tirmidzi dengan redaksi ‘allimū

(ajarilah) adalah:

‫ ْ َشبن ع‬، ‫ واضربواه علیھا ألر سنین‬،‫وا الصبي الصالة لسبع سنیُعلمن‬

“Ajarkan Shalat pada anak jika berusia tujuh tahun dan pukullah jika
meninggalkan shalat bila berusia sepuluh tahun”.

Konteks Hadith adalah untuk anak-anak yang belum mencapai masa baligh.
al-San‘ānī menyatakan bahwa perintah memukul anak pada usia sepuluh tahun
jika ia meninggalkan shalat menunjukkan bahwa anak usia sepuluh tahun sudah
dibebani shalat. Hal senada disampaikan al-Khattābī, teks Hadith “jika telah
sampai sepuluh tahun, maka pukullah ia” menunjukkan semakin tegasnya
sanksi jika meninggalkan shalat dengan memaparkan hukum orang yang

11
meninggalkan shalat secara sengaja (tārik al-shalāh)(Kattabi, 1932). Berbeda
dengan Ibn Rajab al-Hanbalī, menurutnya shalat belum wajib bagi anak yang
belum baligh. Namun menjadi keharusan bagi orang tua memerintahkan anak
mengerjakan shalat setelah menginjak usia tujuh tahun dan memukulnya jika
meninggalkan shalat pada usia 10 tahun ke atas (Hanbali, 1996). Badr al-Din
al-‘Aynī dan Ibn Hajar al-‘Asqalānī menyatakan bahwa kata perintah tidak
menunjukkan kewajiban shalat bagi anak, melainkan hanya sekadar
pembelajaran (irshād) dan pendidikan (ta’dīb) yang dibebankan kepada orang tua.
Sebab, anak yang dibicarakan di sini belum mencapai baligh, jadi ia bukan
mukallaf (Aini, 1999). Menurut al-Abadī, usia tujuh tahun dipilih secara
eksplisit sebagai permulaan pengajaran dan pendidikan shalat anak, sebab
anak telah dapat membedakan yang baik dan yang buruk (tamyīz). Sedangkan
usia sepuluh tahun dipilih secara eksplisit sebagai permulaan penerapan pukulan
sebab anak sudah sejengkal lagi menuju masa baligh. Semua hanyalah
pembelajaran dan pendidikan shalat bagi anak (Abadi, 1415). Qawām al-Sunnah
menganggap pendidikan dan pengajaran shalat dengan disertai pukulan sebelum
usia baligh merupakan proses pembiasaan supaya tidak berat mengerjakan shalat
di usia baligh (Qawam, 1993). Menurut Ibn ‘Allān, al-‘Irāqī, dan al-Mala ‘Alī al-
Qārī, perintah shalat kepada anak usia tujuh tahun dan perintah memukulnya pada
usia sepuluh tahun jika meninggalkan shalat adalah sekadar latihan dan
pembiasaan agar anak tidak akan meninggalkan shalat ketika telah dewasa nanti
(Iraqi, 2002), sebagaimana riwayat Ibn Abbas: Bangunkanlah anakmu (ajaklah
anakmu) untuk shalat walau hanya satu kali sujud. Dan riwayat Abdullah bin
Abbas: Perhatikanlah anak-anak kalian dalam masalah shalat, lalu biasakanlah
dengan kebaikan, karena sesungguhnya kebaikan itu dengan pembiasaan
(Bayhaqi, 2003). Menurut ‘Abd al-Rahmān al-Mubarakfūrī, makna kata ‘allimū
al-shalāh adalah pembelajaran tata cara shalat, baik syarat maupun rukunnya
kepada anak. Sedangkan makna kata al-darb adalah pukulan yang tidak
menyakitkan, apalagi mencederai. Pukulan jangan dialamatkan ke wajah (Furi,
nd) sebagaimana Hadith Rasul: “Apabila salah seorang di antara kalian
memukul, hendaknya menghindari wajah” (Bukhari, 2005). Salih al-‘Uthaymin
menjelaskan maksud pukulan adalah pukulan biasa yang menghasilkan

12
pendidikan tanpa disisipi unsur menyakiti sebagaimana Rasul memerintahkan
memukul anak semata-mata demi mendidik mereka, dan bukan untuk menyakiti
(SAlih, 1426). Menurut Ibn Qayyim, pukulan untuk mendidik anak secara
kuantitas tidak boleh lebih dari sepuluh kali. Ibn Qayyim menganalogkan
dengan pukulan seorang suami terhadap isteri, seorang tuan kepada budak,
ataupun seorang majikan kepada pegawai Jauziyah (2009). Akan tetapi
sebagaian ulama menolaknya, karena memiliki spirit yang berbeda. Hukuman
dalam Islam ditujukan untuk pelaku tindak kriminal, sementara anak dalam
Hadith ini jelas bukan pelaku kriminal. Yusuf al-Qardhawi mengemukakan teori
bahwa dalam memahami Hadith Nabi, seseorang harus membedakan antara tujuan
yang tetap dan sarana yang berubah-ubah. Pesan teks hadis sebenarnya memiliki
maksud dan tujuan tertentu. Maksud dan tujuan sifatnya tetap, tidak berubah
hingga kapanpun, karena itulah tujuan hakiki shareat. Sedangkan sarana dan
prasarana bisa saja berubah sesuai perkembangan zaman. Konsep al-Qaradawi
yang membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan tujuan pokok Hadith
harus diidentifikasi bahwa tujuan pokok dalam Hadith tidak lain adalah
pendidikan secara tegas. Sedangkan sarana untuk mencapai pendidikan secara
tegas merupakan praktik relevan pada waktu itu. Dengan demikian, pemukulan
hanya sekadar sarana yang relevansinya dapat berubah-ubah seiring dengan
perkembangan zaman (Qardawi, 2006). Jika tujuan pokok pendidikan secara
tegas dapat dicapai dengan sarana yang relevan dan mendidik selain pukulan pada
masa kini, maka menerapkan hukuman selain pukulan, seperti hukuman tidak
diberi uang jajan, membersihkan rumah, atau apapun dan bagaimanapun yang
dapat membuat si anak jera meninggalkan shalat dengan memperhatikan
indikator yang ada dari Hadith itu sendiri maupun dari Hadith lain. Terlepas dari
beragam perspektif di atas, para ulama sepakat terhadap pesan moral Hadith
bahwa tujuan utamanya adalah pembiasaan anak terhadap pelaksanaan ibadah
shalat 5 waktu yang secara eksplisit diutarakan Qawām al-Sunnah, al-‘Irāqī, al-
Mala ‘Alī al-Qari, Ibn ‘Allan, dan lainnya. Praktik ibadah shalat 5 waktu
diharapkan dapat mendarah daging dalam diri sejak usia dini. Usia tujuh tahun
sebagai permulaan perintah shalat anak dan sepuluh tahun sebagai permulaan
penerapan pukulan terhadap anak yang enggan melaksanakan shalat. Usia

13
tujuh tahun dinyatakan Rasul secara eksplisit bukan untuk membatasi usia
permulaan pendidikan ibadah anak, akan tetapi dipilih sebagai permulaan
pendidikan ibadah. Masa itu merupakan usia strategis untuk menyediakan
pengetahuan kognitif tentang ibadah kepada anak. Oleh karena itu, redaksi murū
(perintahlah) dan redaksi ‘allimū (belajarilah) merujuk pada pengajaran orang
tua tentang tata cara shalat secara teknis berdasarkan kapasitas intelektual anak.
Redaksi murū (perintahlah) jika dikaitkan dengan redaksi ‘allimū (belajarilah)
tidak hanya memerintah anak mengerjakan shalat, melainkan harus mengajarkan
shalat kepadanya dahulu sebelum memerintahkannya

14
2.2 Kajian Terdahulu
Penelitian Evany Victoriana

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Evany Victoriana dengan mengambil


judul “Peran Orang Tua dalam Pengembangan Kepribadian Anak di Era
Globalisasi”.

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah Peran Orangtua dalam
Pengembangan Kepribadian Anak

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengembangan anak di era
globalisasi.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode diskriptif. Kesimpulan peelitian


Evany Victoriana adalah:

• Orang tua sangat berperan dalam pengembangan kepribadian anak di era


globalisasi.

• Tipe authoritative sering dianggap sebagai tipe yang paling ideal dalam
pengasuhan terhadap anak

• Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengasuhan orangtua


adalah: pertama, kedua orangtua idealnya kompak menggunakan gaya
pendisiplinan anak yang sama. Ke-dua, orangtua perlu memahami efektivitas
orangtua sebagai agen sosialisasi

15
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode penelitian
Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan secara garis besar dapat dibagi menjadi data primer,
yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh peneliti dari sumber
pertama, dan data sekunder, yaitu datayang dikumpulkan, diolah, dan disajikan
oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal. Data yang
dikumpulkan sebaiknya disebutkan secara terperinci dari masing-masing data
tersebut dan disebutkan juga sumber datanya.

2.2 Pengertian lembaga keluarga


Keberhasilan atau kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat kita
pahami dari realitas atau kenyataan sosial yang terjadi. Kenyataan itu
merupakan wujud dan hasil dari tindakan sosial individu-individu (unsur)
keluarga. Pemahaman lebih lanjut dari tindakan sosial tersebut bisa juga
ditelusuri maknanya dari hal-hal atau segala sesuatu dibalik tindakan. Hal-hal
tersebut berupa nilai sosial, kepercayaan, sikap, dan tujuan, yang
semuanya itu menjadi penuntun tindakan seorang individu atas nama
dirinya sendiri maupun keluarga dalam mewujudkan cita-cita atau sebaliknya
gagal mencapai yang diinginkan. Seluruh pemikiran mengenai studi
kemasyarakatan dan keluarga yang berkembang di Eropa telah meletakkan
dasar bagi perkembangan pemikiranselanjutnya. Jasa besar para pemikir
tersebut mendorong tumbuh dan berkembangnya pemikiran sosiologis serta
mengkondisikan lahirnya berbagai pendekatan baru dalam mempelajari
masyarakat dan keluarga; hal ini memiliki arti penting bagi perkembangan
studi Sosiologi dan Sosiologi Keluarga ke depan. Pemikiran-pemikiran
tersebut juga mengantar dan mengenalkan kita dalam mempelajari
masyarakat dan keluarga. Kita mendapatkan substansi pokok dan arah
tentang apa, ke arah mana dan mengapa mempelajari sosiologi keluarga.
Namun, ada baiknya kita teruskan pembelajaran ini dengan memahami
terlebih dulu tentang pengertian keluarga, sebelum berlanjut pada

16
Sosiologi Keluarga. Pengertian mengenai keluarga memiliki padanan
istilah dan kata yang artinya sama atau hampir sama dan bahkan berbeda.
Mari kita coba perhatikan pengertian mengenai keluarga berikut ini. Lembaga
keluarga adalah lembaga yang bersifat universal yang artinya seluruh dunia
mengenal akan lembaga tersebut. Dalam kajian sosiologi, keluarga merupakan
salah satu bentuk masyarakat dalam kesatuan sosial yang terkecil yang
berfungsi untuk melangsungkan eksistensi kemasyarakatan melalui fungssi
reproduksi dan sosial lembaga. Lembaga tidak terlepas dari masa lasing yang
diatur melalui perkawinan pemeliharaan anak, kekerabatan pemenuhan
kebutuhan pokok pencapaian tujuan dan pembinaan masalah kewargaan.
Kelangsungan hidup dalam keluarga akan tergantung dari partisipasi seluruh
anggota keluarga untuk membinanya. Ayah berfungsi sebagai keapala keluarga
yang berperan sebagai pemimpin dalam aktivitas keluarga. Ibu sebagai
pengayong membina anak-anak dan sebagai tempat bertukar pikiran di antara
keluarga. Begitu pula dengan anggota yang lain anak dan kerabat menjadi satu
unit keluarga, memiliki kewajiban untuk iikut menjaga keluarga dan juga
kelangsungan keluarga. Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, (2010 :
227) Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau
pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia,
keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universaldan menjadi pusat
terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. Menurut Horton dan
Hunt dalam Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, (2010 : 227) berpendapat
bahwa: Istilah keluarga umumnya digunakan untuk menunjuk beberapa
pengertian (1) suatu kelompok yang memeiliki nenek moyang yang sama; (2)
suatu kelompok kekerabatan yang disatuka oleh darah dan perkawinan; (3)
pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak; (4) pasangan nikah yang
mempunyai anak; dan (5) satu orang entah duda atau janda dengan beberapa
anak. Menurut Robert M.Z. Lawang dalam Dwi Narwoko dan Bagong
Suyanto, (2010: 228) keluarga memiliki empat karakteristik, yaitu

a) Terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan.


b) Anggota keluarga hidup Bersama dalam satu rumah dan membentuk
rumah tangga.

17
c) Merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan berkomunikasi.
d) Melaksanakan dan mempertahankan kebudayaan yang sama. Dari definisi
teori tentang keluarga di atas dapat disimpulkan pengertian lembaga keluarga
adalah sebagai tempat yang paling inti atau dasar untuk semua individu
dalam memperoleh perhatian, perlindungan, pembelajaran, dan juga
pembinaan
Istilah keluarga diartikan berbeda-beda tergantng teori yang
digunakan. Secara tradisional definisi keluarga menurut Burges dkk
(1963) yaitu:
1. Di dalam keluarga terdapat orang-orang yang didasari ikatan
darah, perkawinan dan adopsi;
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah, jika
hidup terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka;
3. Anggota keluarga saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam
peran sosial keluarga;
4. Keluarga menggunakan kultur yang sama.
Sedangkan arti keluarga menurut WHO (1969) yaitu sekumpulan
anggota keluarga yang berhubungan pertalian darah, perkawinan,
adopsi. Menurut Duvall (1976) keluarga disebut juga sekumpulan
orang yang berhubungan, seperti hubungan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang tujuannya menciptakan dan mempertahankan budaya
umum, sosial dan emosional anggota, meningkatkan perkembangan
mental dan fisik.

2.3 Ciri-ciri lembaga keluarga


1. Suatu kelompok sosial yang terdiri dari berbagai usia dan jenis kelamin.
2. Minimal 2 orang dari mereka memiliki hubungan sebagai suami dan istri
yang diakui oleh masyarakat dan mempunyai anggota keluarga melalui
suatu pernikahan yang sah.
3. Mempunyai seperangkat aturan sosial tertentu yang diakui dan dijalankan
bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga.

18
4. Mempunyai fungsi pokok, diantaranya fungsi reproduksi, ekonomi,
sosialisasi dan perlindungan
5. Menempati tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu.

2.4 Fungsi lembaga keluarga


Paul Colomy (2005) dalam Kitchen (2016) mendefinisikan lima komponen utama
dari teori-teori fungsional. Pertama, masyarakat dipandang sebagai jaringan dan
praktik yang lain berakar dalam upaya untuk memecahkan masalah institusional
tertentu, yang pada intinya lembaga merupakan suatu keberadaan yang dapat
memecahkan masalah. Dimana masyarakat modern di identifikasikan oleh
lembaga khusus mengenai masalah-masalah tertentu sebagai masalah pramodern
yang terdiri dari lembaga multifungsi. Kedua, ada beberapa cara bahwa masalah
yang sama dapat diselesaikan, dan pada kahirnya perbedaan telah
menetapkan

berbagai cara yang berbeda melalui fungsi yang sama. Ketiga, dimana
lembaga-lembaga yang saling berhubungan menciptakan orang lain baru
dalam masalah-masalah tertentu karena lembaga baru, atau perubahan ke
institusi yang ada dan mengganggu yang lainnya.

Sehingga dengan demikian fungsi lembaga dapat diklasifikasikan menjadi dua


baris, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten serta fungsi positif dan negatif.
Dimana fungsi manifest adalah fungsi yang jelas apa yang dimaksudkan, dan
dipahami dengan jelas. Fungsi laten adalah fungsi halus, yang tersembunyi atau
tidak diinginkan. Sedangkan fungsi positif adalah fungsi yang memungkinkan
stabilitas terus memerus. Dan fungsi negatif adalah menyebabkan kekacauan,
dan menghambat pengoprasian lembaga lain dalam jaringan. Sehinggga
keempat komponen berasal dari pengakuan bahwa karakteristik institusi-institusi
di masyarakat modern memberi integrasi sosial

Bierstadt dalam Ahmadi (2004:109) mengemukakan, fungsi keluarga itu adalah


sebagai berikut:

a) Menggatikan keluarga;

b) Mengatur dan menguasai implus-implus sexual;

19
c) Bersifat membantu;

d) Menggerakkan nilai-nilai kebudayaan;

e) Menunjukkan status.

1. Fungi ekonomis: keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri, yang dari
situ anggota keluarga mengkonsumsi barang- barang yang diproduksinya.

2. Fungsi sosial: keluarga memberikan prestise dan status terhadap anggota nya

3. Fungsi edukatif: keluarga memberikan pendidikan terhadap anggota nya.

4. Fungsi protektif: keluarga melindungi anggotanya dari ancaman fisik,


ekonomis dan psikososial

5. Fungsi religius: keluarga memberikan pengalaman kepada anggota


keluarganya.

6. Fungsi rekreatif: keluarga merupakan pusat rekreasi bagi anggota


keluarganya.
7. Fungsi afektif: keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan
keturunan.

2.5 Peran Lembaga keluarga


Keluarga merupakan lingkungan orang yang memiliki ikatan darah dan
memiliki hubungan yang erat antar anggotanya. Lembaga keluarga adalah
kelompok manusia yang pertama kali mengajarkan kehidupan di dunia. Dalam
sebuah keluarga setiap anggota memiliki peran dan tanggung jawabnya masing
masing. Sebagai pemilik kekuasaan tertinggi berada pada ayah yang menjadi
seorang pemimpin keluarga dan pencari nafkah untuk menghidupi semua
anggotanya, ibu memiliki peran dan tanggung jawab untuk melahirkan keturunan,
serta merawat dan menyejahterakan anggota keluarganya, seorang anak pada
sebuah keluarga menjadi generasi penerus keluarga. Setiap Lembaga keluarga
menjadi wadah untuk membina, membimbing, mengarahkan anggota keluarganya
untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya dimana
pun ia berada, serta membentuk tingkah laku, etika, dan moral yang baik pada
setiap anggotanya. Peran lain sebuah keluarga yaitu :

20
1. Keluarga berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi
anggotanya, ketrentaman, keharmonisan dan keamanan menjadi landasan
pokok sebuah keluarga
2. Keluarga berperan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup semua
anggoatanya
3. Keluarga berperan memberikan binaan, bimbingan, dampingan, pelajaran
pertama kali kepada setiap anggotanya
4. Keluarga berperan sebagai tempat proses sosialisasi awal anggotanya,
proses dimana anggotanya mempelajari dan mematuhi norma dan kaidah
yang berlaku dalam masyarakat luas

2.6 Studi Kasus Lembaga keluarga


Keluarga adalah sekumpulan manusia yang memiliki ikatan darah dan
hubungan yang erat di setiap anggotanya yang terikat dan diakui dalam hukum
negara. Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling erat diantara kelompok
sosial lainnya, karena keluarga adalah orang yang membesarkan dan merawat
anggotanya dari seorang bayi hingga bisa mempunyai hubungan keluarga dengan
orang lian. Sebagai keluarga idealnya setiap anggotanya saling mendukung satu
sama lain, saling menerima dan memperbaiki satu sama lain, saling menjaga
kehormatan satu sama lain. Namun didalam sebuah kelompok sosial yang
dinamanya terdapat banyaknya manusia satu dengan manusia lainya, yang
memiliki akala pikiran dan perasaan yang berbeda-beda disetiap anggotanya maka
tidak akan luput dari permasalahan didalam sebuah keluarga yang dimana
biasanya diawali dari kesalahpaham antar anggotanya dan juga permasalah ego
masing-masing anggotanya. Hal tersebut merupakan dasar permasalah manusia
sebagai makhluk sosial. Di jaman era globalisasi ini semakin banyak dan semakin
luasnya hal yang mudah dijangkau. Semakin bervariasi kegiatan manusia.
Sehingga manusia kadang lupa dengan anggota keluarganya yang harusnya selalu
menjadi prioritas dalam hidup seseorang. Seperti terkadang orang tua yang lupa
akan anaknya yang masih dalam masa pertembuhan dan perkembangan yang
masih sangat membutuhkan kasih sayangnya. Orang tua sibuk dengan dunianya
masing-masing yang semakin luas dan mudah terjangkau karena efek era
globalisasi. Mereka lupa akan anak-anaknya yang masih butuh bimbingan,

21
didikan, nasihat dari orang terdekatnya yaitu keluarganya. Hal ini akan membuat
sang anak mengalami proses sosialisasi yang tidak sempurna karena tidak ada
didikan dari orang terdekatnya yaitu keluarganya sendiri. Anak yang seperti ini
akan rawan mengukuti pergaulan bebas karena kurangnya kasih saying, dia akan
mencari orang lain bahkan jauh dari pengetahuan keluarganya demi mendapatkan
sebuah kasih saying, mereka juga rawan melakukan penyimpangan sosial yan
melanggar hukum demi mendapatkan perhatian orang tuanyanya. Orang tua
jaman era globalisasi ini akan menyelesaikannya denga membayar uang sogokan
demi mempercepat penyelesaian anaknya. Hal ini membuat sang anak tidak
belajar dari sebuah kesalahan yang telah dilakukan dan anak cenderung
melakukannya lagi. Sedagkan orang tua hanya mau menuntut anaknya untuk
selalu menjadi apa yang mereka inginkan. Tidak memikirkan kegemaran,
keinginan, dan cita-cita sang anak. Menurut mereka, merekalah orang yang lebih
tua yang memiliki lebih banyak pengalaman jadi tahu apa yang terbaik untuk
anaknya kelak. Hal ini dapat membuat lebih banyak lagi permasalahan dalam
keluarga sepertinya kaburnya anak dari rumah, anak-anak tidak memiliki motivasi
hidupnya, hilangnya rasa percaya diri pada anak, anak menjadi semakin tertutup
kepada keluarganya sendiri. Maka dari itu sebagai orang tua hendaklah kita
membimbing anak-anak kita dengan baik, menemani di setiap masa tumbuh
kembangnya, mencintai mereka dengan tulus dengan cara mendukung setiap hal
positif yang anak impikan dan inginkan. Karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk bebas yang tidak suka di atur dan di kekang, sehingga
sebagai orang tua yang bijak kita patut selalu mendukung anak kita disetiap
pilihan, keinginan, kegemaran dan cita-cita mereka, menghargai apa yang mereka
suka dan menghargai pendapat mereka. Dengan begini akan terciptanya selalu
keharmonisan, ketentraman, keamanan disebuah kelurga, yang mana akan
menjadi contoh anaknya kelak untuk membangun sebuah keluarganya sendiri.

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Analisa
1. Keakuratan
Makalah yang berjudul Hilangnya Peran Orang Tuan Dalam Lembaga
Keluarga memberkan fakta ecara akurat, dan membahas permasalahan
secara lengkap dan tuntas lewat keterangan-keterangannya.makalah ini
juga sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan permasalahan mengenai
topik pembahasan dengan baik

” Keluarga adalah sekumpulan manusia yang memiliki ikatan darah dan hubungan
yang erat di setiap anggotanya yang terikat dan diakui dalam hukum negara.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling erat diantara kelompok sosial
lainnya, karena keluarga adalah orang yang membesarkan dan merawat
anggotanya dari seorang bayi hingga bisa mempunyai hubungan keluarga dengan
orang lian. Sebagai keluarga idealnya setiap anggotanya saling mendukung satu
sama lain, saling menerima dan memperbaiki satu sama lain, saling menjaga
kehormatan satu sama lain. Namun didalam sebuah kelompok sosial yang
dinamanya terdapat banyaknya manusia satu dengan manusia lainya, yang
memiliki akala pikiran dan perasaan yang berbeda-beda disetiap anggotanya maka
tidak akan luput dari permasalahan didalam sebuah keluarga yang dimana
biasanya diawali dari kesalahpaham antar anggotanya dan juga permasalah ego
masing-masing anggotanya. Hal tersebut merupakan dasar permasalah manusia
sebagai makhluk sosial. Di jaman era globalisasi ini semakin banyak dan semakin
luasnya hal yang mudah dijangkau. Semakin bervariasi kegiatan manusia.
Sehingga manusia kadang lupa dengan anggota keluarganya yang harusnya selalu
menjadi prioritas dalam hidup seseorang. Seperti terkadang orang tua yang lupa
akan anaknya yang masih dalam masa pertembuhan dan perkembangan yang
masih sangat membutuhkan kasih sayangnya. Orang tua sibuk dengan dunianya
masing-masing yang semakin luas dan mudah terjangkau karena efek era
globalisasi. Mereka lupa akan anak-anaknya yang masih butuh bimbingan,
didikan, nasihat dari orang terdekatnya yaitu keluarganya. Hal ini akan membuat

23
sang anak mengalami proses sosialisasi yang tidak sempurna karena tidak ada
didikan dari orang terdekatnya yaitu keluarganya sendiri. Anak yang seperti ini
akan rawan mengukuti pergaulan bebas karena kurangnya kasih saying, dia akan
mencari orang lain bahkan jauh dari pengetahuan keluarganya demi mendapatkan
sebuah kasih saying, mereka juga rawan melakukan penyimpangan sosial yan
melanggar hukum demi mendapatkan perhatian orang tuanyanya. Orang tua
jaman era globalisasi ini akan menyelesaikannya denga membayar uang sogokan
demi mempercepat penyelesaian anaknya. Hal ini membuat sang anak tidak
belajar dari sebuah kesalahan yang telah dilakukan dan anak cenderung
melakukannya lagi. Sedagkan orang tua hanya mau menuntut anaknya untuk
selalu menjadi apa yang mereka inginkan. Tidak memikirkan kegemaran,
keinginan, dan cita-cita sang anak. Menurut mereka, merekalah orang yang lebih
tua yang memiliki lebih banyak pengalaman jadi tahu apa yang terbaik untuk
anaknya kelak. Hal ini dapat membuat lebih banyak lagi permasalahan dalam
keluarga sepertinya kaburnya anak dari rumah, anak-anak tidak memiliki motivasi
hidupnya, hilangnya rasa percaya diri pada anak, anak menjadi semakin tertutup
kepada keluarganya sendiri. Maka dari itu sebagai orang tua hendaklah kita
membimbing anak-anak kita dengan baik, menemani di setiap masa tumbuh
kembangnya, mencintai mereka dengan tulus dengan cara mendukung setiap hal
positif yang anak impikan dan inginkan. Karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk bebas yang tidak suka di atur dan di kekang, sehingga
sebagai orang tua yang bijak kita patut selalu mendukung anak kita disetiap
pilihan, keinginan, kegemaran dan cita-cita mereka, menghargai apa yang mereka
suka dan menghargai pendapat mereka. Dengan begini akan terciptanya selalu
keharmonisan, ketentraman, keamanan disebuah kelurga, yang mana akan
menjadi contoh anaknya kelak untuk membangun sebuah keluarganya sendiri.’

2. Sumber
Makalah ini menggunakan sumber informasi beragam. Namun ada
beberapa fakta dn gagasan yang bukan merupakan karya penulis. Makalah
ini sudah terdapat kutipan langsung digunakan dalam paragraph biasa
untuk memberikan gagasan pembaca.

24
“Keberhasilan atau kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat kita
pahami dari realitas atau kenyataan sosial yang terjadi. Kenyataan itu
merupakan wujud dan hasil dari tindakan sosial individu-individu (unsur)
keluarga. Pemahaman lebih lanjut dari tindakan sosial tersebut bisa juga
ditelusuri maknanya dari hal-hal atau segala sesuatu dibalik tindakan. Hal-hal
tersebut berupa nilai sosial, kepercayaan, sikap, dan tujuan, yang
semuanya itu menjadi penuntun tindakan seorang individu atas nama
dirinya sendiri maupun keluarga dalam mewujudkan cita-cita atau sebaliknya
gagal mencapai yang diinginkan. Seluruh pemikiran mengenai studi
kemasyarakatan dan keluarga yang berkembang di Eropa telah meletakkan
dasar bagi perkembangan pemikiranselanjutnya. Jasa besar para pemikir
tersebut mendorong tumbuh dan berkembangnya pemikiran sosiologis serta
mengkondisikan lahirnya berbagai pendekatan baru dalam mempelajari
masyarakat dan keluarga; hal ini memiliki arti penting bagi perkembangan
studi Sosiologi dan Sosiologi Keluarga ke depan. Pemikiran-pemikiran
tersebut juga mengantar dan mengenalkan kita dalam mempelajari
masyarakat dan keluarga. Kita mendapatkan substansi pokok dan arah
tentang apa, ke arah mana dan mengapa mempelajari sosiologi keluarga.
Namun, ada baiknya kita teruskan pembelajaran ini dengan memahami
terlebih dulu tentang pengertian keluarga, sebelum berlanjut pada
Sosiologi Keluarga. Pengertian mengenai keluarga memiliki padanan
istilah dan kata yang artinya sama atau hampir sama dan bahkan berbeda.
Mari kita coba perhatikan pengertian mengenai keluarga berikut ini. Lembaga
keluarga adalah lembaga yang bersifat universal yang artinya seluruh dunia
mengenal akan lembaga tersebut. Dalam kajian sosiologi, keluarga merupakan
salah satu bentuk masyarakat dalam kesatuan sosial yang terkecil yang
berfungsi untuk melangsungkan eksistensi kemasyarakatan melalui fungssi
reproduksi dan sosial lembaga. Lembaga tidak terlepas dari masa lasing yang
diatur melalui perkawinan pemeliharaan anak, kekerabatan pemenuhan
kebutuhan pokok pencapaian tujuan dan pembinaan masalah kewargaan.
Kelangsungan hidup dalam keluarga akan tergantung dari partisipasi seluruh
anggota keluarga untuk membinanya. Ayah berfungsi sebagai keapala keluarga

25
yang berperan sebagai pemimpin dalam aktivitas keluarga. Ibu sebagai
pengayong membina anak-anak dan sebagai tempat bertukar pikiran di antara
keluarga. Begitu pula dengan anggota yang lain anak dan kerabat menjadi satu
unit keluarga, memiliki kewajiban untuk iikut menjaga keluarga dan juga
kelangsungan keluarga. Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, (2010 :
227) Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau
pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia,
keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universaldan menjadi pusat
terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. Menurut Horton dan
Hunt dalam Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, (2010 : 227) berpendapat
bahwa: Istilah keluarga umumnya digunakan untuk menunjuk beberapa
pengertian (1) suatu kelompok yang memeiliki nenek moyang yang sama; (2)
suatu kelompok kekerabatan yang disatuka oleh darah dan perkawinan; (3)
pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak; (4) pasangan nikah yang
mempunyai anak; dan (5) satu orang entah duda atau janda dengan beberapa
anak. Menurut Robert M.Z. Lawang dalam Dwi Narwoko dan Bagong
Suyanto, (2010: 228) keluarga memiliki empat karakteristik, yaitu

a) Terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan.


b) Anggota keluarga hidup Bersama dalam satu rumah dan membentuk
rumah tangga.
c) Merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan berkomunikasi.
d) Melaksanakan dan mempertahankan kebudayaan yang sama. Dari definisi
teori tentang keluarga di atas dapat disimpulkan pengertian lembaga keluarga
adalah sebagai tempat yang paling inti atau dasar untuk semua individu
dalam memperoleh perhatian, perlindungan, pembelajaran, dan juga
pembinaan
Istilah keluarga diartikan berbeda-beda tergantng teori yang
digunakan. Secara tradisional definisi keluarga menurut Burges dkk
(1963) yaitu:
1. Di dalam keluarga terdapat orang-orang yang didasari ikatan
darah, perkawinan dan adopsi;
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah, jika

26
hidup terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka;
3. Anggota keluarga saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam
peran sosial keluarga;
4. Keluarga menggunakan kultur yang sama.
Sedangkan arti keluarga menurut WHO (1969) yaitu sekumpulan
anggota keluarga yang berhubungan pertalian darah, perkawinan,
adopsi. Menurut Duvall (1976) keluarga disebut juga sekumpulan
orang yang berhubungan, seperti hubungan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang tujuannya menciptakan dan mempertahankan budaya
umum, sosial dan emosional anggota, meningkatkan perkembangan
mental dan fisik.”
3. Seimbang
Makalah ini membahas fakta, gagasan, dan sudut pandang yang
dibicarakan secara objektif dan seimbang, dengan memperhatkan kekuatan
dan kelemahan masaing-masing
“Keluarga adalah sekumpulan manusia yang memiliki ikatan darah dan
hubungan yang erat di setiap anggotanya yang terikat dan diakui dalam
hukum negara. Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling erat
diantara kelompok sosial lainnya, karena keluarga adalah orang yang
membesarkan dan merawat anggotanya dari seorang bayi hingga bisa
mempunyai hubungan keluarga dengan orang lian. Sebagai keluarga
idealnya setiap anggotanya saling mendukung satu sama lain, saling
menerima dan memperbaiki satu sama lain, saling menjaga kehormatan
satu sama lain. Namun didalam sebuah kelompok sosial yang dinamanya
terdapat banyaknya manusia satu dengan manusia lainya, yang memiliki
akala pikiran dan perasaan yang berbeda-beda disetiap anggotanya maka
tidak akan luput dari permasalahan didalam sebuah keluarga yang dimana
biasanya diawali dari kesalahpaham antar anggotanya dan juga permasalah
ego masing-masing anggotanya. Hal tersebut merupakan dasar permasalah
manusia sebagai makhluk sosial. Di jaman era globalisasi ini semakin
banyak dan semakin luasnya hal yang mudah dijangkau. Semakin

27
bervariasi kegiatan manusia. Sehingga manusia kadang lupa dengan
anggota keluarganya yang harusnya selalu menjadi prioritas dalam hidup
seseorang. Seperti terkadang orang tua yang lupa akan anaknya yang
masih dalam masa pertembuhan dan perkembangan yang masih sangat
membutuhkan kasih sayangnya. Orang tua sibuk dengan dunianya masing-
masing yang semakin luas dan mudah terjangkau karena efek era
globalisasi. Mereka lupa akan anak-anaknya yang masih butuh bimbingan,
didikan, nasihat dari orang terdekatnya yaitu keluarganya. Hal ini akan
membuat sang anak mengalami proses sosialisasi yang tidak sempurna
karena tidak ada didikan dari orang terdekatnya yaitu keluarganya sendiri.
Anak yang seperti ini akan rawan mengukuti pergaulan bebas karena
kurangnya kasih saying, dia akan mencari orang lain bahkan jauh dari
pengetahuan keluarganya demi mendapatkan sebuah kasih saying, mereka
juga rawan melakukan penyimpangan sosial yan melanggar hukum demi
mendapatkan perhatian orang tuanyanya. Orang tua jaman era globalisasi
ini akan menyelesaikannya denga membayar uang sogokan demi
mempercepat penyelesaian anaknya. Hal ini membuat sang anak tidak
belajar dari sebuah kesalahan yang telah dilakukan dan anak cenderung
melakukannya lagi. Sedagkan orang tua hanya mau menuntut anaknya
untuk selalu menjadi apa yang mereka inginkan. Tidak memikirkan
kegemaran, keinginan, dan cita-cita sang anak. Menurut mereka,
merekalah orang yang lebih tua yang memiliki lebih banyak pengalaman
jadi tahu apa yang terbaik untuk anaknya kelak. Hal ini dapat membuat
lebih banyak lagi permasalahan dalam keluarga sepertinya kaburnya anak
dari rumah, anak-anak tidak memiliki motivasi hidupnya, hilangnya rasa
percaya diri pada anak, anak menjadi semakin tertutup kepada keluarganya
sendiri. Maka dari itu sebagai orang tua hendaklah kita membimbing anak-
anak kita dengan baik, menemani di setiap masa tumbuh kembangnya,
mencintai mereka dengan tulus dengan cara mendukung setiap hal positif
yang anak impikan dan inginkan. Karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk bebas yang tidak suka di atur dan di kekang, sehingga
sebagai orang tua yang bijak kita patut selalu mendukung anak kita

28
disetiap pilihan, keinginan, kegemaran dan cita-cita mereka, menghargai
apa yang mereka suka dan menghargai pendapat mereka. Dengan begini
akan terciptanya selalu keharmonisan, ketentraman, keamanan disebuah
kelurga, yang mana akan menjadi contoh anaknya kelak untuk
membangun sebuah keluarganya sendiri.’
4. Kreatif
Makalah ini tidak sekedar menyajikan fakta belaka, tetapi tidak berarti
bahwa informasi yan disajikan tidak berdasarkan fakta. Dalam makalah
ini, pembahasan sudah cukup rinci dengan dijelaskan mengenai
Ciri-ciri Lembaga keluarga
1. Suatu kelompok sosial yang terdiri dari berbagai usia dan jenis
kelamin.
2. Minimal 2 orang dari mereka memiliki hubungan sebagai suami dan
istri yang diakui oleh masyarakat dan mempunyai anggota keluarga
melalui suatu pernikahan yang sah.
3. Mempunyai seperangkat aturan sosial tertentu yang diakui dan
dijalankan bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga.
4. Mempunyai fungsi pokok, diantaranya fungsi reproduksi, ekonomi,
sosialisasi dan perlindungan
5. Menempati tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi Lembaga keluarga
1. Menggatikan keluarga;
2. Mengatur dan menguasai implus-implus sexual;
3. Bersifat membantu;
4. Menggerakkan nilai-nilai kebudayaan;
5. Menunjukkan status.
Penjelasan- penjelasan sudah cukup variatif
5. Secara teknis
Secara teknis pada penulisan akalah ini dilihat darikesalaha gaya Bahasa,
tata Bahasa, tanda baca, penggunaan kata secara keseluruhan tidak ada
kesalahan yan berarti. Tetapi ada beberapa ada kesalahan tanda baca dan
kesalahan penulisan atau ejaan.

29
6. Tatanan baik
Makalah ini memiliki tujuan yang jelas yaitu mengetahui permasalahan
keluarga di era globalisasi ini. Dalam makalah ini, materinya ditata dengan
urut dan jelas, dengan kata-kata yang baik dan mudah dimengerti antar
bagiannya

3.2 Kesimpulan
Dari analisis diatas, dapat kami simpulkan beberapa hal, antara lain:

1. Keluarga merupakan lembaga yang memiliki ikatan darah dan memiliki


hubungan yang erat antara anggotanya.
2. Lembaga keluarga memiliki sistem interaksi tersendiri yang membuat
keluarga sebagai wadah untuk membina, membimbing dan mengarahkan
anggotanya.
3. Masalah keluarga, seperti kelalaian orang tua terhadap anaknya. Dimana
orang tua hanya mementingkan reputasi di dunia luar namun lupa akan
tanggung jawab terhadap anaknya. Hal ini dapat membuat sang anak
mengalami proses sosialisasi yang tidak sempurna bahkan bisa sampai
melakukan penyimpangan sosial dan melanggar hukum hanya untuk
mendapatkan perhatian orang tuanya.

3.2 Saran
Di era globalisasi ini membuka pandangan dan aktiftas yang semakin luas.
Dari era globalisasi apapun bisa kita dapatkan dan kita lakukan dengan mudah.
Sebagai manusia sudah selayaknya mengikuti perkembangan dan kemajuan
pengetahuan dan zaman. Namun era ini juga membuat banyak sekali perubahan-
perubahan dalam kehidupan manusia, dari perubahan postif ataupun perubaha
negatif. Perubahan-perubahan yang ditimbulkan era globalisasi ini juga terjadi
pada sebuah keluarga.

Keluarga sangat penting bagi tiap individu dalam menghadapi perubahan


sosial budaya. Oleh karena itu keluarga seharusnya dapat menjadi pengontrol dan
pengawas bagi anggotanya. Terutama peranan orang tua dalam mendidik anaknya,

30
Oleh karena itu orang tua harus lebih memperhatikan anak-anaknya,
melihat potensi dan bakat anaknya, memberikan sarana dan prasarana untuk
mendukung proses perkembangannya, serta memotivasi mereka agar tetap
semangat dalam belajar. Sehingga dapat menciptakan generasi dengan moral yang
baik dan berwawasan tinggi.

Kami mengharapkan keluarga dapat menjalankan fungsi dan perannya


masing-masing sebagai bagian terkecil dalam masyarakat. Bukankah perubahan
itu dimulai dari hal yang terkecil ?

31
DAFTAR PUSTAKA
Suhaeni, Eny. 2020. Fungsi Keluarga, Masyarakat dan Pemerintah Dalam Proses
Pendidikan (Tinjauan Sosiologis). e Journals Directory Universitas Islam
Syekh-Yusuf : 14-31

Yunita, Agus, Saiful Usman, Hasbi Ali. 2016 Peran Keluarga Dalam Pembinaan
Budi Pekerti Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah. Volume 1, Nomor 1: 1-12

Prasetyo, D. T. (2017). Pengasuhan Orangtua Terhadap Kondisi Psikologis Anak


Yang Ditinggalkan Dalam Keluarga Migran : Sebuah Studi Literatur.
JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan), 4(02), 58–61.

32

Anda mungkin juga menyukai