Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SOSIOLOGI AGAMA HINDU TENTANG SOCIAL INSTITUTION (INSTITUSI SOSIAL) DI INDONESIA

MAKALAH SOSIOLOGI AGAMA HINDU

TENTANG

SOCIAL INSTITUTION (INSTITUSI SOSIAL) DI INDONESIA

OLEH

BUDI KUSUMA (2111015)

KEMENTERAN IAGAMA

INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG PENYANG PALANGKA RAYA

2022

KATA PENGANTAR

Om swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Whidi Wasa karena atas asung kerta wara
nugrahanyalah sehingga makalah yang berjudul “SOCIAL INSTITUTION (LEMBAGA SOCIAL) DI
INDONESIA” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak,maka dalam kesempatan ini
kami ingin mengngucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen yang telah memberikan
waktu kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman serta seluruh pihak yang telah banyak memberi
bantuan baik moril maupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan oleh beberapa
hal antara lain adalah keterbatasan pengetahuan penyusun sebagai manusia yang tidak luput dari
kesalahan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca.

Akhir kata kami ucapkan trima kasih dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Om santhi, santh, santhii Om

Mataram,23 mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..……………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...…………..iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1

Latar Belakang……………………………………..……………...……………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….……………………2

1. Pengertian Lembaga Sosial…………………………………………………………...2

2. Tipe- Tipe atau Jenis- Jjenis Lembaga Sosial……………………………………….2

3. Macam –Macam Lembaga Sosial…………………………………………………….4

4. Fungsi- Fungsi Lembaga Sosial………………………………………………………4

5. Faktor Pendorong Lembaga Sosial…………………………………………………..5

6. Hakekat Lembaga Sosial…….…………………………………………………...….13

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..……….….14

Kesimpulan………………..…………………………………………...………………..14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……………....15

BAB I

PENDAHULUAN
Latar belakang

Berawal dari pengalaman yang kami rasakan semasa saya menuntut pelajaran dari mulai menginjak SMA
jurusan IPS sampai saat seperti sekarang menjadi seorang mahasiswa Hindu kami selalu merasa heran
keberadaan lembaga social yang ada di Indonesia. Dari keheranan itu dan atas tugas yang diberikan oleh
bapak dosen sehingga saya ingin membuat makalah tentang lembaga sosial di Indonesia.

Lembaga sosial dalam kehidupan sehari – hari biasanya adalah badan ilmiah, ikatan sarjana, berbagai
bentuk organisasi yang mempunyai tujuan amal atau memelihara dan memperluas pengetahuan dsb.

Namun dalam sosiologi, lembaga / social institution yaitu suatu kompleks atau sistem peraturan –
peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai – nilai yang penting. Lembaga itu bertujuan
untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling
penting.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Lembaga Sosial

Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution, namun social institution
juga diterjemahkan sebagai pranata sosial. Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan
mengatur perilaku para anggota masyarakat. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial
merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. . Sedangkan menurut
Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan norma khusus yang menata serangkaian tindakan
yang berpola untuk keperluan khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Lembaga Sosial adalah
keseluruhan dari sistem norma yang terbentuk berdasarkan tujuan dan fungsi tertentu dalam
masyarakat.

Lembaga Sosial berbeda dengan asosiasi. lembaga sosial bukanlah kumpulan orang-orang atau
bangunan besar, melainkan kumpulan norma. sementara itu, realisasi dari norma yang dianut dalam
lembaga sosial tersebut terjadi dengan adanya asosiasi. Istilah lain yang digunakan adalah bangunan
sosial yang diambil dari bahasa Jerman sozi Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga
kemasyarakatan salah satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam
melakukan hubungan antar manusia saat mereka menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan
mendapatkan keteraturan hidup.

2. Tipe- Tipe atau Jenis- Jjenis Lembaga Sosial

Tipe-tipe Lembaga Sosial adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan perkembangannya dalam masyarakat

a. Crescive Institution : Tidak sengaja tumbuh dalam masyarakat melainkan karena adat istiadat
masyarakat tertentu. contohnya lembaga perkawinan.

b. Enacted Institution : Sengaja dibentuk dalam masyarakat. contohnya lembaga pendidikan.

2. Berdasarkan kepentingannya dalam masyarakat

a. Basic Institution : lembaga sosial yang penting keberadaannya dalam masyarakat. contohnya lembaga
pendidikan dan lembaga keluarga.

b. Subsidiary Institution : lembaga sosial yang tidak terlalu penting. contohnya rekreasi.

3. Berdasarkan penerimannya dalam masyarakat

a. Approved/ Sanctioned Institution : diterima masyarakat. contohnya lembaga pendidikan.

b. Unsanctioned Institution : tidak diterima masyarakat. contohnya pelacuran.

4. Berdasarkan popularitasnya

a. General Institution : dikenal dunia secara luas. contohnya lembaga agama.

b. Restricted Institution : dikenal hanya oleh kalangan tertentu saja. contohnya lembaga agama Islam,
Kristen, Hindu dll.

5. Berdasarkan tujuannya

a. Operative Institution : didirikan untuk tujuan tertentu. Contohnya lembaga sosialnya .

b. Regulative Institution : didirikan untuk mengawasi masyarakat. Contohnya lembaga sosialnya dan
kejaksaan.

3. Macam –Macam Lembaga Sosial

1. Lembaga Keluarga, berfungsi sebagai sarana sosialisasi primer, afeksi, reproduksi, ekonomi, proteksi
dan pemberian status.

2. Lembaga Pendidikan, berfungsi sebagai perantara pewarisan budaya masyarakat, mengajarkan


peranan sosial, dan mengembangkan hubungan sosial.
3. Lembaga Ekonomi, berfungsi sebagai pengatur produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa,
serta memberi pedoman menggunakan tenaga kerja.

4. Lembaga Politik, berfungsi sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban, serta melayani dan
melindungi masyarakat.

5. Lembaga Agama, berfungsi sebagai sumber pedoman hidup bagi masyarakat dan pengatur tata cara
hubungan manusia dengan sesama dan manusia dengan Tuhan.

4. Fungsi- Fungsi Lembaga Sosial

Fungsi lembaga ocial adalah untuk memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap
dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok, menjaga
keutuhan dari masyarakat, sebagai paduan masyarakat dalam mengawasi tingkah laku anggotanya.

1. Lembaga Sosial memiliki dua fungsi, yakni:

a. Fungsi Manifest : fungsi yang diharapkan oleh banyak orang akan dipenuhi oleh lembaga itu sendiri .
Misalnya lembaga keluarga harus mmelihara anak , lemabag ekonomi harus menghasilakn
mendistribusikan kebutuhan pokok dan mengaraahkan arus modal ketempat yang membutuhkan ,
lembaga pendidikan harus mendidik siswa-siswanya dan sebagainya.

b. Fungsi Laten : fungsi yang tidak diharapkan dari lembaga sosial tersebut, namun terjadi. Yang
merupakan dampak aatru akibat dari adanya fungsi manifest , seperti efek samping adri suatu
kebijakan , program, lemabaga-lembaga atau asosiasi yang tidak dikehendaki. Misalnya , lemabag
ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok , tetapi terkadang juga
meningkatkan pengangguran dan perbedaan kekayaan .

2. Tiga Komponen Pokok Lembaga Sosial :

a. Pedoman sikap

b. Simbol budaya

c. Ideologi

5. Faktor Pendorong Lembaga Sosial

Terbentuknya lembaga sosial bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan. kehidupan
bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono Soekanto lembaga sosial tumbuh karena manusia
dalam hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan
norma-norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.

Mula-mula sejumlah norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama-kelamaan norma
tersebut dibuat secara sadar.
Contoh: Dahulu di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan. Akan
tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus mendapat bagiannya, di mana
sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli ataukah penjual.

Sejumlah norma-norma ini kemudian disebut sebagai lembaga social. Namun, tidak semua norma-
norma yang ada dalam masyarakat merupakan lembaga sosial karena untuk menjadi sebuah lembaga
sosial sekumpulan norma mengalami proses yang panjang

Menurut Robert M.Z. Lawang proses tersebut dinamakan pelembagaan atau institutionalized, yaitu
proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola atau bagaimana suatu pola perilaku yang mapan itu
terjadi. Dengan kata lain, pelembagaan adalah suatu proses berjalan dan terujinya sebuah kebiasaan
dalam masyarakat menjadi institusi/ lembaga yang akhirnya harus menjadi paduan dalam kehidupan
bersama.

1. Proses terbentuknya Lembaga Sosial

Para ilmuan sosial hingga saat ini masih berdiskusi tentang penggunaan istilah yang berhubugnan
dengan ”seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya”. Istilah untuk
menyebutkan seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya itu, terdapat
dua istilah yang digunakan, yaitu ”social institution” dan ”lembaga kemasyarakatan”.

Mana yang benar? Tentu semunya tidak ada yang salah, semuanya benar. Hanya saja ada perbedaan
penekanannya. Mereka yang menggunakan istilah ”social institution” pada umumnya adalah para
antropolog, dengan menekankan sistem nilai-nya. Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya
menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah lembaga sosial, dengan
menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan sekaligus abstrak. Pada tulisan ini, akan digunakan
istilah lembaga sosial dengan tujuan untuk mempermudah tingkat pemahaman dan sekaligus merujuk
pada kurikulum sosiologi yang berlaku saat ini.

Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup
bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan
kemudian timbul aturan-aturan yang disebut dengan norma kemasyarakatan. Lembaga social sering juga
dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial. Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga apabila
norma tersebut :

a. Diketahui

b. Dipahami dan dimengerti

c. Ditaati

d. Dihargai

Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia
dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi. Lembaga dengan Asosiasi memiliki hubungan yang
sangat erat. Namun memiliki pengartian yang berbeda. Lembaga yangg tidak mempunyai anggota tetap
mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari
lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan, tatatertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan
kata lain Asosiasi memiliki wujud kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak. Istilah lembaga sosial
oleh Soerjono Soekanto disebut juga lembaga kemasyarakatan. Istilah lembaga kemasyarakatan
merupakan istilah asing social institution. Akan tetapi, ada yang mempergunakan istilah pranata sosial
untuk menerjemahkan social institution. Hal ini dikarenakan social institution menunjuk pada adanya
unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat. Sebagaimana Koentjaraningrat
mengemukakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat
pada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat. Istilah lain adalah bangunan sosial, terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa Jerman)
yang menggambarkan bentuk dan susunan institusi tersebut. Namun, pembahasan ini tidak mem-
persoalkan makna dan arti istilah-istilah tersebut.

Dalam hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial, karena pengertian
lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak
tentang adanya norma-norma dalam lembaga tersebut. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page,
mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk
mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat.

Sedangkan Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya. Menurut
mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari proses- proses hubungan
antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan
tersebut serta pola- polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan sekelompoknya.
Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut
kebudayaan. Summer meng- artikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, dan sikap
perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya, keberadaan lembaga sosial mempunyai fungsi bagi
kehidupan sosial.

Fungsi-fungsi tersebut antara lain:

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam menghadapi masalah di
masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.

2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.

3. Memberi pegangan kepada anggota masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap tingkah
laku para anggotanya.

Dengan demikian, lembaga sosial merupakan serangkaian tata cara dan prosedur yang dibuat untuk
mengatur hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, lembaga sosial
terdapat dalam setiap masyarakat baik masyarakat sederhana maupun masyarakat modern. Hal ini
disebagiankan setiap masyarakat menginginkan keteraturan hidup.
2. Syarat Lembaga Sosial

Menurut Koentjaraningrat aktivitas manusia atau aktivitas kemasyarakatan untuk menjadi lembaga
sosial harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan tersebut antara lain:

a. Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan adat istiadat yang hidup dalam
ingatan maupun tertulis.

b. Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas bersama dan saling berhubungan menurut
sistem norma-norma tersebut.

c. Suatu pusat aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks- kompleks kebutuhan tertentu, yang
disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok yang bersangkutan.

d. Mempunyai perlengkapan dan peralatan.

e. Sistem aktivitas itu dibiasakan atau disadarkan kepada kelompok- kelompok yang bersangkutan dalam
suatu masyarakat untuk kurun waktu yang lama.

3. Syarat Norma Terlembaga

Menurut H.M. Johnson suatu norma terlembaga (institutionalized) apabila memenuhi tiga syarat
sebagai berikut:

a.Sebagian besar anggota masyarakat atau sistem sosial menerima norma tersebut.

b.Norma tersebut menjiwai seluruh warga dalam sistem sosial tersebut.

c.Norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.

Dikenal empat tingkatan norma dalam proses pelembagaan, pertama cara (usage) yang menunjuk pada
suatu perbuatan. Kedua, kemudian cara bertingkah laku berlanjut dilakukan sehingga menjadi suatu
kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan yang selalu diulang dalam setiap usaha mencapai tujuan tertentu.
Ketiga, apabila kebiasaan itu kemudian diterima sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan
bertindak, maka di dalamnya sudah terdapat unsur pengawasan dan jika terjadi penyimpangan,
pelakunya akan dikenakan sanksi. Keempat, tata kelakuan yang semakin kuat mencerminkan kekuatan
pola kelakuan masyarakat yang mengikat para anggotanya. Tata kelakuan semacam ini disebut adat
istiadat (custom). Bagi anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat, maka ia akan mendapat sanksi
yang lebih keras. Contoh, di Lampung suatu keaiban atau pantangan, apabila seorang gadis sengaja
mendatangi pria idamannya karena rindu yang tidak tertahan, akibatnya ia dapat dikucilkan dari
hubungan bujang-gadis karena dianggap tidak suci. Keberhasilan proses institusinalisasi dalam
masyarakat dilihat jika norma-norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi terlembaga dalam
masyarakat, akan tetapi menjadi terpatri dalam diri secara sukarela (internalized) dimana masyarakat
dengan sendirinya ingin berkelakuan sejalan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.. Lembaga
sosial umumnya didirikan berdasarkan nilai dan norma dalam masyarakat, untuk mewujudkan nilai
sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang isebut norma sosial yang membatasi perilaku
manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah
awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses
penerapan ke dalam institusi atau institutionalization menghasilkan lembaga sosial.

4. Ciri dan Karakter

Meskipun lembaga sosial merupakan suatu konsep yang abstrak, ia memiliki sejumlah ciri dan karakter
yang dapat dikenali.

Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum Lembaga Sosial" (General Features of
Social Institution) menguraikan sebagai berikut:

a. Lembaga sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas-
aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata kelakukan, dan unsur-
unsur kebudayaan lain yang tergabung dalam suatu unit yang fungsional.

b. Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh karena lembaga sosial
merupakan himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya
apabila terus dipelihara dan dibakukan.

c. Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga pendidikan sudah pasti
memiliki beberapa tujuan, demikian juga lembaga perkawinan, perbankan, agama, dan lain- lain.

d. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga sosial. Misalnya,
rumah untuk lembaga keluarga serta masjid, gereja, pura, dan wihara untuk lembaga agama.

e. Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau simbol-simbol tertentu. Lambang-
lambang tersebut secara simbolis menggambar tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Misalnya,
cincin kawin untuk lembaga perkawinan, bendera dan lagu kebangsaan untuk negara, serta seragam
sekolah dan badge (lencana) untuk sekolah.

f. Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata tertib, dan
lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan hukum perkawinan untuk lembaga perkawinan.

Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula mengemukakan karakteristik dari
lembaga sosial. Menurutnya terdapat sembilan ciri khas (karakteristik) lembaga sosial sebagai berikut.

a. Setiap lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan khusus masyarakat.

b. Setiap lembaga sosial mempunyai nilai pokok yang bersumber dari anggotanya.

c. Dalam lembaga sosial ada pola-pola perilaku permanen menjadi bagian tradisi kebudayaan yang ada
dan ini disadari anggotanya.

d. Ada saling ketergantungan antarlembaga sosial di masyarakat, perubahan lembaga sosial satu
berakibat pada perubahan lembaga sosial yang lain.
e. Meskipun antarlembaga sosial saling bergantung, masing-masing lembaga sosial disusun dan di-
organisasi secara sempurna di sekitar rangkaian pola, norma, nilai, dan perilaku yang diharapkan.

f. Ide-ide lembaga sosial pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota masyarakat, terlepas dari
turut tidaknya mereka berpartisipasi.

g. Suatu lembaga sosial mempunyai bentuk tata krama perilaku.

h. Setiap lembaga sosial mempunyai simbol-simbol kebudayaan tertentu.

i. Suatu lembaga sosial mempunyai ideologi sebagai dasar atau orientasi kelompoknya.

6. Hakekat Lembaga Sosial

Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam masyarakat. Di mana nilai
merupakan sesuatu yang baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya,
untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma
sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk.
Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga
sosial.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris
adalah social institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial. Hal ini
dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para anggota masyarakat. Ada
pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan
yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat.Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan norma
khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Lembaga Sosial adalah keseluruhan dari sistem norma yang terbentuk
berdasarkan tujuan dan fungsi tertentu dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1 .Arif Rohman, dkk., 2002. Sosiologi. Klaten. Intan Pariwara. Hal 54-56

2. Lawang, Robert M.Z.,1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi Modul 4–6, Jakarta, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.Hal 40-60.

3. Hooguelt, Ankle MM, 1995 Sosiologi Sedang Berkembang, Jakarta, Raja Grafindo Persada.Hlm.65

4. Koentjaraningrat, 1987, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta. Hal. 70-74

5. Sanderson, Stephen K, 1995, Sosiologi Makro (Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial), Edisi
kedua, Jakarta, Rajawali Press. Hlm. 23

6. Soekanto, Soerjono, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press.Hlm. 34

7. Zeitlin, Irving M, 1998. Memahami Kembali Sosiologi, Cetakan kedua, Yogyakarta, Gadjah Mada
Universitas Press. Hal 31-32

8. Fox, James, 2002, Indonesian Heritage: Agama dan Upacara, Jakarta, Buku Antarbangsa.Hlm.45

9. Kardiyo., 2010. Sosiologi. Klaten. Sekawan Klaten. Hal 53-54

10. Sosiologi Tim., 2007. Sosiologi. Jakarta. Yudhistira. Cetrakan kedua, Jakarta. Hal 58-60

11. http://utamipattinson.blogspot.com/2011/02/sosiologi.html (23 Mei 2011)

PRODI S1 PARIWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN di 07.16

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

PRODI S1 PARIWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai