Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KELEMBAGAAN SOSIAL DAN KELEMBAGAAN PERDESAAN

DOSEN PENGAMPU: ir. DWI EVALIZA, MSi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. WIDYA PUTRI (2210241023)
2. ANGEL CHANIA (2210241021)
3. ATRIANTI DIANA (2210241020)
4. MAYANG KHARISMA (2210241016)
5. MUTARA SARI (22102410
6. HENNI DEFITRIYAH HASIBUAN (22102410

DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh allah swt pada kita. kami
menyadari bahwa dengan berkat,rahmat serta hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah
dengan lancar dan tanpa halangan apapun.
Kami mengucapkan terima kasih atas segenap pihak yang telah membantu mewujudkan
makalah ini.kepada ibu ir. Dwi Evaliza, MSi kami mengucapkan terima kasih atas tugas yang
telah diberikan,karena dengan tugas ini kami mejadi lebih mengenai kelembagaan sosial dan
kelembagaan perdesaan. Serta tidak lupa pada teman-teman kelompok yang mampu bekerja
sama dengan baik sebab tanpa kerja sama, kami tidak akan dapat mewujudkan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masi jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap, pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun agar penulisan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Namaun kami berharap karya ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

PENULIS
DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................................ i
Daftar isi................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan..………………....................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 3


A. Konsep Teori....................................................................................................... 3
B. Studi Kasus........................................................................................................ 11

BAB III PENUTUP................................................................................................ 12


A. Kesimpulan….................................................................................................... 12
B. Saran…….......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
LAMPIRAN………………………………………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Sosial (social institution) diartikan sebagai kompleks norma-norma atau
kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat pentingdalam
masyarakat, merupakan wadah dan perubahan yang lebih konkrit dari kultur dan struktur.
Dalam suatu lembaga, setiap orang yang termasuk di dalamnya pasti memiliki status dan
peran tertentu. Status merupakan refleksi struktur, sedangkan peran merupakan refleksi
struktur. Lembaga merupakan fenomena yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
bukan hanya karena fungsinya untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai yang sangat
tinggi dalam masyarakat, melainkan juga berkaitan erat dengan pencapaian berbagai
kebutuhan manusia. Sehingga ada yang memahami lembaga sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Terlepas dari ketepatan artinya, lembaga sosial memiliki peranan yang sangat fital
dalam kehidupan masyarakat, termasuk masyarakat desa. Secara umum dalam suatu
masyarakat, khususnya negara, lembaga-lembaga yang sangat berperan dalam kehidupan
masyarakat adalah lembaga pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan keluarga.
Namun, dalam makalah ini akan lebih banyak mengupas tentang lembaga pemerintahan Desa
dan yang terkait dengan itu. Sebab, lembaga pemerintahan ini memiliki peranan penting bagi
masyarakat desa di Indonesia pada umumnya.
Lembaga Kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa mempedulikan
apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern, karena
setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhankebutuhan pokok yang apabila dikelompok-
kelompokan, terhimpun menjadi U8J7IT T lembaga kemasyarakatan. Lembaga
kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 2014:170). Lembaga
kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk masyarakat dengan prinsip-prinsip
kesukarelaan, kemandirian dan keragaman. Karakteristiknya terdiri dari lembaga
kemasyarakatan yang berbasis: kewilayahan, keagamaan, profesi, kebudayaan (termasuk adat
istiadat), kepemudaan, gender, dan interest group atau kepentingan.

B. Rumusan Masalah
sAdapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari lembaga sosial dan Lembaga perdesaaan?
2. Bagaimana ciri-ciri umum kelembagaan sosial ?
3. Apa saja Lembaga-lembaga sosial di desa ?
4. Apa saja bentuk-bentuk Lembaga sosial?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga sosial.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri umum Lembaga sosial.
3. Untuk mengetahui Lembaga-lembaga sosial di desa.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Lembaga sosial.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Definisi Lembaga sosial dan lembaga pedesaan


Lembaga kemasyarakatan disebut juga dengan istilah pranata sosial atau institusi sosial
(social institution). Beberapa sosiolog memberikan definisi yang berlainan satu sama lain.
Namun dalam pokok bahasan ini akan diketengahkan kedua definisi lembaga
kemasyarakatan. Dengan definisi ini diharapkan sudah mampu membantu memahami konsep
lembaga kemasyarakatan.
Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial merupakan sistemtata kelakukan
dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Menurut koentjaraningrat, lembaga kemasyarakatan (pranata sosial) adalah suatu sistem
norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu
keperluan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat.Dari definisi Koentjaraningrat
ini ada tiga hal penting dalam lembaga kemasyarakatan,yaitu: (1) adanya sistem norma;
(2)sistem itu mengatur tindakan berpola; (3) tindakan berpola itu untuk memenuhi kehidupan
manusia dalam kehidupan masyarakat.
Soerjono Soekanto (1967) mendefinisikan lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan
dari norma-norma segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok manusia di
dalam kehidupan masyarakat. Ada dua hal penting dalam Lembaga kemasyarakatan menurut
definisi Soerjono Soekanto, yaitu: (1) Himpunan norma-norma dalam segala tindakan, dan
(2)orma-norma itu mengatur manusia memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah sebuah bangunan,
bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah lembaga.Lembaga (institutations)
adalah suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat
dipandang penting atau secara formal,sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar
pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur
(tersusun)untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
Menurut Leopold Von Weise dan Becker, lembaga sosial adalah jaringan proses
hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu beserta
pola-polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu dan kelompoknya.
Menurut Robert Mac Iver dan C.H. Pag, lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara
yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu
kelompok masyarakat.
Lembaga Sosial adalah keseluruhan dari sistem norma yang terbentuk berdasarkan tujuan
dan fungsi tertentu dalam masyarakat. Lembaga Sosial berbeda dengan asosiasi. lembaga
sosial bukanlah kumpulan orang-orang atau bangunan besar, melainkan kumpulan norma.
sementara itu, realisasi dari norma yang dianut dalam lembaga sosial tersebut terjadi dengan
adanya asosiasi.
Kelembagaan Desa merupakan kumpulan orang-orang yang melakukan kerja sama,
tergabung dalam Lembaga atau organisasi desa dan mempunyai tujuan serta mempunyai
fungsi dalam menyokong,membantu peleksanaan kewenangan desa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2. Ciri-ciri kelembagaan sosial


Meskipun lembaga sosial merupakan suatu konsep yang abstrak, ia memiliki sejumlah
ciri dan karakter yang dapat dikenali.
Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum LembagaSosial"
(General Features of Social Institution) menguraikan sebagai berikut:
• Lembaga sosial adalah lembagapola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata
kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan lainyang tergabung dalam suatu unit yang
fungsional.
• Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh karena lembaga
sosial merupakan himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok, maka
sudah sewajarnya apabila terus dipelihara dan dibakukan.
• Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga pendidikan sudah
pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga Lembaga perkawinan, perbankan, agama,
dan lain- lain.
• Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga sosial.
Misalnya, rumah untuk Lembaga keluarga serta masjid, gereja, pura, dan wihara untuk
Lembaga agama.
• Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau simbol-simbol
tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar tujuan dan fungsi
lembaga yang bersangkutan. Misalnya, cincin kawin untuk lembaga perkawinan, bendera
dan lagu kebangsaan untuk negara, serta seragam sekolah dan badge (lencana) untuk
sekolah.
• Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata
tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan hukum perkawinan untuk lembaga
perkawinan.
Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pulamengemukakan
karakteristik dari lembaga sosial. Menurutnya terdapat sembilan cirikhas (karakteristik)
lembaga sosial sebagai berikut:
• Setiap lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan khusus masyarakat.
• Setiap lembaga sosial mempunyai nilai pokok yang bersumber dari anggotanya.
• Dalam lembaga sosial ada pola-pola perilaku permanen menjadi bagian tradisi
kebudayaan yang ada dan ini disadari anggotanya.
• Ada saling ketergantungan antar lembaga sosial di masyarakat, perubahan lembaga sosial
satu berakibat pada perubahan lembaga sosial yang lain.
• Meskipun antar lembaga sosial saling bergantung, masing-masing lembaga sosial disusun
dan dilembaga secara sempurna di sekitar rangkaian pola, norma, nilai, dan perilaku yang
diharapkan.
• Ide-ide lembaga sosial pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota masyarakat,
terlepas dari turut tidaknya mereka berpartisipasi.
• Suatu lembaga sosial mempunyai bentuk tata krama perilaku.
• Setiap lembaga sosial mempunyai simbol-simbol kebudayaan tertentu.
• Suatu lembaga sosial mempunyai ideologi sebagai dasar atau orientasikelompoknya.
Menurut Berelson dan Steiner (1964:55) sebuah lembaga memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
• Formalitas, merupakan ciri lembaga sosial yang menunjuk kepadaadanya perumusan
tertulis dari pada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan,
tujuan, strategi, dan seterusnya.
• Hierarkhi, merupakan ciri lembaga yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan
wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki
kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi dari pada anggota biasa pada
Lembaga tersebut.
• Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya Lembaga sosial memiliki
banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung
(impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
• Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu lembaga lebih lama dari
pada keanggotaan orang-orang dalam lembaga itu.
Ada juga yang menyatakan bahwa lembaga sosial, memiliki beberapa ciri lain yang
behubungan dengan keberadaan lembaga itu. Diantaranya adalah:
• Rumusan batas-batas operasionalnya (lembaga) jelas. Seperti yang telah dibicarakan
diatas, lembaga akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan
yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini,kegiatan operasional sebuah lembaga
dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus
memenuhi aspirasi anggotanya.
• Memiliki identitas yang jelas. Lembaga akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya
apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai
lembaga, tujuan pembentukan lembaga, maupun tempat lembaga itu berdiri, dan lain
sebagainya.
• Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas
masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.

3. Jenis-jenis Lembaga sosial


(a). Lembaga kemasyarakatan berdasarkan proses terbentuknya
○ Crescive institution, adalah lembaga kemasyarakatan primer karena terbentuk secara
tidak sengaja tumbuh dari adat-istiadat. Misalnya: hak milik, perkawinan dan agama.
○ Enacted institution adalah lembaga kemasyaratan yang dengan sengaja dibentuk untuk
memenuhi tujuan tertentu. Misalnya: lembaga utang piutang,lembaga perdagangan dan
lembaga pendidikan.
(b) Lembaga kemasyaratan berdasarkan sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat
○ Basic institution adalah yang merupakan lembaga kemasyarakatan yang sangat penting
untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Misalnya:
keiuarga, sekolah dan negara.
○ Subsidiary institution adalah memang lembaga kemasyaratan ini dianggap kurang
penting oleh masyarakat tertentu. Misalnya: lembaga rekreasi. Ukuran suatu lembaga
kemasyaratan termasuk basic institution atau subsidiary institution tergantung dari
masa hidup masyarakat tersebut.
(c) Lembaga kemasyarakatan dipandang dari sudut penerimaan masyarakat
○ Approach atau Social Sanction Institutions, lembaga kemasyarakatan yang diterima
oleh masyarakat, misalnya; Sekolah, dan Perusahaan.
○ Unsanction Institution, lembaga kemasyarakatan yang ditolak oleh masyarakat.
Misalnya lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh para penjahat atau para
preman.
(d) Berdasarkan popularitasnya
○ General Institution : dikenal dunia secara luas. Contohnya Lembaga agama.
○ Restricted Institution : dikenal hanya oleh kalangan tertentu saja. Contohnya lembaga
agama Islam, Kristen, Hindu.
(e) Berdasarkan tujuannya
○ Operative Institution : didirikan untuk tujuan tertentu. Contohnya Lembaga industri.
○ Regulative Institution : didirikan untuk mengawasi masyarakat. Contohnya Lembaga
hukum dan kejaksaan.
4. Bentuk-bentuk Lembaga sosial
a. Lembaga keluarga
Keluarga merupakan kesatuan terkecil dan sekaligus paling mendasar dalam
kehidupan masyarakat yang terbentuk melalui proses perkawinan. Dalam pandangan
sosiologi, perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara dua orang atau lebih yang
berlainan jenis kelamin dalam hubungan suami istri. Secara umum, masyarakat akan
memandang sah terhadap keberadaan sebuah keluarga jika keluarga tersebut telah sesuai
dengan sistem nilai dan sistem norma yang ada, diantaranya adalah :
a) Hukum Agama
Pada dasarnya agama menganjurkan dan sekaligus mengatur pembentukan
keluarga melalui proses perkawinan. Dengan demikian, agama memiliki norma-
norma dan aturan-aturan tentang tata cara perkawinan dan sekaligus tata cara
membina keluarga yang bahagiadan sejahtera. Sebuah keluarga dianggap sah jika
telah melalui proses perkawinan sesuai dengan syarat-syarat dan tata tertib yang
diatur berdasarkan ajaran agama.
b) Hukum Negara
Untuk menjaga ketertiban dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, negara
membentuk undang-undang perkawinan yang harus dipatuhi oleh setiap warga
negara. Kehidupan bersama yang dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis
belum dapat disebut sebagai sebuah keluarga sebelum memenuhi undang-undang
perkawinan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh negara.
c) Hukum Adat
Pada dasarnya proses perkawinan memerlukan keterlibatan orang lain yang
akan bertindak sebagai saksi. Beberapa masyarakat tertentu memiliki caranya
masing-masing dalam menganggap bahwa sebuah perkawinan dianggap absah
atau tidak. Di sinilah letak arti penting hukum adat dalam sebuah perkawinan.
Adat istiadat telah memiliki tata cara dalam penyelenggaraan perkawinan, seperti
ada perkawinan Jawa, adat perkawinan Sunda, adat perkawinan Minang, adat
perkawinan Bali, dan sebagainya.
b. Lembaga Agama
Sosiolog Emile Durkheim mengatakan bahwa agama merupakan suatu sistem terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan
mempersatukan semua penganutnya dalam suatu komunitas moral yang disebut umat.
Ajaran agama sangat berperan dalam memperbaiki moral manusia, terutama yang tekait
dengan hubungan antara sesame manusia, hubungan antara manusia dengan makhluk lain,
dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pesan-pesan moral yang diajarkan
dalam agama dan juga kuatnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia telah membuat
agama memiliki hubungan yang sangat erat dengan lembaga-lembaga sosial lainnya.
Ajaran-ajaran agama telah memberikan landasan yang kuat dalam tata kehidupan keluarga,
ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan kehidupan sosial lainnya.

c. Lembaga Pendidikan
Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya sehingga
membutuhkan bantuan orang lain yang lebih dewasa agar dapat menjalani proses
kehidupannya. Bantuan utama yang perlu diberikan kepada setiap anak adalah berupa
pendidikan.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf
kedewasaan sebagaimana yang diinginkan. Tolak ukur kedewasaan yang ingin dicapai
dalam pendidikan adalah keadaan dimana seseorang telah mampu berdiri sendiri, terlepas
dari ketergantungan terhadap orang lain.
Ditinjau lingkungannya, pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu:
(1) pendidikan informal, yakni pendidikan yang terjadi di lingkungan keluarga,
(2) pendidikan formal, yakni pendidikan yang terjadi di lingkungan sekolah.
(3)pendidikan nonformal, yakni pendidikan yang terjadi di lingkungan masyarakat.
d. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi merupakan bagian dari lembaga sosial yang berkaitan dengan
pengaturan dalam bidang-bidang ekonomi dalam rangka mencapai kehidupan yang
sejahtera. Lembaga ekonomi pada dasarnya menangani masalah produksi, distribusi, dan
konsumsi baik berupa barang maupun jasa. Dengan demikan, lembaga ekonomi memegang
tiga fungsi utama, yaitu:
(1) Memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.
(2) Mengatur pendistribusian barang atau jasa kepada masyarakat yang membutuhkan.
(3) Mengatur penggunaan atau pemakaian barang atau jasa dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan atas uraian di atas, maka lembaga ekonomi dapat diartikan sebagai
lembaga sosial yang menangani masalah pemenuhan kebutuhan material dengan cara
mengatur pengadaan barang atau jasa, menyalurkan barang atau jasa, dan mengatur
pemakaian barang atau jasa yang diperlukan bagi kelangsungan hidup masyarakat sehingga
semua lapisan masyarakat mendapatkan barang atau jasa sebagaimana yang diperlukan.

e. Lembaga Politik
Dalam suntingan bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampai
(1985), Kamanto Soenarto mengatakan bahwa lembaga politik merupakan suatu badan
yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Dengan demikian,
lembaga politik terdiri dari lembaga eksekutif, lembaga legislatif, lembaga yudikatif,
lembaga keamanan nasional, dan partai politik.
Sehubungan dengan kekuasaan, sosiolog Jerman Max Weber mengatakan bahwa
kekuasaan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan akan dapat berjalan secara
efektif jika pemegang kekuasaan memiliki wewenang yang sah untuk menjalankan
kekuasaan berdasarkan undang-undang yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai dapat
mentaati kehendak penguasa.
CONTOH KASUS:

KORUPSI DANA BANSOS OLEH MENTERI SOSIAL JULIARI BATU


BARA

Pada 6 desember 2020, kpk menetapkan mantan Menteri sosial juliari batu bara
sebagai tersangka kasus dugaan suap dengan bantuan sosial penanganan pandemic covid-19
untuk wilayah jabodetabek tahun 2020.
Penetapan tersangka juliari pada saat itu merupakan tindak lanjut atas operasi
tangkap tangan yang dilakukan KPK pada jumat,5 desember 2020,usai ditetapkan sebagai
tersangka, pada malam harinya juliari menyerahkan diri ke KPK.
Selain juliari,KPK juga menetapkan Matheus joko santoso, Adi wahyono, Ardian I
M dan Harry Sidabuke sebagai tersangka selaku pemberi suap.
Menurut KPK, kasus ini bermula dari adanya program pengandaan bansos penanganan covid-19
berupa paket sembako di kemensos pada tahun 2020 demgam nilai sekitar Rp 5,9 Triliun dengan
total 272 kontrak dan dilaksanakan dengan 2 periode.
Juliari sebagai Menteri sosial pada saat itu menunjuk Matheus dan Adi sebagai
pejabat pembuat komitmen(PPK) dalam pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukkan
langsung para rekanan dan diduga disepakati ditetapkan adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan
yang harus disetorkan pada rekanan kepada kemensos melalui Matheus.
Untuk setiap paket bansos, fee yang disepakati oleh Matheus dan adi sebesar Rp
10.000 per paket sembako Dri nilai Rp 300.000 per paket bansos.
Pada mei sampai November 2020, Matheus dan Adi membuat kontrak pekerjaan
dengan beberapa supplier sebagai rekanan yang diantaranya Ardian I M dan Harry Sidabuke dan
juga PT RPI yang diduga milik Matheus.
Penunjukan PT RPI sebagai salah satu rekanan tersebut diduga diketahui Juliari dan
disetujui oleh Adi.
ANALISIS KASUS
Juliari menjadi tersangka melanggar pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11
Undang-Undang(UU) nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidan korupsi Jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga sosial merupakan seperangkat aturan berisi nilai-nilai dan norma untuk
mengatur kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Lembaga sosial (institutation)
bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah
lembaga tanpa aturan dan tujuan.
Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam
masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita - citakan, dan dianggap
penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial,masyarakat
menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah
yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma
akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan
nilai dan norma yang telah mengalami proses institutionalization yang menghasilkan
lembaga sosial.

B.Saran
Untuk mendapatkan masyarakat yang adil dan makmur, hendaknya pemerintah
melaksanakan program rutin untuk memeriksa dan membuat badan khusus yang mengawasi
tiap-tiap lembaga sosial yang ada dalam masyarakat, dan hendaknya setiap masyarakat harus
menyadari betul-betul setiap lembaga sosial yang ada apakah Lembaga tersebut telah
terlegitimasi atau belum serta legal dan ilegalnya suatu lembaga.
DAFTAR PUSTAKA

Tarida Rahayu. 2018. Lembaga Sosial . Nipindo group.com


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai