Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

STRUKTUR PRANATA DALAM PROSES SOSIAL

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Faizal Chan, S.Pd., M.Si.
Alirmansyah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
 Arrum Dwi Wahyuni ( A1D122001 )
 Diska Ayu Saputri ( A1D122024 )
 Husnul Khatimah ( A1D122027 )
 Kesintia Dwinda Tasya ( A1D122020 )
 Maria Istiqomah ( A1D122007 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kebesaran dan limpah dan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembelajaran, Pengembagangan dan Pengorganisasian IPS di
Sekolah Dasar”.

Adapun makalah ini bertujuan untuk menambah pemahaman tentang pentingnyaIPS di


Sekolah Dasar. Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata-
mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait.Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Drs. Faizal Chan, S.Pd., dan
Bapak Alirmansyah, S.Pd.,M.Pd.yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini,
penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas.Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan
percobaan ini lebih baik dan bermanfaaat.serta akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu membalas budi baik anda semua.

Bantang Hari, 25 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………………
….i

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………...ii

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah………………………………………………………………
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………..
C. Tujuan
Pembahasan…………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

A. Pranata sosial…………...
……………………………………………………………..
B. Stratifikasi sosial………….…………………………………………………..
C. Norma yang berlaku di masyarakat……………………….………………….
D. Sistem sosial budaya Indonesia.................................……………………...…

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang masalah

Pranata sosial dibentuk dalam rangka mengatur dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang
penting dan beragam. Menurut Koentjaraningrat (1979), pranata sosial merupakan kumpulan
sistem yang memungkinkan masyarakat melakukan interaksi berdasarkan pola-pola resmi atau
suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang tujuannya adalah pemenuhan kebutuhan khusus
masyarakat yang kompleks (Narwoko & Suyanto, 2015: 216). Ada lima pranata sosial utama untuk
mengatur dan memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu: pranata keluarga, pranata ekonomi, pranata
politik, pranata agama, dan pranata pendidikan (Setiadi & Kolip, 2015: 303-344). Pada penggunaan
sehari-hari, istilah “pranata” atau institution sering disamakan dengan istilah institute yang artinya
“lembaga”, padahal kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Pranata merupakan sistem
norma atau aturan-aturan mengenai aktivitas masyarakat khusus berupa perilaku, sedangkan
lembaga atau institut merupakan badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas tersebut
(Setiadi & Kolip, 2015: 285). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan istilah “lembaga” untuk
menunjuk pada suatu badan yang mengatur dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang
penting, kompleks, dan beragam.Salah satu dari kompleksitas kehidupan masyarakat yang beragam
adalah ketika dalam sebuah keluarga terdapat anak yang memilikikebutuhan khusus atau yang biasa
disebut dengan anak berkebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) seringkali dikira oleh
masyarakat awam sebagai anak dengan keterbatasan fisik atau cacat fisik sehingga dianggap hal
biasa karena mudah untuk dilihat dan didiagnos(Mangunsong & Semiawan, 2010: 5).Menurut
Desiningrum (2016: 2), anak berkebutuhan khusus dapat dilihat berdasarkan konteks yang bersifat
biologis, psikologis, dan sosio-kultural. Pada konteks biologis, dasar bagi anak berkebutuhan khusus
dikaitkan dengan kelainan genetik dan bisa menjelaskan penggolongan anak berkebutuhan khusus
secara biologis, seperti brain injury yang dapat menyebabkan kecacatan tunaganda.

1.1 Rumusan Masalah


1.apa yang di maksud pranata sosial?
2.apa stratifikasi sosial?
3.Bagaimana norma yang berlaku di masyarakat?
4.Bagaimana system sosial budaya di Indonesia?
1.2 Tujuan penulisan

1.Mengetahui pengertian pranata sosial

2.Mengetahui apa itu stratifikasi sosial

3.Mengetahui bagaimana norma yang berlaku dimasyarakat

4.Mengetahui system sosial budaya di indonesia

12
BAB II

PEMBAHASAN
1.Pranata sosial
a. Pengertian pranata sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian pranata sosial sering bias atau rancu dengan
pengertian kelompok sosial atau asosiasi. Di dalam sebuah pranata sosial akan ditemukan
seperangkat nilai dan norma sosial yang berfungsi mengorganir (menata) aktivitas dan hubungan
sosial di antara para warga masyarakat dengan suatu prosedur umum sehingga para warga
masyarakat dapat melakukan kegiatan atau memenuhi kebutuhan hidupnya yang pokok.
Horton dan Hunt (1987) mendefinisikan pranata sosial sebagai lembaga sosial, yaitu sistem
norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting.
Koentjarningrat (1979) menyatakan bahwa pranata sosial adalah sistem-sistem yang
menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola
atau sistem tatakelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
b.Tujuan dan fungsi pranata sosial
Secara umum, tujuan utama pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup
manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial
para warga masyarakat dapat berjalan dengan tertib dab lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku. Contoh: pranata keluarga mengatur bagaimana keluarga harus merawat (memelihara)
anak. Pranata pendidikan mengatur bagaimana sekolah harus mendidik anak-anak sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang handal.
Koentjaraningrat (1979) mengemukakan tentang fungsi pranata sosial dalam masyarakat,
sebagai berikut:
1. Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau bersikap
di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya fungsi ini kaena pranata sosial
telah siap dengan bebagai aturan atau kaidah-kaidah sosial yang dapat digunakan oleh anggota-
anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya.
2. Menjaga keutuhan masyarakat (integrasi sosial) dari ancaman perpecahan (disintegrasi sosial).
Hal ini mengingat bahwa jumlah prasarana atau sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia terbatas adanya, sedangkan orang-orang yang membutuhkannya semakin lama justru
semakin meningkat kualitas maupun kuantitasnya, sehingga memungkinkan timbulnya persaingan

12
(kompetisi) atau pertentangan/pertikaian (konflik) yang bersumber dari ketidakadilan atau
perebutan prasarana atau sarana memenuhi kebutuhan hidup tersebut. Sistem norma yang ada
dalam suatu pranata sosial akan berfungsi menata atau mengatur pemenuhan kebutuhan hidup dari
para warga masyarakat secara adil dan memadai, sehingga keutuhan masyarakat akan terjaga.
3 Menjaga keutuhan masyarakat (integrasi sosial) dari ancaman perpecahan (disintegrasi sosial).
Sanksi-sanksi atas pelanggaran norma-norma sosial merupakan sarana agar setiap warga
masyarakat konformis (menyesuaikan diri) terhadap norma-norma sosial itu, sehingga tertib sosial
dapat terwujud. Dengan demikian, sanksi yang melakat pada setiap norma itu merupakan
pegangan dari warga masyarakat untuk melakukan pengendalian sosial –meluruskan—warga
masyarakat yang perilakunya menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku.

2.Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti Sistem berlapis-
lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya : strata) yang
berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau measyarakat kedalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Selama dalam masyarakat itu ada sesuatu yang
dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai, maka barang sesuatu
itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang berlapis-lapis dalam
masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai itu mungkin berupa uang atau benda-benda
yang bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan atau mungkin
keturunan dari orang terhormat.
Seorang sosiolog, Pitirin A. Sorokin (1957) mengatakan bahwa sistem berlapis itu
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang
siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah yang sangat banyak, suatu
keadaan tidak semua orang bisa demikian bahkan hanya sedikit orang yang bisa, dianggap
oleh masyarakat berkedudukan tinggi atau ditempatkan pada lapisan atas masyarakat; dan
mereka yang hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga
tersebut, dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Atau
ditempatkan pada lapisan bawah masyarakat. Perbedaan kedudukan manusia dalam
masyarakatnya secara langsung menunjuk pada perbedaan pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai sosial dan perbedaan pengaruh di antara
anggota-anggota masyarakat.

Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk kehidupan bersama di dalam bentuk
organisasi sosial, lapisan-lapisan masyarakat mulai timbul. Pada masyarakat dengan
kehidupan yang masih sederhana, pelapisan itu dimulai atas dasar perbedaan gender dan usia,
perbedaan antara pemimpin atau yang dianggap sebagai pemimpin dengan yang dipimpin,
atau perbedaan berdasarkan kekayaan. Seorang ahli filsafat, Aristoteles, pernah mengatakan
bahwa dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur ukuran kedudukan manusia dalam
masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di
tengah-tengahnya. Sedangkan pada masyarakat yang relatif kompleks dan maju tingkat
kehidupannya, maka semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat itu,
keadaan ini mudah untuk dimengerti karena jumlah manusia yang semakin banyak
maka kedudukan (pembagian tugas-kerja), hak-hak, kewajiban, serta tanggung jawab sosial
menjadi semakin kompleks pula.

12
3.Norma yang berlaku di masyarakat

Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat
kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat.
Pranata sosial berasal dari bahasa asing socialinstitutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli
sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan, di antaranya adalah
SoerjonoSoekanto. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai himpunan norma dari
berbagai tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
bermasyarakat.

Menurut Parsons, kebudayaan merupakan kekuatan utama yang mengikat sistem


tindakan. Hal ini disebabkan karena di dalam kebudayaan terdapat norma dan nilai yang
harus ditaati oleh individu untuk mencapai tujuan dari kebudayaan itu sendiri. Nilai dan
norma itu akan diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya sebagai suatu proses dalam
sistem kepribadian agar membentuk individu sesuai yang diinginkan dalam sistem kultural.
Contohnya, nilai dan norma akan mendorong individu untuk bertutur kata lebih sopan
kepada orang yang lebih tua maupun orang yang dituakan.

Menurut Maclver dalam Soekanto (2012 : 175) menyatakan, kebiasaan merupakan


perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat, kebiasaan menghormati orang-orang
yang lebih tua, kebiasaan tersebut tidak hanya dianggap sebagai sebagaiprilaku saja. Akan
tetapi diterima sebagai norma-norma pengaturan atau pengawas.Tata kelakuan
mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai
alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar,oleh masyarakat terhadap anggotanya
menyesuaikan perbuatan-perbuatan dengan tata kelakuan.

Kaidah atau norma berfungsi untuk melindungi dan menjamin hak, serta mengatur
pelaksanaan kewajiban individu-individu dalam masyarakat. Kaidah atau norma ini terbagi
dalam norma agama, adat dan kebiasaan, norma kesopanan dan kesusilaan, serta norma
hukum.

4. Sistem sosial budaya Indonesia

Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabungan dari istilah sosial budaya. Sosial
dalam arti masyarakat , budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasilkarya,
rasa, dan cipta masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas mencakup segalaaspek
kehidupan. Karena itu, atas dasar landasan pemikiran tersebut maka pengertiansistem
sosial budaya Indonesia dapat dirumuskan sebagai totalitas tata nilai, tata sosialdan tata
laku manusia Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa dan ciptadidalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasiladan UUD
1945.Dengan demikian, sistem sosial budaya Indonesia memungkinkan setiapmanusia
mengembangkan dirinya dan mencapai kesejahteraan lahir batinnyaselengkap mungkin
secara merdeka sesuai dengan kata hatinya dalam kerangka polaberpikir dan bertindak
yang berdasarkan pancasila.

12
Struktur sistem sosial budaya Indonesia dapat merujuk pada nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila yang terdiri atas:

Struktur tata nilai kehidupan pribadi atau keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara meliputi berikut ini.

a) tata nilai

•Nilai agama
•Nilai moral
• Nilai vital
•Nilai material
b). Tata Sosial Tata Indonesia harus berdasarkan:
•UUD 1945
•Praturan perundangan-undangan lainya
• Budi pekerti yang luhur dari cita-cita moral rakyat luhur
Tata laku pribadi atau keluarga, masyarakat bangsa dan Negara harus
berpedoman pada:
c).Tata laku (Karya)
• Norma Agama
• Norma Kesusilaan/Kesopanan
•Norma Adat istiadat
•Norma Hukum setempat
•Norma Hukum Negara

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pranata sosial terbentuk melalui norma-norma atau kaidah-kaidah yang
biasanya terhimpun atau berkisar (bersentripetal atau pengaruh ke titik pusat)
di sekitar fungsi-fungsi atau tugas-tugas masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhab pokok karena tujuannya adalah mengatur cara berpikir
dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan pokok. Ada himpunan kaidah
yang befungsi pemenuhan pokok yang lain. Dengan kata lain bahwa pranata
sosial merupakan himpunan kaidah-kaidah atau norma-norma.

DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Ruswandi.dkk. 2006. Perkembangan Masyarakat dan Budaya. Bandung :
UPI Press.
Rukandi, Kanda.dkk. 2006. Perspektif Sosial Budaya. Bandung : UPI Press.
Rohman, Arif.dkk. 2003. Sosiologi. Klaten : PT Intan Prawira.
Ardiwinata, S. Jajat. dkk. 2008. Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: UPI
Press
Ningrum, Epon. Dkk.2006. Tempat Ruang dan Sistem Sosial. Bandung. UPI Press.

12

Anda mungkin juga menyukai