DISUSUN OLEH:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Sosiologi ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini
“PENDIDIKAN DAN PRANATA SOSIAL” dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana .
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang oleh krna itu kami harapkan kepada parah pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini .Sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini yang kedepannya akan lebih baik .
Harapan kami semoga makalah ini membantu dan menambah pengetahuan,pengalaman bagi
para pembaca dan dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam studi sosiologi Pendidikan
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Pranata Sosial
2. Pendidikan dan Fungsi: keluarga, masyarakat dan pemerintah
3. Pranata sosial disekolah
C. Tujuan
1. PRANATA SOSIAL
Kata prana dapat diartikan sebagai seperangkat aturan berkisar kegiatan atau kebutuhan social
tertentu. Pranata dapat diartikan sebagai suatu system pola sosial yang tersusun rapih dan relatif
bersifat permanen serta mengandung perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi pemuasan
dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
Koentjaraningrat mengatakan bahwa pranata sosial adalah suatu system tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan dalam
kehidupan masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Ary H Gunawan menuturkan pranata sosial merupakan struktur sosial beserta perlengkapannya,
yang dengan struktur sosial tersebut masyarakat (manusia) mengatur, mengarahkan, dan
melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhannya.
Pada setiap masyarakat, setidaknya terdapat lima lembaga/pranata sosial, yakni keluarga,
pendidikan, agama, ekonomi, dan pemerintah. Tiap pranata sosial memiliki fungsi dan tanggung
jawab masing-masing.
Menurut Bruce J Cohen ada sejumlah ciri suatu pranata sosial:
1. Tiap pranata sosial memiliki tujuan utama berupa kebutuhan khusus masyarakat.
2. Keluarga mengandung nilai-nilai utama yang bersumber dari anggotanya.
3. Pranata relative bersifat permanen, dalam hal pola-pola perilaku yang ditetapkan dalam
lembaga menjadi bagian dari tradisi kebudayaan yang ada.
4. Dasar-dasar pranata begitu luas sehingga kegiatan-kegiatan mereka menempati
kedudukan sentral dalam masyarakat, perubahan pada satu lembaga kemungkinan besar
dapat mengakibatkan perubahan pada lembaga lainnya.
5. Meskipun semua pranata memiliki semua sifat saling ketergantungan dalam masyarakat,
masing-masing lembaga disusun dan diorganisasikan secara sempurna di sekitar
rangkaian pola-pola normal, nilai dan perilaku diharapkan.
6. Ide-ide pranata umumnya diterima mayoritas anggota masyarakat, tidak peduli apakah
mereka turut berpartisipasi atau tidak dalam lembaga.
tampak bahwa peran suatu lembaga dalam kehidupan, tidak hanya melahirkan suatu pola
aktivitas dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk
melaksanakannya.
Suatu pranata sosial memiliki sejumlah fungsi, antara lain:
1. Memberian bagi peranan pendidikan;
2. Bertindak sebagai pranata transfer warisan kebudayaan;
3. Memperkenalkan kepada individu tentang berbagai peran dalam masyarakat;
4. Mempersiapkan individu dengan berbagai peranan sosial yang dikehendaki;
5. Memberikan landasan bagi penilaian dan pemahaman status relatif;
6. Meningkatkan kemajuan melalui pengikutsertaan dalam riset ilmiah; dan
7. Memperkuat penyesuaian diri dan mengembangkan hubungan sosial.
I. Peran Keluarga
Dari segi pendidikan keluarga merupakan suatu kesatuan hidup (sistem hidup) yang
menyediakan situasi belajar anak. Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah :
- Melatih anak menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, berbicara, berjalan,
berdoa dan yang lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan perkembangan diri anak sebagai
seorang pribadi.
- Sikap orang tua kepada anak sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima
atau menolak, sayang atau acuh tak acuh, sabar atau terburu-buru, melindungi atau
membiarkan anak, secara langsung memberikan pengaruh kepada anak dalam hal reaksi
emosional anak.
Hal ini berarti keluarga memiliki tanggung jawab kepada anak dalam hal pendidikan.
Oleh karena itu keluarga (dalam hal ini orang tua kandung) harus bertanggung jawab
dengan :
- Memelihara dan membesarkan anak : memberikan makan, minum, dan perawatan
- Melindungi dan menjamin kesehatan anak : kesehatan jasmani, dan rohani serta
perlindungan dari bahaya yang ada di lingkungan sekitar anak
- Mendidik anak dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
kehidupan anak sehingga anak bisa bertanggung jawab dengan diri sendiri
- Membekali anak dengan pengetahuan keagamaan
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah peletak dasar bagi pendidikan,
namun perlu didasari oleh teori pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Artinya keluarga juga harus memahami masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan
bagaimana mendidik anak sesuai dengan perkembangan anak. Di samping itu keluarga dalam
mendidik tidak boleh memaksakan kehendak kepada anak, namun harus memberikan
kebebasan kepada anak untuk memilih, dengan tetap mendampingi agar anak tidak salah
dalam memilih.
Istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup
bersama di suatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relatif sama dan hidup
sebagai kesatuan/ kelompok. Anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan,
profesi, keahlian, suku, bangsa, agama, dan lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang
majemuk.
Beberapa peran yang diharapkan dapat dimainkan oleh aparat pemerintah dalam
menata dan memantapkan pelaksanaan pendidikan berbasis masyarakat menurut Sihombing
(2001) adalah: peran sebagai pelayan masyarakat, peran sebagai fasilitator, peran sebagai
pendamping, peran sebagai mitra dan peran sebagai penyandang dana.
Sebagai Pelayan Masyarakat, dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat
seharusnya pemerintah memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Melayani masyarakat,
merupakan pilar utama dalam memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan
kekuatan dirinya untuk bisa berkembang secara optimal.
Sebagai Fasilitator, pemerintah seharusnya merupakan fasilitator yang ramah, menyatu
dengan masyarakat, bersahabat, menghargai masyarakat, mampu menangkap aspirasi
masyarakat, mampu membuka jalan, mampu membantu menemukan peluang, mampu
memberikan dukungan, mampu meringankan beban pekerjaan masyarakat, mampu
menghidupkan komunikasi dan partisipasi masyarakat tanpa masyarakat merasa terbebani.
Sebagai Pendamping, pemerintah harus melepaskan perannya dari penentu segalanya
dalam pengembangan program belajar menjadi pendamping masyarakat yang setiap saat harus
melayani dan memfasilitasi berbagai kebutuhan dan aktivitas masyarakat.
Sebagai Penyandang Dana, pemerintah harus memahami bahwa masyarakat yang
dilayani pada umumnya adalah masyarakat yang kurang mampu, baik dalam ilmu maupun
ekonomi.
Peran Pemerintah Dalam Otonomi Pendidikan
Dalam otonomi pendidikan keterlibatan pemerintah dalam pendidikan adalah mencakup
aspek mutu dan pemerataan. Pemerintah menetapkan standar mutu pendidikan dan akan
berupaya agar keragaman prestasi siswa tidak berbeda jauh pada setiap lembaga pendidikan.
Pemerintah menjamin pemerataan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan. Peran ini dilakukan melalui perumusan kebijakan umum, pelayanan
teknis, dan monitoring program secara regular. Perubahan peran ini mengubah hirarki
pengambilan keputusan yang selama ini selalu berawal dari pemerintah pusat dan bermuara ke
sekolah-sekolah. Adanya otonomi pendidikan hirarki pengambilan keputusan berubah menjadi
piramida terbalik, yaitu kedudukan sekolah berada di atas, sedangkan lembaga pemerintah
berada di bawah.
C. PRANATA SOSIAL DISEKOLAH
Pendidikan sebagai pranata sosial memiliki komponen yang saling berkaitan. Sekolah
inklusi sebagai salah satu bentuk pendidikan terpadu perlu untuk dianalisis komponennya agar
diketahui optimalisasi penyelenggaraannya. Maka dalam penelitian ini dianalisis pranata
pendidikan inklusi dengan mengidentifikasi pelaksanaan lima komponennya berupa tata
kelakuan, fungsi sosial, aktor, perilaku berpola, dan sarana prasarana. Penelitian ini
menggunakan metode fenomenologi dengan teknik wawancara yang diengkapi observasi dan
studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen pranata pendidikan
terlaksana pada sekolah ini. Berdasarkan hasil analisis, komponen tata kelakuan terlaksana
berlandaskan pada sumber norma tertulis dan tidak tertulis tetapi belum terbentuk peraturan
khusus yang mengatur perilaku di sekolah inklusi.
Fungsi sosial tercermin dalam visi, misi, dan program sekolah. Pemegang peran di
sekolah ini adalah pimpinan yayasan, struktural sekolah, guru pembimbing khusus, guru mata
pelajaran, siswa, dan orangtua. Namun untuk tim ahli inklusi belum dimiliki sehingga
pelaksanaan perannya berbasis pada pengalaman dan analisis internal. Perilaku berpola dari aktor
di sekolah ini masih belum optimal dilaksanakan, maka dibutuhkan pembinaan khusus agar
masingmasing aktor dapat berperan sesuai fungsinya. Sedangkan dari sarana dan prasarana
masih belum optimal tersedia dan pemenuhannya dilakukan secara bertahap. Secara umum
komponen tersebut terlaksana, meskipun masih dibutuhkan optimalisasi salah satunya dengan
proses pendampingan terutama dari pihak dinas Pendidikan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan sebagai pranata sosial sesungguhnya sebagai salah satu upaya dan strategi
dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang mengharapkan terciptanya generasi masa
depan yang berilmu-pengetahuan, berteknologi, dan beriman bertakwa.Yang bertujuan untuk
menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, berilmu pengetahuan yang relevan dengan
zamannya, dan mampu hidup pada era globalisasi dengan menjaga identitas tertentu yang
melekat pada diri sebagai pribadi, agama, dan bangsa.
untuk mewujudkan cita cita diperlukan tanggung jawab bersama semus elemen bangsa
secara menyeluruh, contohnya keluarga yang merupakan elemen dasar bagi sosialisasi nilai-nilai
dalam pendidikan. Keluarga menjadi pilar utama dalam melaksanakan sosialisasi kehidupan.
Masyarakat adalah juga bagian pilar penting, masyarakatlah yang ikut menentukan hitam
putihnya dunia pendidikan karena masyarakat memiliki sistem nilai, norma, aturan, dll. Pilar
yang tak kalah penting penting adalah peran pemerintah, Pemerintah yang menyediakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional bagi warga negara indonesia yang
menjamin proses pendidikan secara merata dan berkeadilan.
B.SARAN
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh
karena itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan atas saran dan kritik yang dapat membantu
kami kedepannya yang bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa
lebih baik terima kasih atas perhatiannya kami penulis mengucapkan Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA