Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN

LEMBAGA FUNGSIONAL MASYARAKAT DESA


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Pedesaan
Dosen Pembimbing : H. Noor Utomo, Ir., MP

Disusun Oleh :
Ramdan Awaludin (101180012)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas karunianya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Saya
berterimakasih kepada setiap pihak yang terlibat dan membantu saya dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah mata kuliah sosiologi pedesaan kali ini mengangkat topik
mengenai Lembaga Fungsional Masyarakat Desa. Makalah ini disusun sedemikian
rupa dangan mencari dan mengembangkan sejumlah informasi yang kami dapatkan
baik melalui buku, media cetak, elektronik maupun media lainnya. Kami berharap
dengan informasi yang didapat dan kemudian kami sajikan ini dapat memberikan
penjelasan yang cukup tentang lembaga fungsional masyarakat desa.
Demikian satu dua kata yang bisa kami sampaikan kepada pembaca
makalah ini. Jika ada kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, kami
terlebih dahulu memohon maaf dan juga berharap semua pihak dapat
memakluminya. Semoga semua pihak dapat menikmati dan mengambil esensi dari
makalah ini. Terima kasih

Bandung, November 2019

Penyusun

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat.............................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Lembaga Sosial ............................................................................... 3
2.2 Lembaga –Lembaga Sosial Desa ...................................................................... 4
2.3 Lembaga Pemerintahan Desa ............................................................................ 5
2.4 Struktur Pemerintahan Desa .............................................................................. 8
2.5 Lembaga-Lembaga Fungsional di Desa ............................................................ 9
2.5.1 Lembaga Kepemimpinan ............................................................................... 9
2.5.2 Lembaga Keluarga ......................................................................................... 9
2.5.3 Lembaga Ketetanggaan dan Keagamaan ..................................................... 10
BAB IV ............................................................................................................. 11
PENUTUP ......................................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11
4.1 Saran ................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lembaga merupakan fenomena yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, bukan saja karena fungsinya untuk menjaga dan mempertahankan
nilai-nilai yang sangat tinggi dalam masyarakat, melainkan juga berkaitan erat
dengan pelbagai kehidupan manusia. Maka ada yang memahami lembaga sebagai
sarana untuk mencapai tujuan atau kebutuhan manusia. Terlepas daari ketepatan
artinya, lembaga sosial mempunya peranan yang sangat vital dalam kehidupan
masyarakat,termasuk masyarakat pedesaan. Secara umum dalam suatu masyarakat,
khususnya Negara, lembaga-lembaga yang sangat penting perannya dalam
kehidupan masyarakat tersebut adalah lembaga pemerintahan, ekonomi,
pendidikan, agama dan keluarga, namun dalam buku sosiologi pedesaan kupasan
lembaga kemasyarakatan akan lebih banyak di tunjukan pada lembaga
pemerintahan desa serta yang terkait dengan itu. Sebab, untuk masyarakat desa di
Indonesia umumnya, lembaga pemerintahan ini memiliki peranan yang penting
Lembaga sosial (social institution) yang secara ringkas diartikan sebagai
kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-
nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat, merupakan wadah dan
perujudan yang lebih konkrit dari kultur dan struktur. Dalam suatu lembaga, setiap
orang yang termasuk di dalamnya pasti memiliki status dan peran tertentu. Status
merupakan refleksi struktur, sedangkan peran merupakan refleksi kultur. Dalam
suatu keluarga, status suami dilekati oleh peran tertentu yang sinkron dengan
struktur maupun kultur denagan masyarakat di mana keluarga itu berada. Misalnya,
suami harus berperan sebagai kepala keluarga dan berkewajiban memenuhi
kebutuhan keluarga, sedangkan isteri mengelola rumah tangga dan peran-peran
domestik lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan adalah
bagaimana lembaga sosial fungsional dalam masyarakat desa.

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan pokok diatas, maka tujuan dari penulisan ini
adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian lembaga sosial.
b. Mengetahui lembaga-lembaga sosial dalam desa.
c. Mengetahui lembaga pimipinan desa.
d. Mengetahui struktur pemerintahan desa.

1.4 Manfaat
Manfaat bagi pembaca adalah untuk menambah wawasan tentang
bagaimana memahami tentang lembaga fungsional masyarakat desa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Sosial


Istilah lembaga social dalam ilmu-ilmu social umumnya,dan dalam
sosiologi Ikhususnya,merupakan terjemahan dari social institution.Namun,istilah
ini bukan merupakan terjemahan satu-satunya.Koetjaningrat, menterjemahkannya
dengan pranata social.Sedangkan soejono soekanto dalam bukunya ”Sosiologi,
suatu pengantar”.1986, menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan untuk
konsep tersebut.
a. Menurut Paul B.Horton dan Chester L.Hunt (terjemahan,1987:244)
Lembaga adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting.
b. Menurut Soejono Soekanto(1986:178)
Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan dari pada norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakatan.
c. Menurut Koentjaraningrat(1964:113)
Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang
berpusat kepada aktifitas-aktifitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan
khusus dalam kehidupan masyarakat.
Dari ketiga definisi,diatas tersirat suatu pengertian bahwa lembaga itu,adalah suatu
system atau kompleks nilai dan norma .Sistem nilai dan norma atau tata kelakuan
ini berpusat disekitar kepentingan dan tujuan tertentu. Sehingga,kompleks nilai dan
norma yang ada perbagai lembaga menjadi perbedaan pula seiring dengan
perbedaan kepentingan yang kan dicapai lewat lembaga-lembaga
tersebut.Namun,apabila berbicara tentang pencapain kepentingannya itu
sendiri,maka kita lebih berhubungan dengan konsep asosiasi bukan lembaga
Perbedaan diantara lembaga dan asosiasi dapat diibaratkan dengan
keterkaitan antara rule of game dan orang-orang yang terlibat dalam suatu
pertandingan .Rule of game pertandingan sepak bola tanding adalah asosiasi.
Pendapat L.Broom dan Ph Selznick(1977) dapat menolong kita untuk lebih
memahami perbedaan dua konsep itu.Menurut Mereka,sebuah asosiasi melayani

3
kepentingan umum bukan hanya pribadi,dan jika hal ini dilakukan secara
teratur,tetap dan diterima oleh umum maka asosiasi tersebut telah menjadi lembaga
Lembaga sosial l memiliki bebrapa karakteristik yang terlekat
padanya.Beberapa diantaranya adalah tiaplembaga memiliki tujuan utama,relative
permanen ,memiliki nilai-nilai pokok yang bersumber dari pada anggotanya ,dan
pelbagai lembaga dalam suatu masyarakat memiliki keterkaitan sama lainnya
(periksa Bruce J.Cohen, terjemahan Bina Aksara ,1983).
Menyangkut proses keberadaanya ,lembag bisa diciptakan dengan sengaja seperti
yang terjadi pada sebuah organisasi,disamping itu juga ada yang tercipta secara
tidak sengaja .
Hal ini penting diketahui adalah kenyataan bahwa lembaga sosialbukan
merupakan fenomena yang statis.Lembaga berubah seiring dengan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat.Mengingat fungsinya yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan tertentu anggota masyarakat maka dinamikanya juga ditentukan oleh
perkembangan cenderung mengakibatkan munculnya kebutuhan-kebutuhan baru.
Dan pemenuhan kebutan baru belum tentu dapat dipenuhi oleh lembaga-lembaga
lama.Maka,dengan sendirinya dapat juga menuntut hadirnya lembaga-lembaga
yang mampu melayani tecapainya kebutuhan baru itu

2.2 Lembaga –Lembaga Sosial Desa


Lembaga sosial (social institution) yang secara ringkas diartikan sebagai
kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-
nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat,merupakan wadah dan
perujudan yang lebih konkrit dari kultur dan struktur .
Dalam suatu lembaga,setiap orang yang termasuk didalamnya pasti
memiliki status dan peran tertentu.Status merupakan refleksi struktur,sedangkan
peran merupakan refleksi kultur.Dalam suatu keluarga,satus suami dilekati oleh
peran tertentu yang sinkron denagn struktur maupun kultur masyarakat dimana
keluarga itu berada .Misalnya:suami harus berperan sebagai kepala keluarga dan
berwajiban memenuhi kebutuhan keluarga,sedangkan istri mengelola rumah tangga
dan peran-peran domestik lainnya.
Lembaga merupakan fenomena yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat bukan saja karena,fungsinya untuk menjaga dan mempertahankan nilai-

4
nilai yang sangat tinggi dalam masyarakat melainkan juga berkaitan erat dengan
pencapaian pelbagai kebutuhan manusia.Secara umum dalam suatu masyarakat
tersebut adalah lembaga pemerintahan,ekonomi,pendidikan,agama,dan keluarga.

2.3 Lembaga Pemerintahan Desa


Untuk desa –desa yang didasarkan oleh ikatan genealogis (hubungan
darah).Keadaaannya berbeda dengan didasarkan atas ikatan daerah.Untuk tipe desa
,yang pertama yang umumnya terdapat diluar jawa ,peranan pimpinan desa
sebenarnya tidak terlalu besar dibandingkan dengan desa-desa tipe yang
kedua.Untuk tipe desa yang pertama ini,system kekerabatan denagn aturan-aturan
adat istiadat yang berkaitan dengan itu sangat besar peranannya, pimpinan desa
sebenarnya hanya merupakan bagian atau instrument saja dari sistem genealogis
semacam ini,pimpinan desa harus tunduk kepad peraturan yang ada.Apabila
menyimpang dari peraturan adat,maka kepemimpinannya tidak diakui
masyarakat.Dengan demikian dia tidajk bisa ditafsirkan sebagi puncak kekuasaan
(single interpreter atau polymorphic leader).Hal ini berbeda denagn tipe desa yang
kedua,yang umumnya terdapat dijawa .Adat istiadat didesa-desa didaerah tertentu
bukan terutama didasarkan atas hubungan darah .
Dengan demikian ikatannya tidak terlalu kuat seperti didesa-desa luar jawa
umunya.Kepala desa tidak ditetapkan berdasarkan atas hukum adat ,melainkan
didasrkan atas system pemilihan yang telah sejak lama dikenal.Sekalipun telah
sejak lama juga kepla-kepala desa dijawa merupakan bagian dari kekuasaan dari
kekuasaan Negara/kerajaan (terutama didaerah-daerah yang berada dalam
kekuasaan suatu kerajaan),namun mereka masih dapat memainkan perannya lebih
otonom dan individual diabndingkan dengan kepala-kepala desa diluar jawa.
Ketika Negara Indonesia lahir lembaga pemerintahan atau pimpinan desa-
desa diindonesia yang asli semakin kehilangan tempat berpijak keberadaan yang
bersifat lokal berlandaskan hukum adat atau tradisi secara cepat atau lambat
digantikan oleh lembaga pemerintahan baru yang bersifat nasional berlandaskan
peraturan perundangan formal misalnya dibali dualism ini tercemin adanya dua
sebutan desa(dengan pimpinan) yakni”Desa adat”untuk desa asli yang telah ada
sebelum Indonesia merdeka dan “desa dinas”untuk desa yang didasarkan undang-

5
undang No 5 tahun 1979 secara umum terutama terlihat dari latar belakang
sejarahnya desa-desa dijawa dan luar jawa memang berbeda. Perbedaannya bukan
hanya oleh perbedaan dasar integrasinya,yakni dijawa berdasarkan ikatan darah dan
luar jawa berdasarkan ikatan darah ,melainkan juga oleh perbedaan intensitas dan
lama waktu intervensi kekuasaan (intradesa dan supradesa) terhadap desa-desa
tersebut.
Dapat disimpulkan secara umum bahwa desa-desa dijawa telah mengalami
intervensi kekuasaan supradesa lebih lama dan intensif disbanding dengan desa-
desa diluar jawa umumnya,intensitas atau besar kecilnya pengaruh supradesa ini
tidak terlepas dari kuat-lemahan atau besar kecilnya pusat kekuasaan yang ada.
Secara umum,intervensi kekuasaan supradesa didesa-desa diluar jawa ,baik
yang telah memiliki lembaga pemerintahan maupun yang tidak ,dapat disimpulkan
lebih kecil dari pada desa-desa dijawa.Sehingga,desa-desa tersebut masih memiliki
adat istiadat atau tradisi yang kuat.
Dijawa,rusaknya tradisi(detradisionalisasi)aseli desa tidak saja disebabkan
oleh intervensi kekuasaan kerajaan (kraton)melainkan juga terlebih oleh intervensi
kekuasaan kerajaan (kraton),melainkan juga terlebih oleh intervensi kekuasaan
pemerintahan colonial belanda, terutama cultuurstelsel. Cultuurstelsel ini
hakekatnya merupakan pengembangan Landrent yang diciptakan oleh gubernur
Raffles(Inggris).
Dalam pemerintahan ini petani harus cukup memiliki lahan pertanian,dan desanya
juga harus lebih otonom tidak terlalu dikuasai dan dikendalikan oleh kekuasaan
luar(kerajaan).untuk menwujudkan stateginya itu,setidaknya-setidaknya ditempuh
dua tindakan.
1. Pertama, Hubungan langsung dengan desa (beserta sejumlah peran) yang
dimiliki bupati digantikan oleh pemerintahan belanda. Namun demikian,
dalam pelaksanaannya bupati tersebut masih dipergunakan sehingga
peraturan-peraturan dari pemerintahan kolonial belanda tidak mendapatkan
tantangan dari bupati.
2. Kedua, Belanda mengupakan desa memiliki kedudukan yang lebih kuatdan
otonom sehingga secara demikian mereka telah menciptakan prasarana
bagi terciptanya tujuan mereka.

6
Peraturan formal ini bahkan telah diletakkan landasannya pada masa
kekuasaan Raffles,yakni dengan ditetapkannya Revenue Intruction (11
februari,1814) yang anatara lain mengatur hal pertahanan,kedudukan penguasa
umumnya (terutama bidang kepolisian).Dalam pemerintahan belanda perturan
penting ynag mereka buat untuk desa setelah Rafless menyerahkan kekuasaanya
adalah Regerings Regerings Regglement (RR) tahun 1854.RR ini antara lain
menetapkan bahwa desa berhak memilih kepala desanya sendiri dan kepala desa ini
diserahakan untuk mengatur rumah tangga desa dengan memperhatikan peraturan-
peraturan dari atas (Residen).
Peraturan-peraturan desa yang tercantum dalam RR 1854 ini masih
dipandang kurang memberikan landasan yang cukup kuat dalam usaha untuk
menguasai desa.Maka pada tahun 1906dikeluarkanlah peraturan yang mengatur
pemerintahan dan rumah tangga.Peraturan ini disebut “Inlandsche Gemeente
Ordonantie(ICO) yang dimuat dalam staatsblad 1906 nomor 83.IGO ini hanya
berlaku dijawa dan Madura saja.Pada tahun 1938, Inlandsche gemeentee ordonantie
voor de Westen(IGOB).IGOB dimuat dalam staatsblad 1938 nomor 490.
Setelah jaman kemerdekaan, pemerintahan Indonesia berusaha segera
menggantib peraturan-peraturan kolonial tersebut.Untuk itu pada tahun 1948
ditetapkanlah undang-undang pokok tentang pemerintahan daerah ,yakni Undang-
undang Nomor 22 tahun 1948 ini mengatur pembagian daerah yang berhak
mengatur dan mengurus rumah tangga sendirinya.Desa menurut undang –undang
ini adalah merupakan daerah tingkat tiga yang harus mempunyai otonomi tersendiri
yang diatur dengan undang-undang.karena,pelbagai kesulitan,desa otonomi
menurut undang-undang nomor 22 tahun 1948 ini tidak pernah dibentuk.
Untuk mengusahan agar terbentuk desa otonom,maka pemerintahan
membentuk sebuah komisariat urusan daerah otonom yang diketuai oleh Sutardjo
kartohadikoesoemo.komisariat ini juga masih menghadapi kesulitan dalam usaha
membentuk Daerah otonom tingkat III.Kemudian dibentuk UU Nomor 1 tahun
1957 ini telah 8 tahun diperlakukan ,namun daerah tingkat III tetap dibentuk.Usaha
ini lebih lanjut untuk merealisasi terbentuknaya daerah tingkat III adalah dengan
ditetapkan UU Nomor 18 tahun 1965 tentang pokok –pokok pemerintahan daerah
dan undang-undang nomor 19 tahun 1965 tentang Desapraja.Undang-undang

7
nomor19 tahun 1965 yang bermaksud menggantikan peraturan-peraturan yang
bersifat kolonial tidak sempat berlaku karena dikeluarkannya perintah untuk
menunda berlakunya UU tersebut.Selam UU baru tentang pemerintahan desa
belum terbentuk,maka peraturan lama yang mengatur hal itu tetap berlaku.Ini
berarti bahwa IGO,IGOB dan peraturan-peraturan lainnya masih dipergunakan
dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa ,yakni selama peraturan-
perundangan yang menggantikannya belum ditetapkan.
Baru setelah ditetapkannya undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang
pemerintahan Desa,IGOdan IGOB tidak berlaku lagi, sebab undang-undang ini
dimaksudkan menggantikan peraturan-peraturan yang tidak sesuai dengan
kehendak rakyat Indonesia,Undang –undang nomor 5 tahun 1979 erat sekali dengan
UU nomor 5 tahun 1974 yang mengatur tentang pokok-pokok penyelenggaraan
urusan pemerintahan berdasar atas asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan didaerah.

2.4 Struktur Pemerintahan Desa


Landasan utama pemerintahan desa buku ini disusun adalah undang –
undang nomor 5 tahun 1979 dalam pasal 1a dan 1b dinyatakan bahwa pemerintahan
desa merupakan penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan oleh organisasi
pemerintahan terendah dikecamatan.Dalam UU tersebut dibedakan anatara desa
dan kelurahan.perbedaan utama adalah bahwa desa memiliki hak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (dalam batas ikatan Negara kesatuan
republic Indonesia ),sedangkan kelurahan tidak memiliki hak semacam ini.Dalam
struktur pemerintahan desa yakni : Kepala Desa serta wakilnya, Lembaga
Musyawarah Desa(LMD) yang berfungsi memusyawarahkan segala masalah yang
dihadapi desa, pembantu-pembantu kepala desa baik sekretaris desa ataupun
kepala-kepala urusan yang tergabung dan pamong Desa. Disamping Sekretaris
Desa membantu kepala desa terdapat pula kepal-kepala dusun atau kepala kampung
.Berbeda dengan perangkat dalam struktur pemerintahan desa tersebut ,perangkat
yang ada pemerintahan desa tersebut,perangkat yang ada dipemerintahan kelurahan
terdiri dari lurah dan wakilnya yang dibantu oleh secretariat kelurahan terdiri dari
lurah dan wakilnya yang dibantu oleh sekretariat kelurahan dengan kepala-kepala

8
urusan dan kepala lingkungan.Dikelurahan tidak terdapat lembaga musyawarah
kelurahan sebagaimana LMD didesa.

2.5 Lembaga-Lembaga Fungsional di Desa

2.5.1 Lembaga Kepemimpinan


Ada 3 konsep tentang kepemimpinan, menurut Weber yaitu :
1. Pimpinan kharismatis, dimana ia memiliki kesaktian yang tidak ada pad
orang lain didapat dari Tuhan/Dewa. Pimpinan ini diakui selama ia masih
memiliki kharisma.
2. Pimpinan tradisional, didasarkan pada pengakuan akan tradisi yang
didasarkan atas keturunan atau pewarisan kekuasaan. Misalnya yang
memegang pimpinan desa adalah orang yang masih berasal dari keturunan
pembuka desa pertama, maka generasi berikutnya juga memegang
kepemimpinan tersebut
3. Pimpinan rasional (legalistik) didasarkan pada pendidikan sebagai ukuran
dalam jabatan.
Dalam kenyataan seseorang bisa saja berlaku sebagai pimpinan kharismatis,
tradisional maupun rasional atau tradisional dan rasional, contohnya pertama
adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Contoh yang kedua anak lurah tetapi anak
ini menempuh pendidikan formal dan mengganti ayahnya dalam kepemimpinan
desa. Akan tetapi bisa saja terjadi lurah yang bukan keturunan maupun
kharismastis, tetapi dengan ijazah yang dipilih untuk memimpin rakyat di desa.
Kepemimpinan identik dengan ide tentang kebapakan. Apapun yang diperintahkan
harus dituruti. Dasar keyakinannya adalah Bapak tidak mungkin menjerumuskan
si anak dan semuanya adalah untuk kebahagiaan si anak. Bapak adalah key person,
yaitu orang yang memiliki kekuasaan dan mengendalikan orang lain.

2.5.2 Lembaga Keluarga


Keluarga di desa tidak hanya berfungsi semata-mata hanya melahirkan
keturunan tetapi bisa sebagi unit ekonomi, yaitu adanya hubungan antar anggota
keluarga (suami, istri dan anak yang sudah mampu bekerja) bersama-sama terlibat

9
dalam kegiatan pertanian. Jadi, ikatan kerja di desa tidak hanya diperkuat oleh :
“kata kasih sayang “ tetapi diperkuat pula oleh ikatan “unit produksi”. Ikatan
sebagai unit produksi ini tidak saja berlansung dalm keluarga tetapi juga pada
lingkungan tetangga.

2.5.3 Lembaga Ketetanggaan dan Keagamaan


Ketetanggaan dalam masyarakat desa, khususnya desa-desa di Indonesia
masih memperlihatkan sifatnya sebagai kelompok primer. Hal ini terutama
disebabkan karena masih terdapat atau ada system pertukaran jasa ((barter tenaga
sesame mereka)
Adanya ikatan ini berpengaruh terhadap pengawasan sosial karena tetangga lebih
merupakan perluasan dari keluarga, maka yang pertama berperan sebagai
pengawas sosial adalah keluarga (family control) yang kemudian meluas ke seluruh
masyarakat desa setempat. Contohnya dapat dilihat pada sikap dan tingkah laku
sehari-hari dimana masih Nampak campur tangan tetangga baik secara lansung
maupun tidak pada pendidikan anak-anak.
Lembaga keagamaan juga berperan penting bagi masyarakat desa terutama
karena mereka terlibat di bidang pertanian yang masih tergantung pada alam. Hal
ini menjadikan orang desa sangat patuh dan tuduk pada kekuatan-kekuatan alam
(supernatural). Ini diekspresikan melalui upacara-upacara yang menyangkut
berbagai aspek kehidupan mereka.

Upacara-upacara yang dilakukan pada dasarnya mempunyai fungsi untuk


menetralisirkan rasa khawatir terhadap sesuatu peristiwa yang bakal terjadi atau
mengatasi rasa ketidakpastian. Dengan demikian, agama bukan lagi sifatnya yang
murni, namun sudah berbaur dengan unsur-unsur seperti tradisi atau adat.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Lembaga sosial adalah pola –pola aktifitas dan budaya yang meliputi adat
istiadat, tindakan, ide-ide dan sikap-sikap masyarakat dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidu/sosialnya

Proses lembaga sosial diawali dari diri manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
untuk mempertahankan diri, mempertahankan ras dan keluarga, dan selanjutnya
terlihat pada aktifitas manusia.

Tujuan lembaga sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia, sedang
fungsinya adalah untuk pedoman bertingkah laku, menjaga keutuhan dan
pengawasan tingkah laku masyarakat.

Lembaga-lembaga fungsional di desa terdiri dari : 1) lembaga kepemimpinan, 2)


lembaga keluarga , dan 3) lembaga ketetanggaan dan keagamaan

4.1 Saran

Diharapkan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacadan bisa


lebih dimengerti dan memahami lebih dalam tentang lembaga fungsional
masyarakat desa seperti yang telah di jelaskan dalam makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://amboyaser.blogspot.com/2014/08/makalah-sosiologi-pedesaan-
lembaga.html

12

Anda mungkin juga menyukai