Disusun Oleh :
Ramdan Awaludin (101180012)
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas karunianya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Saya
berterimakasih kepada setiap pihak yang terlibat dan membantu saya dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah mata kuliah sosiologi pedesaan kali ini mengangkat topik
mengenai Lembaga Fungsional Masyarakat Desa. Makalah ini disusun sedemikian
rupa dangan mencari dan mengembangkan sejumlah informasi yang kami dapatkan
baik melalui buku, media cetak, elektronik maupun media lainnya. Kami berharap
dengan informasi yang didapat dan kemudian kami sajikan ini dapat memberikan
penjelasan yang cukup tentang lembaga fungsional masyarakat desa.
Demikian satu dua kata yang bisa kami sampaikan kepada pembaca
makalah ini. Jika ada kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, kami
terlebih dahulu memohon maaf dan juga berharap semua pihak dapat
memakluminya. Semoga semua pihak dapat menikmati dan mengambil esensi dari
makalah ini. Terima kasih
Penyusun
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat.............................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Lembaga Sosial ............................................................................... 3
2.2 Lembaga –Lembaga Sosial Desa ...................................................................... 4
2.3 Lembaga Pemerintahan Desa ............................................................................ 5
2.4 Struktur Pemerintahan Desa .............................................................................. 8
2.5 Lembaga-Lembaga Fungsional di Desa ............................................................ 9
2.5.1 Lembaga Kepemimpinan ............................................................................... 9
2.5.2 Lembaga Keluarga ......................................................................................... 9
2.5.3 Lembaga Ketetanggaan dan Keagamaan ..................................................... 10
BAB IV ............................................................................................................. 11
PENUTUP ......................................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11
4.1 Saran ................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan adalah
bagaimana lembaga sosial fungsional dalam masyarakat desa.
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan pokok diatas, maka tujuan dari penulisan ini
adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian lembaga sosial.
b. Mengetahui lembaga-lembaga sosial dalam desa.
c. Mengetahui lembaga pimipinan desa.
d. Mengetahui struktur pemerintahan desa.
1.4 Manfaat
Manfaat bagi pembaca adalah untuk menambah wawasan tentang
bagaimana memahami tentang lembaga fungsional masyarakat desa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kepentingan umum bukan hanya pribadi,dan jika hal ini dilakukan secara
teratur,tetap dan diterima oleh umum maka asosiasi tersebut telah menjadi lembaga
Lembaga sosial l memiliki bebrapa karakteristik yang terlekat
padanya.Beberapa diantaranya adalah tiaplembaga memiliki tujuan utama,relative
permanen ,memiliki nilai-nilai pokok yang bersumber dari pada anggotanya ,dan
pelbagai lembaga dalam suatu masyarakat memiliki keterkaitan sama lainnya
(periksa Bruce J.Cohen, terjemahan Bina Aksara ,1983).
Menyangkut proses keberadaanya ,lembag bisa diciptakan dengan sengaja seperti
yang terjadi pada sebuah organisasi,disamping itu juga ada yang tercipta secara
tidak sengaja .
Hal ini penting diketahui adalah kenyataan bahwa lembaga sosialbukan
merupakan fenomena yang statis.Lembaga berubah seiring dengan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat.Mengingat fungsinya yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan tertentu anggota masyarakat maka dinamikanya juga ditentukan oleh
perkembangan cenderung mengakibatkan munculnya kebutuhan-kebutuhan baru.
Dan pemenuhan kebutan baru belum tentu dapat dipenuhi oleh lembaga-lembaga
lama.Maka,dengan sendirinya dapat juga menuntut hadirnya lembaga-lembaga
yang mampu melayani tecapainya kebutuhan baru itu
4
nilai yang sangat tinggi dalam masyarakat melainkan juga berkaitan erat dengan
pencapaian pelbagai kebutuhan manusia.Secara umum dalam suatu masyarakat
tersebut adalah lembaga pemerintahan,ekonomi,pendidikan,agama,dan keluarga.
5
undang No 5 tahun 1979 secara umum terutama terlihat dari latar belakang
sejarahnya desa-desa dijawa dan luar jawa memang berbeda. Perbedaannya bukan
hanya oleh perbedaan dasar integrasinya,yakni dijawa berdasarkan ikatan darah dan
luar jawa berdasarkan ikatan darah ,melainkan juga oleh perbedaan intensitas dan
lama waktu intervensi kekuasaan (intradesa dan supradesa) terhadap desa-desa
tersebut.
Dapat disimpulkan secara umum bahwa desa-desa dijawa telah mengalami
intervensi kekuasaan supradesa lebih lama dan intensif disbanding dengan desa-
desa diluar jawa umumnya,intensitas atau besar kecilnya pengaruh supradesa ini
tidak terlepas dari kuat-lemahan atau besar kecilnya pusat kekuasaan yang ada.
Secara umum,intervensi kekuasaan supradesa didesa-desa diluar jawa ,baik
yang telah memiliki lembaga pemerintahan maupun yang tidak ,dapat disimpulkan
lebih kecil dari pada desa-desa dijawa.Sehingga,desa-desa tersebut masih memiliki
adat istiadat atau tradisi yang kuat.
Dijawa,rusaknya tradisi(detradisionalisasi)aseli desa tidak saja disebabkan
oleh intervensi kekuasaan kerajaan (kraton)melainkan juga terlebih oleh intervensi
kekuasaan kerajaan (kraton),melainkan juga terlebih oleh intervensi kekuasaan
pemerintahan colonial belanda, terutama cultuurstelsel. Cultuurstelsel ini
hakekatnya merupakan pengembangan Landrent yang diciptakan oleh gubernur
Raffles(Inggris).
Dalam pemerintahan ini petani harus cukup memiliki lahan pertanian,dan desanya
juga harus lebih otonom tidak terlalu dikuasai dan dikendalikan oleh kekuasaan
luar(kerajaan).untuk menwujudkan stateginya itu,setidaknya-setidaknya ditempuh
dua tindakan.
1. Pertama, Hubungan langsung dengan desa (beserta sejumlah peran) yang
dimiliki bupati digantikan oleh pemerintahan belanda. Namun demikian,
dalam pelaksanaannya bupati tersebut masih dipergunakan sehingga
peraturan-peraturan dari pemerintahan kolonial belanda tidak mendapatkan
tantangan dari bupati.
2. Kedua, Belanda mengupakan desa memiliki kedudukan yang lebih kuatdan
otonom sehingga secara demikian mereka telah menciptakan prasarana
bagi terciptanya tujuan mereka.
6
Peraturan formal ini bahkan telah diletakkan landasannya pada masa
kekuasaan Raffles,yakni dengan ditetapkannya Revenue Intruction (11
februari,1814) yang anatara lain mengatur hal pertahanan,kedudukan penguasa
umumnya (terutama bidang kepolisian).Dalam pemerintahan belanda perturan
penting ynag mereka buat untuk desa setelah Rafless menyerahkan kekuasaanya
adalah Regerings Regerings Regglement (RR) tahun 1854.RR ini antara lain
menetapkan bahwa desa berhak memilih kepala desanya sendiri dan kepala desa ini
diserahakan untuk mengatur rumah tangga desa dengan memperhatikan peraturan-
peraturan dari atas (Residen).
Peraturan-peraturan desa yang tercantum dalam RR 1854 ini masih
dipandang kurang memberikan landasan yang cukup kuat dalam usaha untuk
menguasai desa.Maka pada tahun 1906dikeluarkanlah peraturan yang mengatur
pemerintahan dan rumah tangga.Peraturan ini disebut “Inlandsche Gemeente
Ordonantie(ICO) yang dimuat dalam staatsblad 1906 nomor 83.IGO ini hanya
berlaku dijawa dan Madura saja.Pada tahun 1938, Inlandsche gemeentee ordonantie
voor de Westen(IGOB).IGOB dimuat dalam staatsblad 1938 nomor 490.
Setelah jaman kemerdekaan, pemerintahan Indonesia berusaha segera
menggantib peraturan-peraturan kolonial tersebut.Untuk itu pada tahun 1948
ditetapkanlah undang-undang pokok tentang pemerintahan daerah ,yakni Undang-
undang Nomor 22 tahun 1948 ini mengatur pembagian daerah yang berhak
mengatur dan mengurus rumah tangga sendirinya.Desa menurut undang –undang
ini adalah merupakan daerah tingkat tiga yang harus mempunyai otonomi tersendiri
yang diatur dengan undang-undang.karena,pelbagai kesulitan,desa otonomi
menurut undang-undang nomor 22 tahun 1948 ini tidak pernah dibentuk.
Untuk mengusahan agar terbentuk desa otonom,maka pemerintahan
membentuk sebuah komisariat urusan daerah otonom yang diketuai oleh Sutardjo
kartohadikoesoemo.komisariat ini juga masih menghadapi kesulitan dalam usaha
membentuk Daerah otonom tingkat III.Kemudian dibentuk UU Nomor 1 tahun
1957 ini telah 8 tahun diperlakukan ,namun daerah tingkat III tetap dibentuk.Usaha
ini lebih lanjut untuk merealisasi terbentuknaya daerah tingkat III adalah dengan
ditetapkan UU Nomor 18 tahun 1965 tentang pokok –pokok pemerintahan daerah
dan undang-undang nomor 19 tahun 1965 tentang Desapraja.Undang-undang
7
nomor19 tahun 1965 yang bermaksud menggantikan peraturan-peraturan yang
bersifat kolonial tidak sempat berlaku karena dikeluarkannya perintah untuk
menunda berlakunya UU tersebut.Selam UU baru tentang pemerintahan desa
belum terbentuk,maka peraturan lama yang mengatur hal itu tetap berlaku.Ini
berarti bahwa IGO,IGOB dan peraturan-peraturan lainnya masih dipergunakan
dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa ,yakni selama peraturan-
perundangan yang menggantikannya belum ditetapkan.
Baru setelah ditetapkannya undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang
pemerintahan Desa,IGOdan IGOB tidak berlaku lagi, sebab undang-undang ini
dimaksudkan menggantikan peraturan-peraturan yang tidak sesuai dengan
kehendak rakyat Indonesia,Undang –undang nomor 5 tahun 1979 erat sekali dengan
UU nomor 5 tahun 1974 yang mengatur tentang pokok-pokok penyelenggaraan
urusan pemerintahan berdasar atas asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan didaerah.
8
urusan dan kepala lingkungan.Dikelurahan tidak terdapat lembaga musyawarah
kelurahan sebagaimana LMD didesa.
9
dalam kegiatan pertanian. Jadi, ikatan kerja di desa tidak hanya diperkuat oleh :
“kata kasih sayang “ tetapi diperkuat pula oleh ikatan “unit produksi”. Ikatan
sebagai unit produksi ini tidak saja berlansung dalm keluarga tetapi juga pada
lingkungan tetangga.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lembaga sosial adalah pola –pola aktifitas dan budaya yang meliputi adat
istiadat, tindakan, ide-ide dan sikap-sikap masyarakat dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidu/sosialnya
Proses lembaga sosial diawali dari diri manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
untuk mempertahankan diri, mempertahankan ras dan keluarga, dan selanjutnya
terlihat pada aktifitas manusia.
Tujuan lembaga sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia, sedang
fungsinya adalah untuk pedoman bertingkah laku, menjaga keutuhan dan
pengawasan tingkah laku masyarakat.
4.1 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
http://amboyaser.blogspot.com/2014/08/makalah-sosiologi-pedesaan-
lembaga.html
12