Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEDESAAN


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah :
Agama dan Masyarakat Pedesaan
Dosen Pengampu : ELLYA ROSANA, S.Sos., M.H.

Oleh :
ANDRIAN FAROZI (2131050089)
HERIZA (2131050060)
OKTA LOVALIA (2131050070)

KELAS C
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas taufiq, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Sosial
Budaya Masyarakat Pedesaan” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata Agama dan Masyarakat Pedesaan. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sosial budaya yang ada di dalam
Masyarakat Pedesaan. Dan tidak lupa, penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Ellya Rosana, S.sos,. M.H selaku dosen pengampu mata kuliah
Agama dan Masyarakat Pedesaan dan terimakasih juga kepada semua pihak
yang membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam peny usunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada penulis khususnya, serta kepada semua pihak yang
membaca makalah ini demi kemajuan ilmu pengetahuan. Amiin Ya Rabbal
‘Alamiin.

Bandar Lampung, 28 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................

A. Pengertian Sistem Sosial Budaya ........................................................ 6


B. Masyarakat Pedesaan Sebagai Suatu Sistem ........................................ 11
C. Sistem Sosial Budaya Masyarakat Perdesaan ...................................... 12
D. Sistem Sosial Masyarakat Petani ......................................................... 13
E. Sistem Sosial Budaya Masyarakat Pesisir............................................ 15
F. Strafikasi Sosial Masyarakat Pedesaan ................................................ 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat secara disadari ataupun tidak di sadari akan mengalami
perubahan sosial karena merupakan suatu sistem sosial. Terjadinya suatu
perubahan dalam masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah adanya penemuan-penemuan baru, dan keinginan untuk maju serta
memperbaiki kehidupannya kearah yang lebih baik. Adanya pengembangan
pariwisata, merupakan salah satu faktor penyebab yang akan mempengaruhi
terjadinya perubahan sosial pada masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat tidak selamanya akan berdampak positif kepada kemajuan, namun
dampak yang ditimbulkan dapat mengakibatkan dampak yang negatif atau
kemunduran. Masyarakat memandang sebuah kemajuan dan pembangunan yang
berkelanjutan yang terjadi di lingkungannya merupakan sebuah keberhasilan.
Akan tetapi perubahan tersebut dapat berbanding terbalik dengan sistem sosial
yang ikut mengalami perubahan yang dapat dirasakan oleh anggota-anggota
masyarakatnya. Sistem sosial yang ikut mengalami perubahan, salah satu
contohnya akan membentuk anggota-anggota masyarakat yang individual.
Masyarakat sebagai suatu sistem tentu dalam perwujudannya, senantiasa
mengalami perubahan baik perubahan berupa kemajuan maupun kemunduran,
luas atau terbatas, cepat atau lambatnya (Nazir, 2008:157). Sehingga dapat
dikatakan bahwa semua anggota-anggota masyarakat akan mengalami perubahan
selama hidupnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini ,penulis akan mencoba memaparkan pembahasan
tentang Sistem Sosial budaya indonesia khususnya yang ada di masyarakat
Pedesaan.

4
C. TUJUAN
a. Untuk memahami apa itu Sistem Sosial Budaya
b. Bagaimana Konsep Masyarakat Pedesaan.
c. Mengetahui Sistem Sosial di Masyarakat Pedesaan apa saja
d. Mengenal Sistem Sosial Budaya Petani dan Nelayan.
e. Mengenal Strafikasi sosial pada Masyarakat Desa.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Sosial Budaya


1. Pengertian Sistem
Secara etimologis, kata sistem merupakan kata serapan yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu systema, systematos, yang berasal dari kata synistani.
Adapun kata synistani terdiri dari dua suku kata, yaitu syn dan hystanat.
Kata syn bermakna bersama; hystanat memiliki arti menempatkan. Jadi,
synistani memiliki pengertian sebagai menempat kan bersama.
Adapun berdasarkan penelusuran etimologis Tatang Amirin (2003)
menyimpulkan bahwa systema memiliki pengertian berikut: (1) suatu
hubungan yang tersusun atas sekian banyak bagian; dan (2) hubungan yang
berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen-komponen secara
teratur. Jadi, systema itu mengandung arti sehimpunan bagian atau
kompenen yang saling berhubungan. Apa yang dapat disimpulkan dari
pengertian kamus tentang sistem.
Dari penelusuran etimologis kata sistem dan pengertian kamusnya dapat
dipahami bahwa sistem merupakan "suatu keteraturan hubunga antar-
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga membentuk totalita Beberapa ahli
telah membahas tentang konsep sistem dan member batasan tentang sistem,
antara lain:

a. Winardi. Pengertian sistem dikemukakannya dalam bukuny Pengantar


tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Adapun pemi kiran Winardi
sebagai berikut: "sistem merupakan suatu kelompok elemen-elemen yang
interdependen yang antar berhubungan atau yang saling memengaruhi satu
sama lain. Sistem merupakan suat konglomerat hal-hal tertentu yang secara
keseluruhan membentuk suatu keseluruhan yang menyatu".

6
b. Gabriel A. Almond. Gabriel A. Almond (1981: 2) menulis definisi
sistem pada Bab "Studi Perbandingan Sistem Politik" dalam buku
Perbandingan Sistem Politik yang diedit oleh Mochtar Masoed dan Collin
MacAndrews. Adapun pandangan Almond sebagai berikut "Sistem
diartikan sebagai suatu konsep ekologis yang menunjukkan adanya suatu
organisasi yang berinteraksi dengan suatu lingkung an, yang
memengaruhinya maupun dipengaruhinya."
2. Pengertian Sosial
Kata sosial kalau dirujuk asal usulnya, salah satunya, dapat berakar dari
kata Latin, yaitu socius, yang berarti bersama-sama, bersatu, terikat, sekutu,
berteman; atau kata socio yang bermakna menyekutukan, menjadikan
teman, mengikat atau mempertemukan. Dari pengertian dua kata tersebut,
maka sosial dapat dipahami sebagai pertemanan atau masyarakat.
Adapun apabila ditelusuri pada Kamus Besar Bahasa Indonesia edi si
ketiga, ditemukan bahwa kata sistem memiliki dua arti, yaitu: satu,
berkenaan dengan masyarakat. Dua, suka memperhatikan kepentingan
umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya), dalam bentuk ra gam
cakapan.
Berdasarkan penelusuran etimologis dan pengertian kamusnya, dapat
disimpulkan bahwa kata sosial dimengerti sebagai sesuatu yang
dihubungkan atau dikaitkan dengan teman, pertemanan, atau masya rakat.
Selanjutnya dari hasil penelusuran pengertian kata sosial dari per spektif
ahli, ditemukan seorang sosiolog yang membahas tuntas makna kata
tersebut, yaitu Robert M.Z. Lawang (1985a: 7) dalam buku modul
Universitas Terbuka, Pengantar Sosiologi. Lawang mengemukakan
pandangannya tentang pengertian kata sosial sebagai berikut: "Arti sub
jektif yang memperhitungkan perilaku orang lain yang terlibat dalam suatu
tindakan. Arti subjektif menunjuk pada arti yang diberikan oleh orang yang
bertindak untuk tindakannya sendiri."

7
3. Pengertian Sistem Sosial
Pengertian sistem dan sosial telah didiskusikan sebelumnya seca ra
terpisah atau sendiri-sendiri. Pada bagian ini dicoba untuk memahami
secara utuh kedua konsep tersebut. Pada pengertian kamus, baik pengertian
yang berdasarkan penelusuran etimologis maupun merujuk pada kamus,
tidak ditemukan penjelasan kata sistem sosial sekaligu Oleh sebab itu,
kedua pengertian tersebut, baik penelusuran etimologis maupun rujukan
kamus, disatukan untuk dipahami makna atau artinya secara keseluruhan.
Definisi sistem sosial seperti ini mencakup berbagai fenomena: mulai dari
persahabat individu, katakanlahan sampai pada masyarakat, mulai dari
kelompok sampai pada nega Kenapa hubungan persahabatan antara dua
orang antara Inas dan Tsabita, dapat dikatakan sebagai sistem sosial? Sebab
hubungan yang terjalin antara Inas dan Tsabita membentuk suatu saling
keterkaitan secara teratur antara individu dan individu sebagai suatu
totalitas, yang dikenal sebagai persahabatan. Yang Berbeda dari pengertian
kamus, pada pengertian ahli ditemukan berbagai pandangan tentang konsep
sistem sosial. Berikut dikemuka kan pengertian dari berbagai ahli tentang
konsep sistem sosial tersebut.

a. Robert M.Z. Lawang


Dalam buku modul Universitas Terbuka, Pengantar Sosiologi Robert M.Z..
Lawang (1985a: 56) menjelaskan definisi sistem sosial Adapun inti
gagasan Lawang tentang sistem sosial sebagai berik "Sejumlah kegiatan
atau sejumlah yang hubungan timbal balikn kurang lebih bersifat konstan."

b. Talcott Parsons
Pemikiran Parsons tentang sistem telah didiskusikan pada Bab 2 Sekadar
mengingat kembali bahwa Parsons menjelaskan ada empat persyaratan
fungsional yang dibutuhkan oleh suatu sistem, yaitu Adaptation/adaptasi
(A), Goal attainment/pencapaian tujuan Integration/integrasi (1), dan Latent
pattern maintenance/pola pe meliharaan laten (L).

8
Dalam melihat sistem sosial, buku ini mempertimbangkan kritik Robert K.
Merton terhadap teori sistem. Ada tiga postulat yang dikri tik Merton. Pertama,
postulat kesatuan fungsional masyarakat. Postu lat ini meyakini bahwa semua
pola tindakan atau institusi sosial dalam masyarakat berhubungan secara
harmonis dan menyumpang kesatuan masyarakat atau sistem sosial. Menurut
Merton dalam kenyataan ti dak selalu seperti yang digambarkan postulat
tersebut. Sebab, selain ia memiliki fungsi, juga bisa terjadi disfungsi atau
nonfungsi. Disfungsi menunjuk pada berkurang atau mengecilnya fungsi suatu
institusi so sial sehingga dapat menghancurkan sistem sosial secara
keseluruhan. Adapun konsep nonfungsi menunjuk pada tidak relevannya lagi
suatu institusi sosial untuk menunjang integrasi sistem sosial.

Kedua, postulat fungsionalisme universal. Postulat ini melihat bah wa "seluruh


bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif".
Seperti argumentasi kritik Merton di atas bahwa ternyata bentuk sosial dan
kebudayaan tidak hanya memiliki fungsi po sitif, tetapi juga fungsi negatif
(disfungsi) atau nonfungsi. Oleh sebab itu, dalam analisis sosiologi perlu
menimbang antara fungsi positif dan fungsi negatif. Cara ini dikenal sebagai
keseimbangan konsekuensi konsekuensi fungsional.

Ketiga, postulat indispensability. Postulat ini menyatakan bahwa "dalam setiap


tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materil, dan kepercayaan
memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus
dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan sistem secara keseluruhan. Dalam ke nyataan suatu item yang
fungsional dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga kebutuhan fungsional
tetap terpenuhi. Dengan menggunakan pendekatan Parsons, misalnya, agama
me miliki fungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan integrasi so sial,
mengembangkan semangat altruistik dan menguatkan solidaritas sosial. Namun
dalam kenyataan, fungsi agama tidak selalu demikian. Agama sepanjang

9
sejarah ternyata juga menciptakan konflik dan mem bawa perpecahan. Hal ini
yang dikritik oleh Merton.
4. Pengertian Budaya
Seperti halnya membicarakan pengertian sistem dan sosial, peng ertian
budaya juga dicoba dipahami melalui pengertian kamus dan pengertian ahli.
Budaya, secara etimologis dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddayah, ber makna budi, akal, dan
pikiran. Jika budaya dilengkapi awalan "ke-" dan akhiran "-an" sehingga
menjadi kebudayaan, maka maknanya adalah hal-hal yang berkaitan dengan
budi, akal, dan pikiran.
Adapun budaya jika dirujuk pada bahasa asing, bahasa Latin misal nya,
berakar dari kata colere, berarti mengolah atau mengerjakan, dalam hal ini
mengolah tanah atau bertani. Kata tersebut berkembang menjadi culture,
dalam bahasa Inggris misalnya, bermakna segala kegiatan m nusia untuk
mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat, 1965).
5. Pengertian Sistem Budaya
Menurut Koentjaraningrat, dkk. (2003) merumuskan sistem budaya sebagai
rangkaian gagasan, konsepsi, norma, adat istiadat yang menata tingkah laku
manusia dalam masyarakat dan yang merupakan wujud ideologis kebudayaan.
6. Hubungan Sistem Sosial dan Sistem Budaya
Sistem budaya mengemban fungsi pemeliharaan pola laten, karen sistem ini
mengembangkan nilai dan norma budaya yang dilembagakan dalam sistem
sosial. Sementara sistem sosial menjaga fungsi integrasi, karena sistem ini
mengoordinasikan dan menciptakan kesesuaian antar bagian-bagian atau
anggota-anggotanya. Adapun sistem kepribadian menyandang fungsi
pencapaian tujuan, karena sistem ini mengarahkan individu untuk meraih
tujuan individu yang tidak berseberangan atau bertentangan dengan orientasi
bersama. Terakhir, sistem organisme pe rilaku memelihara fungsi adaptasi,
karena masalah adaptasi ditentukan sebagian besar oleh oleh sifat-sifat
biologis individu sebagai organisme yang berprilaku dengan persyaratan
biologis dasar tertentu yang harus dipenuhi oleh mereka supaya tetap hidup.

10
Dari penjelasan Parsons tersebut di atas, antara sistem sosial dan sistem
budaya memperlihatkan suatu hubungan yang saling ketergan tungan antara
satu sama lainnya. Demikian pula dengan dua sistem la innya, yaitu sistem
kepribadian dan sistem organisme perilaku. Sistem budaya merupakan
abstraksi dari sistem sosial. Gejalanya hanya dapat ditangkap pada gejala
sistem sosialnya saja, baik pada masyarakat seba gai keseluruhan maupun
pada perseorangan sebagai produk dari ma syarakatnya (Rahman dan
Yuswadi, 2005: 8).
7. Pengertian Sistem Sosial Budaya
Rahman dan Yuswadi (2005: 15) memberi batasan sistem sosial bu daya
sebagai suatu bentuk kompleksitas perilaku masyarakat yang rela tif konstan
dan dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat karena bersumber dari
nilai-nilai budaya yang telah menjadi bagian pola hidup kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Adapun buku ini memberikan batasan sistem sosial budaya sebagai saling
keterkaitan yang teratur atau konstan antara individu dan individu, antara
individu dan kelompok, serta antara kelompok dan kelompok dalam
hubungannya dengan segala kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam, baik sebagai sesuatu yang dipelajari, dialami mau pun dibangun
bersama secara sosial, meliputi gagasan, nilai dan norma, oleh para anggota
suatu masyarakat, sehingga membentuk totalitas.

B. Masyarakat Pedesaan Sebagai Suatu Sistem


1. Masyarakat Pedesaan Sebagai Sistem Sosial
Seperti telah didiskusikan di atas bahwa sistem sosial merupakan saling
keterkaitan yang teratur atau konstan antara individu dan individu, antara
individu dan kelompok, serta antara kelompok dan kelom pok sehingga
membentuk totalitas. Masyarakat dipandang suatu sistem sosial bila
terdapat bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhu bungan dan
ketergantungan antara satu sama lain. Setiap bagian-bagian atau unsur-
unsur dari pembentuk sistem sosial memiliki fungsi.

11
2. Masyarakat Pedesaan sebagai sistem Interaksi
Apa itu sistem interaksi? istem interaksi (sosial) merupakan satu tindakan
timbal balik atau saling berhubungan antara dua orang atau lebih melalui
suatu kontak dan komunikasi dalam ketergantungan satu sama lain secara
teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Dari definisi tersebut maka
dalam masyarakat perdesaan terdapat berbaga macam sistem interaksi
seperti hubungan persahabatan, hubungan se dukuh/sedusun, hubungan
sesuku/semarga/seklan, hubungan suami istri, dan hubungan pacaran.
3. Masyarakat Pedesaan sebagai sistem Pertukaran
Dalam melihat masyarakat sebagai sistem pertukaran, masyarakat,
termasuk masyarakat perdesaan, dipandang terdiri dari bagian-bagian
(individu atau kelompok individu) yang saling ketergantungan dalam suatu
pertukaran yang terpola. Dengan kata lain, bagian-bagian, unsur unsur atau
item-item memiliki ketergantungan terhadap suatu pertu karan yang terus-
menerus dan ajek.

Pertukaran dilakukan karena bagian-bagian, dalam hal ini indi vidu-


individu, dilihat sebagai makhluk yang rasional, dia memperhi tungkan
untung rugi. Suatu sistem bertahan apabila semua unsur pem bentuk sistem
memperoleh untung atau minimal tidak mendapatkan kerugian. Kenyataan
bahwa keuntungan tidak selalu bersifat ekstrinsik tetapi juga bisa bersifat
intrinsik. Jika ada bagian atau unsur pembentuk sistem mengalami
kerugian, maka diperkirakan sistem tidak bisa ter bentuk atau apabila
sistem telah ada, maka bisa jadi sistem akan bubar.

C. Sistem Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan


1. Gagasan
Gagasan merupakan suatu konstruksi pemikiran yang dibangun secara
sosial di antara pengemban kebudayaan dalam menyikapi ling kungan
dan alam sekitarnya. Gagasan tersebut, pada akhirnya berujung menjadi,
berupa nilai, norma, pengetahuan dan teknologi. Gagasan yang

12
terpenting didiskusikan di sini adalah berupa kearifan lokal atau kearifan
tradisi.
2. Nilai
Nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman berarti,
berharga, bernilai dan pantas atau tidak berarti, tidak berharga, tidak
bernilai dan tidak pantas. Gagasan seperti ini dikenal sebagai nilai.
3. Norma
Norma, sebagai sumber daya sosial terakhir, dipahami sebagai atur an
main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma membe rikan
kita suatu cara di mana kita mengorientasikan diri kita terhadap orang
lain. Norma menuntun kita dalam melakukan definisi situasi. Norma,
oleh karena itu, menjadi kompas dalam menemukan jalan-jalan di
belantara kehidupan sosial.

Sullivan dan Thompson (1984: 39-41) membagi norma atas tiga macam,
yaitu kebiasaan (folksways), tata kelakuan (mores), dan hukum (law).

D. Sistem Sosial Budaya Masyarakat Petani


1. Ekologi Desa Pertanian
• Persawahan
• Perladangan

2. Siapakah Petani
Dalam literatur dalam bahasa Inggris, petani dibedakan antara farmer
dan peasant. Farmer dipahami sebagai petani yang menguasai faktor
produksi secara memadai dengan tanah pertanian yang relatif luas,
mengakumulasi surplus usaha pertaniannya sehingga mempunyai
modal yang relatif kuat dan mempunyai jaringan dengan elit (politik,
agama, dan ekonomi).
Adapun peasant adalah petani yang menguasai sangat sedikit fak tor
produksi seperti tanah, yang hasilnya untuk kebutuhan subsistensi,

13
hanya dapat untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya,
dikenal sebagai petani gurem; atau bahkan juga mereka yang tidak
memiliki tanah dan menggantungkan hidupnya pada bagi hasil
dan/atau penger jaan usaha pertanian, dikenal sebagai buruh tani
(Dewi, 2007; Wahyudi, 2005; dan Rahardjo, 1999).
3. Arti Subsitensi
Subsistensi, menurut Rahardjo (1999: 68), dipahami sebagai cara
hidup yang cenderung minimalis. Usaha-usaha yang dilakukan cende
rung ditujukan untuk sekadar hidup. Selanjutnya, ekonomi subsisten,
menurut Abercrombie dkk (2010: 562) dimaksud sebagai ekonomi un
tuk mencukupi diri atau ekonomi alamiah. Subsistensi ekonomi ditan
dai dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) unit-unit produksi, seperti ke
luarga petani, berproduksi untuk mencukupi kebutuhannya sendiri:
(2) unit-unit tersebut tidak tergantung pada pasar dalam memenuhi
kon sumsinya; dan (3) hanya ada sedikit pembagian atau spesialisasi
kerja.
4. Tanah dalam Konsepsi Masyarakat Adat
5. Solidaritas Sosial Masyarakat Petani
Salah satu kualitas relasi sosial masyarakat perdesaan yang banyak
diperbincangkan ketika membahas desa adalah solidaritas sosial,
dalam hal ini solidaritas mekanik. Konsepsi solidaritas mekanik,
seperti telah kita bahas pada bab sebelumnya, merupakan kesadaran
kolektif yang didasarkan atas keyakinan dan konsensus bersama.
Dalam masyarakat petani, salah satu bentuk solidaritas sosial
mekanik yang menarik untuk didiskusikan adalah kemiskinan berbagi
(shared poverty), oleh Sajogyo disebut kemiskinan bersama.
6. Jaminan Sosial Masyarakat Petani
Jaminan sosial bisa juga diperoleh melalui relasi patron-klien. Re lasi
patron-klien dalam masyarakat petani bisa terbentuk antara buruh tani
dan petani pemilik tanah, petani penggarap dan petani pemilik tanah,
petani gurem dan pedagang (pengumpul) hasil pertanian, pe dagang

14
(pengumpul) hasil pertanian dan pedagang besar (distributor) hasil
pertanian, dan seterusnya. Relasi patron-klien terbentuk karena
hubungan yang terjalin yang sudah relatif lama sehingga terbentuk
trust (kepercayaan) di antara mereka. Relasi ini tidak hanya meliputi
aspek bisnis semata tetapi telah merambah ke aspek sosio-budaya dan
psiko logis. Ketika klien mengalami kesulitan ekonomi atau ada acara
sere monial yang dilakukan oleh klien, maka patron akan
"membantunya" dalam bentuk uang atau materiel.

E. Sistem Sosial Budaya Masyarakat Pesisir


1. Ekologi Desa Pesisir
• Pertambakan
• Laut
2. Siapa Itu Nelayan
Berdasarkan ekologi desa pesisir, nelayan bisa dikelompokkan
menjadi dua tipe, yaitu nelayan penangkap dan nelayan
pembudidaya. Nelayan penangkap dicirikan dengan:
Pertama, open access, di mana laut terbuka untuk dimanfaatkan oleh
semua orang.
Kedua, common property, yaitu sumber daya laut merupakan
kekayaan milik bersama. Memang untuk beberapa masyarakat hukum
adat mengembangkan suatu lembaga perairan/pesisir/laut ulayat,
yang mana ada pengaturan dalam tata kelola laut, misalnya lembaga
panglima laut di Aceh dan Ke pulauan Riau, sasi kewang di Maluku,
dan lain sebaginya.
Ketiga, mobilitas sumber daya tinggi. Ikan tidak memiliki tempat
tinggal tetap, seperti ternak peliharaan (sapi, kerbau, kuda, dll). Keem
pat, ada risiko. Karena mobilitas ikan tinggi, berpindah dari satu tem
pat ke tempat lain, maka ada elemen risiko yang dihadapi oleh
nelayan. Nelayan harus berpindah pula. Kelima, tidak ada rekayasa.
Nelayan pe nangkap tidak bisa melakukan rekayasa, misalnya dalam

15
hal merawat dan menggemukkan supaya beratnya lebih banyak
(Pollnac, 1988: 240; Semedi, 1998).
3. Laut Dalam Konsepsi Nelayan
• Laut sebagai Karunia Ilahi
• Laut Sebagai sumber daya yang tidak pernah Kering
• Laut sebagai sumber Rezeki

F. Strafikasi Sosial Masyarakat Pedesaan


Sanderson,membedakan masyarakat perdesaan atas masyarakat pemburu
dan peramu, masyarakat hortikultura sederhana, hortikultura intensif,
masyarakat agraris, dan ditambah dengan masyarakat pastoralis. Tipologi
yang dibuat Sanderson tersebut berdasarkan atas sistem stratifikasi sosial,
cara pe menuhan subsistensinya, dan sistem ekonominya (2003: 85-147).
Pada diskusi ini, kita hanya membahas satu basis tipologi, yaitu
stratifikasi sosial.
Masyarakat pemburu dan peramu dicirikan sebagai masyarakat yang tidak
memiliki stratifikasi sosial. Dalam masyarakat ini tidak muncul
ketidaksamaan prestisenya. Memang terdapat ketidaksamaan kecil terjadi
dalam masyarakat, tetapi dipandang tidak signifikan seperti
ketidaksamaan berbasis usia, jenis kelamin, dan karakteristik pribadi
seperti keberanian dan keterampilan dalam berburu Masyarakat
hortikultura sederhana, lanjut Sanderson, memiliki karakteristik sebagai
masyarakat yang telah menampakkan ketidaksamaan yang lebih
mengkristal terutama bagi penguasa redistributor mereka, namun belum
sampai tahap terjadinya stratifikasi sosial. Kristalisasi ketidaksamaan
terjadi pada ketidaksamaan prestise personal dan kemasyhuran yang
ditujukan bagi pengusaha distributor mereka. Selain itu, ketidaksamaan
usia dan jenis kelamin masih tetap ada, seperti ma syarakat pemburu dan
peramu.
Masyarakat hortikultura intensif merupakan tipe masyarakat yang pertama
mengalami stratifikasi sosial. Masyarakat dibagi atas tiga stra ta yaitu

16
penguasa, sub-penguasa, dan massa. Meski penguasa memiliki kekuasaan
dan hak istimewa, namun kesemua itu dibatasi oleh tuntutan massa. Agar
stratifikasi tidak terjadi secara ekstrem, maka strata bukan penguasa
menuntut diperlakukannya etika redistribusi.
Masyarakat agraris telah mengalami stratifikasi yang lebih mengkristal,
yang ditandai dengan adanya proses eksploitasi dalam masyarakat. Kaum
tani adalah budak sebagai pengolah lahan dan pelayan bagi tuannya yang
menguasai lahan pertanian dan pemerintah. Kedudukan seseorang dalam
suatu strata ditentukan oleh kelahirannya, di samping juga dimungkinkan
terjadinya melalui mobilitas.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosiologi pedesaan adalah salah satu cabang dari sosiologi yang berkembang
setelah adanya perhatian masyarakat di bidang pertanian dan bidang pesisir.
Dalam perkembangan nya Masyarakat pedesaan sudah tentu terikat dengan
adanya sistem sosial. Sistem sosial adalah adanya saling keterkaitan anatara
individu sehingga membentuk totalitas. Tidak hanya individu saja sistem sosial
mencakup juga berbagai fenomena, mulai dari persahabatan antar Individu,
individu dengan kelompok, dan sebagai nya. Menurut beberapa ahli sosiologi
menyebutkan tentang sistem sosial ini. Dalam masyarkat pedesaan sendiri sudah
tentu kita akan melihat masyarakat yang ada di bagian dataran (Petani) dan juga di
bagian pesisir. Masyarakat yang di bagian dataran sudah tentu beda sistem
sosialnya dengan masyarakat yang di bagian Pesisir. Secara signifikan,Yang
membedakan dalam keduanya adalah dalam sistem Ekologi mereka.
Masyarakat Pedesaan di strafikasikan menjadi masyarakat yang di budak untuk
sebagai pengelolala lahan dan pelayan bagi tuannya yang menguasai lahan
pertanian dan pemerintahan, namun tidak semua masyarakat pedesaan ada
strafikasi sosial nya, yakni Masyarakat Pemburu dan Peracik. Mereka ini tidak
memiliki strafikasi sosial terntu karena Dalam masyarakat ini tidak muncul
ketidaksamaan prestisenya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Damsar dan Dr. Indrayani.Pengantar Sosiologi Pedesaan.Jakarta:2016


Nora Susilawati.Sosiologi Pedesaan.Jakarta:2012

19

Anda mungkin juga menyukai