Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM


( ISLAM DIANTARA AGAMA-AGAMA DAN HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM )
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Metode Studi Islam
Dosen Pengampu: Willia Novi Aryani, MA

Disusun oleh:

SERLI ARINDIANI

Kelas C

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin . penulis mengucap puji dan syukur kepada Allah swt yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA. Hanya kepada-NYA lah saya memuji dan
bersyukur, meminta ampunan dan memohon pertolongan. Tak lupa shalawat juga tercurahkan bagi
nabi Muhammad saw karena telah menyampaikan ajaran-ajaran islam dan petunjuk dari Allah
SWT, yaitu syariat agama islam yang sempurna. Satu-satunya syariat islam dari Rasulullah saw
adalah karunia terbesar bagi alam semesta.

Penulisan makalah berjudul METODOLOGI STUDI ISLAM (Islam diantara agama-


agama dan hakekat manusia menurut islam) berikut disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen
mata kuliah metode studi islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan persepsi
kajian sosial menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah ini.

Penyusunan makalah ini masi jauh dari kata sempurna. Dan menyadari bahwa banyak
kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan. Demi kesempurnaan makalah ini,
saya sangat berharap adanya perbaikan, kritik dan sara dari pembaca dan sifatnya membangun.
Semoga makalah ini dapat memerikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar lampung, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan Masalah ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3


A. Agama dan Pedoman Hidup ............................................................................ 3

1.1 Pengertian Agama ...................................................................................... 3

1.2 Latar belakang perlunya Manusia terhadap Agama ................................... 5

1.3 Fungsi Agama ............................................................................................ 7

1.4 Jenis -jenis Agama ..................................................................................... 9

1.5 Kedudukan Agama Islam ........................................................................... 10

B. Hakekat Manusia Menurut Islam ..................................................................... 13

2.1 Manusia Dalam Arti Filosofi .............................................................. 13

2.2 Manusia Dalam Pandangan Islam ....................................................... 15

2.3 Asal Kejadian Manusia ....................................................................... 16

2.4 Persamaan dan Perbedaan Manusis Dengan Makhluk Lain ............... 17

2.5 Tujuan Penciptaan Manusia ................................................................ 18

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 19


A. KESIMPULAN ............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebelum islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh
umat islam. Para ahli ilmu perbandingan agama membagi agama secara garis besar
kedalam dua bagian.
➢ Kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-Nya sebagaimana
termaktud dalam kitab suci al qur’an dan agama ini biasanya disebut dengan agama
samawi (agama langit) karena berasal dari langit. Tyang termasuk kedalam
kelompok agama ini antara lain Yahudi, Nasrani, dan Isalm.
➢ Kelompok agama yng didasarkan pada hasil renungan mandlam dari tokoh yang
membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suuci yang disusunya
dan agama ini biasanya disebut dengan agama ardhi (agama bumi) karena berasak
dari bumi. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Hindu, Budha,
Majusi, Kong Hu Chu dan lain sebagainya

Agama-agama tersebut hingga saat ini masih dianut oleh umat manusia didunia dan
disampaikan secara turun temurun oleh penganutnya. Didalam mengkaji agama islam
biasanya sering dihadapkan dengan agama-agama tersebut dengan tujuan untuk
mengetahui posisi islam diantara agama-agama tersebut. Dan dalam konsepsi isam
manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material
(jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Bahkan manusia adalah
satu-satunya makhluk yang mendapat perhatian besar dari al qur’an, terbukti denganbegitu
banyak ayat al qur’an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspeknya,
termasuk pula dengan nama-nama yang sering diberikan al qur’an untuk menyebut
manusia, setidaknya terdapat lima kata sering digunakan al qur’an untuk merujuk kepada
arti manusia, yaitu insan atau ins atau al nas atau unas, atau kata basyar serta kata bani
adam atau durriyat adam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian agama?
2. Bagaimana latar belakang perlunya manusia terhadap agama?
3. Bagaimana fungsi agama?
4. Bagaimana jenis-jenis agama?
5. Bagaimana kedudukan agama islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian agama
2. Untuk mengetahui latar belakang perlunya manusia terhadap agama
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi agama
4. Untuk mengetahui jenis-jenis agama
5. Untuk mengetahui kedudukan agama islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

AGAMA DAN PEDOMAN HIDUP

1.1 Pengertian Agama

Secara etimologis kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu yang tersusun dari dua kata,
a= tidak dan gam= pergi. Jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun
temurun ( Harun Nasution:1985,9). Hal ini menunjukan pada salah satu sifat agama, yaitu di warisi
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Ada juga versi lain yang
mengatakan agama tersusun dari a= tidak dan gama= kacau. Jagi agama artinya tidak kacau.
Selajutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa berarti teks atau kitab suci.

Agama dalam bahas aarab disebut din, yang mengabdung arti menguasai, menundukan, patuh,
hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan
hukum, yang harus dipatuhi orang. (Harun Nasution, 1985:9). Din dalam bahasa semit juga berarti
undang-undang atau hukum. Sedangkan dalam bahas inggris agama disebut religi yang terambil
dari bahasa relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Pendapat lain kata itu
berasal dari relegare yang berarti mengikat. Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas
menurut HarunNasution (1985:11) adalah ikatan. Agama mengadung arti ikatan0ikatan yang harus
dipegang dan dipatuhi manusia.

Sedangkan menurut terminology, definisi agamam beragam tergantung orangyang


mendefinisikannya. Mukti Ali pernah mengatakan, barangkali tidak ada kata yang paling sulit
diberi pengertian dan definisi selain dari kata agama. Pernyataan ini d dasarkan pada tiga alasan.
Pertama, bahwa pengalaman agama adalah soal batini, subyektif dan sangat individualis sifatnya.
Kedua, barangkali tidak ada orang yang membicarakan agama. Karena itu setiap pembahasan
tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama itu sulit didefinisikan.
Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi itu
(Mukti Ali, 1971:4).

3
Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum selesai, higga W.H. Clark,
seorang Ahli Ilmu Jiwa Agama, sebagaimana dikutip Zakiah Daradjat (1985:14) mengatakan,
bahwa tidak ada yang lebih sukar dari pada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk
membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah subyektif, intern, individual, dimana
setiap orang yang merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain. Disamping itu
tampak bahwa pada umumnya orang lebih condong mengaku beragama, kendatipun ia tidak
menjalankannya.

Menurut Durkheim, agama adalah system kepercayaan dan politik yang telah dipersatukan
yang berkaitan dengan hal-ha yang kudus. Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap
sesuatu yang maha mutlak. Sementara Dewey mengatakan bahwa agama adalah pencarian
manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat
mengancam jiwanya: agama adalah pengenalan manusia terrhadap kekuatan ghaib yang hebat.
(Dideik Ahmad Subadi, 2012:36)

Oxfort Student Dictionary (1978) mendefiisakn agama (religion dengan “ the beliefein the
existence of supranatural rling power, the creator ad cpntroler of the universe”, yaitu suatu
kepercayaan akan adanya suatu kekuatan oengatur supranatural yang mencipta dan mengendalikan
alam semesta.

Agama dalam pengertiannya paling umum diartikan sebagai system orientasi dan obyek
pengabdian. (azyumardi Azra ,2003:28). Dalam pengertian ini semua orang adalah makhluk
religious, karena tak seorang pun dapat hidup tanpa suatu system yang mengaturnya. Kebudayaan
yang berkembang di tengah manusia adalah produk dari tingkah laku keberagaman manusia.

Dari pengertian dia atas, sebuah agama biasanya mencakup tiga persoalan pokok, yaitu:

1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang
diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan
supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau oengakuan dan ketundukannya.
3. System nilai (hukum/norma) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya
atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan tersebut.

4
Dengan demikian jelaslah bahwa agama meruakan seperangkat aturan yang mengatur
hubungan manusia dengan tuhan, dengan sesame manusia dan dengan alam sekitarnya.1

1.2 Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama

Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap


agama, yaitu:
1. Karena fitrah manusia

Kata fitrah merupakan derivasi dari kata fathara, artinya ciptaan, suci, seimbang.
Louis Ma’luf dalam kamus al-munjid (1980-120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat
yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia, atau sunnah.
Menurut Imam al-maraghi (1974:200) fitrah adalah kondisi dimana Allah menciptakan
manusia yang menghadapkan dirinya pada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan
pikirannya.

Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal
manusia yang memiliki potensi untuk cenderung kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam
arti (hanif). Fitrah dalam arti hanif sejalan dengan isyarat Al-Qur’an yang artinya:

“maka hadapkanlah wajahmu dengan urus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S Ar-
Rum, 30:30).

Fitrah yang erarti hanif (kecenderungan kepada kebaikan) dimiliki manusia karena
terjaadinya proses persaksian sebelum terlahir ke muka bumi. Persaksian ini merupakan
proses fitriah manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama, karena itu manusia
dianggap sebagai makhluk religious. Manusia bukan makhluk yang lahir kosong seperti
kertas putih sebagaimana yanga dianut para pengikut teori tabula rasa. Hal ini dipertegas
dengan dalil Al-Qur’an pada Q>S Al-A’raf,:7:172).

1
Nurhasanah bakhtiar Marwan,”metodologi study islam”’ hal. 17-18

5
Pada ayat ini menjelaskan manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki
kecenderungan untuk beragama, yaitu bertauhid (islam). Hal ini demikian sejalan dengan
petunjuk nabi SAW dalam dalah satu hadisnya yang mengatakan bahwa “ setiap anak yang
dilahirkan memiliki fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut
menjadi yahudi, narani, atau majusi.” (HR Bukhori. Juz 1, h. 456)

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yangdiberikan pada saat lahirnya ke
duania. Potensi tersebut dapat dikelompokkan dalam dua hal: yaitu potensi fisik dan
potensi rohaniyah.( Azyumardi Azra, 2003:23). Potensi rohaniyah manusia berupa akal,
qalb dan nafsu. Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama
ini dapat dilihat melalui bukti historis dan anthropologis. Masyarakat primitive, misalnya
yang tidak pernah datang informasi mengnai tuhan, ternyata ereka mencari dan
mempercayai adanya tuhan, sungguhpun tuhan yang mereka percayai itu sebatas pada
kemampuan akalnya dala memaknai apa yang ada disekitar mereka. Mereka menajdikan
sungai, pohon, batu dan lainnya sebagai tuhan karena mereka manganggap benda-benda
itu tekah memberikan penghidupan kepada mereka. Lalu mereka memujanya dengan
memberikan penyembahan dan sesajian. Semua itu pada dasarnya sebagai curahan dari
potensi manusia untuk bertuhan. Tetapi Ketika potensi bertuhan tersebut tidak diarahkan
dan tidak mendapat bimbingan yang benar, maka tidak akan menemukan Tuhan yang
sesungguhnya ( yang benar) yaitu Allah. Sebaliknya jika fitrah manusia mendapat
pengarahan yang baik, dan tumbu dala keluarga dan lingkungan yang mednukung, tentunya
fitrah itu akan tumbuh dengan subur, dan cara-cara kebertuhannannya pun akan benar.

2. Karena keterbatasan akal manusia

Akal manusia sebagai anugerah terbesar memang mampu untuk membedakan dan
mngetahui yang baik dan yang buruk, tetapi tidak semua yang baik dan yang buruk itu
dapat diketahui akal. Akal manusia semata juga tidka mampu mengetahui segala informasi
terutana yang berkenaan dengan alam meta fisika (gjaib), termasuk mengetahui peristiwa
yang terjadi setelah manusia mati seperti barzakh, shirat, akhirat, surga dan neraka.
Menusia membutuhkan informasi terhadao hal itu semua, karena manusia pasti
menghadapi kehidupan setelah hidup di dunia. Justru hidup di akhirat adalah hidup yang
kekal dan abadi. Untuk itu manusia perlu bimbingan wahyu (agama).

6
3. Tantangan yang di hadapi manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memelukan agama adalah karena manusia
dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbgaia tantangan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan
setan. )lihat Q.S 12:5; 17:53). Sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-
upaya yang dilakukan manusia secara sengaja berupaya ingi memaling manusia dari tuhan.
Seperti berkembangnya berbagai kebudayaan dan cara hidup yang sengaja diciptakan
untuk memalingkan manusia dri tuhannya.

Di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, juga memiliki kekurangan, dengan


di lengkapinya manusia al-nafs. Menurut Quraish Shihab (1980:20), melalui al-nafs manusia
memiliki kemampuan untuk menangkap makna baik dan buruk (Q.S Asy-Syams, 91: 7-8).
Sedangkan menurut terminology kaum sufi, yang oleh al-qusyairi dalam risalahnya dinyatakan
bahwa al-nafs dalam pengertian sufi adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan perilaku
buruk. (al-quraish: 319). Pengertian al-qurairi tentang al-nafs ini sama dengan yang terdapat dalam
kamus umum bahasa Indonesia yang antara lain menjelaskan bahwa nafs adalah diringan hati yang
kuat untuk berbuat yang kurang baik. (poerwadarminta:, 1991:668).

Oleh sebab itu manusia selalu membutuhkan bimbingan wahyu yang menjadi pedoman
dalam hidupnya agar tidak terjerumus dalam penyesatan iblis yang menghasut hawa nafsu.2

2.3 Fungsi Agama

Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri manusia. Tidak ada seorangpun secara
mutlak lepas dari agama. Keberadaan agama bagi kehidupan manusia pada dasarnya nya
mempunyai dua fungsi utama. Pertama sebagai informasi dan kedua sebagai konfrmasi. Secara
rinci fungsi agama adalah sebagai berikut:

1. Agama sebagai petunjuk kebenaran


Manusia adalah makhluk berakal. Dengan akal itulah lahir ilmu filsafat sebagai
sarana untuk mencari kebenaran yang dicari manusia terjawab ole ilmu dan filsafat dengan

2
Nurhasanah bakhtiar Marwan,”metodologi study islam”’ hal. 19-21.

7
memuaskan karena pijakannya adalah akal yang mempunyai kemampuan terbatas dan
kebenaran yang relative dan nisbi. Oeh karena itu manusia memerlukan sumber kebenaran
lain. Sumber kebnaran itu adalah agama, yaitu informasi dari tuhan yang maha mutlak.
Tuhan yang maha benar.
2. Agama sebagai informasi metafisika
Banyak hal-hal yang belum terungkap oleh akal manusia terutama yang
menyangkut hal-hal metafiksika. Misalnya kehidupan setelah mati bazark, yaumul hisab,
surga, neraka, malaikat, jin dan termasuk informasi tentang tuhan. Akal manusia tidak
mampu mengungkap dan mencari informasi tentang hal tersebut dengan benar. Pencarian
manusia merupakan perkiraan semata bahkan dapat berupa khayalan. Agama yang
didalamnya ada wahyu dari tuhan yang maha mengetahui memberikan informasi yang jelas
dan benar tentang sesuatu yang berkaitan dengan metafisika.
3. Agama sebagai sumber moral
Agama sebagai moral atau akhlak yang merupakan persoalan yang mendasar dalam
kehidupan manusia. Bahkan misi dari kenabian dan diturunkannya agama adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia. Akhlak juga dapat menjadikan standar kemuliaan seseorang
dan membedakan dengan binatang.
Sekalipun akal manusia mampu untuk berfikir dan mengetahui yang baik dan
buruk, tetapi yang mampu dipikirkan akal itu masih sifatnya terbatas. Apalagi hasil pikiran
manusia kadang kala dipengaruhi oleh hawa nafsu dan oreintasi keduaniwian, maka sering
kali yang diputuskan akal tidak sesuai dengan tuntunan akhlak yang sebenarnya. ( Didiek
Ahmad Supadie, 2012: 52).
Untuk itu perlu bimbigan dari agam ayag mampu menuntun kehidupan manusia.
Tidak hanya untuk kebahagiaan di akhirat. Agama yang diturunkan oleh Tuhan yang maha
benar mampu untuk memberikan informasi tentang kebaikan yang sesungguhnya.
4. Agama sebagai sumber syari’ah dan ibadah
Hal yang terpenting dalam agamaadalah peribadatan. Peribadatan merupakan
aplikasi dan realisasi dari keimanan seseorang. Peribadatan yang benar hanya diperoleh
melalui agama yang diwahyukan tuhan kepada manusia. Manusia dengan akalnya tidak
mampu menciptakan bentuk penyembahan dan peribadatan yang benar.
5. Agama sebagai sumber ilmu atau fungsi konfirmasi

8
Wahyu yang diturunkan Allah SWT dalam agama merupakan sumber ilmu yang
dengannya manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya tentang realitas alam
semesta. Ketika manusia mampu untuk menemukan suatu teori ilmu, dan mengambangkan
pengetahuannya, perlu ada pengkonfirmasian dengan wahyu, agar ilmu dan pengetahuan
yang diperoleh memperdekatkan dirinya kepada tuhan.
Dengan melihat fungsi agama di atas, maka dapat memenuhi fungsi tersebut adalah
agama yang tergolong agama wahyu. Agama ciptaan manusia tidak mampu mengungkap
hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal. Satu-satunnya agama wahyu sekarang ini hanyalah
agama islam. Artinya, fungsi agama secara utuh hanya ditemukan dalam agama islam.3

2.4 Jenis-jenis Agama

Ditinjau dari sumbernya, agama dapat dibagi dua, yaitu:

1. Agama samawi/ relevealed religion (agama wahyu)


2. Agama ardhi/ culture religion (agama bukan wahyu / buatan manusia)

Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah SWT Sang Pencipta
melalui malaikat Jibril dan disampaikan dan disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia.
Wahyu-wahyu tersebut dilestarikan melalui kitab suci, suhuf (lembara-lembaran tertulis) atau
ajaran lisan. Yang termsuk ke dalam agama wahyu yaitu yahudi, Nasrani, dan islam.

Agama bukan wahyu bersandar semata-mata kepada ajaran dari seorang manusia yang
dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara
mendalam. Contohnya agama budha yang berpangkal pada ajaran sidharta Gautama dan
confusianisme yang berpangkal pada ajaran kong hu chu. Agama hindhu, agama sinto dan kain
sebagainya yang berpangkal pada ajaran yang dibawa oleh manusia sebagai pembawa dan
penyebar agama tersebut.

Adapun ciri-ciri agama wahyu antara lain:

1. Secara pasti ditentukan lahirnya, bukan tumbuh dari masyarakat, melaikan diturunkan
kepada masyarakat.

3
Nurhasanah bakhtiar Marwan,”metodologi study islam”’. 22-24

9
2. Disampaikan kepada manusia yang dipilih Allah SWT sebagai utusan-Nya. Utusan itu
bukan menciptakan agama tetapu menyampaikan agama.
3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan
kepekaan manusia.
5. Konsep ketuhanannya adalah monoteisme mutlak (tauhid).
6. Kebenarannya adalah universal, yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.

Jika keenam tolak ukur ini dibawa kepada tiga agama samawi, maka agam islamlah yang
memenuhi kriteria sebagai agama samawi untuk saat ini. Agama yahudi dan Nasrani dalam
perjalanan sejarahnya mengalami distorsi-distorsi karena kurang terjaganya pengamanan wahyu.
Hal ini dapat dilihat dari ajaran yahudi dan Nasrani, terutama tentang ketuhanan yang tidak
monotheisme murni (tidak tauhid). Adanya tuhan Yahweh dalam ajaran yahudi dan konsep trinitas
dalam ajaran Nasrani menggambarkan ketidakaslian agama tersebut. Ditambah lagi adanya dosa
waris, pembabtisan, legalitas paus mengampuni dosa jemaatnya telah keluar dari ajaran aslinya
yang bersumber dari wahyu. (Muh. Rifa’I, 1984: 45). Untuk itu, islam lah sebagai satu-satunya
agama yang murni sebagai agama samawi.4

2.5 Kedudukan Agama Islam

Penamaan “islam” sebagai sebuah din berbeda dengan agama yang lainnya. Biasanya
agama lain sebelum islam diambil dari nama pembawanya atau kepadas suku atau tempat kelahiran
agama tersebut. Agam budha di nisbahkan dengan Sidharta Buddha Gautama, Zoroasrter
dinisbahkan dengan Zarahustra, Kong Hu Chu kepada Kong Fu Tse. Yahudi dinisbahkan dengan
kaum yang menganuut ajaran nabi Musa AS yaitu Yuda (Jews). Agama Hindu di nisbahkan kepada
tempat berkembangnya agama tersebut yaitu India (Hindustan). Agama kriste dinisbahkan kepada
pengajarnya yakni “jesus crist”. Orang islam menyebutnya dengan Nasrani dinisbahkan kepada
tempat kelahiran isa a.s yaitu Nazareth. (Didiek Ahmad Supaddie, 22012:69-70).

Tidak seperti agama-agama diatas, penamaan islam diambil dari hakekat dan subtansi
ajaran yang terkandung didalamnya. Jika agama lain baru ada setelah pembawa ajarannya telah

4
Nurhasanah bakhtiar Marwan,”metodologi study islam”’. Hal. 24

10
tiada. Namun nama “islam” sudah ada sejak kelahirannya. Istimewanya adalah Allah SWT sendiri
yang memberi nama islam yang berulang kali diungkapkan dalam Al-Qur’an.

Islam merupakan turunan dari kata salima yang artinya bersih dan selamata dari kecacatan,
atau sempurna. Islam juga dapat terambil dari kata assilmu yang berarti perdamaian atau
keamanan. Dari kata ini juga dibentuk kata “aslama” yang berarti menyerah, tunduk, patuh, dan
atat. (didiek Ahmad Supadi, 2012: 71).

Dari pengertian kata diatas dapat disimpulkan bahwa islam mengandung arti berserah diri,
tuduk, patuh, dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Ketundukan dan kepatuhan
kepada Allah itu melahirkan keselamatan dan kesejahteraaan diri serta kedamaian bagi sesame
manusia dan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian islam secara etimologi dan ungkapan Allah dalam Al-Qur’an,
islam dapat dipandang dalam dua makna yaitu, pertama, islam sudah menjadi agama yang dibawa
sejak Nabi Adam A.S sampai Nabi Muhammad SAW, karena pada k=hakekatnya semua para
Rasul mengajarkan kepatuhan dan ketundukan hanya kepada Allah SWT. Kedua islam adalah
risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berisis seperangkat ajaran aqidah, ibadah,
dan akhlak.

Pengertian islam secara terminologis diungkapkan ahmad Abdullah almasdosi (1962:20)


bahwa islamadalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelar ke muka
bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an yang suci
diwahyukan tuhan kepada nabi-Nya ang terakhir, yakni nabi Muhammad SAW, satu kaidah hidup
yang memuat tuntunan yang jelas dan kengkap mengenai aspek kehidupan manusia , baik spiritual
maupun material.

Dengan demikian jelaslah bahwa islam merupakan agama yang dibawa oleh semua rasul
dan disempurnakan oleh nabi terakhir yaitu dalam risalah nabi Muhammad SAW. Hal ini bis akita
lihat dari beberapa ayat al qur’an yang menjelaskan bahwa rasul sebelum Muhammad SAW juga
sebagai muslim. Pada Q.S Ali-Imran: 67

‫ص َرانِيًّا َّو ٰل ِك ْن َكانَ َحنِ ْيفًا ُّم ْس ِل ًما‬


ْ َ‫َما َكانَ اِب ْٰر ِه ْي ُم يَ ُه ْو ِديًّا َّو ََل ن‬

11
َ‫َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكيْن‬
67. Ibrahim bukan seorang yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia aadalah
seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang yang musrik. (Q.S Ali Imran: 67)

‫َوقَالُ ْوا ُك ْونُ ْوا ُه ْودًا ا َ ْو نَصٰ ٰرى ت َ ْهتَد ُْوا ۗ قُ ْل بَ ْل ِملَّةَ اِب ْٰر ٖه َم‬
َ‫َحنِ ْيفًا َۗو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكيْن‬
135. dan mereka berkata: “ hendaklah kamu menjadi penganut agama yahudi atau Nasrani, niscaya
kamu mendapat petunjuk”. Katakanlah : “ tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang
lurus. Dan bukanlah dia ( Ibrahim ) dari golongan mysrik”. (Al Baqarah: 135)

Islam juga agama yang diwasiatkan kepada nabi Nuh A.S, Ibrahim A.S, Musa A.S dan Isa
A.S . dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepada mu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama islam dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakinya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang Kembali (kepada-Nya). Q.S Asy-Syura: 42:13 dan al Baqarah : 131-133

Dari ayat -ayat di atas dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang diturunkan Allah
kepada manusia melalui rasul-rasulnya berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Islam
adalah agama yang dibawa oleh rasul-rasul sejak nabi adam sampai nabi Muhammad SAW. Semua
rasul mengajarkan ketauhidan sebagai dasar keyaknan umatnya. Setelah rasul-rasul yang
membawa wafat, agama islam yang dianut oleh para pengikutnya itu pun mengalami
perkembangan dan perubahan baik nama maupun isi ajarannya.

Penegasan allah terhadap islam sebagai agama yang benar terdapat dalam al qu’an, dengan
beberapa istilah

12
1. Din al-haqq
Din al haqq artinya agama yang benar. Seperti yang tertuang dalam qur’an surah at- taubah
ayat 33
2. Din al qayyim
Din al qayyim artinya agama yang lurus. Terdapat dalam qur’an sutrah yusuf ayat 40
3. Din al- hanif
Din al hanif maksudnya adalah agama yang sejalan dengan fitrah manusia. Ibadah dan
mengabdi kepada tuhan adalah kebutuhan fitra manusia. Oleh karena itu manusia akan
hampa hidupnya jika tidak beribadah. Agama yang diturunkan Allah kepada manusia
berisikan aturan yang sesuai dengan fitrah manusia. Terdapat dalam q.s Ar Rum ayat 30.5

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

2.1 Manusia dalam arti filosofi

Pembahasan makna dari siapa manusia sebenarnya telah lama berlangsung, namun sampai
sekarang pun tidak ada kesatuan dan kesepakatan pandangan berbagai teori dan aliran pemikiran
mengenai manusia ini sendiri. Kadang kala studi tentang manusia ini tidak utuh karena sudut
pandangnya memang berbeda. Antropologi fisik, misalnya, memandang manusia hanya segi fisik-
material semata, sementara antropologi budaya mencoba meneliti manusia dari aspek budaya.
Sepertinya, manusia sendiri tak henti-hentinya memikirkan dirinya senediri dan mencari jawaban
aka napa, dari apa dan mau kemana manusia itu.

Pemahaman manusia yang tidak utuh tentang manuia berakibat fatal bagi perlakuan
seseorang terhadap sesamanya. Misalnya saja oandangan dari teori evolusi yang di perkenalkan
Darwin terhadap sesamanya. Misalnya saja pandangan dari teori evolusi yang di perkenalkan
Darwin pada abad XIX.6 Bisa saja pandangan Darwin tersebut menimbulkan sikap komtetitif
dalam segala hal, baik ekonomi, politik, budaya, hukum Pendidikan maupun lainnya, bahkan akan
menghalalkan berbagai macam cara. Maka, agar dapat dipahami tentang hakekat manusia secara
utuh, ada beberapa pendapat atau pandangan tentang manusia ini.

5
Nurhasanah bakhtiar Marwan,”metodologi study islam”’. Hal. 25
6
Manusia merupakan keturunan dari kera-kera. (Dr Maurice Bucaile:24)

13
A. Aliran materialism. Aliran ini memandang manusia sebagai kumpulan dari organ tubuh,
zat kimia dan unsur biologis yang semuanya itu terdiri dari zat dan materi. Manusia
berasal dari materi makan, minum, dan memenuhi kebutuhan fisik-biologis dan
seksual dari materi dan bilamana mati manusia akan terkapar daam tanah lalu
diuraikan oleh benda renik hingga menjadi humus yang akan menyuburkan tanaman
akan dikonsumsi manusia lain yang dapat memproduksi fertilitas sperma, yang
menajdi bibit untuk menghasilkan keturunan dan kelahiran anak manusia baru.
Dengan demikian bahwa aliran berpendapat bahwa manusia itu berawal dari materi
dan berakhir menajdi materi Kembali. Orang yang berpandangan materialistic, tujuan
hidupnya tidak lain demi materi yang ia kumpukan. Gaya hidup ini tercermin dari
hidupnya yang glamour atau hura-hura dalam menikmati hidupnya.

A. Aliran spiritualisme atau serba roh. Aliran ini berpandangan hakekat manusia adalah
roh atau jiwa, sedang zat materi adalah manifestasi dari roh atau jiwa. Aliran ini
berpandangan bahwa ruh lebih berharga lebih tinggi nilainya dari materi. Hal ini dapat
kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, midalnya seorang Wanita atau pria yang
kita cintai kita tidak mau pisah dengannya. Tetapi, kalua roh dari Wanita atau pria
tersebut tidak ada pada badannya berarti dia sudah meninggal dunia, maka mau tidak
mau harus melepaskan da untuk dikuburkan.
B. Aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri
dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani, badan dan roh. Kedua substansi ini
masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak bergantung satu sama lain.
Jadi, bdan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya roh tidak berasal dari badan. Hanya
dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan roh yang berintegrasi
membentuk manusia. Antara keduanya terjalin hubungan sebab akibat. Artinya antara
keduanya terjalin saling mempengaruhi. Misalnya, orang yang cacat jasmaninya akan
berpengaruh pada perkembangan jiwanya. Begitu pula sebaliknya, orang yang jiwanya
cacat akan berengaruh ada fisiknya. Paham dualisme ini tidaklah otomatis identic
dengan pandangan islam tentang manusia.

Menurut Murtadlo Munthahari, manusia adalah makhluk serba dimensi (1992: 125). Hal
ini dapat dilihat dari dimensi pertama, secara fisik manusia hamper sama dengan hewan yang

14
membutuhan makan, minum, istirahat dan menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang.
Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh
keuntungan dan menghindari kerugian. Dimensi ketiga, manusia memiliki perhatian terhadap
keindahan. Dimensi ke empat, manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan. Dimensi
kelima, manusia memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia dikarunia akal,
pikiran, dan kehendak bebas, sehingga ia mampu menahan hawa nafsu dan menciptakan
keseimbangan dalam hidupnya. Dimensi ke enam, manusia mengenal dirinya (Assegaf, 2005: 57).

2.2 Manusia Menurut Pandangan Islam

Al qur’an memperkenalkan tiga istilah kunci (key term) yang digunakan untuk menunjukan
arti pokok manusia, yaitu al insan, basyar, dan bani adam.7

a. Kata al insan dalam al qur’ansebanyak 65 kali dipakai untuk manusia yang tunggal,
sama seperti ins. Kata insan yang berasal dari kata al uns, anisa, nasiya dan anasa, maka
dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian ada kaitannya dengan
sikap, lahir dari adanya kesadaran penalaran (asy’arie, 1992: 22). Manusia mempunyai
kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk dapat menyelesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan social maupun ilmiah.
Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan sebagai makhluk yang
berbudaya, ia tidak liar aik secara social maupun alamiah.
b. Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun
perempuan, baik satu maupun banyak. Kata ini memberikan referensi kepada manusia
sebagai makhluk biologis yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan jasmani. “manusia dinamai basyar karea kulitnya
tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang lain”. Disisi lain diamati bahwa
banyak ayat-ayat al quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa

7
Kata An-Naas dalam al-Qur’an 241 kali, al-Insan 65 kali, Ins 18 kali, Unasun 5 kali, anaasiyyu 1 kali dan
Insiyyan 1 kali, kata bani Adam terulang dalam al_qur’an sebanyak 7 kali dan Basyar 37 kali (Burlinan Abdullah,
1997:15).

15
proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai
tahapan kedewasaan.
c. Kata al nas. Kata ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk social. Manusia dalam
arti al nas ini paling banyak disebut dalam al qur’an

2.3 Asal Kejadian Manusia

Asal usul manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figure adam sebagai manusia
pertama. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah dimuka bumi dengan segala
karakter kemanusiaannya, yang memiliki sifat kesempurnaan lengkap dengan kebudayaan
sehingga diangkat menjadi khalifah di muka bumi, sesuai dengan firman Allah q.s Al Baqarah ;
30

Manusia yang baru diciptakan Allah itu adalah adam yang memiliki intelegensi yang paling
tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Sehingga manusia dapat membentuk kebudayaannya. Dalam al quran dijelaskan proses penciptaan
manusia yang berawal dari percampuran antara laki-laki dengan perempuan yang tahapan
pembuahan sperma dalam janin melalui tahap : al nutfah,8 al ‘alaqah9, al mudghah10, al idham11,
dan al lahm12 dengan firman Allah dalam Al qur’an surah al mu’minun ayat 12-14.

Menurut embriologi, proses kejadian manusia ini terbagi dalam tiga periode:

1. Periode pertama, periode ovum. Periode pembuahan (fertilisasi) karena adaya


pretemuan sel kelamin laku-laki (sperma) dengan sel perempuan (ovum), yang kedua
intinya Bersatu dan membentuk suatu zat yang baru disebut zygote.
2. Periode kedua , periode embrio yaitu periode pembentukan organ.

8
Nutfah yaitu tetesan cairan yang mengandung gamet pria dan wanita kemudia tersimpan di dalam rahim
(Qararin Makin) atau uterus yaitu suatu wadah untuk perkembangan embrio.
9
Alaqah yaitu embrio (segumpal darah) yang berumur 24-25 hari
10
Mudghah yaitu embrio (segumpal daging) yang berumur 26-27 hari
11
Al-‘idham yaitu tulang belulang
12
Al-lahm yaitu daging untuk membuungkus tulang

16
3. Periode ketiga, periode foetus yaitu periode perkembangan dan penyuburan organ,
dengan pertumbuhan yang amat cepat dan berakhir dengan kelahiran (Assegaf,
2005:105).

2.4 Persamaan dan Perbedaan dengan makhluk lain

Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk lainnya. Yaitu memiliki
Hasrat dan tujuan. Berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran
dan keunggulan yang dimiliki manusia disbanding dengan makhluk lain. Menurut ajaran
islam, manusia dibandng dengan makhluk lain, mempunyai berbagai ciri (Ali, 1998: 12-
19), antara lain ciri utamanya yaitu:
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan tuhan yang
paling sempurna. Sesuai dengan firman Allah:
Artinya: “ sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.” (QS. At-Tin:4)
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan)
beriman kepada Allah.
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia untuk
mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dlam Al qur’an surat az-zariyat
ayat 56:9
Artinya : “ tidak kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-ku.”
4. Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi khalifah-Nya dibumi. Hal ini dinyatakan
dalam al qur’an surah al-baqarah ayat : 30
Artinya: “ ingatlah Ketika tuhan mu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.”mereka berkata: “ mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi ini orang yang akan membuath
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan mamuji engkau dan mensucikan engkau?. Tuhan berfirman:” sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah:30)

17
5. Disamping akal manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau
kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada
Allah, menjadi muslim; tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia tidak
percaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah bahkan mengingkarinya
(kafir). Karena itu dalam surah al-kahfi ayat 29.
6. Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya. Sesuai dengan
firman Allah pada QS> At Thur: 21
7. Berakhlak, berakhlak merupakan utama dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Artinya manusia adlah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan
yang baik dengan mana yang buruk.13

2.5 Tujuan Penciptaan Manusia

Keberadaan manusia dimuka bumi bukanlah untuk main-main, senda gurau, hidup
tana arah atau tidak tahu dari mana datangnya dan mau kemana tujuannya. Manusia yang
merupakan bagian dari alam semesta inipun diciptakan untuk suatu tujuan. Allah
menegaskan bahwa penciptaan manusia dalam firman-Nya surat adz dzariyat: 56

Dan dari surah tersebut dapat diambil pemahaman bahwa kedudukan manusia
dalam system penciptaannya adalah Allah sebagai penciptanya. Dan tujuan penciptaan
manusia adalah untuk menyembah Allah SWT. Penyembahan manusia kepada Allah lebih
mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sesuatu kehidupan dengan
tatanan yang baik dan adil. Karena manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang
paling canggih, mampu menggunakan potensi iman kepadda Allah, menguasai ilmu
pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal shaleh. Maka manusia akan menjadi makhluk
yang berkualitas dimuka bumi ini sesuai dengan fitrahnya masing-masing.14

13
Hakekat manusia dalam islam, bab 4 . hal. 8
14
Hakekat manusia dalam islam, bab 4, hal. 10

18
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian islam secara terminologis diungkapkan ahmad Abdullah almasdosi (1962:20)
bahwa islamadalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelar ke muka
bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an yang suci
diwahyukan tuhan kepada nabi-Nya ang terakhir, yakni nabi Muhammad SAW, satu kaidah hidup
yang memuat tuntunan yang jelas dan kengkap mengenai aspek kehidupan manusia , baik spiritual
maupun material.

Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah dimuka bumi dengan segala
karakter kemanusiaannya, yang memiliki sifat kesempurnaan lengkap dengan kebudayaan
sehingga diangkat menjadi khalifah di muka bumi, sesuai dengan firman Allah q.s Al Baqarah ;
30 Manusia yang baru diciptakan Allah itu adalah adam yang memiliki intelegensi yang paling
tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.

Manusia berasal dari materi makan, minum, dan memenuhi kebutuhan fisik-biologis dan
seksual dari materi dan bilamana mati manusia akan terkapar daam tanah lalu diuraikan oleh benda
renik hingga menjadi humus yang akan menyuburkan tanaman akan dikonsumsi manusia lain yang
dapat memproduksi fertilitas sperma, yang menajdi bibit untuk menghasilkan keturunan dan
kelahiran anak manusia baru.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Hakim. Atang dan jaih Mubarok. 2007. Metodologi studi Islam, Ed. Revisi-9 (bandung:
PT.Remaja Rosda Karya

Nurhasanah Bakhtiar Marwan. 2016. Metodologi studi islam, (pekan baru: cahaya Firdaus)

Al-Asy‘ari. t.t. Al-Ibanah „an Ushul al-Diyanah. (Mesir: Al-Muniriyah)


Al-Asy‘ari. 1990. Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin. Al-Maktabah
Al -Ashriyah. Beirut
Al-Aws, Ali. 1975. Al-Thabathaba"i wa Manhajuh fi Tafsirih Al-
Mizan, Taheran, Al-Jumhuriyyah Al-Islamiyyah fi Iran.
Al-Dzahabi.1961. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, Kairo, Dar Al-Kutub Al-
Haditsah.
Al-Famawiy, Abdul Hay. 1977. Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu"iy, Al-
Hadharah Al-Arabiyah, Kairo, Cetakan II,.

Abdullah, Burlinan, 2000. Ragam Perilaku manusia menurut Al-Qur’an, PT Kuala Musi
Raharja, Palembang
Ali, Mohammad Daud, 1998. Pendidikan Agama islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Assegaf, Abd.Rachman, 2005. Studi islam Kontekstual, Gama Media, Yokyakarta
Asy’arie, Musya,1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an, Lembaga Studi
Filsafat islam,
Basyir, Ahmad Azhar, 1984. Falsafah Ibadah Dalam islam, Perpustakaan Pusat UII,
Yokyakarta,
Bucaille, Maurice, 1992. Asal Usul manusia menurut Bibel Al-qur’an Sains, Mizan, Bandung,
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
https://repository.unsri.ac.id/20830/.

20

Anda mungkin juga menyukai