Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KONSEP AGAMA DALAM MENJAMIN KEHIDUPAN


MANUSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing:
Ambo Asrang,S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 2
Andi Nur Rahman
Fajrin D. Masuka
Nur Wahyu Hidayat
Astrid Putriyaningsih Kadir
Ana Ramadan A. Sinta
Febriyanti Hudodo’o

Kelas: PAI Semester 1A

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Konsep Agama
dalam Menjamin Kehidupan Manusia” dapat selesai seperti waktu yang telah
kami rencanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara material dan moril, baik secara langsung dan
tidak langsung.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan

Poso, September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Agama sebagai Kehidupan Manusia
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk uni bila dibandingkan dengan mahkluk yang
lainnya. Keunikan manusia disebabkan banyak faktor. Salah satu faktor
tersebut adalah secara biologis manusia memiliki sistem biologis yang
sempurna, ta khayal Al-Quran menyebutnya dengan sebutan Ahsan al-
Taqwim (paling sempurna ciptaannya).

Dalam beberapa tafsir dikatakan bahwa, manusia dilengkapi dengn akal


budi, sehingga terdapat kurva naik turun dalam perilakunya dan terkadang
menyebabkan mereka disebut dengan Asfala Safiliin, jika berbuat keburukan.
Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan ciptaan lainnya. Belum
lagi pandangan kaum sosiolog, manusia disebut dengan makhluk sosial, Zoon
Polition.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Mengapa manusia harus beragama?
2. Apa saja makna agama sebagai kehidupan manusia?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep syukur nikmat, iman, islam dalam
kehidupan?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pentingnya manusia harus beragama
2. Untuk mengetahui makna agama sebagai kehidupan manusia
3. Mengetahui konsep syukur nikmat, iman, islam dalam kehidupan
4. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Alasan Manusia Harus Beragama

Agama adalah risalah yang disampaikan Allah SWT. kepada Nabi


sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk
dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang
nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah,
kepada masyarakat serta alam sekitar.

Kunci beragama berada pada fitrah manusia. Fitrah itu sesuatu


yang melekat dalam diri manusia dan telah menjadi karakter manusia.
Kata “fitrah” secara kebahasaan memang asal maknanya adalah “suci”
yang dimaksud suci adalah suci dari dosa dan suci secara genetis.
Meminjam term. Prof. Udin Winataputra, Fitrah adalah lahir dengan
membawa iman. Berbeda dengan konsep teologi Islam, teologi
tertentu berpendapat sebaliknya yaitu bahwa setiap manusia lahir telah
membawa dosa yakni dosa warisan. Di dunia, menurut teologi ini,
manusia dibebani tugas yaitu harus membebaskan diri dari dosa itu.
Adapun dalam teologi Islam, seperti telah dijelaskan, bahwa setiap
manusia lahir dalam kesucian yakni suci dari dosa dan telah beragama
yakni agama Islam. Tugas manusia adalah berupaya agar kesucian dan
keimanan terus terjaga dalam hatinya hingga Kembali kepada Allah.

Allah SWT. Berfirman dalam Al-Quran surah Ar-rum/30:30 yang


artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan
manusia menurut fitrah Allah. Tidak ada prubahan pada ciptaan Allah.
(itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.

B. Makna Agama sebagai Kehidupan Manusia

Agama dalam bahasa Arab disebut Din yang memiliki pemaknaan


banyak. Makna-makna utama dalam kata din disimpulkan menjadi
empat, yaitu 1) keadaan berutang; 2) penyerahan diri; 3) kuasa
peradilan; dan (4) kecenderungan alami. Konsep-konsep pemaknaan
yang berkaitan dengan berhutang, seperti merendah diri, menjadi
hamba mengabdi. Lalu dari pemaknaan utama seorang hakim,
penguasa dan pemerintah, dapat diperoleh makna lain seperti yang
perkasa, yang besar, dan kuat (Al-Attas, 2011). Dalam perspektif
berbeda, agama adalah gejala yang begitu sering “terdapat dimana-
mana”, dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan
keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan
kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan
ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak
dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam
masalah-masalah kehidupan sehari-hari (Nottingham, 1985). Agama
memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang
maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain
itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian secara psikologis, agama dapat berfungsi sebagai motif
intrinsik (dalam diri) dan motif ekstrinsik (luar diri). Motif yang
didorong keyakinan agama dinilai memiliki kekuatan yang
mengagumkan dan sulit ditandingi oleh keyakinan non-agama, baik
doktrin maupun ideologi yang bersifat profan (Rahmat, 2010).
Dengan begitu agama adalah sebuah makna dimana setiap orang
bebas menentukan haknya untuk beragama karena didalamnya
manusia menemukan pandangan hidup dan inspirasi yang dapat
menjadi landasan yang kokoh untuk pembentukan nilai, harkat dan
martabat manusia.

Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya


terhadap individu, baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun
pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai
pembentuk kata hati. Kata hati adalah panggilan kembali manusia
kepada dirinya yang telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah
dalam kehiduan manusia.
Potensi tersebut adalah:
1) bidayat al-ghariyat (naluriah);
2) bidayat al-Hissiyat (inderawi),
3) bidayat al-aqliyyat (nalar); dan
4) bidayat-aldiniyyat (agama).

Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi fitrah


yang dibawa sejak lahir. Pengaruh agama dalam kehidupan individu
adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa
sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih berlanjut akan menjadi
pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain
menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Agama
berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk
melakukan aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar
belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta
ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk
berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam
melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan
antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran
agama yang dianutnya.

C. Konsep Syukur, Nikmat, Iman, Islam dalam Kehidupan

Syarbini (2012: 83) mencatat secara bahasa, syukur berasal dari


bahasa Arab “syakara, yasykuru, syukran” yang berarti pujian atas
sesuatu dan penuhnya sesuatu. Secara istilah, mayoritas ulama
mendefinisikan syukur dengan “memuji, berterimakasih, dan berutang
budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia tersebut dan
mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepadaNya.”. Adapun
Nurdin dkk. (1993: 244) melaporkan bahwa syukur adalah sikap dan
prilaku yang menunjukkan penerimaan terhadap suatu anugerah dalam
bentuk pemanfaatan dan penggunaan yang sesuai kehendak
pemberinya. Sedangkan Harahap (2009:591) menyimpulkan syukur
menurut istilah adalah salah satu nilai ajaran yang sangat penting
dalam ajaran islam yang senantiasa relevan dengan kehidupan
manusia, mengingat demikian banyaknya anugerah Allah yang
diberikan kepada mereka, baik dalam bentuk materi maupun
nonmateri. Berdasarkan kajian tematik digital Alquran, syukur
merupakan bentuk sikap penerimaan dan pujian total terhadap Allah
atas segala nikmat yang didapatkan dengan melaksanakan berbagai
keta’atan kepada-Nya. Sehingga syukur merupakan salah satu
karakter inti dalam ajaran Islam.
Alasan mengapa kita harus bersyukur kepada Allah diantaranya :
Syukur diperintahkan bagi orang yang bertaubat dan diampuni
dosanya oleh Allah (QS. AlBaqaraħ : 51-52). Syukur karena Allah
menghidupkan kembali iman yang sudah mati (QS. Al-Baqaraħ : 56).
Syukur karena telah diberi nikmat yang baik salah satunya dimaukan
mengikuti Rasul (QS. AlBaqaraħ : 152). Syukur karena telah
diperintahkan ibadah ke Baitullah (QS. Al-Baqaraħ : 158). Syukur
karena telah diberi rezeki yang baik (QS. Al-Baqaraħ : 172). Syukur
karena telah diwajibkannya berpuasa (QS. Al-Baqaraħ : 182).
Sementara itu kita juga harus bersyukur karena dimampukan menjadi
orang yang bertaqwa (QS. Ali-‘Imrān: 123). Syukur karena
diwajibkan bersuci sebelum menjalankan ṣalat (QS. Al-Māidaħ: 6).
Syukur terhadap hukum-hukumNya yang telah diterangkan (QS.
AlMāidaħ : 89).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, alasan
diperintahkannya bersyukur rata-rata karena sudah diberikan nikmat,
terutama nikmat iman dan Islam. Kemudian syukur diperintahkan
juga terhadap berbagai kewajiban yang diperintahkan serta diberikan
kemudahan dalam melaksanakan berbagai keta’atan dalam ibadah dan
dijauhkan dari kemaksiatan.
manfaat syukur sangat banyak, terutama akan semakin
bertambahnya nikmat, Allah akan memberikan pahala di akhirat,
Allah meriḍoi dan Allah tidak akan menyiksa orang yang bersyukur.
Oleh karena itu, orang yang bersyukur sangat beruntung. Hadhiri
(2015: 59) mengamati bahwa keadaan orang beriman sungguh
menakjubkan, jika mendapat musibah ia bersabar dan jika mendapat
nikmat ia bersyukur. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi, orang
yang bersyukur atas ujian Allah, maka Allah akan memberinya pahala
atas amalan yang biasa dilakukannya ketika ia belum mendapat ujian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan hidup manusia adalah sejahtera di dunia dan Bahagia di
akhirat

Sari, D. A. (2019). Makna Agama dalam Kehidupan


Modern. Cakrawala: Jurnal Studi Islam, 14(1), 16-23.
Hidayat, T., Rahmat, M., & Supriadi, U. (2019). Makna Syukur
Berdasarkan Kajian Tematik Digital Al-Quran dan Implikasinya
dalam Pendidikan Akhlak di Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 4(1), 94-110.

Anda mungkin juga menyukai