Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Keluarga sebagai sarana kontrol social”

OLEH:

IHSAN MASUR (1911211009)

MUHAMMAD KEMAL(1911211027)

AHWAKL ASY-SYAKSIYIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya berupa iman, islam dan ilmu serta bimbingann-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “keluarga sebagai sarana
kontrol social” Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sosiologi
hukum keluarga. Penulis berharap, makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai keluarga sebagai sarana kontrol social

Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penyusun
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penyusun berharap, makalah ini
dapat bermanfaat untuk ke depan dan rekan-rekan mahasiswa lainnya. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kupang 27 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................


i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................ 3

A. Fungsi keluaga…..…………….………………………………………………………………………..………………….3
B. Pentingnya kontrol sosial………………………………………………………………………………………………4
C. Peran keluarga sebagai control social……….………..………………..………………….………………….5
BAB III .......................................................................................................................................... 6

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 6

B. Saran ........................................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Keluarga adalah instutusi awal dari masyarakat. Karena menjadi satu satunya
lembagadi samping agama yang secara resmi telah berkembang di semua masyarakat,
keluarga meanjadi lingkungan pertama bagi anak dan menjaddi tempat untuk
membimbing anak serta memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan fisik maupun
kebutuhan psikis. Segala yagn terjadi dalam memori anak teraktualkan ke dalam
perilaku kesehariannya. Kebutuhan tersebut menuntut orang tua untuk menciptakkan
suasana yang nyaman dan harmonis sehingga anak akan tumbuh berkembang denagan
baik. Setiap keluarga juga menyumbangkan hal hal berikut ini kepada masyarakat ,
kelahiran, pemeliharaan fisik anggota keluarga, penempatan anak dalam masyarakat,
pemasyarakatan, dan control social. Dengan demikian keluarga menjadi sumber
pendidikan yang utama, karena dari keluarga segala pengetahuan dan kecerdasan
intelektual manusia diperoleh, kususnya dari orng tua dan anggota keluarga sendiri.

Namun melihat kondisi masyarakat yang kompleks saat ini akibat adanya arus
modernisasi, globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan juga teknologi pada
kehidupan masyarakat berubah. Tidak bias kita mungkiri masyarakat yang telah
menerima arus modernisasi tersebut telah banyak berubah. Mereka sudah mulai
kehilangan aspek spiritual yang merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia, tidak
terkecuali peristiwa perceraian yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Perceraian bukan lagi
menjadi hal yang tabu, melainkan menjadi sebuah fenomena yang biasa terjadi di
msyarakat. Peristiwa biasa yang terjadi pada keluarga senantiaa banyak membawa
dampak yang cukup siknifikan, tidak hanya pada pasangan suami istri yang
menjalaninya, tetapi juaga berdampak besar pada sang anak.
B. Rumusan masalah

1. bagaimanan fungsi keluarga sebagai sarana kontrol social?

C. Tujuan

1. memahami fungsi keluarga dalam lingkup social

2. memahami apa itu kontrol sosial


BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi keluarga

Setiap keluarga menginginkan kelangsungan suatu generasi yang baru dalam rumah
tangga yang dapat memperoleh nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan harapan
masyarakat. Dengan kata lain keluarga merupakan mediator dari nilai-nilai sosial, yang
Margaret Meat menjelaskan bahwa keluarga adalah lembaga paling kuat daya tahannya
yang harus dimiliki, oleh kerena setiap orang dilahirkan dalam keluarga maka hal-hal yang
dekat dan sangat dikenal oleh setiap orang biasanya tidak luput pengamatan yang kritis,
sehingga sangat sulit untuk mengenali ketidak wajaran di dalamnya, diperlukan usaha
ilmiah untuk dapat mengangkat permasalahan yang selama ini tidak terungkap, agar dapat
dikenali dan ditata kembali. Hal ini penting mengingat setiap keluarga berfungsi sebagai
pengantar pada masyarakat besar, dan penghubung pribadi-pribadi dengan struktur sosial
yang lebih besar. Kekuatan sosial yang dimiliki oleh keluarga merupakan aspek yang tidak
dapat ditemukan pada lembaga lainnya, yaitu kemampuan mengendalikan individu secara
terus menerus

Fungsi-fungsi keluarga yang dilakukan dengan baik akan memberikan hal yang positif
bagi perkembangan individu di dalamnya dan pada gilirannya memberikan kontribusi bagi
kehidupan lingkungan sosialnya. Keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang
sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain, sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi sosial,
relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan

ada tiga fungsi dari pada keluarga yakni:

1. Fungsi biologik. Keluarga merupakan tempat lahirnya anakanak, fungsi biologi orang
tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.
Namun fungsi ini juga mengalami perubahan, karena keluarga sekarang cenderung kepada
jumlah anak yang sedikit;

2. Fungsi afeksi. Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan
dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi
dasar perkawinan. Dan hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan,
persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai hal nilai-nilai. Dasar
cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi
anak. Dalam masyarakat yang makin impersonel, sekuler dan asing, pribadi sangat
membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi ini
tidak terdapat dalam institusi sosial yang lain;

3. Fungsi sosialisasi. Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam


membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari
tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai pada masyarakat dalam rangka
pembentukan kepribadian

B. Pentingnya Kontrol Sosial

Berdasarkan jenisnya, bentuk kontrol sosial dibagi menjadi dua yaitu inner social
control dan outer social control. Inner social control dapat berupa rasa tanggung jawab
individu itu sendiri, moralitas, hati nurani, dan disiplin diri. Sementara outer social
control dilakukan oleh keluarga, tetangga, teman, petugas kampung, petugas keamanan,
dan sebagainya.
Kontrol sosial dari dalam diri individu adalah yang paling penting. Jika tidak berjalan
maka outer social control  yang akan berjalan,
Sementara menurut sifatnya, kontrol sosial dibedakan menjadi formal dan informal.
Kontrol sosial yang bersifat formal dapat berupa peraturan dan bersifat memaksa.
Sementara informal berupa tekanan hlus dan tidak memaksa. Kontrol sosial informal dapat
berupa peran dari keluarga, lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, dan fasilitas umum.
Sementara kontrol sosial formal, juga dapat berlaku di lingkungan tempat tinggal, tempat
kerja, dan fasilitas umum bila dilakukan dengan menerapkan peraturan dan sanksi. Kontrol
sosial dilingkungan tempat tinggal dapat berupa kesepakatan untuk memperketat prokol
kesehatan. Seperti kesepakatan di lingkungan RW untuk membatasi mobilitas orang yang
keluar masuk.

C. peran keluarga sebagai Kontrol social

peran penting yang dimiliki masyarakat dalam kontrol sosial perilaku remaja adalah
orang tua. Itulah mungkin satu-satunya solusi yang mampu meminimalisir terjadi kenakalan
remaja disebabkan pencarian jati diri. Controling, monitoring, dan pengarahan (tarbiyah)
yang dilakukan 24 jam oleh orang tua akan berdampak dengan minimnya kenakalan remaja.
Sekarang ini, dengan kesibukan pekerjaan orang tua juga jangan sampai melupakan
kewajiban dia sebagai orang tua untuk mengasuh anak. Komunikasi antara orang tua
dengan anak sangat penting. Jadi kontrol sosial yang diberikan orang tua terhadap remaja
tidak hanya melalui tercukupkannya uang jajan perbulan yang diberikan oleh orang tua
kepada anaknya. Tidak cukup itu, tapi sisi lainnya yang lebih psikologis itu jauh lebih penting
dari materi yang telah orang tua berikan kepada anak remajanya.

Pengarahan atau tarbiyah yang dilakukan oleh orang tua justru akan terlihat manjur
daripada arahan-arahan yang diberikan oleh kepala sekolah saat dihukum atau dari BK
(Bimbingan Konseling). Para orang tua pun jangan terlalu banyak menyalahkan anaknya
ketika terjadi perubahan drastis, yang dulu dia anak baik ketika beranjak dewasa tiba-tiba
sikap dan perilakunya berubah menjadi nakal. Para orang tua seharusnya mencoba lebih
bijak untuk mengevaluasi dirinya sendiri, karena bisa jadi, perubahan itu terjadi karena
terjadi komunikasi yang kurang antara dia dengan anaknya.
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Fungsi keluarga sebagai kontrol sosial yaitu untuk pengawasan terhadap perilaku seluruh
anggota keluarga. Pengawasan ini sangat penting mengingat dalam lembaga keluarga selalu
tumbuh permasalahan permasalahan atau dinamika keluarga yang apabila tidak ada kontrol
sosial maka dampaknya akan fatal. Orang tua harus mengawasi perilaku dan perkembangan
anaknya. Suami dengan istri atau sebaliknya juga harus saling mengontrol, bahkan anak
terhadap orang tua juga harus saling mengontrol agar tidak terjadi penyimpangan keluarga
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa hal dasar yang harus Anda tanamkan pada
Anak sedini mungkin, di antaranya:

1. Cinta

Orang tua cenderung berpikir bahwa anak-anak secara alami mencintai, bersikap murah
hati, dan penuh dengan kasih sayang. Hal ini memang benar, namun sebagai orang tua Anda
juga harus mengajarinya. Biarkan Anak melihat Anda menunjukkan cinta dan kasih sayang
kepada orang-orang di dalam lingkungan Anda. Berikan ciuman dan juga pelukan pada
pasangan Anda ketika ada Anak. Katakan padanya bahwa Anda sangat mencintai dan
menyayangi kakek, nenek, paman, dan anggota keluarga Anda lainnya. Hal ini bisa menularkan
rasa cinta dan kasih pada Anak, sehingga saat dewasa ia tumbuh menjadi pribadi yang
penyayang dan penuh kasih.

2. Kejujuran

Nilai kejujuran penting Anda ajarkan pada Anak. Cara terbaik untuk mengajarkannya,
yakni dengan menjadi orang yang jujur. Ya, Anda harus menjadi orang yang jujur untuk
mengajarkan nilai kejujuran padanya. Biarkan ia mengetahui sikap jujur Anda, baik pada
pasangan Anda, tetangga Anda, atau orang dewasa lainnya. Dan, usahakan untuk tidak bereaksi
berlebihan ketika mengatasi Anak yang tengah berbohong pada Anda. Bantulah Anak untuk
mengatakan sesuatu hal dengan jujur, sehingga ia akan terdorong untuk selalu berkata dan
bertingkah jujur.

3. Keadilan

Ketika anak Anda iri pada mainan temannya sehingga merusak mainan tersebut, Anda
dapat menggunakan kejadian tersebut untuk mengajarkannya bersikap adil. Caranya, dengan
mendengarkan terlebih dahulu apa alasan Anak merusak mainan temannya, dan nasehatilah ia
agar mau meminta maaf atas kesalahannya pada temannya. Lalu, Anda bisa menyarankannya
untuk mengganti atau membantu membereskan mainan temannya yang telah ia rusak. Hal ini
dapat mengajarkannya untuk bersikap adil dan belajar untuk menebus kesalahannya terhadap
temannya.

4. Sopan santun

Ajarkan Anak tentang sopan santun. Tunjukkan padanya bahwa dirinya harus berkata
“tolong” saat meminta bantuan Anda atau orang lain, dan mengucapkan “terima kasih” ketika
telah ditolong atau diberikan sesuatu oleh orang lain. Hal ini bisa membantunya untuk menjadi
anak yang memiliki sikap sopan, terlebih pada orang yang berusia lebih tua.

B. SARAN

Fase remaja merupakan fase yang sulit untuk dilewati. Keluarga mempunyai peran penting
dalam mengawasi dan menjaga pertumbuhan seorang remaja. Untuk itu perlu adanya upaya-
upaya sebagai berikut :

1. Larangan dan peraturan memang harus tetap diberikan namun kasih sayang dan perhatian
harus juga perlu untuk seorang remaja. Agar remaja lebih nyaman dengan keluarga dan tidak
mencari tempat yang lain.

2. Karena fase remaja yang mulai beranjak dewasa bukan berarti mereka dibebaskan begitu
saja tetapi tetap diawasi namun tidak serta merta penuh dengan larangan yang ketat karena hal
itu membuat remaja menjadi penasaran dan berontak.
3. Remaja memang bukan usia anak-anak lagi jadi tidak perlu peraturan-peraturan yang banyak
namunseorang reamaja perlu didekati dan didengarkan setiap keluh kesahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendrati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Http://bekompas.com//2011//10//contoh/makalahbahanya-pergaulan.html

Santrock, John W. 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soejono. 1988. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta

Samsudin. 2007. Sosiologi keluarga. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai