Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SOSIOLOGI KELUARGA : PERAN KELUARGA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Keluarga

Dosen Pengampu:

Ika Silviana,S.Sos, M.A

Disusun Oleh:

Muchtar Dwi Samudra (22105022)

Muhammad Yoga Efendi (22105028)

Ahmad Rofiq Muzakki (22105040)

Muhammad Farid Fauzi (22105048)

Bagus M S Azam Noor (22105062)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan karunia
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan sebaik mungkin. Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, tidak lupa pula
saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Sosiologi Keluarga Ibu Ika
Silviana, S.Sos, M.A yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan maupun
kekeliruan baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dari teknik pengetikan.
Walau demikian inilah usaha maksimal kami selaku penulis dari makalah ini.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapakan kritik yang dapat membangun dari pembaca untuk
memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.

Kediri, 20 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………………. 1

KATA PENGANTAR ………………….………………….………………………... 2

DAFTAR ISI …………………………………………….………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4

A. Latar belakang ……………………………….…………………………….… 4


B. Rumusan masalah ………………………………..……………………….…..
4
C. Tujuan ………………………………………...……………………………… 4

BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………...6

A. Gender Dalam keluarga………......................................……………...…..…...6


B. n…………………...….…………………………………………9
C. ……………………………...................................11
D. …………………………………...............................................12

BAB III PENUTUP………………………………………..….


……………………..13

A. Kesimpulan ………………………………...……………………..…………
13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...……..
14
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. GENDER DALAM KELUARGA

Kata gender berasal dari bahasa inggris, berarti jenis kelamin. Gender yaitu perbedaan
yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
Gender adalah sifat-sifat yang melekat atau dilekatkan pada seseorang, laki-laki dan
perempuan yang dikonstruksi secara sosial, kultural dan pendidikan. Dalam memahami
konsep gender akan disandingkan dan dibedakan dengan konsep sex. Misalnya seorang laki-
laki memiliki penis dan sperma, sedangkan perempuan memiliki vagina, rahim dan ovarium.
Jadi sex adalah jenis kelamin yang ditentukan secara biologis dan sudah dibawa sejak lahir
tidak bisa berubah dan tidak dipertukarkan karena itu merupakan ketentuan tuhan atau
disebut kodrat.1

Dalam buku yang berjudul Sex & Gender yang ditulis oleh Hillary M. Lips
mengartikan gender adalah harapan-harapan busaya terhadap laki-laki dan perempuan.
Contoh, Laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Sedangkan perempuan dikenal
lemah lembut, cantik emosional dan keibuan. Ciri dan sifat tersebut adalah suatu hal yang
dapat tukarkan, seperti ada laki-laki yang sifatnya lemah lembut, dan ada perempuan yang
kiat dan perkasa. Perubahan sifat terjadi dari suatu tempat ke tempat lain.

Dalam kehidupan berkeluarga, suami dan istri memiliki peran yang berbeda-beda.
Suami berperan sebagai kepala rumah tangga dalam memimpin istri dan anaknya. Sedangkan
istri berperan dalam mengurus rumah tangga dan menjadi ibu untuk anak-anaknya. Hal ini
sesuai dengan penjelasan diatas dimana laki-laki sebagai suami yang memiliki sifat kuat dan
rasional akan lebih mampu dalam memimpin bahtera rumah tangganya. Sedangkan
perempuan dapat mengurus anak-anaknya dan mengurus rumah tangga dengan sifat lemah
lembut dan keibuannya.

Menurut Nafisah (D. Nafisah, 2008), terdapat aspek-aspek kegiatan rumah tangga di
antaranya adalah: (a) the housekeeper role: bertanggung jawab pada kebersihan rumah,
mencuci pakaian dan alat-alat makan, berbelanja dan menyiapkan makanan dan mengatur
keuangan rumah tangga; (b) the provider role: bertanggung jawab pada mencari uang untuk
mendukung keluarga; (c) the child-care role: merawat anak secara fisik, seperti memberi
makan, mengenakan pakaian, memandikan dan menjaga anak; (d) the child socialization role:
1
ERNIHA, PEMBAGIAN PERAN GENDER DALAM KELUARGA MASYARAKAT DESA(Studi Kasus Desa
Peulokan Kabupaten Aceh Selatan). 2018
mengajarkan nilai-nilai moral pada anak, sikap-sikap, ketrampilan-ketrampilan dan perilaku
yang disetujui masyarakat; (e) he sexual role: bereaksi terhadap kebutuhan sexual dari
pasangan; (f) the kindship role: memelihara hubungan antara keluarga dan mengunjungi
sanak keluarga jika diperlukan; (g) the recreational role: mengorganisir kegiatan rekreasi
keluarga; dan (h) the therapeutic role: mendengarkan, mau mengerti, bersimpati, membantu
dan merawat anggota lain dalam keluarga.2

B. ORANG TUA DAN LINGKUNGAN SOSIAL

Di dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang
tuanya, saudara-saudaranya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah si anak
mengenal dunia sekitarnya dan ola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui itulah si
anak mengalami proses sosial awal. Orang tua, saudara, maupun kerabat terdekat lazimnya
mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak supaya memperoleh dasar-dasar pergaulan
hidup yang benar dan baik, melalui penanaman disiplin dan kebebasan serta penyerasiannya. 3

Pendidikan adalah penanaman nilai-nilai karakter dan kepribadian, perkembangan ini dapat
dilakukan dengan seorang diri “manusia hidup di dalam lingkungan sosial dan hal ini
membantu anak tersebut, untuk dapat mengembangkan nilai-nilai karakter dan kepribadian
yang di miliki, dan lingkungan sosial mempengaruhi kedewasaan anak tersebut.”5 Menjadi
penting bagi kita mengetahui bahwa manusia membutuhkan lingkungan yang dapat
membantu perkembangan kepribadian anak untuk menjadi lebih baik, agar nilai-nilai yang di
tanamkan orang tua dari sejak lahir dapat di praktekan dan menjadikan kepribadian anak
lebih dewasa.

Lingkungan mempengaruhi kepribadian dan karakter seorang anak, dan keluarga harus
memperhatikan lingkungan tempat anak itu bergaul, sebab lingkungan yang sehat dapat
mempengaruhi perbuatan,sikap,karakter serta kepribadian anak tersebut. “Karakter terbagi
menjadi 3 bagian yang saling terhubung, baik itu moral knowing yaitu pengetahuan, moral
feeling yaitu perasaan dan moral behavior yaitu perilaku moral, tiga hal ini yang harus dapat
di miliki dalam diri seorang anak dan moral ini di dapat, di dalam lingkungan pendidikan.4

2
Abdul Aziz, Relasi Gender Dalam Membentuk Keluarga Harmoni (Upaya membentuk keluarga Bahagia).
HARKAT. 2017
3
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar, 392.

4
Muhammad Ali Ramdani, “Lingkungan Pendidikan Dalam Implementasi Pendidikan Karakter,” Jurnal Pendidikan
Universitas Garut 2014 8 No.1, no. 28–37 (n.d.): 29.
Pendidikan moral mempengaruhi karakter dan kepribadian seorang anak “sebab karakter
adalah ciri khas dan perilaku sosial yang ditunjukkan melalui sifat,perbuatan dan cara
beradaptasi seorang anak, dan ini lah yang mendorong seorang individu untuk berani
bertindak dan bertanggung jawab dalam perbuatannya hal inilah yang menjadi motivasi untuk
mendewasakan kepribadian seorang anak tersebut”.5

Pendidikan karakter berperan dalam mendorong kepribadian seorang anak untuk bertanggung
jawab, keluarga dan lingkungan lah yang sama-sama berperan dalam perkembangan moral
anak.

1) Lingkungan Sosial Keluarga

Keluarga dan lingkungan sosial sama-sama memiliki peran untuk mengembangkan


kepribadian seorang anak, khusus dalam hal prestasi yang capai anak. Keluarga adalah
lembaga utama yang mendorong anak untuk untuk mencapai prestasi yang ingin di capainya,
sedangkan lingkungan sosial lah yang menjadi tempat bagi seorang anak untuk
mengembangkan prestasi yang menjadi keunggulannya, dengan belajar banyak dari apa yang
telah di lihat dan di dengar, lingkungan sosial yang memunculkan suatu proses interaksi
sehingga bakat atau keunggulan yang di miliki anak tersebut dapat dikembangkan dengan
baik dan menghasilkan prestasi yang memuaskan.

Pendidikan dalam keluarga adalah hal yang pertama di ingat oleh anak, sebab ketika mereka
sudah keluar dari dalam lingkungan keluarga mereka akan masuk ke dalam lingkungan yang
baru dan mereka akan melihat hal-hal baru ditemui, salah satunya adalah kenakalan yang
akan merusak moral, karakter dan kepribadian anak tersebut. Itu sebabnya anak perlu
mengetahui nilai-nilai yang baik yang telah ditanamkan dalam dirinya. Pendidikanlah yang
membantu seseorang untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan,
pendidikan juga merupakan kebutuhan utama yang dapat mengatasi segala perbuatan yang
buruk dan mengajarkan hal-hal yang baik tergantung dari didikan dan ajaran yang telah di
alami dalam lingkungannya sendiri baik itu keluarga dan juga lingkungan sosial tempat anak
itu berinteraksi dan menjalani kehidupannya.

Orang tua adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan sebuah
ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak untuk mencapai masa

5
Deny Setiawan, “Peran Pendidikan Karakter Dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral,” Jurnal Pendidikan Karakter
2013 3 No.1, no. 53–61 (n.d.): 55.
depan anak dan yang menghantarkan anak untuk siap bersosialisasi di kehidupan
bermasyarakat. Menjadi orang tua yang sukses dalam mendidik anak dalam keluarga
merupakan idaman semua oang tua namun jika orang tua tidak memiliki tanggung jawab
yang besar dalam mendidik anak dengan upaya menanamkan norma untuk anak mencapai
masa depan anak yang baik terjadi dalam keluarga sehingga anak dapat bersosialisasi dengan
orang-orang yang ada di sekelilingnya.

lingkungan sosial mempunyai peranan penting memiliki upaya dalam mengubah cara
pandang peserta didik dan memberikan nilai-nilai kecintaan terhadap lingkungan agar
terbentuknya karakter dan sikap yang peduli. Manusia adalah makhluk sosial dalam
kehidupannya dan lingkungan adalah tempat di mana mereka mempratekannya untuk
memiliki karakter yang baik apalagi meberikan kontribusi untuk lingkungan agar terus asri
sehingga lingkungan dapat menjadi obyek perubahan sikap dan tindakan perubahan karakter
anak. Tempat di mana anak dapat mengembangkan bakat dan potensi yang di milikinya
adalah lingkungan sosial, karena disinilah mereka akan menemukan jati diri mereka dan
banyak mempelajari hal-hal yang baru dan juga akan membentuk kedewasaan dalam diri
seorang anak.

lingkungan sosial lah yang menjadi tempat bagi seorang anak untuk mengembangkan prestasi
yang menjadi keunggulannya, dengan belajar banyak dari apa yang telah di lihat dan di
dengar, lingkungan sosial yang memunculkan suatu proses interaksi sehingga bakat atau
keunggulan yang di miliki anak tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan menghasilkan
prestasi yang memuaskan. Lingkungan sosial inilah yang menjadi tempat bagi mereka untuk
beradaptasi dan bergaul, lingkungan ini juga yang mempengaruhi kepribadian seorang anak,
jika lingkungannya baik maka hasilnya akan baik dan begitu juga sebaliknya, jika
lingkungannya buruk maka pembawaan yang akan di alami anak juga akan buruk.6

2) Lingkungan Sosial Kampus.

Kampus atau perguruan tinggi dan sekolah sama-sama salah satu lembaga pendidikan.
Perbedaan terletak pada tingkatannya. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama tempat
untuk belajar. Sehingga faktor yang mempengaruhi pendidikan/ pembelajaran di sekolah juga
berlaku di kampus. Kampus adalah tempat yang digunakan oleh anak untuk menempuh
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan

6
Yagung Maiwanly, Peran Didikan Orang Tua Dan Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Tinjauan
Aliran Konvergensi
setelah sekolah menengah. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politektik, sekolah
tinggi, institute dan universitas.

Peran lembaga sekolah menurut Abu Ahmadi, sekolah merupakan lembaga pendidikan
setelah keluarga atau dapat dikatakan sebagai panjang tangan dari pendidikan di keluarga.
sekolah merupakan lembaga dimana anak dapat mengembangkan intelektual dan daya
berfikirnya. Lingkungan sekolah memiliki pengaruh terhadap pembelajaran atau pendidikan
peserta didik, jika pembelajaran yang diberikan baik maka berdampak baik pula pada peserta
didik, hal itu juga berlaku sebaliknya.7

Lingkungan kampus berperan sebagai panjang tangan keluarga dalam mendidik anak. Proses
pembelajaran kampus disini lebih bertujuan untuk pencapaian pada aspek kognitif/
pengetahuan, ketrampilan dan juga sikap. Kampus atau perguruan tinggi dihuni oleh sivitas
akademik. Dimana mereka saling berhubungan satu sama lain. Dari sinilah lingkungan sosial
ada. Sehingga lingkungan sosial kampus adalah lingkungan dimana terjadi interaksi atau
hubungan antara mahasiswa, dosen maupun staf/ karyawan.

C. HUBUNGAN – HUBUNGAN DALAM KELUARGA

Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang dimana ada ikatan darah,
perkawinan dan hidup bersama dalam rumah serta memerlukan pemimpin sebagai kepala
rumah tangga untuk mengayomi anggota keluarga. Dalam setiap anggota keluarga itu
menjalin hubungan dimulai dari lahir sampai kematian. Hubungan dalam keluarga yang
diimpikan semua orang adalah hubungan yang harmonis. Hubungan keluarga yang harmonis
adalah hubungan yang didasarkan pada saling menghargai, komunikasi yang terbuka serta
dukungan, dan kerjasama di antara anggota keluarga.

Dalam kenyataan sehari-hari tidak semua keluarga mencapai keluarga yang bahagia,
banyak diantara keluarga mengalami masalah dalam berkeluarga seperti masalah hubungan
suami istri, pendidikan anak, ekonomi keluarga, hubungan kemasyarakatan dan lain
sebagainya. Konflik dalam keluarga akan tetap ada karena manusia tidak akan pernah lepas
dari masalah.8 Oleh sebab itu anggota keluarga harus saling mendukung satu sama lain dalam
mencapai tujuan bersama dan mengatasi tantangan yang dihadapi.
7
Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam., 239.
8
Hyoscyamina, Darosy Endah. "Peran keluarga dalam membangun karakter anak." Jurnal Psikologi 10.2
(2011): hal. 144 - 152
Dalam keluarga terdapat berbagai macam hubungan yang terbentuk antara anggota
keluarga. Berikut hubungan yang umum dalam keluarga:

1. Hubungan suami istri

Struktur kehidupan keluarga dibangun melalui komitmen perkawinan yang melahirkan


status suami dan istri. Hubungan suami-istri dalam sebuah perkawinan yang menghasilkan
seorang individu akan mengubah struktur kehidupan keluarga. Individu yang baru lahir dari
hasil hubungan perkawinan berstatus anak, dengan demikian maka status istri bertambah
menjadi ibu dan suami menjadi seorang ayah. 9Hubungan suami istri merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam membentuk dinamika keluarga. Hubungan ini mencakup
interaksi antara pasangan suami istri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk emosi,
komunikasi, keputusan, dan peran dalam rumah tangga serta masyarakat. Pentingnya
hubungan suami istri terletak pada kontribusinya terhadap stabilitas dan kesejahteraan
keluarga secara keseluruhan. Dalam hubungan suami istri terdapat empat macam menurut
pola perkawinan, yaitu:10

 Owner Property, Di mana suami dan istri menjadi pacar dan teman. Mereka
diharapkan untuk saling memenuhi kebutuhan, tidak hanya semata-mata dalam hal
penghasilan, melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, kebutuhan seksual
dan anak-anak. Mereka juga diharapkan untuk bisa menikmati kehadiran
pasangannya sebagai pribadi, menemukan kesenangan dari kehadiran itu, saling
percaya, dan berbagi masalah, pergi dan melakukan kegiatan bersama-sama.
 Head Complement, lebih menganggap bahwa istri adalah sebagai pelengkap
suami. Suami istri lebih menyikapi segala hal secara bersama dengan komunikasi
yang terbuka antara keduanya. Suami istri juga berasama dalam memutuskan
untuk mengatur kehidupan bersama. Suami tetap sebagai pencari nahfkah dan istri
tetap mengatur rumah tangga dan anak-anaknya.
 Senior Junior Partner, posisi istri tidak lebih sebagai pelengkap suami, tetapi
sudah menjadi teman. Perubahan ini terjadi karena istri juga memberikan
sumbangan secara ekonomis meskipun pencari nafkah utama tetap suami. Dengan
penghasilan yang didapat, istri tidak lagi sepenuhnya tergantung pada suami untuk
hidup. Kini istri memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan.
9
Supriyono, S., Iskandar, H., & Sucahyono, S. (2015). Pendidikan keluarga dalam perspektif masa kini. Hal. 7
10
Ihromi, T. O. (1999). Bunga rampai sosiologi keluarga. Yayasan Obor Indonesia. Hal. 100
 Equal Partner, Dalam pola perkawinan ini, norma yang dianut adalah baik istri
atau suami mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang, baik di bidang
pekerjaan maupun secara ekspresif. Segala keputusan yang diambil di antara
suami istri, saling mempertimbangkan kebutuhan dan kepuasan masing-masing.
Istri mendapat dukungan dan pengakuan dari orang lain karena kemampuannya
sendiri dan tidak dikaitkan dengan suami.

2. Hubungan orang tua dan anak

Hubungan orang tua dan anak dapat dilihat dari anggapan orang tua mengenai anaknya
yaitu anak adalah milik orang tua atau anak adalah milik dirinya sendiri. Apabila orang tua
menganggap anak adalah milik orang tua maka berfungsi sebagai pengawas terhadap perilaku
anak. Maka, anak diarahkan, diatur menurut orang tuanya. Anak hanyalah bagian dari orang
tua. Ia tidak memiliki kesempatan mengembangkan kepribadiannya sendiri. Apabila anak
memiliki pilihan maka harus didasarkan pada pilihan orang tua. Menempatkan anak sebagai
miliknya sendiri, memposisikan orang tua untuk berperan sebagai motivator, fasilitator dan
inisiator bagi anaknya. Peran seperti ini dilakukan orang tua berdasarkan kemampuan,
keuntungan dan dampaknya bagi orang tua.

3. Hubungan antar saudara

Saudara kandung merupakan orang terdekat kita yang akan menemani kita untuk
menemukan seorang pendamping hidup seperti suami dan atau istri. Pada dasarnya hubungan
dengan saudara kandung terdahulu sebelum masuk ke dalam hubungan dengan dunia
masyarakat. Hubungan antar saudara harus berlangsung dengan baik apabila hubungan antar
saudara tidak berlangsung dengan baik maka akan muncul sebuah kerusakan yang besar antar
saudara karena pengaruh saudara sendiri itu amatlah kuat. Hubungan harmonis antar saudara
terwujud jika anak memiliki kepribadian yang baik pula, tentu hal ini dipengaruhi oleh
pendidikan yang didapatkan dalam keluarga.11

11
Tenri Awaru, A. Octamaya. "Sosiologi Keluarga." (2021).hal 140

Anda mungkin juga menyukai