Anda di halaman 1dari 13

KELUARGA SEBAGAI WAHANA INTI

DALAM REASLISASI PENDIDIKAN


Makalah Ini di Ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pendidikan
Agama II

Dosen Pembimbing :
ADE NAWAWI S.Pdi., M.Ag

Di Susun Oleh :
Kelompok 3 Kls B reg
Anggota : 1. A1A.21.0046 WILLA APRILIIANSYAH
2 . A1A.21.0057 SAQILA NUR SASIH
3. A1A.21.0064 RIKI ADITYA WICAKSONO
4. A1A.21.0062 MUHAMAD RIZKI NUR ALI PAJAR

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS SUBNAG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya, makalah ini
tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah yang berjudul “keluarga sebgai wahana inti dalam realisasi pendidikan”
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama. Makalah ini berisikan tentang
sebarapa penting keluarga dalam membangun sebuah inti dari pendidikan, kami selaku
penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pendidikan agama yang telah
membimbing dalam penyelesaian makalah ini. kami juga berterima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah tugas mata kuliah.
kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Maka dari itu, kritik dan
saran dari Bapak dan teman-teman sangat kami harapkan untuk membantu perbaikan
makalah ini.
Subang, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama ................................. 3
B. pengertian keluarga ..................................................................................... 5
C. Peranan keluarga dalam pendidikan............................................................. 5
D. Tujuan pendidikan keluarga ......................................................................... 6
E. Fungsi pendidikan keluarga ......................................................................... 7
F. Ruang lingkup pendidikan keluarga ............................................................. 7
G. Pentingnya pendidikan keluarga .................................................................. 7
H. Strategi pendidikan keluarga ....................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9
A. Kesimpulan ................................................................................................ 9
B. Saran ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga dari sudut pandang aksi maupun fungsi adalah pusat dan induk proses
pendidikan bagi anak sehingga kedudukannya amat sangat penting dan diandalkan.
Sesunggguhnya, ikhwal betapa penting dan diandalkannya aksi dan fungsi Pendidikan
Keluarga bagi anak, tergambar dari kadar serta besaran proses pendidikan yang terjadi di
lingkungan keluarga, di rumah.
Senyatanya, proses pendidikan dalam lingkungan keluarga ini (diniscayakan)
sebagai realisasi aksi dan fungsi keluarga yang paling penting serta diandalkan bagi
keterdidikan anak. “Proses pendidikan” yang dimaksudkan di sini menunjukkan tekanan
pada cara beraksi, sedangkan “fungsi pendidikan” menunjukkan tekanan pada peran
keluarga untuk pendidikan anak. Maksudnya adalah bahwa keluarga seyogyanya
menjalankan fungsi pendidikan, yakni fungsi mendidik anak yang harus dilaksanakan
dengan cara yang baik, penuh rasa tanggung jawab dan penuh dedikasi, karena keluarga
menjadi tumpuan capaian pendidikan bagi anak sehingga kinerja pendidikan dalam
keluarga, di rumah, haruslah ada dan terselenggara.
Kadar serta besaran proses pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan
konsepsi dasar bagi konstruksi tanggung jawab Pendidikan Keluarga.
Kemudian, kadar serta besaran proses pendidikan dalam lingkungan keluarga
tersebut ditakar oleh pelaksanaan tanggung jawab pendidikan itu sendiri. Kaitan dengan
tanggung jawab pendidikan tersebut, diteorikan bahwa keluarga memiliki tiga status yang
berperanan secara luas dalam menjalankan fungsi pendidikan, yaitu: pusat pendidikan,
induk pendidikan dan tumpuan pendidikan.
tiga hal: terobosan, memungut/mengambil pilihan, dan penyesuaian. Jika ketiga
langkah ini tidak dilakukan, khawatir yang terjadi kemudian adalah munculnya kenaifan
kritis yang ditandai dengan fenomena berkembangnya beberapa bentuk kesenjangan antara
pendidikan dan realitas kehidupan, disorientasi generasi muda, eksportasi kewajiban
pendidikan secara buta, dan pelepuhan fungsi-fungsi edukasi keluarga sebagai tempat
pendidikan yang pertama dan utama.
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat (Muchtar, 2005:
43) mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku
anak. Kedudukan dan fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental
karena pada hakekatnya keluarga merupakan wadah pembentukan watak dan akhlak.
Tempat perkembangan awal seorang anak sejak dilahirkan sampai proses
pertumbuhan dan perkembangannya baik jasmani maupun rohani adalah lingkungan
keluarga, oleh karena itu di dalam keluargalah dimulainya pembinaan nilai-nilai akhlak
karimah ditanamkan bagi semua anggota keluarga.
Peran dan tanggungjawab orang tua mendidik anak dalam keluarga sangat dominan
sebab di tangan orang tuanyalah baik dan buruknya akhlak anak. Pendidikan dan pembinaan
akhlak merupakan hal paling penting dan sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka
menjaga stabilitas hidup. Dalam ajaran agama Islam masalah akhlak mendapat perhatian
yang sangat besar sebagaimana sabda Nabi:
َ ‫اَ ْك َم ُل ا ْل ُمؤْ منيْنَ ايْماَنا ً اَ ْح‬
.....ً‫سنُ ُه ْم ُخلُقا‬
”Orang mukmin yang paling sempurnanya imannya adalah orang yang paling baik
budi pekertinya” HR. Tirmidzi (Nawawi, 1999: 583).
Mengingat masalah akhlak adalah masalah yang penting seperti sabda Nabi di atas,
maka dalam mendidik dan membina akhlak anak orang tua dituntut untuk dapat berperan
aktif. Peranan orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak karimah terhadap anak yang bersumber dari ajaran agama Islam sangat penting

1
dilakukan agar anak dapat menghiasi hidupnya dengan akhlak yang baik sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum dan norma
kesusilaan.
Dewasa ini dengan terjadinya perkembangan global disegala bidang kehidupan
selain mengindikasikan kemajuan umat manusia disatu pihak, juga mengindikasikan
kemunduran akhlak di pihak lain. Kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK
oleh manusia yang tidak seimbang dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan
gejala baru berupa krisis akhlak.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka pendidikan akhlak
merupakan salah satu bagian pendidikan dalam Islam yang sangat diperlukan agar anak
memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik dari seorang anak akan melahirkan generasi
yang baik pula, yaitu generasi muda yang taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua dan
memperhatikan hak-hak bagi saudara muslim yang lain. Dalam pendidikan dan pembinaan
akhlak anak, orang tua harus dapat berperan sebagai pembimbing spiritual yang mampu
mengarahkan dan memberikan contoh tauladan, menuntun, mengarahkan dan
memperhatikan akhlak anak sehingga anak berada pada jalan yang baik dan benar. Jika
anak melakukan kesalahan, maka orang tua dengan arif dan bijaksana membetulkannya,
begitu juga sebaliknya jika anak melakukan suatu perbuatan yang terpuji maka orang tua
wajib memberikan dorongan dengan perkataan atau pujian maupun dengan hadiah
berbentuk benda.
Peranan keluarga sangat besar dalam membina akhlak anak dan mengantarkan
kearah kematangan dan kedewasaan, sehingga anak dapat mengendalikan dirinya,
menyelesaikan persoalannya dan menghadapi tantangan hidupnya

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama ?
2. Bagaimana Keluarga menjadi pendidik yang pertama dan utama ?
3. Apa tujuan pendidikan keluarga?
4. Bagaiaman fungsi kelurga dalam pendidikan?
5. Bagaimana ruang lingkup pendidikan dalam sebuah keluarga?
6. Apakah penting pendidikan keluarga?
C. Tujuan
1. Menjelaskan keluarga sebagai pendidik yang pertama dan utama.
2. Menjelaskan peranan keluarga dalam mendidik anak.
3. Menjelaskan tujuan pendidikan keluarga.
4. Menjelaskan fungsi kleurga dalm pendidikan.
5. Menjelaskan ruang lingkup pendikan dalam sebuah keluarga.
6. Menjelaskan sebrapa pentingnya pendididkan dalam keluarga..
D. Manfaat
kami harap makalah ini akan bermanfaat kepada para pembaca, mengenai penjelasn tentang
keluarga sebagai wahana inti dari sebbuah pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keluarga Merupakan Pendidik Pertama dan Utama


Pendidikan keluarga dipandang sebagai pendidikan pertama dan utama. Dikatakan
pendidikan pertama karena bayi atau anak itu pertama kali berkenalan dengan lingkungan serta
mendapat pembinaan pada keluarga. Pendidikan pertama ini dapat dipandang sebagai peletak
fondasi pengembangan-pengembangan berikutnya. Pendidik perlu bertindak secara hati-hati
pada pendidikan pertama ini. Kalau tidak, bias memberikan dampak yang kurang baik pada
perkembangan-perkembangan berikutnya.
Karena sifat pekanya perkembangan-perkembangan pada awal ini membuat pendidikan ini
dikatakan sebagai pendidikan yang utama. Kepekaan perkembangan-perkembangan awal ini
tidak hanya menyangkut psikologi, tetapi juga fisiologi. Dengan kata lain pertumbuhan jasmani
pada fase-fase awal ini juga sangat peka. Memang pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa
anak-anak berkaitan satu dengan yang lain. Kalau dalam kedokteran ada dalil yang mengatakan
kualitas makanan yang diberikan kepada anak balita akan menentukan kualitas kecerdasan atau
kemampuan mereka kelak, maka dalam pendidikan ada konsep yang mengatakan bagaimana
perlakuan terhadap anak 4 tahun ke bawah seperti itulah jadinya anak itu setelah dewasa. Dari
dalil itu muncul himbauan agar keluarga member makanan bergizi kepada anak balita agar
otaknya tumbuh dengan sempurna. Begitu pula konsep di atas membuat para orang tua
memperlakukan anak-anak kecil itu dengan baik, penuh kasih saying agar anak itu menjadi
orang yang berguna kelak.
Namun informasi yang diterima oleh orang tua berat sebelah. Informasi tentang pentingnya
memberikan makanan bergizi kepada balita lebih banyak diterima dibandingkan dengan
informasi tentang pentingnya memperlakukan anak-anak dengan baik. Buktinya kini semakin
banyak anak sehat dan cerdas, tetapi masih banyak sekali anak-anak nakal yang membuat
berbagai kerusuhan. Kenakalan ini sebagian besar disebabkan oleh perlakuan lingkungan yang
tidak benar, antara lain terlalu keras atau disiplin kaku, kurang diperhatikan, kurang kasih
sayang, terlalu diberi kebebasan, dan sebagainya.
Kenyataan di atas tampaknya bertalian dengan kurang intensifnya pengembangan pendidikan
keluarga itu sendiri. Pendidikan keluarga, memang belum ditangani seperti pada pendidikan
jalur sekolah. Sehingga masuk akal kalau sebagian besar keluarga tidak paham tentang cara
mendidik anak-anak dengan benar. Walaupun isi pendidikan itu sebagian besar ditekankan pada
pengembangan afeksi, seperti kerajinan, kejujuran, kesetiaan, toleransi, disiplin, gotong royong,
keimanan, ketakwaan, menghormati orang tua, bisa berterima kasih, suka menolong, dan
sebagainya. Di sini tampak masih ada yang belum terselesaikan sampai sekarang, di satu pihak
dipandangkan pendidikan ke keluarga adalah yang pertama dan utama namun di pihak lain
macam pendidikan ini tidak ditangani secara utama atau diterlantarkan.
Oleh karena itu, keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam rangka melakukan
sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan. Meskipun jumlah institusi pendidikan
formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang yang paling tinggi semakin hari semakin banyak,
namun peran keluarga dalam transformasi nilai edukatif ini tetap tidak tergantikan.
Karena itulah, peran keluarga dalam hal ini tidak ringan sama sekali. Bahkan bisa dikatakan,
bahwa tanpa keluarga nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan di bangku meja formal tidak akan
ada artinya sama sekali. Sekilas memang tampak bahwa peran keluarga tidak begitu ada artinya,
namun jika direnungkan lebih dalam, siapa saja akan bisa merasakan betapa berat peran yang
disandang keluarga.
Problem yang dialami oleh anak jalanan untuk memperoleh pendidikan salah satunya
adalah minusnya, karena tidak adanya peran keluarga. Kalaupun akhirnya mereka bersekolah,
mereka hanya mendapatkan pengetahuan formal saja. Sementara kasih sayang, sopan santun,
moralitas, cinta dan berbagai nilai afektif lainnya sulit mereka dapatkan. Mereka merasa tidak

3
ada tempat yang baik untuk berlindung dan mengungkapkan seluruh perasaan secara utuh dan
bebas.
Umumnya mereka tidak memiliki keluarga yang mengemban peran tersebut.
Kalaupun mereka memiliki keluarga, tidak ada situasi yang kondusif untuk saling berbagi
perasaan antar anggota dalam sebuah keluarga. Ini merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi
oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang mencoba memberdayakan „anak jalanan‟.
Mungkin persoalan sulitnya bagaimana dia mendapatkan pendidikan secara formal, tidak sesulit
bagaimana dia memperoleh kasih sayang sejati.
Dari paparan di aatas kita bisa mengerti betapa penting peran keluarga dalam rangka
mengemban misi-misi pendidikan tidak bisa diabaikan. Di dalam keluarga tercermin jalinan
kasih dan cinta dalam mana ikatan emosional, darah dan kekerabatan sangat mendominasi.
Dengan demikian, keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Sebagian orang secara tidak sadar mengatakan bahwa sebenarnya peran keluarga adalah
sekunder, alias hanya menjadi pelengkap saja. Sebab pengetahuan formal sudah mereka
dapatkan di bangku sekolahan. Logika ini tidak saja keliru secara etis, tapi juga patut
dipertanyakan pula pandangan moralnya terhadap keluarga. Yang logis, keluarga justru
merupakan institusi pendidikan pertama dan utama, kemudian baru dilengkapi dengan nilai-nilai
pengetahuan yang didapatkan dari bangku sekolahan ataupun masyarakat.

4
B. Pengertian Keluarga
Keluarga (bahasa Sansekerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti
"anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan
antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga
terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
C. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan
pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah
tanggung jawab sekolah. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak
berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses
pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan
keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan
anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam
keluarga.
Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan,
“bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam
perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak di rumah serta fungsi keluarga/orang tua
dalam mendukung pendidikan di sekolah”.
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan
kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting
sekali dalam masyarakat, sehingga jika keluarga-keluarga yang merupakan fondasi
masyarakat lemah, maka masyarakat pun akan lemah. Oleh karena itu, para sosiolog
meyakini bahwa berbagai masalah masyarakat seperti kejahatan seksual, kekerasan yang
merajalela, serta segala macam kebobrokan di masyarakat merupakan akibat dari lemahnya
institusi keluarga.
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan
dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB fungsi utama keluarga adalah
sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan
kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan
baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga yang
sejahtera.
Menurut pakar pendidikan, William Bennett, keluarga merupakan tempat yang paling
awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan
untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi
institusi-institusi lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan wahana pertama dan
utama bagi pendidik karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter
pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk
sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan

5
berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap
keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan
karakter anak di rumah.
Untuk membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi terbentuknya
kepribadian yang baik. Menurut megawangi ada 3 kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi,
yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Maternal bonding
(kelekatan psikologis dengan ibunya) merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter
anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepad orang lain
(anak). Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman
sehingga menumbuhkan rasa percaya.
Menurut Erikson, dasar kepercayaan yang ditumbuhkan melalui hubungan ibu-anak
pada tahun-tahun pertama kehidupan anak akan memberi bekal bagi kesuksesan anak dalam
kehidupan sosialnya ketika ia dewasa. Dengan kata lain, ikatan emosional yang erat antara
ibu-anak di usia awal dapat membentuk kepribadian yang baik pada anak. Kebutuhan akan
rasa aman yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman. Kebutuhan ini
penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang berubah-ubah akan
membahayakan perkembangan emosi bayi. Pengasuh yang berganti-ganti juga akan
berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak.
Menurut Bowlby, normal bagi seorang bayi untuk mencari kontak dengan hanya 1
orang (biasanya ibu) pada tahap-tahap awal masa bayi. Kekacauan emosi anak yang terjadi
karena tidak adanya rasa aman ini diduga oleh para ahli gizi berkaitan dengan masalah
kesulitan makan pada anak. Tentu saja hal ini tidak kondusif bagi pertumbuhan anak yang
optimal. Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental juga merupakan aspek penting dalam
pembentukan karakter anak. Tentu saja ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua
dan reaksi timbal balik antara ibu dan anaknya.
Menurut pakar pendidikan anak, seorang ibu yang sangat perhatian (yang diukur dari
seringnya ibu melihat mata anaknya, mengelus, menggendong, dan berbicara kepada
anaknya) terhadapanaknya yang berusia dibawah 6 bulan akan mempengaruhi sikap bayinya
sehingga menjadi anak yang gembira, antusias mengeksplorasi lingkungannya, dan
menjadikannya anak yang kreatif.
Sedangkan Menurut Popov dan kawan-kawan (1997), orang tua dapat berperan sebagai :
a. Educator yaitu bisa menciptakan dan menyadari adanya teach able momentdalam
keluarga.
b. Autority yaitu bisa mengembangkan batas-batas normatif.
c. Guide yaitu bisa share your skills kepada anak-anak.
d. Conselor yaitu mampu memberi dukungan pada anak ketika mengalami dilema moral.

Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan pada anak sangat


tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat
didefinisikan sebagaipola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik (seperti: makan, minum, dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti:
rasa aman, kasih sayang), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar
anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi
pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.

D. Tujuan Pendidikan Keluarga


Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal
oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama.
Proses pendidikan awal di mulai sejak dalam kandungan. Latar belakang sosial ekonomi
dan budaya keluarga, keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak

6
dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Keberhasilan anak di
sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya dukungan orang tua dan keluarga
dalam membimbing anak.
E. Fungsi Pendidikan Keluarga
Menurut MI Soelaeman (1978) keluarga memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut :
a. Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan
utama bagi anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri
sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.
b. Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan
membimbing anak agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat), sehingga
kehadirannya akan diterima oleh masyarakat luas.
c. Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai wahana atau tempat
memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota keluarganya.
d. Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa
cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
e. Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan
ajaran agamanya.
f. Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi fisik dan
materil yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional.
g. Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah,
ceria, hangat dan penuh semangat.
h. Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi
semua anggota keluarganya.
F. Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat diketahui dari pertanyaan
“Sampai berapa jumlah tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang
lingkup tidak terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh
atas keselamatan dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan
dan pendidikan anaknya tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral.
Dan akan bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri karena pada akhirnya
orang tua harus “melepaskan“ anaknya, supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada
orang tuanya.
G. Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga
Urgensi dan strateginya penguatan institusi keluarga sebagai wahana pengembangansumber
daya manusia. Brean Frenbrenner dalam Syakrani (2001) mengemukakan bahwa sejak dulu
keluarga menjadi wahana pembentukan karakter dan keterampilan dasar
manusia.Bahkan Brenner dan Couts menjabarkan lebih luas bahwa keluarga yang tangguh
bersama lembaga keagamaan dan politik akan menjadi pilar penyangga terbentuknya civil
society. Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang.
Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis keluarga juga bisa dilihat dari
konsep investment in children memahami perlunya penguatan keluarga sebagai wahana
pengembangan sumber daya manusia dari sudut pandang orientasi nilai dan perkembangan daya
nalar anak.
H. Strategi Pendidikan Keluarga
Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu, seimbang antara
pendekatan endogenous (menimbulkan diri dalam) dan conditing (pembiasaan, mempengaruhi
dari luar) serta enforcement (pemaksaan). Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses
identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara menyikapi
tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang didasarkan atas

7
cinta kasih merupakan sarana atau alat pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan
budi pekerti dan moral.
Di dalam keluarga yang religius terjadi interaksi interpersonal yang bernilai sosial edukatif
dan religius. Dan pendidikan agama itu perlu disesuaikan dengan taraf kematangan anak, tingkat
penalaran, emosi, bakat, pengetahuan dan pengalamannya. Orang tua yang efektif dalam proses
pendidikan ditentukan oleh kemampuannya dalam membimbing dan mengarahkan serta
memecahkan persoalan-persoalan secara demokratis.
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga adalah dengan konsep
tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta perkembangan motorik, mental,
sosio-emosional dan perkembangan moral spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup
aktivitas yakni pola asuh, pola asah dan pola asih. Strategi yang dapat digunakan oleh orang tua
untuk mengembangkan moral dan keterampilannya, yaitu :

a. Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.


b. Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
hidupnya.
c. Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
d. Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.

8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan wahana pertama dan
utama bagi pendidik karakter anak, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Apabila keluarga
gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi
lain di luar keluarga termasuk sekolah ataupun masyarakat untuk memperbaikinya. Kegagalan
keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang
tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter
bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.
B. Saran
Sebaiknya orang tua harus meluangkan waktunya untuk mendidik anak walupun hanya
lewat lisan itu sudah cukup bagi anak , bukan hanya pendekatan berkomunikasi saja tetapi harus
mendengarkan keluh kesah anak tersebut dan member solusi untuk permasalahannya itu juga
suatu mendidik agar si anak tidak salah dalam bertindak.

9
DAFTAR
PUSTAKA

Permana, elfian 2013, keluarga sebgai fungsi pendidikan [Online]


https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/06/16/keluarga-sebagai-fungsi-
pendidikan-makalah/comment-page-1/
( Diakses, Jum‟at 18 Maret 2022 pukul 13.00)

Iskandar , 2021, pendidikan keluarga[Online]


http://iskandarxxx92.blogspot.com/2013/01/makalah-keluarga-merupakan-
pendidik.html?m=1
(Diakses, kamis 24 Maret 2022 pukul 10.00)

Husna, haura 2012 , fungsi keluarga [Online]


http://husnahaura.blogspot.com/2012/02/keluarga-sebagai-wahana-
pembinaan.html?m=1
(Diakses, kamis 24 Maret 2022 pukul 12.00)

10

Anda mungkin juga menyukai