Anda di halaman 1dari 15

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ADAB DAN AKHLAK

BESERTA SOLUSINYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah

Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu:

Mubarok, S. Hum., Lc., MH

Disusun oleh:

Fitri Julia Sarli (201. 371. 031)


Rabiatul Adawiah (201. 371. 042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MADANI YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2022/ 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kapita Selekta dalam
Adab dan Akhlak beserta Solusinya”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu pada mata kuliah ini, Al-
Ustadz Mubarok, S. Hum., Lc., MH yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
mempelajari materi tersebut. Begitu juga ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah
membantu baik moral maupun materi, dan juga teman-teman yang telah menyemangati dan
mendukung penulis dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi bahasa,
penyusunan, dan penulisan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun agar dapat menjadi evaluasi untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis terlebih bagi para pembaca.

Yogyakarta, 13 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 3
C. TUJUAN ................................................................................................................................... 3
BAB II: PEMBAHASAN ........................................................................................................ 4
A. PROBLEMATIKA ADAB DAN AKHLAK DALAM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM .............................................................................................................................................. 4
B. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KERUSAKAN ADAB DAN AKHLAK
PESERTA DIDIK .......................................................................................................................... 5
C. SOLUSI DALAM MENGHADAPI PROBLEMATIKA ADAB DAN AKHLAK
PESERTA DIDIK .......................................................................................................................... 6
BAB III: PENUTUP .............................................................................................................. 11
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak mulia.1
Tujuan tersebut sebagai pokok penting pendidikan dalam Islam. Al-Ibrasyi menjelaskan,
nilai tertinggi yang harus dicapai dalam pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak
karimah terhadap manusia.2 Dari itulah akhlak dipandang sebagai tujuan utama dan mulia
dalam pendidikan Islam.

Pendidikan Islam tidak hanya tertuju pada pembentukan atau pembinaan


intelektualitas dan jasmaniah tetapi juga mewujudkan kepribadian luhur. Tujuan ini seperti
dimaksudkan oleh para filosof Muslim semisal Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Al-Ghazali dan
lainnya. Mereka sepakat bahwa jiwa pendidikan Islam tertuju pada pembentukan akhlak
karimah.3 Akhlak karimah merupakan realitas eksistensi terbaik dan kesempurnaan
manusia.

Manusia yang memiliki akhlak mulia mempunyai makna hidup duniawi dan
ukhrawi. Akhlak mulia membawa manusia mencapai kesuksesan di dunia sebagai hamba
Tuhan maupun makhluk sosial. Sementara di akhirat kelak akhlak mulia menjadi amal
kebajikan yang paling berat timbangannya di sisi Allah Ta’ala.

Untuk mewujudkan akhlak mulia seperti diterangkan di atas seorang guru atau
orang tua harus menunjukkan tingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Usaha
ini tentu membutuhkan tidak mudah, butuh kesabaran dan waktu. Seorang anak tumbuh
dan berkembang secara berproses. Pertumbuhan terjadi secara alamiah (natural process);
dari pra-natural hingga meninggal dunia dalam ketentuan Allah (QS. Al-Mu’minun (23):
12-14; Al-Mu’min (40): 67). Dalam durasi waktu inilah manusia akan dibekali dengan
perilaku-perilaku baik sesuai dengan tuntunan agama.

1
Omar Muhammad At-Tauny Asy-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan Hasan Langgulung
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 397-424.
2
Muhammad ‘Atiah al-Ibrasyi, Ruh at-Tarbiyah wa at-Ta‘lim (Qahirah: Dar Ihya’ al-Kutub al-’Arabiyah, 1955)
hlm. 39; Ibnu Sina dalam A.L. Tibawi, Islamic Education (Medley Brothers, 1972), hlm. 42.
3
Muhammad ‘Atiah al-Ibrasyi, at-Tarbiyah fi al-Islam (Qahirah: Al-Majlis al-A’la li asy-syu’un al-Islamiyah,
1961), hlm. 10.

1
Perlu dicatat bahwa akhlak mulia tidak pernah terwujud proses secara natural, tanpa
usaha sungguh-sungguh yang diaktualisasikan sejak dini seorang anak. Pandangan di atas
pernah dikemukakan oleh Ibnu Sina. Beliau berpendapat, akhlak mulia tidak terwujud
tanpa melalui pembinaan4 yang diterapkan secara berencana. Proses aktualisasi akhlak
mulia membutuhkan tahap demi tahap. Hal ini disesuaikan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Perspektif Islam anak terlahir dalam kondisi fitrah atau dapat diartikan anak telah
membawa keimanan kepada Allah yang Esa atau bertauhid. Melalui fitrah inilah Islam
memberikan kontribusi penting dalam membangun pendidikan akhlak selama proses
perkembangan anak itu sendiri. Anak terus tumbuh dan berkembang. Saat ini ia mulai
menerima berbagai stimulus. Stimulus yang diterima akan memengaruhi kepribadiannya
hingga ia memiliki sifat positif atau negatif. Besar kecilnya stimulus yang diterima si anak
tergantung pada taraf pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental
yang terjadi pada beberapa tahap umur (0-12 tahun).5 Hal ini menunjukkan betapa kesiapan
anak untuk menerima pengaruh dari luar, baik berbentuk educative maupun non-educative.

Proses aktualisasi akhlak mulia sebagai usaha educative yang bernilai tinggi, sangat
tepat dilaksanakan di usia dini, walaupun nilai tersebut tidak segera tumbuh dalam diri
anak. Sangat wajar, mengingat masa usia dini keberadaan seorang anak masih dalam proses
tumbuh dan berkembang secara dinamis bukan statis. Mereka menerima stimulus dari luar
sesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu, seorang anak dalam
menerima stimulus juga sangat tergantung pada kondisi sosial di mana ia menetap.

Jika ia terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan, maka akan tumbuh kembang pribadi
yang baik, demikian juga sebaliknya. Dalam kaitan dengan etika (moral) seperti baik,
buruk, rendah hati, sopan, jujur dan lainnya. Nilai-nilai seperti ini menjadi dasar norma
atau pernyataan normatif.6 Pengertian tersebut mengacu kepada makna akhlak yang
berguna untuk dikembangkan dalam kehidupan agama dan masyarakat.

Berdasarkan pemaparan penjelasan di atas, penulis akan mengemukakan beberapa


penjelasan dan teori umum tentang problematika adab dan akhlak dalam pendidikan Islam
dan solusinya dalam makalah ini.

4
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 93.
5
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental dalam Keluarga (Jakarta: Pustaka Antara, 1991), hlm. 89
6
AG. Pringgodigdo, ed., Ensiklopedi Umum (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm. 894.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan adalah:

1. Apa saja problematika adab dan akhlak dalam pendidikan agama Islam?
2. Apa faktor penyebab kerusakan adab dan akhlak peserta didik?
3. Apa solusi dalam menghadapi problematika adab dan akhlak peserta didik?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah bersadarkan rumusan masalah adalah:

1. Untuk mengetahui problematika adab dan akhlak dalam pendidikan agama Islam.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan adab dan akhlak peserta didik.
3. Untuk mengetahui solusi dalam menghadapi problematika adab dan akhlak peserta
didik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PROBLEMATIKA ADAB DAN AKHLAK DALAM PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM7

Problematika akhlak yang terjadi di kalangan remaja/ peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Perkelahian.

Permasalahan akhlak remaja yang cukup memprihatinkan dewasa ini adalah


masalah perkelahian yang secara kualitas maupun secara kuantitas cukup mengejutkan.
Jumlah perkelahian dari tahun ketahun terus meningkat dimana perkelahian merupakan
salah satu bentuk dari problematika remaja yang biasa terjadi antar inidividu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Mereka berkelahi dengan tinju-
meninju atau dengan mulut saja.

2. Pencurian.

Pencurian merupakan suatu kegiatan mengambil milik orang lain tanpa


sepengetahuan pemiliknya dengan cara dan tujuan tertentu. Hal ini disebabkan
pencurian mempunyai dampak sosial yang sangat meresahkan juga mencemaskan
masyarakat terutama korban dan aparat hukum.

3. Narkoba atau Sejenisnya

Penggunaan narkoba atau sejenisnya merupakan suatu masalah yang tumbuh


pesat dalam masyarakat akhir-akhir ini, terutama diantara anak-anak belasan tahun.

4. Minuman Keras

Memahami kalangan remaja berarti memahami berbagai masalah dan kesulitan


yang dialaminya, dengan pemahaman itu maka akan membantu kita sebagai orang tua,
pendidik dan masyarakat agar masalah kebiasaan meminum minuman keras di
kalangan remaja tidak akan berkepanjangan dan bertambah parah.

7
Isnawati 2015 Problematika Akhlak Remaja Dan Upaya Mengatasinya Di Desa Galesong Baru Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar,Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

4
5. Perjudian

Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk


patologi sosial. Bermacam-macam bentuk permainan anak-anak itu sudah mengandung
unsur perjudian secara kecil-kecilan, karena di dalamnya ada unsur pertaruhan.
Permainan itu tidak hanya dilakukan oleh anak-anak saja, akan tetapi orang dewasa pun
memiliki bermacam-macam permainan dari permainan kartu, dadu, sampai dengan
segala bentuk sport dan games yang tidak luput dari unsur perjudian.

6. Pornografi

Pornografi juga terbukti menjadi konsumsi remaja. Bukan hanya remaja, anak
dibawah umur pun ada yang menkonsumsinya.

7. Balapan Liar

Seiring dengan perkembangan teknonogi terutama kendaraan sepeda motor dan


sikap orang tua yang memanjakan anaknya dengan memberikan fasilitas sepeda motor
ke sekolah. Tetapi sekarang, sepeda motor disalahgunakan oleh remaja untuk balapan
liar.

8. Pergaulan Bebas

Perhatian orang tua terhadap remaja sangat penting bahkan intensitasnya harus
ditingkatkan. Remaja berada pada fase labil dan sangat riskan terhadap pengaruh dari
dalam dan luar dirinya. Salah satu yang harus menjadi perhatian khusus bagi orang tua
adalah masalah pergaulan bebas di antaranya; lebih suka di luar rumah, suka pulang
malam, bergantian lelaki yang menemaninya.

B. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KERUSAKAN ADAB DAN AKHLAK


PESERTA DIDIK

Akhlak dan adab mempunyai tali perhubungan yang akrab dengan iman dan takwa.
Tanpa akhlak bermakna iman dan takwa menjadi gersang. Akhlak yang baik yang
disarankan oleh al- Quran banyak sekali seperti iman, takwa, amal shalih, ikhlas, sabar,
amanah, zuhud, adil, suka memaafkan, pemurah, dan sebagainya. Antara sifat-sifat
mahmudah yang disarankan dalam Islam bagi melahirkan insan yang baik dan berakhlak.

5
1. Minim dan terkikisnya ilmu agama di kalangan masyarakat. Akhlak yang buruk
merupakan dampak dari gagalnya seorang individu dalam menerapkan ilmu agama
yang ia miliki. Selain dari itu, maksiat dan kemungkaran yang dilakukan seorang insan
dapat mempengaruhi adab dan akhlaknya sehari-hari. Sebab akhlak yang baik datang
dari kebiasaan dan bersihnya hati seseorang.
2. Individu yang menerima budaya yang datang dari luar, tanpa ada usaha penyeleksian
baik dan buruknya terhadap mereka.
3. Pengaruh kebiasaan buruk tokoh yang dikagumi melalui berbagai pengaruh baik media
elektronik, style, dan gaya hidup yang serba lebih modern.
4. Minimnya pembinaan dan pembentukan mental/karakter, minimnya pengenalan
terhadap nilai-nilai Pancasila, kegoncangan/ geger budaya dalam masyarakat, rasa
pesimis terhadap masa depan di kalangan pemuda, serta pengaruh budaya asing.
5. Lingkungan seorang individu yang tidak mendukung dan merusak moral. Lingkungan
sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, karena lingkungan memberikan
pengaruh yang sangat nyata bagi setiap orang yang berada di dalamnya. Semakin
lingkungan buruk menjadi dominan, maka akan semakin sulit untuk seorang individu
dalam membentuk karakter positif di dalamnya.
6. Orangtua yang kurang perhatian dalam mengawasi lingkungan pertemanan anak-
anaknya. Peran orangtua sangat besar dalam pembentukan kepribadian dan karakter
anak. Walaupun di sekolah anak mendapatkan pendidikan karakter dan akhlak dar guru
dengan baik, namun di rumah yang menjadi sekolah utama si anak malah sebaliknya,
maka peran guru menjadi semakin berat dan tidak maksimal.
7. Orangtua yang menangani problematika anak dengan menjauh dari agama. Hal ini
disebabkan oleh minimnya kesadaran orangtua dalam mengembalikan setiap
permasalahan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan muhasabah.

C. SOLUSI DALAM MENGHADAPI PROBLEMATIKA ADAB DAN AKHLAK


PESERTA DIDIK

Metode perbaikan akhlak dapat diberi dua pengertian; pertama, metode mencapai
akhlak yang baik, kedua metode memperbaiki akhlak yang buruk. Walaupun demikian,
pembahasannya disatukan karena antara satu dengan lainnya saling melengkapi dan tidak
dapat dipisahkan. Terdapat beberapa metode yang diajukan Ibn Miskawaih dalam
mencapai akhlak yang baik sebagai berikut:

6
1. Adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan menahan
diri untuk memperoleh keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya sesuai dengan
keutamaan jiwa. Latihan ini terutama diarahkan agar manusia tidak memperturutkan
kemauan jiwa Alsyahwaniyyat dan al ghadadiat. Karena kedua jiwa ini sangat terkait
dengan alat tubuh, maka wujud latihan dam menahan diri dapat dilakukan antara lain
dengan tidak makan atau minum yang membawa kerusakan tubuh atau dengan
melakukan puasa, mengerjakan shalat yang lama, atau melakukan sebagian pekerjaan
baik yang di dalamnya ada unsur melelahkan.

2. Menjadikan semua pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi
dirinya. Agaknya pengetahuan yang dimaksud di sini agar diketahui hukum-hukum
akhlak yang berlaku tetap bagi sebab munculnya kebaikan dan keburukan. Dengan cara
ini seseorang tidak hanyut dalam perbuatan yang tidak baik karena bercermin dari
ketidak-baikan orang lain.

3. Introspeksi/mawas diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk


berusaha mencari cacat/aib pribadi secara sungguh-sungguh.

4. Metode oposisi. Paling tidak ada dua langkah yang perlu dilakukan untuk metode ini,
pertama mengetahui jenis penyakit dan sebabnya, dan kedua mengobati/menghapus
penyakit tersebut dengan menghadirkan lawan-lawannya. Penyebab akhlak yang buruk
harus dilawan dengan ilmu dan amal. Melawan keburukan dengan ilmu disebut sebagai
pengobatan teoritis, sedangkan pengobatan dengan amal merupakan pengobatan secara
praktis.

Dalam konteks pendidikan nilai, pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan


menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan Penanaman Nilai

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang


memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah:

7
a) Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa;

b) Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
diinginkan.

Adapun metode yang digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan


ini antara lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan,
dan lain-lain. Para penganut agama memiliki kecenderungan yang kuat untuk
menggunakan pendekatan ini dalam pelaksanaan program-program pendidikan agama.

Bagi penganut-penganutnya, agama merupakan ajaran yang memuat nilai-nilai


ideal yang bersifat global dan kebenarannya bersifat mutlak. Nilai-nilai itu harus
diterima dan dipercayai. Oleh karena itu, proses pendidikannya harus bertitik tolak dari
ajaran atau nilai-nilai tersebut. Seperti dipahami bahwa dalam banyak hal batas-batas
kebenaran dalam ajaran agama sudah jelas, pasti, dan harus diimani. Ajaran agama
tentang berbagai aspek kehidupan harus diajarkan, diterima, dan diyakini kebenarannya
oleh pemeluk-pemeluknya. Keimanan merupakan dasar penting dalam pendidikan
agama.

2. Pendekatan Perkembangan Kognitif

Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena


karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya.
Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral
dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut
pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat
pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang
lebih tinggi. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama:

a) Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih


kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi.

b) Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih


nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Proses pengajaran nilai menurut
8
pendekatan ini didasarkan pada dilema moral, dengan menggunakan metode diskusi
kelompok.

3. Pendekatan Analisis Nilai

Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan


pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis
masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan
pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya
bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah
yang memuat nilai-nilai sosial.

Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema


moral yang bersifat perseorangan. Terdapat dua tujuan utama pendidikan moral
menurut pendekatan ini:
a) Pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan
penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan
dengan nilai moral tertentu.

b) Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik,
dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai
mereka.

Selanjutnya, metode-metode pengajaran yang sering digunakan adalah:


pembelajaran secara individu atau kelompok tentang masalah-masalah sosial yang
memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, dan diskusi
kelas berdasarkan kepada pemikiran rasional.

4. Pendekatan Klarifikasi Nilai

Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan


pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan
nilai menurut pendekatan ini ada tiga:
9
a) Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka
sendiri serta nilai-nilai orang lain;

b) Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan
jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri;

c) Ketiga, membantu siswa, supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-


sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami
perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.

5. Pendekatan pembelajaran berbuat

Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi


penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama
dalam suatu kelompok. Terdapat dua tujuan utama pendidikan moral berdasarkan
kepada pendekatan ini:

a) Pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral,


baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai
mereka sendiri;

b) Kedua, mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan
sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus
mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi.

Metode-metode pengajaran yang digunakan dalam pendekatan analisis nilai dan


klarifikasi nilai digunakan juga dalam pendekatan ini. Metode-metode lain yang
digunakan juga adalah proyek-proyek tertentu untuk dilakukan di sekolah atau dalam
masyarakat, dan praktik keterampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antara
sesama.

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Beberapa problematika akhlak peserta didik zaman ini adalah perkelahian, pencurian,
perjudian, pornografi, narkoba dan sejenisnya, dan beberapa cerminan akhlak buruk tidak
terpuji lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kerusakan akhlak adalah: (a)
Lingkungan seorang individu yang tidak mendukung dan merusak moral. (b) Orangtua yang
kurang perhatian dalam mengawasi lingkungan pertemanan anak-anaknya. Peran orangtua
sangat besar dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak. Walaupun di sekolah anak
mendapatkan pendidikan karakter dan akhlak dar guru dengan baik, namun di rumah yang
menjadi sekolah utama si anak malah sebaliknya, maka peran guru menjadi semakin berat dan
tidak maksimal. (c) Orangtua yang menangani problematika anak dengan menjauh dari agama.
Hal ini disebabkan oleh minimnya kesadaran orangtua dalam mengembalikan setiap
permasalahan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan muhasabah.
Solusi yang dapat ditempuh dalam mengatasi problematika akhlak adalah: (a) Adanya kemauan
yang sungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan menahan diri untuk memperoleh
keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya sesuai dengan keutamaan jiwa. (b) Menjadikan
semua pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya. Agaknya
pengetahuan yang dimaksud di sini agar diketahui hukum-hukum akhlak yang berlaku tetap
bagi sebab munculnya kebaikan dan keburukan. (c) Introspeksi/mawas diri. Metode ini
mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk berusaha mencari cacat/aib pribadi secara
sungguh-sungguh. (d) Melawan keburukan dengan ilmu disebut sebagai pengobatan teoritis,
sedangkan pengobatan dengan amal merupakan pengobatan secara praktis.

11
DAFTAR PUSTAKA

AG. Pringgodigdo, ed., Ensiklopedi Umum (Jakarta: Balai Pustaka, 1992)


Al-Ibrasyi, Muhammad ‘Atiah, at-Tarbiyah fi al-Islam (Qahirah: Al-Majlis al-A’la li asy-
syu’un al-Islamiyah, 1961)
---------------, Ruh at-Tarbiyah wa at-Ta‘lim (Qahirah: Dar Ihya’ al-Kutub al-’Arabiyah, 1955)

Asy-Syaibany , Omar Muhammad At-Tauny, Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan Hasan


Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)

Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental dalam Keluarga (Jakarta: Pustaka Antara, 1991)

Daudy, Ahmad, Kuliah Filsafat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1986)

Isnawati 2015 Problematika Akhlak Remaja Dan Upaya Mengatasinya Di Desa Galesong Baru
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar,Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Sina, Ibnu dalam A.L. Tibawi, Islamic Education (Medley Brothers, 1972)

12

Anda mungkin juga menyukai