Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK USIA DINI

DALAM AJARAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Beasiswa Kajian Keislaman


Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Kelompok 2 semester 5

Oleh:
RISMAWATI.S
02176041

JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BONE
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu tak lupa pula Shalawat dan salam juga di sampaikan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya seayun
langkah dan seiring bahu dalam meneggakkan agama Allah. Dalam rangka
melengkapi Persyaratan Beasiswa Kajian Keislaman pada jurusan Pendidikan Anak
Usia Dini dengan ini penulis mengangkat judul “ Pendidikan Akhlak Bagi AUD
Dalam Ajaran Islam”.

Makalah berisi tentang “ Pendidikan Akhlak bagi anak usia dini dalam islam“
manusia yang hidup dalam bimbingan akhlak akan melahirkan suatu kesadaran untuk
berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntutan Allah dan Rasulnya, serta akan
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam penulisan makalah ini, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan,
saran dan nasehat yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini
kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidikan Akhlak Dalam Islam .............................................................. 4


B. Pendidikan Akhlak Pada AUD ................................................................. 7
C. Metode pendidikan akhlak pada AUD ...................................................... 11
D. Faktor-Faktor pembentukan akhlak AUD ................................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
B. Saran .......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1
Sedangkan, Pendidikan akhlak adalah proses mendidik, memelihara, membentuk,
memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat
formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Dalam sistem
pendidikan Islam menekankan pada pendidikan akhlak yang seharusnya dimiliki oleh
seorang Muslim agar memiliki kepribadian yang baik.
Akhlak merupakan asas pokok bagi umat Islam dan memiliki kedudukan yang
sangat penting,Ibarat bangunan akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan
tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat.Sebagaimana diangkatnya Nabi
Muhammad sebagai Rasulullah, hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Karena itu, pendidikan akhlak terhadap anak, menjadi fokus utama dalam Islam. Hal
tersebut dijelaskan oleh Rosululloh: Abi Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya saya diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.”
(HR. Imam Ahmad)
Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut
setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud
pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik.Akhlak tidak
sulit untuk diperbincangkan, tetapi sangatlah sulit untuk diterapkan. Untuk bisa
berakhlak mulia, seseorang tidak harus mulai dari memahami apa itu akhlak dan apa
saja nilai-nilai mulia dalam akhlak, tetapi yang terpenting adalah ia dapat
merealisasikan nilai-nilai akhak dalam kehidupan sehari-hari.
Pada masa anak usia dini atau masa keemasan sangat tepat untuk meletakkan
dasar-dasar pengembangan kemampuan anak terutama mengenai akhlak dan moral

1
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Setia Pustaka, 2011), h. 21

1
anak, keterlibatan orang tua sangat dibutuhkan pada masa ini. Oleh karena itu,
penanaman pendidikan akhlak pada masa anak-anak sangatlah penting, agar anak
memiliki bekal untuk hidup selanjutnya. Pendidikan akhlak harus dilakukan sejak
dini, sebelum watak dan kepribadiannya terpengaruh lingkungan yang tidak paralel
dengan tuntunan agama.2

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan salah satu tantangan yang harus
kita hadapi kedepan dimana berbagai persoalan akan muncul terutama mengenai
pengaruh yang berdampak negatif. Dengan demikian, masalah degradasi moral dalam
keluarga dan lingkungan perlu penanganan khusus. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah melalui pendidikan akhlak pada anak yang diberikan sejak usia dini.
Pendidikan harus membantu anak untuk memahami sejak dini nilai budi pekerti yang
luhur, ini merupakan tugas utama keluargadengan menanamkan nilai kerukunan,
ketakwaan, dan keimanan, toleransi dankepribadian sehat. Seorang anak yang
memiliki dasar akhlak yang baik akan mampu mengatasi pengaruh buruk di
lingkungan sekitarnya.3
Seorang anak ibarat kertas putih, apabila kertas itu ditulis dengan tinta warna
merah, maka kertas menjadi merah, apabila kertas ditulis warna hijau, maka kertas
menjadi hijau. Semua bergantung pada pola pendidikan yang diberikan oleh orang
tua, pendidik, lingkungan sekitar terhadap anak. Maka dari itu diperlukan sebuah
strategi dalam mendidik anak, agar anak nantinya mempunyai akhlak yang mulia
yang bisa membanggakan orang tuanya dan bisa menjadi syafa’at kelak di akhirat
nanti.

2
http://www.piss-ktb.com, diakses tanggal 27 September 2019
3
MasnurMuslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011),h.92

2
A. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pendidikan Akhlak dalam islam ?
2. Bagaimana Pendidikan Akhlak pada AUD ?
3. Bagaimana Metode pendidikan akhlak pada AUD ?
4. Bagaimana Faktor-faktor pembentukan akhlak pada AUD ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan akhlak dalam islam
2. Untuk mengetahui pendidikan akhlak pada AUD
3. Mengetahui metode pendidikan akhlak pada AUD
4. Mengetahui faktor-faktor pembentukan akhlak pada AUD

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ISLAM
1. Konsep Akhlak
Walaupun manusia boleh dipisahkan daripada bidang ilmu atau pemikiran,
bahkan juga boleh dipisahkan daripada agama dan kepercayaan, tetapi tidak boleh
dipisahkan dengan akhlak atau moral. Ini kerana setiap perbuatan, amalan atau
tindakan yang diambil tidak terlepas atau keluar daripada lingkungan hukuman
sama ada terhadap dirinya atau orang lain ataupun benda lain yaitu adakah baik
atau tidak segala tindakan tersebut. Jika baik, jawabannya perkara itu akan
dilakukan tetapi jika jahat, perkara itu akan ditinggalkan, Itulah akhlak yang baik.
Tetapi jika sebaliknya yang dilakukan itulah akhlak yang buruk.

Islam merangkumi aqidah, dan syariat itu mengandungi roh akhlak. Akhlak
adalah roh kepada risalah Islam sementara syariat adalah lembaga jelmaan
daripada roh tersebut. Ini berarti Islam tanpa akhlak seperti rangka yang tidak
mempunyai isi, atau jasad yang tidak bernyawa. Sabda Rasulullah SAW yang
bermaksud : "Islam itu akhlak yang baik". Begitu juga sabda Baginda yang
bermaksud : "Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya selain daripada
akhlak yang mulia."

Dalam Islam akhlak bersumber dari dua sumber yang utama yaitu al-Quran dan
al-Sunnah. Ini ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam sepotong hadist yang
bermaksud : "Sesungguhnya aku diutuskan hanya semata-mata untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia."Allah swt. telah memuji Rasulullah kerana
akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang
bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang memiliki pribadi yang agung
(mulia)."

4
2. Pengertian akhlak

Akhlak dari segi bahasa : berasal dari perkataan 'khulq' yang berartiperilaku,
adat kebiasaan, perangai, muru’ah, atau segala sesuatu yang sudah menjadi
tabi’at.4 Maksud ini terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak
Rasulullah SAW yang bermaksud :"Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran."
Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah
kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah SAW yang
semuanya merupakan pelaksanaan ajaran Al-Qur’an.

Akhlak dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."Menurut Ibnu
Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih dahulu."5

Dari definisi tersebut dapat kita fahami bahwa akhlak merupakan suatu
perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan
daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan. Akhlak pada dasarnya
mengajarkan bagaimana seseorang seharusnyaberhubungan dengan Tuhan Allah
Penciptanya, sekaligus bagaimana bagaimana seharusnya hubungan seseorang
dengan sesama manusia. Inti ajaran akhlak adalah niat kuat untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu sesuai dengan ridha Allah.6

Berdasarkan beberapa definisi akhlak, maka terdapat 5 (lima) ciri dalam


perbuatan akhlak:7

4
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),h.2
5
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),h. 3
6
SutarjoAdisusilo, J.R., Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi
Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 55
7
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),h. 4-6

5
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara.
5) Perbuatan akhlak (khusus akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan
karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau
karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
3. Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak adalah salah satu pendidikan yang wajib diberikan
kepadaanak dari sejak usia dini. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak
masih suci dan bersih dan belum terkontaminasi dengan berbagai peragai
buruk. Oleh karena itu, sebagai pendidik dan orang tua perlu mengajarkan dan
mencontohkan perbuatan-perbuatan yang mulia yang sesuai dengan ajaran al-
quran dan hadist nabi Muhammad SAW.
Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari
pendidikan. Pendidikan islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik
agar menjadi orang yang berakhlak. Dengan demikian pelaksanaan pendidikan
akhlak memerlukan dukungan orang tua di rumah, guru di sekolah, dan
pimpinan serta tokoh masyarakat di lingkungan.8
Anak yang memperoleh pendidikan akhlak yang baik tidak hanya merasakan
kebaikan di dunia saja tetapi juga sebagai penyelamat dirinya di akhirat
nanti.Dengan demikian pendidikan akhlak merupakan kegiatan yang tidak
boleh ditunda karena berhubungan dengan seluruh dimensi kehidupan

8
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),h. 37-38

6
manusia.Kegiatan ini memerlukan keseriusan dan kerja sama seluruh elemen
dan pakar pendidikan akhlak.9
B. PENDIDIKAN AKHLAK PADA ANAK
Masa kanak-kanakmerupakan masa yang paling subur, paling panjang, dan
paling dominan bagi seorang murabbi (pendidik) untuk menanamkan norma-
norma yang mapan dan arahan yang bersih dalam jiwa. Berbagai kesempatan
terbuka lebar untuk sang pendidik dan semua potensi tersedia secara berlimpah
dalam fase ini dengan adanya fitrah yang bersih, masa kanak-kanak yang masih
lugu, kepolosan yang begitu jernih, kelembutan dan kelenturan jasmaninya, kalbu
yang masih belum tercemari, dan jiwa yang masih belum terkontaminasi.
Apabila masa kanak-kanak dapat dimanfaatkan seorang pendidik dengan
sebaik-baiknya, tentu harapan yang besar untuk berhasil mudah diraih pada masa
mendatang. Sehingga kelak sang anak akan tumbuh menjadi seorang pemuda yang
tahan dalam mengahadapi berbagai macam tantangan, beriman, kuat, kokoh, lagi
tegar.10 Ada beberapa macam akhlak yang dapat ditanamkan kepada anak
diantaranya sebagai berikut :
1. Akhlak kepada Allah
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (QS. Luqman: 13)
Ayat tersebut mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua
mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan memegang prinsip
tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya. Bahwa pesan tersebut yang
berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk perlunya

9
Ibrahim Amini, Agar Tak salah Mendidik, (Jakarta: al-huda, 2006), h. 230
10
Siti Rahmah, “ Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak” Alhiwar Jurnal Ilmu Dan Teknik Dakwah,
Vol. 04, No. 07 Januari 2016. Hal 19

7
meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.11
Kemudian anak-anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat. Sehingga
terbentuk manusia yang senantiasa kontak dengan penciptanya. Imam al-
Ghazali menjelaskan bahwa seorang anak yang telah mencapai usia tamyiz,
maka hendaklah tidak dibiarkan meninggalkan thaharah dan shalat. Juga mulai
diperintahkan berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan. Nabi Muhammad
bersabda:
Dari Umar bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Rasulullah
bersabda:“perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk mengerjakan
shalat bila mulai berusia 7 tahun dan pukullah mereka karena
meninggalkannya karena telah berusia 10 tahun, dan pisahkanlah mereka
dari tempat tidurnya masing-masing.” (HR. Abu Dawud).
Syaikh Muhammad Syakir menjelaskan sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang disembunyikan hamba di dalam dadanya, yang dinyatakan dalam lisannya
dan mengetahui semua amalnya. Maka, bertakwalah kepada Allah, jangan
sampai Allah melihat dalam keadaan yang tidak diridhai, agar Allah tidak
murka. Karena, Dia-lah yang menciptakan manusia, memberi rezeki dan akal
yang digunakan untuk bertindak dalam berbagai urusannya.
2. Akhlak Kepada Orang tua
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Islam mendidik anak-anak untuk selalu berbuat baik terhadap orang tua
sebagai rasa terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semua yang telah
mereka lakukan untuk anak-anaknya. Al-Ghazali menegaskan bahwa seorang

11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Juz 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 127

8
anak haruslah dididik untuk selalu taat kepada kedua orang tuanya, gurunya
serta yang bertanggung jawab atas pendidikannya. Hendaklah menghormati
mereka serta siapa saja yang lebih tua daripadanya, agar senantiasa bersikap
sopan dan tidak bercanda atau bersenda gurau dihadapan mereka. Seorang anak
harus taat kepada perintah orang tuanya dan dilarang untuk membantahnya,
kecuali bila mereka memerintahkan untuk ingkar kepada Allah. Allah
berfirman:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukandenganAku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman :
15).
Sesungguhnya orang tua adalah orang yang paling menyayangi anaknya,
karena orang tua yang telah mendidik dan memelihara sejak kecil sampai
tumbuh dewasa, menjadi seorang pelajar dan menuntut ilmu pengetahuan
Islam. Oleh karena itu, terimalah nasihat dan petuahnya, karena orang tua lebih
mengetahui sesuatu yang akan dihadapi oleh anak-anaknya.12
3. Akhlak kepada orang lain
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS. Luqman: 18)
Ayat tersebut mengisyaratkan agar berbuat baik dan sopan santun dengan
sesama manusia, yaitu dilarang untuk memalingkan mukanya yang didorong
oleh penghinaan dan kesombongan. Kaitannya dengan kehidupan
bermasyarakat. Anak-anak haruslah dididik untuk tidak bersikap acuh terhadap

12
Ellyn Sugeng Desyanti, “Kompetensi Orangtua Dalam Pertumbuhkembangan jiwa Kewirausahaan
Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 2 No. 2, Desember 2016, Hal. 73

9
sesama, sombong atas mereka dan berjalan dimuka bumi ini dengan congkak.
Karena perilaku-perilaku tersebut tidak disenangi oleh Allah dan dibenci
manusia.
Syaikh Muhammad Syakir menjelaskan dalam kitab washaya al aba’ lil
abna’ bahwa dengan orang lain dilarang menyakiti hatinya atau berlaku buruk
terhadap orang lain. Hindarilah kata-kata yang menyinggung dan menghina
orang lain dengan menunjukan wajah yang sinis karena kurang berkenan. Jika
orang lain membutuhkan pertolongan, janganlah merasa berat untuk
menolongnya, jauhkan sikap membanggakan diri bahwa dirinya mempunyai
keutamaan daripada orang lain.
4. Akhlak kepada Diri sendiri
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19)
Bersamaan dengan larangan berjalan dengan congkak, Allah memerintahlan
untuk sederhana dalam berjalan,dengan tidak menghempaskan tenaga dalam
bergaya, tidak melengak-lengok, tidak memanjangkan leher karena angkuh,
tetapi berjalan dengan sederhana, langkah sopan dan tegap. Melainkan suara
adalah budi yang luhur. Begitu pula percaya diri dan tenang karena berbicara
jujur.
Suara lantang (melengking) dalam berbicara termasuk perangai yang buruk.
Tetapi, tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati
dan berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa, jangan membusungkan
dada dan jangan merunduk bagaikan orang sakit. Demikian, Allah telah
memberikan contoh kongkret mendidik akhlak anak-anak. Jika setiap orang tua
dapat melaksanakannya dengan baik, maka besar harapan anak-anak tumbuh
menjadi manusia-manusia Muslim yang berakhlak luhur.13

13
Muhammmad Muhyidin, Mengajar Anak Berakhlaq Al-Qur’an, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008),h.4

10
C. METODE PENDIDIKAN AKHLAK PADA ANAK
Pendidikan yang pertama bagi anak adalah pendidikan dalam keluarga. Anak-
anak yang terlahir dari keluarga yang baik dan teratur tentunya akan mempunyai
masa depan yang cerah, menjadi generasi yang baik. Sebaliknya, anak yang tidak
terurus dan kurang kasih sayang dari orang tua kemungkinan besar anak tersebut
menjadi generasi yang tidak sesuai dengan harapan bangsa dan agama. Di samping
itu, anak merupakan amanat dari Allah yang harus dijalankan oleh kedua orang
tuanya. Jadi orang tua harus benar-benar mendidik anak-anaknya secara benar agar ia
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Adapun metode pendidikan akhlak
adalah sebagai berikut :
1) Metode Keteladanan (Uswatun hasanah)
Anak-anak memiliki kecenderungan atau sifat peniru yang sangat
besar,Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan
harus ada pendekatan yang dilakukan terus menerus. Pendidikan itu akan
sukses jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.
Dalam hal ini contoh teladan yang baik berpengaruh pada pembentukan mental
dan akhlak anak-anak.
Metode ini sebagai suatu metode pembelajaran akhlak yang digunakan untuk
merealisasikan tujuan pembelajaran agar peserta didik dapat berkembang baik
secara fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Untuk
mengembangkan sikap atau perilaku peserta didik seorang guru tidak hanya
cukup memberikan teori atau prinsip saja yang lebih penting adalah
memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut.14
Tingkah laku guru sangat besar pengaruhnya dalam jiwa anak-anak. Dengan
kata lain guru harus bisa memimpin anak-anak, membawa mereka kearah
tujuan yang tegas dan harus menjadi model atau suri tauladan bagi peserta

14
Hasbulloh, Dasar-Dasar Pendiidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Hal. 10

11
didik.Penerapan metode keteladanan dalam pembelajaran akhlak dapat meliputi
langkah orientasi, pemberian contoh, dan tindaklanjut.
2) Metode Cerita
Metode cerita merupakan salah satu metode yang efektif digunakan dalam
pembelajaran akhlak karena dengan metode ini kita dapat menggambarkan
kepribadian atau akhlak tokoh-tokoh Islam yang patut dicontoh. Pada dasarnya
Cerita dongeng merupakan cerita yang paling disenangi oleh anak-
anak,misalnya adalah dongeng binatang, dan juga cerita-cerita yang dapat
membangkitkan khayalannya dan cerita-cerita yang berhubungan dengan
materi-materi akhlak, kehidupan dan lingkungannya, Cerita yang disajikan
harus singkat dan mudah dipahami anak didik.
Metode cerita ini akan sangat baik apabila diperagakan dengan gambar-
gambar berwarna atau bisa juga menggunakan alat peraga semisal boneka
tangan atau lainnya. Selain itu dalam memberikan pendidikan agama dihubung-
hubungkan dengan pendidikan akhlak. Metode cerita dalam pendidikan akhlak
lebih baik dari metode-metode yang lainnya. Guru boleh memilih satu metode
yang sesuai dengan waktu15
3) Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu pekerjaan yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang, agar sesuatu itu menjadi sebuah kebiasaan. Metode pembiasaan
ini juga sangat dianjurkan dalam al Qur’an dalam memberikan materi
pendidikan dengan Mendidik, melatih, dan membimbing anak secara perlahan,
termasuk dalam hal mengubah kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya negatif. Al
Qur’an menjadikan sebuah kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode
pendidikan kemudian mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan,

15
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta; Al-Huda, 2006. Hal 230

12
sehingga jiwa dapat menjalankan kebiasaan itu tanpa susah payah dan merasa
kesulitan.16
Rasulullah mengajarkan agar para orang tua (termasuk“pendidik”)
mengajarkan shalat kepada anak-anak dalam usia tujuh tahun :
“suruhlah anak-anak kalian melaksanakan shalat dalam usia tujuh tahun,
dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh
tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR. Abu Dawud).
Metode ini di dalam dunia psikologi di kenal dengan teori Operant
Conditioning, yakni membiasakan peserta didik untuk berperilaku terpuji,
disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas dan bertanggung jawab atas segala
tugas yang telah dilakukan. Guru perlu melakukan metode pembiasaan ini
dalam rangka pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik
melakukan perilaku terpuji (akhlak mulia).17
Maka dengan demikian penerapan metode pembiasaan alangkah lebih
baiknya dilakukan sejak dini sehingga bisa berdampak lebih pada karakter
seorang anak dimasa mendatanngnya. Menurut Ngalim Purwanto, agar
pembinaan itu dapat cepat tercapai dan hasilnya baik maka harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:18
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, yaitu anak mempunyai
kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaklah terus-menerus atau berulang-ulang, biasakan
secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis,
untuk itu dibutuhkan pengawasan.

16
Muhammad Husain, Agar Anak Mandiri, terj.,Nashirul Haq, (Bandung, Irsyad Baitus Salam, 2007),
h. 11.
17
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an,(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007). h.
23
18
Anwar Hafid, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. (Bandung: ALFABETA, 2013). h. 74

13
c. Pendidik hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap
pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada
anak melanggar pembiasaaan yang telah ditetapkan.
d.Pembiasaan yang mula-mula mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan
yang disertai kata hati.
4) Metode Nasihat
Metode menggunakan nasihat dalam islam adalah untuk pembentukan
keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak. Dengan metode
nasihat, dapat membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu, dan
mendorongnya menuju situasi yang luhur, dan menghiasinya dengan akhlak
yang mulia serta membekalinya dengan nilai dan prinsip-prinsip Islam. Maka
tak heran jika dalam al-Qur’an juga menerangkan metode ini.
Menurut Al-Ajami, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para
pendidik, orang tua, dan para dai dalam memberikan nasihat:19
a. Memberi nasihat dengan perasaan cinta dan kelembutan. Nasihat orang-orang
yang penuh kelembutan dan kasih sayang mudah diterima dan mampu
merubah kehidupan manusia.
b. Menggunakan gaya bahasa yang halus dan baik.
c. Meninggalkan gaya bahasa yang kasar dan tidak baik, karena akan
mengakibatkan penolakan dan menyakiti perasaan. Metode para nabi dalam
dakwah adalah kasih sayang dan kelembutan.
d. Pemberi nasihat harus menyesuaikan diri dengan aspek tempat, waktu, dan
materi (peserta/ audiens).
e. Menyampaikan hal-hal yang utama, pokok, dan penting.
5) Metode Punishment/ Hukuman.
Beberapa metode yang digunakan oleh islam dalam upaya memberikan
hukuman kepada seorang anak adalah:

19
Prof. Dr. Muchlas Samani. Pendidikan Karakter. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). h. 58

14
a. Dengan lemah lembut dan kasih sayang.
b. Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman.
c. Dalam upaya memperbaiki hendaknya dilakukan secara bertahap dari
yangpaling ringan hingga yang paling keras.
Mendidik dengan menggunakan metode hukuman adalah cara yang paling
akhir. Ini berarti bahwa dalam metode tersebut terdapat beberapa cara dalam
memperbaiki dan mendidik. Semuanya harus digunakan oleh pendidik, sebelum
menggunakan pukulan yang mungkin dapat memberikan hasil dalam
meluruskan kebengkokan anak, meningkatkan derajat moral dan sosialnya, dan
membentuk manusia secara utuh.20
Syarat-syarat memberikan hukuman pukulan adalah sebagai berikut:21
a. Pendidik tidak terburu menggunakan metode pukulan, kecuali stelah
menggunakan semua metode lembut lain yang mendidik dan membuat jera,
seperti telah kita terangkan pada lembar-lembar terdahulu.
b. Pendidik tidak memukul, ketika ia dalam keadaan sangat marah, karena
dikhawatirkan menimbulkan bahaya terhadap anak.
c. Ketika memukul, hendaknya menghindari anggota badan yang peka, seperti
kepala, muka, dada dan perut.
d. Pukulan pertama untuk hukuman, hendaknya tidak terlalu keras dan tidak
menyakiti, pada kedua tanagan atau kaki dengan tongkat yang tidak besar.
e. Tidak memukul anak, sebelum ia berusia sepuluh tahun.
f. Jika kesalahan anak adalah untuk pertama kalinya, hendaknya ia diberi
kesempatan untuk bertaubat dari perbuatan yang telah dilakukan.
g. Pendidik hendaknya memukul anak dengan tangannya sendiri, dan tidak
menyerahkannya kepada saudara-saudaranya, atau teman-temannya.

20
Amin Zamroni, “ Strategi Pendidikan Akhlak Pada Anak”’ Sawwa, Vol. 02 No. 2 April 2017. h.252
21
Asti Inawati, ”Strategi Pengembangan Mora Dan Nilai Agama Untuk Anak Usia Dini”, Jurnal
Pendidikan Anak, Vol. 3 No. 1, April 2017. Hal. 61

15
h. Jika anak sudah menginjak usia dewasa, dan pendidik melihat bahwa
pukulan sepuluh kali tidak juga membuatnya jera, maka boleh ia menambah
dan mengulanginya, sehingga anak menjadi baik kembali.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
ANAK

Ada tiga aliran menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan


akhlak pada anak yaitu :22

1) Aliran nativisme, menurut aliran ini factor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah pembawaan dari dalam (kecendrungan,
bakat, akal dan lain-lain).
2) Aliran empirisme, menurut aliran ini faktor dari luar sagat berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang seperti lingkungan sosial, termask
pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
3) Aliran konvergensi, berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
factor internal yaitupembawaan si anak dan factor dari luar yaitu pendidikan
dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial.
Aliran yang ketiga sesuai dengan ajaran islam seperti yang tertuang dalam
(QS. Al-Nahl ayat 78) bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik baik
penglihatan, pendengaran dan hati yang harus disyukuri dengan diberi pendidikan.
Dengan demikian ada dua factor yang mempengaruhi pembinaan akhlak anak
yaitu factor internal dan eksternal.Factor internal yaitu factor bawaan sejak lahir
seperti potensi fisik, intelektual dan rohaniah.Sedangkan factor eksternal adalah
faktor diluar diri si anak seperti orang tua, guru, serta tokoh-tokoh masyarakat.

22
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),h. 167

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yaitu khuluqun yang secara bahasa
berarti perangai, tabi’at, adat dan diambil dari kata dasar khalqun yang berarti
kejadian, buatan, ciptaan. Pendidikan akhlak didasarkan pada al-Qur’an dan
Hadits Rasul. Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran
Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Penanaman
pendidikan akhlak pada masa anak-anak sangatlah penting, agar anak memiliki
bekal untuk hidup selanjutnya. Oleh karena itu, dalam mendidik anak. perlu
adanya perhatian khusus bagi orang tua maupun guru di sekolah.
2) Adapun beberapa macam akhlak yang dapat ditanamkan kepada anak
diantaranya adalah akhlak kepada Allah, akhlak kepada Orang Tua, akhlak
kepada orang lain, dan akhlak kepada diri sendiri.
3) Diantara metode pendidikan akhlak anak adalah metode keteladanan, metode
Cerita/Qishah, Metode pembiasaan, Metode Nasihat, dan Metode Hukuman.
4) Ada tiga aliran menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak yaitu : Aliran Nativisme, aliran Envirisme, Aliran Konvergensi (factor
internal dan factor eksternal).
B. Saran
Kerusakan akhlak pada individu di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari , semakin melenceng dan bergaya kebarat-baratan yang selalu
menuruti hawa nafsu yang menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih
sebuah tujuan. untuk itu marilah kita secara sadar dan bersama-sama menjaga,
mendidik dan membimbing anak dalam berakhlak, dan menguatkan nilai-nilai
aqidah islam dalam jiwa setiap anak/individu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

http://www.piss-ktb.com, diakses tanggal 27 September 2019

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter Konstruktivisme dan VCT


SebagaiInovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Raja Grafindi
Persada, 2012

Rahmah, Siti, 2016, Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak, Alhiwar Jurnal Ilmu
Dan Teknik Dakwah, 04(07) , 19.

Muhsyidin, Muhammmad. 2008. Mengajar Anak Berakhlaq Al-Qur’an. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Hasbulloh, 2005. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Amini, Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Mishbah, Juz 11, Jakarta: Lentera Hati, 2005

Inawati, Asti. 2017. Strategi Pengembangan Mora Dan Nilai Agama Untuk Anak
Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 3 (1), 61.

Amin Zamroni, “ Strategi Pendidikan Akhlak Pada Anak”’ Sawwa, Vol. 02 No. 2 April
2017. Hal 252

Husain, Muhammad, Agar Anak Mandiri, terj., Nashirul Haq, Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 2007.
Desyanti, Ellyn Sugeng, 2016, Kompetensi Orangtua Dalam
Pertumbuhkembanganjiwa Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini, Jurnal
Pendiidikan Anak, 2 (2), 73.
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV. Setia Pustaka, 2011.

18
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, Jakarta: Bumi Asara, 2011.

Samani, Muchlas. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

19

Anda mungkin juga menyukai