Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :
Dr. H. Firdos Mujahidin, M.Ag

Disusun oleh :

Irvan Nurdiansyah : NPM -

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( MPI )


SEMESTER II
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BHAKTI PERSADA MAJALAYA-BANDUNG
2020/1442 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas karunia Allah SWT yang mana atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Hakikat
Pendidikan Islam”.
Penyusunan makalah ini didasarkan atas pemenuhan tanggung jawab tugas
dan ditujukan sebagai sarana penampung informasi berdasarkan judul yang saya
tinjau.
Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan. Kritik dan saran akan sangat saya butuhkan agar makalah
ini dapat disempurnakan.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Mengingat di Indonesia mayoritas masyarakatnya muslim dan merupakan


penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi terdapat karakter-karakter anak didik
maupun masyarakat Indonesia yang tidak sesuai dengan pendidikan Islam. Pemerintah
Indonesia pun kurang mengetahui dan memahami tentang pentingnya pendidikan Islam
terhadap masyarakat Indonesia. Maka kami akan mencoba untuk menelaah sekaligus
membahas tentang hakikat pendidikan Islam.

2. Rumusan Masalah

a) Apa pengertian pendidikan Islam?

b) Bagaimana langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam?

c) Bagaimana karakteristik pendidik dalam pendidikan Islam?

d) Seperti apa kurikulum pendidikan Islam?

e) Bagaimana karakteristik kurikulum pendidikan Islam?

f) Apa yang di maksud dengan evaluasi?

g) Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam

Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang digunakan dalam proses pendidikan
yang berdasarkan ajaran Islam sebagai pedoman umat manusia khususnya umat Islam.
Pendidikan adalah segala upaya , latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan
segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk
menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang
berbudi luhur.

Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan


ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia
sebagai hamba Allah sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari


aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh
karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses
demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia yang


semakin bertambah dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan akomodatif
terhadap tuntutan zaman sesuai norma-norma Islam.

Dalam studi pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya dipahami


sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat
juga di ilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul
secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya
pendidikan Islam memproyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia
yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad
SAW yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan
ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar proses pengajaran (face to face),
tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam ke dalam diri
subyek didik.

B. Langkah - Langkah Menanamkan Pendidikan Islam

Beberapa ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu
pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan
tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia seperti
kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis
seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan
iman/agama harus diutamakan.

Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan


keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa
pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan
menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat
berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi
kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang. Oleh karena
itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua
elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali
pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal.

Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik.
Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam Imtaq (iman dan Taqwa) dan
terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan
Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang
akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk
diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya
komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah.

Seperti Shalat, puasa, membaca Al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh
minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani
meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam
memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain
guru juga harus menanamkan secara mantap kepada anak-anak didiknya.

Ketiga, Pendidikan Akhlakul - karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian
besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi
rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia. Penanaman
pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal
dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu,
semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan
sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya,
generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan
berakhlak mulia.

C. Karakteristik Pendidik dalam Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik


yang dapat membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini karakteristik pendidik muslim
terbagi dalam beberapa bentuk, diantaranya yaitu:

1. Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari

keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.


2. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.

c) Bersifat sabar dalam mengajar.

d) Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.

e) Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.

f) Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.

C. Kurikulum

Kurikulum berasal dari bahasa latin “Curriculum” dan terdapat pula dalam
bahasa prancis “courir” artinya “to run” artinya berlari. Istilah ini digunakan untuk
sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar atau
ijazah. Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan
disekolah.

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata-kata “manhaj” yang


berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didikanya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.

D. Karakteristik kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum karakteritik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan


Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan
kependidikan dalam prakteknya. Konsep inilah yang membedakan kurikulum
pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.

Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu antara lain:

1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan

kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.


2. Memperluas perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan

serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual,

psikologi, sosial, dan spiritual.

3. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan

pengajaran.

E. Evaluasi

Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah Evaluasi atau
penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat
dilihat setelah dilakukannya evaluasi out put yang dihasilkannya. Maka secara
sederhana Evaluasi pendidikan dapat diberikan batasan sebagai suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam pendidikan Islam.

Dalam ruang lingkup yang terbatas, Evaluasi dilakukan adalah dalam rangka
mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta
didik, sedangkan dalam ruang lingkup yang luas, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh
komponen ynag terlibat di dalamnya) dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkan serta pelaksanaan dan berakhir pada kepribadian muslim.

Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam. Pertama,
dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk membantu seorang pendidik mengetahui
sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya. Kedua, dari segi
peserta didik, evaluasi berguna untuk peserta didik untuk dapat mengubah atau
mengembangkan tingkah laku secara sadar ke arah yang lebih baik. Ketiga, dari segi
ahli fakir pendidikan Islam, evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan teori itu kembali,
pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman. Keempat, dari segi politik
mengambil kebijakan pendidikan Islam (pemerintah) evaluasi berguna untuk membantu
mereka dalam membenahisistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang
akan diterapakan.

F. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-
insan al-kamil atau manusia paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada
dua dimensi, yaitu : pertama, dimensi dialektikal horizontal. kedua, dimensi ketundukan
vertical.

Pada dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat


mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrityeng terkait dengan
diri,sesame manusia, dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan
sains dan teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan juga hendaknya menjadi
jembatan dalam mencapai thubungan yang abadi dengan sang khalik.

Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendididkan Islam diarahkan kepada
dua dimensi diatas. Secara khusus tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam
adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap
materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Sebagai
tindak lanjut dari tujuan ini adalah untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang
cerdas dan lemah.

Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan


sikap (afektif dan psikomotor) disbanding aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik yng secara garis besarnya meliputi empet
hal, yaitu:

a) Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhan.

b) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.

c) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam

sekitarnya.
d) Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota

masyarakat, khalifah Allah SWT.

Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan


teknis yaitu :

a) Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi

lahiriyah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada

Allah.

b) Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan

hidup bermasyarakat seperti ahklak mulia dan disiplin.

c) Bagaimana peserta didik mengolah dan memelihara serta menyesuaikan diri

dengan alam sekitarnya.

d) Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam

menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.

G. Materi Pendidikan dalam Islam

Yaitu bahan – bahan atau pengalaman – pengalaman belajar ilmu agama Islam
yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan
atau disampaikan kepada anak didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini
sering kali disebut dengan istilah maddatut tarbiyah. Proses tarbiyah (pendidikan)
mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan segala ciri – cirinya
yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan
dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses
tarbiyah.
BAB III

PENUTUP

Pendidikan Islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia kepribadian


Islam yang luhur. Bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikannya selaras
dengan tujuan utama manusia menurut Islam, yakni beribadah kepada Allah SWT.

Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan Islam ini. Memberi motivasi agar
manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam rangka
merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat
diaplikasikan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

M. Arifin. 1993. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara

Muslim Usa dan Aden Wijdan SZ. 1997. Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial.

Yogyakarta: Aditya Media

Nasir Budiman. 2001. Pendidikan dalam Persepektif Al-Qur’an, Cet.I, Jakarta: Madani

Press.

Anda mungkin juga menyukai