Anda di halaman 1dari 9

PERSONAL PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Daimah, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun oleh :

Alvi Habibaturrohmah (032100227)

Muhammad Tajudin ()

Shofanial Chusna Labiba (032100246)

PROGAN STUDI MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGA ISLAM AN-NAWAWI (STAIAN)

PURWOREJO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan islam merupakan jenis pendidikan yang memiliki pengaruh baik bagi perilaku
siswa, karena ajaran dalam pendidikan islam berlandaskan unsur-unsur nilai yang terkandung
dalam ajaran Islam (Nata, 2010). Dimana salah satu tujuannya untuk mendidik manusia menjadi
muslim yang haqiqi dengan iman yang benar, tunduk dan beribadah kepada Allah, sehingga
mencapai derajat insan kamil dengan akhlak yang terpuji dan mulia dengan perwujudan sebagai
khalifah Allah dimuka bumi ini (Mursyi, 1987), dengan mengedepankan aspek rohani dalam
setiap tingkah laku, sehingga apa yang dilakukan dapat memberi manfaat dan menjadikan hidup
lebih berarti (Junanto, 2016). Dan supaya terbentuknya siswa yang berkarakter insan kamil
tersebut maka diperlukan pembiasaan dan penanaman nilai-nilai islami dalam keseharian siswa.
Sehingga siswa akan terbiasa berprilaku baik dan dapat terwujudnya siswa yang berkarakter
islami (Wahyuningsih & Budiyono, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan dalam perspektif Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Strategi belajar mengajar dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Evaluasi dalam Pendidikan Islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Persepektif dalam Pendidikan Islam


Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal, dan
cara. Pendidikan agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education,
yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang
beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan agama saja,
tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals, dan aktivitas kepercayaan.
Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang digunakan dalam pengertian
pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib (mendidik), dan tarbiyah (memelihara).
Namun menurut Al-Attas dalam Hasan Langgulung, bahwa kata ta’dibyang lebih tepat
digunakan dalam Pendidikan Agama Islam, karena tidak terlalu sempit sekedar mengajar
saja, dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata tarbiyah juga digunakan untuk hewan dan
tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara. Dalam perkembangan selanjutnya,
bidang speliasisasi dalam ilmu pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan dan
tarbiyah, digujnakan dalam Pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang. Dengan
demikian, Pendidikan Agama Islam disekolah diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahgaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.
Ada beberapa perspektif pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
seperti:
1. Muhammad Fadil Al-Jumali, Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan
manusia kepada kehidupan yang mengangkat derajat kemanusiaanbnya sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya.
2. Omar Muhammad Al-Toumy, Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku
dalam kehidupan, baik individu maupun bermasyarakat serta berinteraksi dengan
alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan nilai Agama.
3. Muhammad Munir Mursyid, pendidikan Islam adalah pendidikan fitrah manusia,
maka segala perintah, larangan dann kebutuhannya dapat menghantarkan mengetahui
fitrah ini.

2
Dengan demikian,“Pendidikan Islam” adalah segala upaya atau proses pendidikan
yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia naiik individu maupun sosial,
untuk mengajarkan potensi baik potensi dasar (fitrah) maupun ajaran yang sesuai dengan
fitrahnya melalui proses intelektual dann spiritual berlandaskan nilai Islam untuk
mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
B. Strategi Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam
Strategi dalam belajar mengajar yaitu rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus, maka dari itu sangatlah penting adanya suatu strategi
dalam mengajar untuk mencapai suatu rencana. Adapun yang dimaksud strategi menurut
Abu Ahmadi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran
dan tujuan yang telah ditentukan. Apabila dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Kalau kita ingin menatap masa depan (futurelogi) pendidikan Islam di Indonesia
yang mampu memainkan peran strategis dan diperhitungkan untuk dijadikan pilihan,
maka perlu adanya keterbukaan wawasan dan keberanian dalam memecahkan masalah-
masalahnya. Secara fundamental dan menyeluruh seperti yang berkaitan dengan:
pertama, kejelasan antara yang dicita-citakan dengan langkah-langkah operasionalnya.
Kedua, pemberdayaan [empowering] kelembagaan yang ada dengan menata kembali
sistemnya. Ketiga, perbaikan, pembaharuan dan pengembangansistem pengelolaan atau
managemennya.1 Untuk itu, agar pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik ada empat
hal yang harus diperhatikan yaitu :
1. Kedudukan para pelajar khususnya ilmu dan teknologi dalam perspektif Islam atau
epistemologi ilmu Islam.
2. Tenaga pendidik yang berkualitas dalam bidang ilmu yang menjadi spesialisasinya dan
metodologi pendidikan secara profesional.
3. Administrasi berupa proses penunjang yang dijalankan dengan suatu sistem
mekanisme yang menjamin fungsinya sebagai sarana tindak lanjut pendidikan
akademik serta sumber data dan informasi.

1
Fitrah, Jurnal Kajian Ilmu Keislaman, Vol.03, No.02 Desember 2017

3
4.Pembelajaran dijalankan dengan mengikuti prinsip selektif, gradasi, dan evaluasi
yangketat, artinya penyusunan bahan ajar, metodologi dan evaluasi dilakukan sesuai
dengan tujuan umum [terbentuknya manusia mutaqqin], tujuan kelembagaan serta
tujuan proses pendidikan dalam keseluruhan maupun secara khusus yang setiap
periode tertentu selalu ditinjau kembali dan direvisi sesuai dengan perkembangan
yang terjadi didalam masyarakat maupun perkembangan yang diinginkan terjadi di
masyarakat. Sedangkan evaluasi keberhasilan peserta didik hendaknya meliputi :
a.Aspek kognitif [ilmu]
b. Aspek profesional atau psikomotor, yaitu kemampuan untuk mengaplikasikan atau
mengamalkan ilmu, teknologi dan keterampilan dalam tugasnya.
c. Aspek kreatifitas, yaitu kemampuan untuk mengembangkan sesuatu lebih jauh dari
apa yang diperoleh.
d. Aspek kepribadian yang utuh sebangai hamba Allah, Warga negara, anggota
masyarakat, serta anggota keluarga yang beriman dan bertaqwa atau aspek afektif .
Dalam hal ini sistem pendidikan Islam hendaknya memadukan pendekatan
normatif-dedukatif yang bersumber pada sistem nilai yang mutlak [Al-Qur‟an, Al-sunnah
dan hukum Allah yang terdapat dalam alam semesta], dengan pendekatan normatif-
induktif yang dapat melestarikan aspirasi umat dan peningkatan budaya bangsa sesuai
dengan cita-cita kemerdekaan dengan peranan program pendidikan yang didasarkan pada
konsep variabelitas. Dengan demikian maka pendidikan Islam diproyeksikan pada hal-hal
sebagai berikut ini:
1.Pembinaan ketakwaan dan akhlakul karimah yang dijabarkan dalam pembinaan enam
komponen keimanan, lima komponen keislaman dan multi aspek keikhsanan.
2. Mempertinggi kecerdasan dan kemampuan anak didik
3. Memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta manfaat dan aplikasinya.
4. Meningkatkan kualitas hidup.

4
C. Evalusi dalam Pendidikan Islam

Secara etimologi evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation. Kata evaluation
berasal dari kata value yang berarti nilai atau harga. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai
upaya untuk menilai sesuatu menggunakan kriteria tertentu. Dengan demikian secara
harfiah evaluasi pendidikan atau taqdir al-tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian
dalam pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.2

Secara terminologi evaluasi memiliki berbagai pengertian dari berbagai ahli.


Pengertian evaluasi menurut M. Chabib Thohaadalah bahwa evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana digunakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan bantuan alat atau instrument dan hasilnya akan dijadikan tolak ukur
sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Dengan diadakan evaluasi dalam ranah pendidikan
maka dapat diketahui tingkat keberhasilanseorang pendidik dalam menyampaikan materi
pelajaran, sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekurangan dalam proses mengajar
yang telah dilaksanakannya, baik dalam hal yang menyangkut materi, fasilitas, sarana dan
prasarana, bahkan dengan lingkungan sekolah.
Jika dihubungkan dengan pendidikan Islam, maka evaluasi itu berarti suatu
kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan islam
untuk mengetahui tercapainya tujuan akhir pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
program-program pelajaran yang telah direncanalkan. Evaluasi menurut pendidikan islam
ialah cara atau upaya penilaian tingkah laku peserta didik berdasarkan perhitungan yang
bersifat menyeluruh, meliputi aspek-aspek psikologis dan spiritual, karena pendidikan
islam tidak hanya melahirkan manusia didik yang berilmu saja atau bersikap religius saja
namun juga manusia didik yang memiliki keduanya yakni manusia didik yang berilmu
serta bersikap religius, beramal baik dan berbakti kepada tuhan serta masyarakat. Dengan
demikian evaluasi yang diterapkan pendidikan islam bukan hanya sekedar menilai suatu
aktivitas secara spontan dan insedental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai
sesuatu dengan terencana, sistematik, berdasarkan tujuan yang jelas dan komprehensif
mencakup keseluruhan aspek yang ada dalam siswa baik secara psikologis, religius
maupun segi keilmuan.

2
Al-Tadzkiyyah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.09, No.02, 2018

5
Pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan mutlak memerlukan suatu subyek dan
obyek yang akan dijadikan sasaran evaluasi. Tanpa adanya obyek dan subyek proses
evaluasi tidak akan dapat dilaksanakan. Subyek adalah orang yang melakukan pekerjaan
evaluasi. Dalam pembelajaran subyek evaluasi adalah para guru. Sedangkan obyek
evaluasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan atau proses pendidikan.

Adapun objek atau sasaran yang dapat dievaluasi dalam Pendidikan Islam
memiliki beberapa kategori, Pertama Tingkah laku maupun kepribadian siswa, dimana
hal ini mencakup sikap, minat, bakat, cara siswa memperhatikan proses belajar mengajar,
keterampilan siswa baik dalam kelas maupun di luar kelas. Karena perilaku yang baik
dapat membentuk kebiasaan yang baik, dan begitupun sebaliknya. Kedua Kemampuan
siswa dalam menangkap pendidikan dan pengajaran yang diberikan. Seperti penguasaan
materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, hal ini
biasanya dilakukan setelah selesai proses belajar mengajar di kelas, maupun dapat
dilakukan di akhir semester. Ketiga Proses belajar dan mengajar yang dilakukan guru dan
murid selama di kelas, karena hal tersebut dapat menunjang keberhasilan dalam proses
belajar siswa. Pengajaran yang baik dapat berpengaruh dalam penangkapan pemahaman
materi siswa, dan perhatian siswa terhadap pengajaran guru juga dapat menunjang
keberhasilan belajar siswa. Maka dari itu perlunya keseimbangan dari proses belajar dan
mengajar yang dilaksanakan siswa dan guru dikelas (Djamarah, 2000).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui


sasaran dari evaluasi, guru akan mudah untuk menentukan alat evaluasi yang akan
digunakan. Dengan demikian alat evaluasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan dapat
berguna bagi proses belajar mengajar. Namun evaluasi dapat dilakukan terhadap diri
sendiri dan oraang lain. Siswa dapat mencoba mengevaluasi diirinya sendiri dalam
berbagai aspek seperti aspek belajar dan pemahaman pelajaran dan guru pun dapat
mengevaluasi diri sendiri dalam aspek pemberian pelajaran ataupun cara-cara mengajar
yang diberikan kepada siswa.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan berasal


dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan agama dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu
kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak
cukup hanya memberikan pengetahuan agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling
attituted, personal ideals, dan aktivitas kepercayaan.Dalam bahasa Arab ada beberapa
istilah yang digunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib
(mendidik), dan tarbiyah (memelihara). Strategi dalam belajar mengajar yaitu rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, maka dari itu sangatlah
penting adanya suatu strategi dalam mengajar untuk mencapai suatu rencana. Adapun
yang dimaksud strategi menurut Abu Ahmadi adalah suatu garis besar haluan dalam
bertindak untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Apabila
dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum
kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan.
Secara etimologi evaluasi berasal dari bahasa inggris, evaluation. Kata evaluation
berasal dari kata value yang berarti nilai atau harga. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai
upaya untuk menilai sesuatu menggunakan kriteria tertentu. Dengan demikian secara
harfiah evaluasi pendidikan atau taqdir al-tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian
dalam pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.
Secara terminologi evaluasi memiliki berbagai pengertian dari berbagai ahli. Pengertian
evaluasi menurut M. Chabib Thohaadalah bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana digunakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
bantuan alat atau instrument dan hasilnya akan dijadikan tolak ukur sehingga diperoleh
suatu kesimpulan. Dengan diadakan evaluasi dalam ranah pendidikan maka dapat
diketahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran,
sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekurangan dalam proses mengajar yang telah
dilaksanakannya, baik dalam hal yang menyangkut materi, fasilitas, sarana dan prasarana,
bahkan dengan lingkungan sekolah.

7
Daftar Pustaka

Fitrah. Jurnal Kajian Ilmu Keislaman. Vol.03. No.02 Desember 2017.

Al-Tadzkiyyah. Jurnal Pendidikan Islam. Vol.09. No.02. 2018.

Anda mungkin juga menyukai