Anda di halaman 1dari 24

Tujuan Pendidikan Dalam Perspektif Islam

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu : Dr. Syamsul Aripin, M.A.

Disusun Oleh:
Rafi Firdaus 11220162000092
Pendidikan Kimia 2C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023/1044 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat
merampungkan penyusunan makalah mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dengan
judul “Tujuan Pendidikan Dalam Perspektif Islam” tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Syamsul
Aripin, M.A. Selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang
telah memberikan bimbingan dan saran sehinnga makalah ini dapat disusun
dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya. Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Ciputat, 24 Juni 2022

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dunia Pendidikan semakin zaman tentu semakin berkembang. Seiring
dengan perkembangan IPTEk teknologi yang semakin canggih menjadi gerabng
bagi berbagai media untuk masuk menjadi multi fungsi dalam seluruh sektor
terkhusus dunia Pendidikan. Pendidikan yang sempurna dalam pandangan Islam
tentu saja Pendidikan yang berlandaskan Islam dan berpegang teguh pada nilai-
nilai keislaman. Oleh sebab itu, perlu kita ketahui sebagi negara mayoritas
muslim, di Indonesia ini banyak instansi atau Lembaga pendidikan dengan
background Islam. Kenapa tidak? Karena hal itu sudah menjadi suatu keharusan
bagi negara yang mana mayoritas penduduknya muslim untuk menyediakan
berbagai fasilitas sesuai yang masyrakat butuhkan.
Disini pula berbagai aspek Pendidikan perlu disoroti denagn seksama.
Diantaranya dalam ranah Pendidikan Islam. Ilmu Pendidikan Islam berperan dan
berkedudukan dalam posisi paling dasar di hamper seluruh sekolah di Indonesia.
Dengan sebutan Pendidikan Agama Islam ataupun Ilmu Pendidikan Islam. Dalam
Ilmu Pendidikan Islam ini dibahas berbagai konsep dasar yang menjadi barometer
tersendiri dalam mempeajari ilmu tersebut. Diantaranya yakni seperti tema yang
akan pemateri paparakan dalam makalah ini. Hal yang akan kami kerucutkan
dalam pembahasan kali ini mengenai pengertian, fungsi, tujuan pendidikan dalam
perspektif Islam, tujuan hidup manusia dalam perspektif Islam, ciri-ciri manusia
ideal dalam perspektif Islam dan rumusan tujuan akhir Pendidikan dalam Islam.
Lebih rincinya dapat dilihat dalam rumusan masalah dan tujuan makalah berikut
ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian, fungsi dan tujuan Pendidikan dalam perspektif Islam ?
2. Apa tujuan hidup manusai dalam perspektif Islam ?
3. Apa ciri-ciri manusia ideal dalam perspektif Islam ?
4. Apa tujuan akhir dari pendidikan Islam ?

5
5. 1.3 Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui pengertian, fungsi dan tujuan Pendidikan dalam perspektif
Islam ?
2. Dapat mengetahui tujuan hidup manusia dalam perspektif Islam ?
3. Dapat mengetahui dan menyebutkan ciri-ciri manusia ideal dalam perspektif
Islam ?
4. Dapat menjelaskan tujuan akhir dari pendidikan Islam ?

6
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Tujuan Pendidikan Prespektif Islam


A. Pengertian Pendidikan Islam
Secara umum pengertian dari fungsi pendidikan islam terdiri dari kata
pendidikan dan islam. Adapun pengertian pendidikan berasal dari kata didik, atau
sebagai proses memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)
mengenai makhluk yang dimana suatu usaha sadar yang dilakukan secara
sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar dapat
mengembangkan potensi dirinya. Undang-undang republik Indonesia no. 20 tahun
2003 mendefenisikan pendidikan sebagai: usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keistiqomahan, pemeliharaan diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sedangkan pengertian Islam merupakan turunan dari kata As-Salimu, As-
Salamu atau As-Salamatu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan
batin. Secara terminologis dapat dikatakan Islam adalah agama wahyu berintikan
tauhid yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan-Nya untuk menyampaikan kepada ummat manusia.
B. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Islam
Oleh karena itu, maka fungsi tujuan pendidikan Islam adalah pendidikan
manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Secara umum tugas
pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dan tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai
titik kesimpulan yang optimal1 Bahwa pada intinya pendidikan Islam mmiliki 2
sifat fungsi, yaitu fungsi menunjukkan dan fungsi menangkal, sebagai berikut 2 :
1. Fungsi pendidikan Islam dalam menunjukkan, yaitu;
a. Hidayah kepada Iman
Pendidikan adalah perantara dalam menumbuh kembangkan fitrah anak dalam
keimanan (QS. 49:17). Keislamaan seseorang adalah nikmat dari Allah, bukan
balas jasa kepada Allah.

7
b. Hidayah kepada penggunaan akal pikiran dan analisis
Pendidikan mengarahkan kemampuan akal dan analisis untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Jalan yang baik dan buruk ditunjukkan Allah kepada manusia untuk
memilihnya (QS. 90:10 dan QS.76:3).
c. Hidayah kepada akhlak mulia
Pendidikan Islam dalam semua aspeknya bermuara kepada terbentuknya akhlak
mulia. Sebagai pendidik, akhlak adalah alat yang dijadikan untuk mengarahkan
anak. Sikap lemah lembut, tegas, jujur, mulia dan adil menjadi alat perilaku yang
membentuk perilaku anak. Sifat mulia ini harus ada dalam perilaku pendidik
(QS.3:159)
d. Hidayah ke arah perbuatan shaleh
Dalam fitrah manusia ada kecenderungan pada keinginan memelihara diri,
kerjasama dan bergaul dengan orang lain untuk kepentingan bersama. Setiap
pribadi wajib mempersiapkan untuk memasuki system sosial yang menentukan
corak pergaulan sesuai dengan nilai keislaman, yaitu jalan yang lurus untuk
melakukan amal shaleh.
2. Fungsi pendidikan Islam yang bersifat menangkal, yaitu;
a. Sebagai penangkal menyekutukan Allah
Hidayah iman merupakan nikmat paling besar. Manusia akan memperoleh
keberhasilan dan terhindar dari syirik dengan hidayah tersebut. Fungsi pendidikan
Islam adalah menyelamatkan generasi muda atau anak-anak muslim dari syirik.
b. Penangkal terhadap kesesatan dan kebathilan
Pendidikan Islam berfungsi membina anak-anak agar dapat membedakan yang
benar dan yang salah, serta yang halal dan yang haram. Nilai-nilai kebenaran
harus dijunjung tinggi untuk kebaikan bersama (QS.17:18).
c. Penangkal terhadap kerusakan jasmaniah
Hal ini merupakan untuk menghindari orang dari kerusakan diri, karena itu setiap
orang dibekali pengetahuan untuk menjadi mandiri dan hidup lebih baik
(QS.5:29-30; QS.2:195; QS.17:33).
d. Memelihara Kesehatan
Pendidikan Islam juga memberikan penekanan kepada kehidupan yang sehat agar
dapat mengabdi kepada Allah dan berperan sebagai khalifah di tengah-tengah

8
kehidupan masyarakat.
e. Menjaga diri dari kerusakan hubungan social
Pendidikan Islam berfungsi membimbing anak, menghormati orang tua, kerabat,
pakir-miskin dan orang lemah.
f. Menangkal terhadap segala penyakit moral
Membina keutamaan akhlak dalam proses pendidikan Islam menjadi nilai penting
dalam pribadi seutuhnya. Sifat tercela harus dihindari karena berbahaya bagi
manusia.
g. Menjaga terhadap segala bahaya dari luar dirinya
Pendidikan Islam mendidik seorang anak-anak muslim untuk mencintai tanah
airnya serta mempertahankan keselamatan bangsanya (QS.8:29 dan 60).
Ada tiga pokok fungsi pendidikan dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat
pada masa yang akan datang. Ada berbagai peranan di masyarakat harus diisi oleh
sumber daya manusia yang sesuai dengan kemajuan dalam rangka kelanjutan
hidup (survival) masyarakat.
2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan-peranan dari
generasi tua ke generasi yang muda. Peranan-peranan tertentu memerlukan
kepandaian dan keahlian yang diperoleh melalui dalam pendidikan di masyarakat.
3. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan
masyarakatyang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup dalam suatu
masyarakat dan peradaban. Bagaimana pun integritas masyarakat sangat penting;
artinya dalam rangka memelihara kehidupan bersama untuk maju dalam
kebudayaan yang modern.

1
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1991), hal 32
2
Syafaruddin Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Utama,2006), hal 55-60

9
2.2 Tujuan Hidup Manusia Dalam Perspektif Islam
A. Tujuan Hidup Manusia
Perihal hakikat tujuan hidup manusia merupakan suatu hal yang
menyangkut aspek filosofis. Manusia berbeda dengan binatang, karena manusia
mempunyai suatu akal pikiran yang sehat. Terkadang pada saat tertentu manusia
akan mulai memikirkan, mulai menanyakan sesuatu yang menyangkut dirinya
sendiri bahkan keberadaan dirinya sendiri. Hal inilah yang kita sebut dengan
Filsafat manusia. Pada intinya Filsafat manusia merupakan segala sesuatu yang
meny \angkut manusia sebagai objek kajian yang kita terus tanyakan.
Kita harus memahami bahwa hidup memiliki suatu tujuan. Tujuan bagian
dari suatu nilai yang dianggap kita penting. Oleh karena itu, hidup akan bermakna
jika kita berhasil melaksanakan suatu tujuan hidup. Mencari hakikat tujuan
manusia merupakan salah satu dari tujuan filsafat manusia itu sendiri. "Apakah
tujuan hidup manusia"? sebuah pertanyaan singkat dimana para filsuf terus
memikirkannya sampai saat ini. Para filsuf pun menilai dan mengkaji mengenai
hakikat tujuan manusia dan hasilnya pun tentu ada perbedaan pemikiran antara
yang satu dengan yang lainnya. Salah satunya pemikiran yang terkenal mengenai
tujuan hidup manusia adalah pendapat dari Aristoteles yang mengatakan bahwa
tujuan hidup manusia adalah mencapai eudaimonia (Kebahagiaan). Oleh
karenanya, kebahagiaan merupakan sesuatu yang bernilai terhadap dirinya.
B. Tinjauan Tujuan Hidup Manusia Dalam Agama Islam
Kebenaran akan hakikat tujuan hidup manusia dari banyaknya filsuf
merupakan sesuatu hal yang nisbi. Nah bagaimana jika hakikat tujuan hidup
manusia ditinjau dari perspektif Agama? Orang yang menganut suatu agama,
sudah sewajarnya apabila mempercayai apa yang dikatakan Tuhan.Tujuan hidup
manusia seharusnya sama dengan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Manusia
yang hidup di dunia ini tidak lepas dari peran Tuhan dalam menciptakan manusia.
Dalam proses dan hasil ciptaannya, tentu Tuhan memiliki unsur kesengajaannya
dalam menciptakan manusia. Suatu alasan dimana manusia harus tunduk atas
alasan Tuhan menciptakan manusia.
Jika kita kaji dalam beberapa agama, mungkin tujuan Tuhan menciptakan
manusia jelas berbeda-beda. Hal ini tergantung dari kepercayaan masing-masing
orang berdasarkan agama yang dianutnya. Orang yang beragama islam dalam

10
meninjau tujuan hidup manusia, tentu melihat perspektifnya dari pedoman
agamanya. Dalam kajian ini Al Quran sebagai pedoman bagi umat muslim, di
dalam salah satu ayatnya, Allah swt. berfirman:
"Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku". (QS. Adz Dzariyat: 56).
Jika ditinjau dari ayat tersebut, sudah jelas bahwa manusia dalam hidup ini
semata- mata hanyalah untuk beribadah kepada Allah swt. karena seperti yang
sudah saya jelaskan diatas bahwa tujuan hidup manusia seharusnya sama dengan
tujuan Allah swt. menciptakan Manusia. Ibadah tentu banyak bentuknya, ibadah
disini memiliki arti yang sangat luas yang mencakup banyak aspek dalam
kehidupan. Tetapi di dalam kehidupan dunia saat ini, faktanya banyak manusia
yang justru tidak beribadah kepada penciptaNya. Mereka tidak mengamalkan
amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini berarti ada suatu kekeliruan manusia dalam
memahami hakikat hidupnya dalam menentukan suatu tujuan hidup. Jika memang
benar tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah swt, namun
dilihat dalam keadaan faktanya justru banyak manusia yang tidak beribadah
kepada Allah swt., apakah hal ini berarti tujuan Allah swt sebagai Tuhan
menciptakan manusia bisa dikatakan "gagal"?
Pertanyaan seperti ini merupakan salah satu hal yang sering terlintas dalam
benak pikiran manusia dan salah satu hal yang sering dipertanyakan kepada
orang-orang mengenai tujuan hidup manusia. Supaya manusia tunduk kepada
Allah swt. dan beribadah kepadanya, lantas mengapa Allah swt. justru
menciptakan manusia dengan memberinya akal dan hawa nafsu? Bukankah
dengan memberikan akal dan hawa nafsu kepada manusia hanya akan
mengakibatkan manusia mempunyai kebebasan dalam bertindak? Kebebasan
dalam bertindak inilah yang akan menimbulkan manusia dalam melanggar tujuan
tuhan menciptakan manusia. Dari hal tersebut, terjadi suatu kontradiksi antara
tujuan Allah swt. menciptakan manusia dengan hasil manusia yang diciptakan
Allah swt.. Kritis dalam agama merupakan sesuatu hal yang wajar dalam proses
mencari kebenaran. Mempertanyakan kepada banyaknya orang merupakan bagian
dari proses mencari kebenaran. Oleh sebab itu gunakanlah akal sebagai fitrah
yang Allah swt. Sebagai sebagai sarana untuk memecahkan masalah kehidupan.

11
2.3 Ciri- Ciri Manusia Ideal Dalam Perspektif Islam
A. Definisi Manusia Ideal Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam manusia ideal disebut dengan ihsan atau muhsin. Penafsiran
manusia ideal yang tercantum dalam Al Quran ditandai dengan kalimat ihsan,
muhsin, muslim, mukmin, muttakin, mukhlis dan saleh yang mana seluruhnya itu
digunakan dalam rangka menggambarkan sosok pribadi yang idela dan berkulitas.
Namun dalam pembahasan kali ini saya akan akan mengkerucutkan pembahasan
manusai ideal dalam artian muhsin. Muhsin adalah citra manusia ideal yang
mampu meraih puncak penghayatan dan pengamalan keagamaan.Ayat Al Quran
yang menyebutkan muhsin berjumlah 67 ayat pada 29 surah. Ibnu Atiyyah
menyatakan bahwa muhsin adalah pribadi yang mengisi hidupya dengan
kepatuhan dan amal saleh. Dimana mushin sebagai predikat yang sepatutnya
ditempuh oleh seseorang selama hidup di dunia untuk mencapai pribadi bertakwa
yang menempati surga.
Dengan panduan Al Quran, kalangan sufi pun ikut dalam mengkaji
manusai ideal. Diantara penggagasnya yakni Ibnu Arabiy (W.638H/1240M) yang
mengagaskan insan kamil sebagai konsep manusia ideal. Sedangkan Al Jiliy
menggunakan insan kamil sebagai konsep tentang manusia sempurna yang
dipahami memiliki nilai-nilai ke Tuhanan.
Sedangkan para pakar tafsir menjelaskan terminology muhsin yang
menjadi predikat bagi manusia baik atau berkualitas berdasar pada QS. An Nisa
ayat 125 : adalah sifat yang menjadi penentu bagi pemeluk Islam terbaik. M.
Quraish Shihab ketika mengartikan QS. Az Zariyat ayat 16 ini mengartikan
mushin semakna dengan pemikiran Izutsu, muhsin dimana identik dengan orang
yang bertakwa, orang yang melaksanakan amal shaleh, dan orang yang memiliki
kepatuhan mendalam kepada Tuhan dan segenap perbuatan manusia yang
bersumber darinya, serta melakukan segala kegiatan yang didorong oleh semangat
hilm (adalah sikap tenang, tidak tergesa-gesa, terkontrol dan penuh pertimbangan
dalam memutuskan setiap perkara).
Muhsin atau manusia ideal ini konsepnya tertuang dalam QS. Az Zariyat
ayat 16 : adalah orang-orang patuh yang selalu berbuat baik dalam berkomunikasi

12
dengan Allah dan Makhluk-Nya sebagai ibadah kepada-Nya hingga seolah-olah
melihat-Nya. Konsep Izutsu ini memiliki kesamaan pula dengan konsep Ibnu
Atiyyah.3
Muhsin atau manusia ideal dalam perspektif islam ini dijadikan sebagai
representasi tingginya mutu pribadi seseorang dihadapan-Nya, sebagai sosok
Islam, berimana, berakhlak mulia dan merasakan ciri kehadiran Allah dalam
kehidupannya. Untuk menjadi manusai ideal atau muhsin sesuai dengan petunjuk
Al Quran maka seseorang harus berbuat ihsan hingga mencapai derajat muhsin
tersebut. Allah swt.. memerintahkan manusia untuk hidup sebagai manusia ideal
atau paling tidak dengan melaksanakan ihsan (merasa diawasi Allah) di segala
segi kehidupan secara sempurna, karena hal tersebut akan mendatangkan tata
kehidupan yang harmoni dan berkualitas, walau ditengah kebudayaan masyarakat
yang beragam. Seperti berbuat baik kepada manusia yang tercatat dalam QS. Al
Qasas ayat 77, yang dijadikan pertimbangan supaya mereka berbuat ihsan hingga
meraih prediakan muhsin atau manusai ideal. 4
B. Ciri-Ciri dan Karakteristik Manusia Ideal Dalam Perspektif Islam
Kajian tentang ciri-ciri atau karakteristik muhsin terklarifikasi ke dalam
tiga kategori, yaitu ; seorang muhsin terhadap Tuhannya dan seorang muhsin
terhadap diri ssendiri dan sesama manusia. Berikut ini uraian tentang dua
karakteristik tersebut : (Pustaka et al., n.d.)
1. Hubungan muhsin dengan Allah swt..
Dalam hubungannya dengan Allah swt., seorang muhsin meralisasikan
aktivitasnya ke dalam berbagai hal, yaitu :
a. Beriman dan bertakwa
Oranng yang bertakwa adalah dia yang takut berbuat dosa hingga berupaya
menghindarinya agar tidak mendapatkan siksaan. Sedangkan orang yang berbuat

3
Firdaus, Slamet. Disertasi : Konsep Manusia Ideal Dalam Al Quran (Studi Profil
Muhsi Dalam Perspektif Ayat-Ayat Ihsan). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :
Sekolah Pasca Sarjana, 2011.
hlm 21-28.
4
Ibid., hlm. 77.

13
ihsan adalah dia yang mempercantik amal dan memenuhi segenap hak-hak Allah
serta konsisten dalam mentaati perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Perintah
bertakwa kepada Allah merupakan sebutan bagi orang-orang yang beriman dan
berbuat ihsan tertuang pada QS. Az Zumar ayat 10 : yang mengindikasikan bahwa
beriman dan bertakwa merupakan dua unsur yang menyatu pada diri muhsin.
Kedudukan ihsan sebagi factor penentu dalam meningkatkan takwa dan
mengantarkan seseorang memperoleh keridhaan Allah swt..
b. Beribadah Mahdah dan Meyakini Akhirat
Maksudnya adalah melaksanakan ibadah mahdah yakni ibadah murni dan
langsung kepada Allah dengan menegakkan salat dan menunaikan zakat.
Sedangkan meyakini akhirat adalah perwujudan dari aqidah yang benar.
Ketiganya termaktub dalam QS. Luqman ayat 3 : berisi tafsiran atau penjelasan
meyakni akhirat dan ayat 4 : memuat tentang penegakkan salat dan pelaksanaan
zakat.
c. Dzikir dan Doa
Hubungan muhsin dengan Allah swt., direalisasikan denga zikir dan doa yang
menjadi karakteristiknya. Dzikir dan doa merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, seseorang yang berdoa berarti berdzikir sehubungan di kala ia berdoa
kepada Allah di saat itu pula ia menyebut dan mengingatn-Nya. Doa menjadi
bagian dari dzikir dan dalam dzikir terkandung doa.
d. Jihad di jalan Allah
Adalah kemampuan dalam rangka menolak musuh atau mencurahkan kekuatan
semaksimal mungkin untuk menahan dan mengalahkan musuh, jihad juga berarti
mengerjakan segenap aktivitas kepatuhan.
e. Mencari keridhaan Allah dan kebahagiaan akhirat
Ciri lain dari muhsin atau manusia ideal adalah yang mengarahkan kehidupannya
kepada mencari keridhaan Allah, segenap potensi yang dimilikinya dikerahkan
untuk mendapatkannya.
2. Hubungan muhsin dengan diri sendiri.
Jadi berihsan pada diri sendiri berarti melakukan investasi kebaikan pada diri
sendri hingga menjadi muhsin atau manusia ideal. Adapun muhsin dengan diri
sendiri merupakan sifat yang menyatu dengan dirinya yang menjiwai segala

14
karakteristiknya baik berhubungan dengan Allah swt. maupun dengan pihak lain,
diantaranya berupa :
a. Patuh dan tunduk
b. Tululs/Ikhlas
c. Sabar
d. Integrasi lahir dan batin
e. Pemaaf dan lapang dada
3. Hubungan muhsin dengan sesama manusia, Pola hubungannya dengan sesama
manuisa berbasis al musawah atau kesamaan derajat, hak dan kewajiban.
Hubungan ini meliputi :
a. hubungan muhsin dalam keluarga
b. hubungan muhsin dengan anak
c. hubungan muhsin dengan pasangannya5
Dari pembahasan manusia ideal yang disebutkan sebagai muhsin dalam Al
-Quran pun ada salah satu sebutan yang tak boleh tertinggal yakni ulul albab yang
merupakan istilah khusus yang dipakai Al-Qur’an untuk menyebut sekelompok
manusia pilihan semacam intelektual. Istilah Ulul Albab 16 kali disebut dalam Al-
Qur’an. Ibn Mundzir menafsirkan bahwa ulul albab sebagai orang yang bertaqwa
kepada Allah, berpengetahuan tinggi dan mampu menyesuaikan diri di segala
lapisan masyarakat, elit ataupun marginal. Sosok ulul albâb merupakan sosok
yang ideal yang digambarkan oleh Allah melalui beberapa ayat dan juga
mendapat pujian dari Allah SWT. Al-Qur’ân memberikan penghargaan dan
penghormatan kepada kaum ulul albâb. Oleh sebab itu secara garis besar ulul
albab pun termasuk kedalam salah satu ciri dari manusia ideal (Azizah Herawati,
2015)

15
5 Ibid., hlm.117-173.

16
2.3 Rumusan Tujuan Akhir Pendidikan Menurut Islam
A. Pengertian Tujuan
Seperti yang kita maklumi bersama, bahwa dalam masyarakat yang dinamis,
pendidikan memegang peran yang menentukan terhadap eksistensi dan
perkembangan masyarakat, karena pendidikan merupakan usaha untuk
mentransfer dan mentransformasikan serta menginternalisasikan nilai-nilai agama,
kebudayaan dan sebagainya dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi
penerus.
Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana
yang ditetapkan (al- ‘umur bi maqasidiha)6. Tujuan berfungsi sebagai standar
untuk mengakhiri usaha dan mengarahkan usaha yang dilalui dan merupakan titik
tolak untuk mencapai tujuan- tujuan lainnya. Tujuan Pendidikan bukanlah suatu
benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan
dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami Pendidikan Islam
secara keseluruhan, yaitu terciptanya output seseorang yang berkepribadian insan
kamil. Insan kamil merupakan manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah swt. 7
Di dalam bahasa Arab terdapat sejumlah istilah yang berkaitan dengan
tujuan pendidikan. Sejumlah istilah ini, antara lain al-niyat (Niat atau maksud),
al- iradah (Kerelaan), al-ghardu (sasaran, tujuan), al-qashdu (Berjalan lurus
mencapai tujuan), al-hadp (mendekati) dan al-ghayah (Batas akhir).8

6
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2018), hlm.101
7
Zakiyah Darajat.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
8
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010).

17
hlm. 49

18
Tujuan menurut Zakiah Drajat 9
,adalah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin10,
tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepad futuritas (masa depan) yang terletak suatu
jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses
tertentu.
Tujuan pendidikan Islam paralel dengan tujuan hidup manusia, sebagai
hamba Allah dan sebagai Khalifah-Nya. Sebagai hamba Allah, berarti tujuan
pendidikan itu orientasinya individu, sedangkan sebagai khalifah, tujuan
pendidikan berorientasi pada sosial kemasyarakatan11.

B. Macam-Macam Tujuan Pendidikan Menurut Islam


Pendidikan Qur’ani dalam aktivitas pendidikan dapat diimplementasikan
oleh lembaga pendidikan dengan memperhatikan empat tujuan pendidikan
mencakup:
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.12
Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, walaupun secara eksplisit
tidak menyebutkan kata-kata Islam, namun substansinya memuat ajaran Islam.
Dalam

9
Zakiaha Darajat dalam Ramayulis dkk, Dasar-Dasar Kepribadian, (Padang:
Zaky Press Center, 2019), hlm. 29
10
M. Arifin, dalam Ibid.
11
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2018), hlm.113
12
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional
(Bandung: Citra Umbara, 2008), hlm.6

19
rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut mengandung nilai-nilai ajaran Islam
yang telah terobjektivikasi, yakni ajaran Islam yang telah mentransformasi ke
dalam nilai-nilai yang disepakati dalam kehidupan nasional13. Rumusan tujuan
pendidikan nasional tersebut memperlihatkan tentang kuatnya pengaruh ajaran
Islam ke dalam pola pikir bangsa Indonesia.
2. Tujuan Institusional
Merupakan tujuan yang harus dicapai oleh lembaga pendidikan tertentu.
Tujuan institusional dijabarkan dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.Tujuan institusional ini dapat diilustrasikan dalam visi dan misi lembaga
pendidikan yang telah disepakati lembaga pendidikan. Komponen tujuan
pendidikan antarlembaga pendidikan dapat berbeda, tetapi rumusannya tetap
berdasar pada tujuan pendidikan nasional.
3. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler atau Tujuan Pendidikan pada tingkat program studi,
menunjukkan tujuan bidang studi, mata pelajaran atau mata kuliah yang diarahkan
untuk mencapai tujuan institusional.
4. Tujuan Instruksional
Menggambarkan tujuan pendidikan yang akan dicapai dalam satu mata
pelajaran yang lebih operasional, baik tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus, atau standar kompetensi dasar yang harus dicapai dalam
kegiatan pembelajaran di kelas.14

13
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010).
hlm. 55
14
E. Mulyasa, Kurikulum yang disempurnakan: Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).

20
Keempat tujuan pendidikan tersebut sesungguhnya merupakan penjabaran
dari tujuan pendidikan yang Allah kehendaki dalam al-Qur’an.15 Pendidik yang
berkomitmen dengan al- Qur’an sejatinya dapat berkomitmen pula dengan
pelaksanaan visi dan misi pendidikan yang telah ditetapkan di lembaga
pendidikan tertentu. Menarik untuk dicermati, bahwa rumusan umum tujuan
pendidikan nasional sebenarnya telah bercorak Islami.
Namun demikian, hal ini bergantung kepada bagaimana lembaga
pendidikan dapat mengemas tujuan tersebut yang diselenggarakan dalam
pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian diatas, dapat kita simpulkan sebagai
berikut 16:
Pertama, dalam Islam, tujuan pendidikan sangat penting ditetapkan dengan dasar
ikhlas semata-mata karena Allah dan dicapai secara bertahap mulai dari tujuan
yang paling sederhana hingga tujuan akhir yang paling tinggi.
Kedua, dalam Islam, tujuan pendidikan diarahkan pada terbinanya seluruh bakat
dan potensi manusia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam, sehingga dapat
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka
pengabdiannya kepada Tuhan.
Ketiga, dalam Islam, keberhasilan pendidikan, bukan semata-mata ditentukan oleh
guru, lembaga pendidikan atau usaha peserta didik, melainkan juga karena
petunjuk dan bantuan dari Tuhan.

15
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2018), hlm.121
16
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010).
hlm. 61

21
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zaikyah. 2018, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta : Bumi Aksara.


Karman, M. (2018). Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang disempurnakan: Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
M. Arifin, 1991, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta:
Bumi Aksara.
Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenadamedia Group. Ramayulis.
(2019). Dasar-dasar kepribadian. Padang: Zaky Press Center.
Syafaruddin, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Utama.
Abdurrahman, Dudung,dkk. Jurnal : Karakteristik Manusia Ideal Dalam Perspektif
Islam.
Azizah Herawati. (2015). Kontekstualisasi Konsep Ulul Albab Di Era Sekarang. Fikrah,
3(1), 123–140.
Firdaus, Slamet. Disertasi : Konsep Manusia Ideal Dalam Al Quran (Studi Profil Muhsi
Dalam Perspektif Tafsir Ayat-Ayat Ihsan). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :
Sekolah Pasca Sarjana, 2011
Pustaka, D. K., Ii, B. A. B., & Iii, B. A. B. (n.d.). KONSEP DASAR MUḤSIN DALAM
AL-QUR`AN Bagian.
2003, U.-U. R. (2008). Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

22
GLOSARIUM
Al-Niyat = (Niat Atau Maksud)
Al- Iradah = (Kerelaan)
Al-Ghardu = (Sasaran, Tujuan)
Al-Qashdu = (Berjalan Lurus Mencapai Tujuan)
Al-Hadp = (Mendekati)
Al-Ghayah = (Batas Akhir).
Eudaimonia = (Kebahagiaan).
Demokratis = Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain
Ihsan = (Merasa Diawasi Allah)
Kontradiksi =  Keadaan di mana terdapat dua atau lebih pernyataan yang saling
bertentangan atau tidak bisa dipadukan.
Khalifah =  Sebagai pemimpin
Muhsin = Orang Islam yang memiliki keteguhan iman yang tinggi sehingga berprilaku
baik
Menafsirkan = Menerangkan maksud ayat-ayat Alquran atau kitab suci lain
Pendidikan = Pembelajaran pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan sekelompok
orang
Perspektif = Cara pandang atau wawasan yang digunakan untuk melihat dunia dari
berbagai macam segi yaitu politik, ekonomi, dan budaya.

23
INDEKS
B L
Bagian, 23 Lembaga, 4

D M
Dapat, 5 Mencari, 10, 15

H P
Hubungan, 13, 15, 16 Pendidikan, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 17, 18, 19, 21, 22,

K 23

Karakteristik, 3, 13, 23

SINGKATAN

IPTEk: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


SAW: Sallahu”alaihi wa Sallam
SWT : Subhana wata’ala

TENTANG PENYUSUN

Nama saya Rafi Firdaus, bisa


dipanggil Rafi. Lahir di Tangerang,
22 November 2002, dan saat ini
berdomisili di Kabupaten
Tangerang.Saya mahasiswa semester
2, jurusan pendidikan Kimia di
Fakutulas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai