Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN FITRAH BERAGAMA MELALUI

PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I.
197104202000031004

Disusun oleh:
Inayatul Maghfira (126201202107)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
DESEMBER 2022

i
PRAKATA

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah “Psikologi Agama” dalam bentuk makalah. Sholawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad
SAW.
Sehubung dengan selesainya penulisan makalah ini maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan.
3. Indah Komsiyah, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Psikologi Agama.
5. Seluruh civitas Akademik yang telah menyediakan fasilitas serta membantu dalam
pembelajaran.
6. Teman-teman PAI yang telah mendukung dalam penyusunan makalah.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah ini yang berjudul “Pegembangan
Fitrah Beragama Melalui Pendidikan Islam” masih jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Saya berharap makalah yang saya susun ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun dari sudut pandang
pembaca. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Tulungagung, 05 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i
PRAKATA........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................................3
D. Batasan Masalah.....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................4
A. Hakekat Fitrah Beragama Manusia ........................................................................4
B. Hakekat Pendidikan Agama Islam .........................................................................7
C. Pengembangan Fitrah Beragama melalui Pendidikan Islam .................................10
D. Proses Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Fitrah Beragama Manusia ......13
BAB III PENUTUP ........................................................................................................16
A. Kesimpulan ..........................................................................................................16
B. Saran ....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah hamba Allah Swt yang dianugerahkan kelengkapan
potensi psikis berupa akal, kemauan dan perasaan agar ia mampu
beraktivitas dan berimajinasi dalam kehidupannya dengan berlandaskan
pada iman dan moralitas yang tinggi sangat berguna bagi kemanusiaan
manusia.
Kondisi fitrah manusia sedemikian tidak dapat hidup subur dan
terarah dengan baik jika tidak dipelihara dan dikembangkan oleh manusia
itu sendiri melalui penyiapan berbagai perangkat pendukung lahirnya
perilaku moral potensial itu menjadi moral potensial aktual yang antara lain
dilakukan melalui pendidikan.1 Pendidikan dalam hal ini dapat dilihat
sebagai pengupayaan manusia sejatinya, disengaja, terarah, dan tertata
sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi
kehidupannya, atau dengan kata lain, pendidikan tidak lain adalah segala
pengupayaan yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan
manusia sebagai yang baik dan ideal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan
penyediaan kondisi yang baik untuk menjadikan perilaku-perilaku potensial
yang dianugerahkan kepada manusia tidak lagi sebatas kecenderungan
manusiawi, tetapi benar-benar aktual dan realita kehidupannya khususnya
melalui pendidikan Islam. Sebagaimana dipahami bahwa pendidikan Islam,
sebagai suatu usaha dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab
dalam menyiapkan anak didik untuk memahami, menghayati, meyakini,
dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi muslim yang

1
Eka Mayasari, “Urgensi Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan Fitrah Manusia”, Serambi
Tarbawi, Vol. 4, No. 2, Juli 2015, hal 43

1
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Karena secara teoritis pendidikan mengandung pengertian memberi
makna kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah.
Jika demikian, pendidikan Islam adalah suatu kemestian bagi pemanusiaan
manusia. Diperlukan suatu usaha-usaha yang baik yaitu pendidikan yang
dapat memelihara dan mengembangkan fitrah serta pendidikan yang dapat
membersihkan jiwa manusia dari syirik, kesesatan dan kegelapan menuju
ke arah hidup bahagia yang penuh optimis dan dinamis.
Bagi umat Islam, kebutuhan terhadap pendidikan Islam juga
merupakan keharusan. Karena melalui pendidikan Islam dapat
mengarahkan bagaimana seharusnya fitrah atau potensi itu harus diarahkan
dan ditumbuhkembangkan. Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa
maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak
didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi
maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa
fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas.
Untuk itu permasalahan ini akan difokuskan kajiannya dalam beberapa
aspek yaitu kajian terhadap ruang lingkup pendidikan Islam meliputi
pengertian dan tujuannya serta urgensinya terhadap pengembangan fitrah
manusia

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fitrah beragama manusia?
2. Apa pengertian dari pendidikan agama islam?
3. Bagaimana cara pengembangan fitrah beragama melalui pendidikan?
4. Bagaimana proses pendidikan islam dalam mengembangkan fitrah
beragama manusia?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fitrah beragama manusia.
2. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan agama islam.
3. Untuk mengetahui cara pengembangan fitrah beragama melalui
pendidikan.
4. Untuk mengetahui proses pendidikan islam dalam mengembangkan fitrah
beragama manusia.

D. Batasan Masalah
Makalah ini terbatas pada pengertian seputar fitrah beragama
manusia, pengertian seputar pendidikan agama islam, cara pengembangan
fitrah beragama melalui pendidikan, dan juga beberapa proses pendidikan
islam dalam mengembangkan fitrah beragama manusia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Fitrah Beragama Manusia


1. Pengertian Fitrah
Secara etimologis, asal fitrah dari bahasa arab yaitu “fitrotun”
jamaknya “fitarun” artinya peranggai, tabiat, kejadian asli agama dan
ciptaan.2 Secara bahasa kata “fitrah” mempunyai arti ciptaan atau sifat
pembawaan (yang ada sejak lahir) fitrah, agama dan sunah.3 Secara
istilah fitrah adalah potensi manusia yang dapat digunakan untuk hidup
di dunia.4
Al-Maraghi mengatakan bahwa fitrah mengandung arti
kecenderungan untuk menerima kebenaran. Sebab secara fitri manusia
cenderung dan berusaha mencari serta menerima kebenaran walaupun
hanya bersemayam dalam hati kecilnya. Adakalanya manusia telah
menemukan kebenaran namun karena faktor eksogen(disebabkan oleh
faktor-faktor luar) yang mempengaruhinya, maka manusia berpaling
dari kebenaran yang diperoleh.5 Dari pengertian tersebut,
sesungguhnya setiap manusia yang terlahir kedunia ini baik laki-laki
ataupun perempuan, muslim ataupun non muslim, orang yang hanif
ataupun orang yang jahat, orang yang taat menjalankan perintah Allah
ataupun orang yang senantiasa bermaksiat terhadap Allah, telah ada
pada diri mereka kecenderungan untuk menerima kebenaran. Maka
dari itu siapapun yang telah melakukan suatu kemaksiatan
sesungguhnya hati kecilnya merasa bahwa telah melakukan suatu
kesalahan, karena faktor eksogenlah yang mempengaruhinya berpaling

2
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta:
Logos Wacn Ilmu, 1999), Hal. 3
3
Qudratulllah, Buku Ajar Psikologi Agama, (Klaten:Penerbit Lakeisha, 2022), hal 73
4
Abdul Aziz, Filsafat Pendidikan: Sebuah Gagasan Membangun Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006),
hal. 29
5
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), hal. 50.

4
terhadap kebenaran.
Mahmus Yunus mengartikan fitrah dengan agama dan
kejadian. Artinya bahwa agama islam ini bersesuaian dengan kejadian
manusia, sedangkan kejadian itu tidak berubah. Kalau sekiranya
dibiarkan manusia itu berfikir dengan fikirannya, niscaya pada
akhirnya ia akan sampai kepada agama islam. Manusia sudah
dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran
dan kebaikan yang terpancar dari Ciptaannya. Kemampuan lebih yang
dimiliki manusia itu adalah kemampuan akalnya. Melalui akalnya,
manusia berusaha memahami realitas hidupnya, memahami dirinya
serta segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Dari definisi fitrah yang sudah dipaparkan, maka fitrah bisa
diartikan sebagai sifat dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sejak
lahir.6 Yang mana sifat dasar tersebut disertai dengan berbagai
potensipotensi dan dalam fitrah terkandung berbagai keistimewaan.
Setiap manusia sebelum ia dilahirkan di alam dunia ini mereka sudah
terlebih dahulu berjanji kepada Allah swt. Ketika terlahir di alam dunia
ini akan selalu beriman kepada Allah swt, dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Manusia di berikan
akal oleh Allah swt. untuk berfikir karena manusia memiliki sifat
keingintahuaan. Setiap manusia ketika dilahirkan mereka sudah
ditetapkan takdirnya oleh Allah swt. seperti takdir azali (kematian),
rezeki, jodoh dan lain sebagainya hal ini sebelumnya sudah dicatat pada
lauhul mahfudz.
Fitrah ini sudah ada sejak zaman asli dimana pencitaan jasad
manusia belum ada.7 Seluruh manusia mempunyai fitrah yang sama,
meskipun memiliki sifat atau perilaku yang berbeda.8 Sifat atau perilaku
baik seperti sifat jujur, sifat jujur itu merupakan citra atau sifat asli

6
Zainudin, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal 67
7
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1987), hal. 97
8
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2017), hal 70)

5
manusia. Sifat tersebut bisa berubah bila terpengaruh oleh faktor
lingkungan.
2. Fitrah Beragama
Allah swt. memberikan potensi dasar kepada manusia sejak ia
dilahirkan. Potensi tersebut di antaranya adalah potensi beragama.
Agama merupakan fitrah yang diturunkan Allah swt. Kepada manusia
untuk menguatkan fitrah dasar (potensi) yang terdapat pada diri
manusia. Dengan demikian agama dapat diartikan sebagi pondasi dasar
manusia dalam mengembangkan fitrah dasar (potensi) yang terdapat
dalam dirinya sejak lahir.9
Fitrah beragama yang terdapat pada diri manusia itu merupakan
naluri yang menggerakkan hatinya untuk melakukan suatu perbuatan
yang suci yang di ilhami Allah swt. Jadi fitrah manusia itu memiliki
sifat suci dan dengan nalurinya ia dapat secara terbuka menerima
kehadiran Allah swt.10
Jika kembali kepada ajaran agama Islam yang bersumber
kepada al-Qur'an maka akar naluri beragama bagi setiap individu
sebenarnya telah tertanam sebelum manusia dilahirkan di alam dunia.11
Manusia yang telah terlahir kedunia ini telah membawa fitrah.
Beberapa fitrah tersebut salah satunya berdasarkan ayat-ayat yang
ditemukan dalam al-Qur’an adalah fitrah beragama. Sebagaimana yang
terdapat dalam sura tar-Rum ayat 30

ِْ‫ّللا‬
ٰ ‫ق‬ ِْ ‫ل ِلخَل‬ ْ َ ْ‫علَي َها‬
َْ ‫ل تَبدِي‬ َ ‫اس‬ َ َ‫ّللا الَّتِيْ ف‬
َْ َّ‫ط َْر الن‬ ِْٰ َْ‫ن َحنِيفًاْ فِط َرت‬ ِْ ‫فَاَقِمْ َوج َهكَْ ِللدِي‬
َْ‫ل يَعلَمون‬ ْ َ ‫اس‬ َّْ ‫ۗ ٰذ ِلكَْ الدِينْ القَيِمْ َو ٰل ِك‬
ْ ِ َّ‫ن اَكثَ َْر الن‬

9
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hal. 42
10
Imam Bawani, Ilmu Jiwa Agama Dalam Perkembangan Konteks Pendidikan Islam, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1990), h.30
11
Qudratulllah, Buku Ajar Psikologi Agama…hal 87

6
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia
menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Fitrah dalam ayat diatas, mengandung interpretasi bahwa
manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama, yakni
agama tauhid. Menurut al-Quran, tabiat manusia adalah homo religius
(makhluk beragama) yang sejak lahirnya membawa suatu
kecenderungan beragama.
B. Hakekat Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan
dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal cara dan sebagainya).
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu bimbingan
yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Dalam bahasa Arab istilah ini sering disebut “Tarbiyah” yang berarti
pendidikan.12
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimana sederhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu
proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan bahwa pendidikan telah
ada sepanjang peradaban manusia, karena itu pendidikan pada hakikatnya
merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Lebih lanjut Yusuf Al-
Qardhawi mendefinisikan Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia
seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
ketrampilannya.13 Hal senada disampaikan oleh Achmadi yang
mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai segala usaha untuk memelihara

12
Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal.
107
13
Yusuf al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana, Terj. Bustami A. Gani dan
Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 39.

7
dan mengembangkan fitrah manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma Islam.14
Definisi Pendidikan Islam menurut Muhammad Fadhil AlJamaly
sebagaimana dikutip Samsul Nizar adalah sebagai berikut:
Upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak peserta didik
untuk lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan
kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan
terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang
berkaitan dengan potensi, akal, perasaan maupun perbuatannya.15
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang
sekaligus membedakan manusia dengan makhluk lainya.16 Hewan juga
belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar
berarti merupakan rangkaiaan kegiatan menuju pendewasaan guna menuju
kehidupan yang lebih berarti.
Jika istilah pendidikan digabungkan dengan istilah Islam menjadi
pendidikan Islam, maka pengertian dan konsep yang melekat dalam
pendidikan berubah. Sebab istilah pendidikan tidak lagi bersifat meluas
karena ada pembatasan kata-kata Islam. Istilah Islam sendiri tertuju pada
keyakinan, ajaran, sistem tata nilai dan budaya sekelompok umat manusia
yang beragama Islam. Obyeknya menjadi jelas dan pasti, yaitu orang-orang
yang beragama Islam.
Oleh sebab itu, pengertian pendidikan Islam berarti pendidikan yang
diciptakan, dilaksanakan dan ditunjukan untuk umat Islam. Pendidikan
agama Islam lebih banyak ditunjukan kepada perbaikan sikap (akhlak).
Dalam ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shalih. Oleh
karena itu ajaran agama Islam berisi ajaran sikap dan tingkah laku (akhlak).
Pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya untuk mengaktualkan

14
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teoritis, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 28
15
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputaat Press, 2002), hal. 31
16
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Suka-Press, 2014), hal. 62

8
sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. kepada
manusia dan upaya tersebut dilaksanakan semata-mata beribadah kepada
Allah swt.
Menurut Zakia Darajad pendidikan Islam merupakan pendidikan
yang lebih banyak ditunjukan kepada perbaikan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain yang bersifat teoritis dan praktis.17
Jadi pendidikan Islam merupakan suatu proses bimbingan atau
upaya yang dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani,
rohani dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim yang baik
yang nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.18
Dengan demikian, apa yang kita kenal dengan Pendidikan Agama
adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai
agama dan sekaligus mengajarkan ilmuilmu agama Islam sehingga ia
mampu mengamalkan syari’at Islam secara benar sesuai dengan
pengetahuan agama. Maka sasaran pendidikan Islam membentuk pribadi
setiap Muslim yang beriman dan berakhlak mulia serta berilmu yang luas,
guna mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menghadapi setiap
tantangan sepanjang tidak keluar dari norma-norma ajaran Islam.19
Pendidikan Islam mampu untuk mengembangkan proses naluri
beragama pada manusia, sebab pada hakikatnya pendidikan Islam adalah
untuk mengembangkan dan mengarahkan manusia kepada jalan Tuhan,
yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sebagai tempat
meminta dan memohon pertolongan dan berbagai macam kegelisahan jiwa.
Hal ini tentu saja proses pendidikan yang harus dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan tingkat anak didik itu sendiri, oleh karena itu untuk
mengembangkan naluri beragama pada setiap manusia harus dimulai pada
usia dini, artinya di saat mereka kecil pada dasarnya naluri agama pada anak

17
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 19
18
Qudratulllah, Buku Ajar Psikologi Agama…hal. 88
19
Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama…hal.108

9
sangat kuat, sebab anak-anak masih dianggap suci dan polos untuk diajarkan
kepada hal-hal yang baik maupun buruk. Anak-anak akan melihat orang
yang dia lihat bahkan dia dengar, sehingga timbul rasa keingintahuannya
tentang apa sebenamya agama itu.

C. Pengembangan Fitrah Beragama melalui Pendidikan Islam


Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan mulia sehingga
Allah swt. menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi. Akan tetapi
karena manusia berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnyaada kalanya
manusia berbuat hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu tugas para guru
agama atau para ulama untuk meluruskan manusia agar dapat kembali ke
dalam agama yang lurus atau agama tauhid (Islam) dan kembali kepada
Allah swt yang Maha Esa.20
Menurut al-Maraghi Fitrah mengandung arti kecenderungan untuk
menerima kebenaran. Sebab secara fitri manusia cenderung dan berusaha
mencari serta menerima kebenaran walaupun hanya bersemayam dalam hati
kecilnya (sanubari).21 Ada kalanya manusia telah menemukan kebenaran
namun karena faktor eksogen yang mempengaruhinya maka manusia
berpaling dari kebenaran yang diperoleh.
Jadi dapat kita artikan bahwa faktor eksogen merupakan faktor yang
datang dari luar diri individu seperti faktor lingkungan dan pendidikan. Pada
umumnya pengaruh faktor lingkungan sekitar memberikan kemungkinan-
kemungkinan atau kesempatan kepada individu untuk mengembangkan
potensi dasar yang ada dalam dirinya. Sedangkan pendidikan secara
sisitematis dapat mengembangkan potensi-potensi dasar yang terdapat
dalam dirinya sesuai dengan apa yang mencadi cita-citanya atau tujuan
pendidikan. Dalam OS. Al-Alaq ayat 3-4 dinyatakan oleh Allah swt. sebagai
berikut:

20
Harri Santosa, Fitrah Based Education Mengembalikan Pendidikan Sejati Selaras Fitrah Misi
Hidup dan Tujuan Hidup, (Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur, 2018), hal. 142
21
Qudratulllah, Buku Ajar Psikologi Agama…hal. 90

10
‫علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬ ْ ‫اِ ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْلَ ْك َرم الَّذ‬
َ ‫ِي‬
Artinya: “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,yang mengajar
(manusia) dengan pena”22
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui belajar
niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan bagi
kelangsungan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu
pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses
belajar mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dan membaca
dalam arti luas. Akan tetapi tidak cukup jika hanya membaca dan menulis
tetapi harus membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah swt.
Sehingga dapat dikatakan bahwa fitrah merupakan faktor pembawaan sejak
lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan bahkan fitrah atau potensi dasar
tidak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh
lingkungan. Sedangkan lingkungan itu sendiri dapat diubah bila tidak
favourable (tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan apa yang
menjadi cita-citanya).
Interpretasi tentang fitrah di atas meskipun fitrah itu dapat
dipengaruhi oleh lingkungan akan tetapi konsisi fitrah itu sendiri tidak
netrah terhadap pengaruh dari luar. Potensi yang terkandung di dalamnya
secara dinamis mengadakan reaksi atau respon terhadap pengaruh
tersebut.23
Dengan demikian dalam proses perkembangannya terjadi interksi
yang saling mempengaruhi antara fitrah dan lingkungan sekitar sampai
akhir hayat manusia. Usaha dalam mempengaruhi jiwa manusia melalui
proses pendidikan dapat berperan positif untu mengarahkan perkembangan
seseorang kepada jalan kebenaran yaitu Islam. Tanpa melalui usaha
pendidikan tentu manusia akan terjerumus kejalan yang salah (sesat).24

22
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012),
hal. 12
23
Nurcholish Majid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1991), hal. 8.
24
Qudratulllah, Buku Ajar Psikologi Agama…hal. 91

11
Dalam OS. Al-Balad: 10 menunjukan bahwa manusia diberikan
kebebasan untuk memilih antara dua jalan yaitu jalan yang benar dan salah.

‫َو َهدَي ْٰنه النَّ ْجدَي ِْن‬


Artinya: “Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan
kebajikan dan jalan kejahatan)”
Atas dasar ayat di atas kita dapat menginterprestasikan bahwa dalam
fitrah manusia untuk memilih jalan yang benar dari yang salah. Kemampuan
dalam memilih tersebut tentu mendapatkan pengarahan dalam proses
kependidikan yang mempengaruhinya. Jelaslah bahwa faktor kemampuan
memilih dalam hal yang benar manusia berpusat pada kemampuan dalam
berfikir sehat atau berakal sehat. Karena akal sehat mampu membedakan
antara hal-hal yang benar dan yang salah. Sedangkan seseorang yang
mampu menjatuhkan pilihan yang benar secara tepat tentunya hal tersebut
dilakukan oleh orang yang berpendidikan sehat.25
Dengan demikian berfikir secara benar dan sehat merupakan
kemampuan fitrah yang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan
latihan. Sejalan dengan interprestasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh faktor lingkungan yang sengaja adalah pendidikan dan latihan
berproses interaktif dengan kemampuan fitrah manusia.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bawasanya ilmu pendidikan
agama Islam dapat berorientasi kepada salah satu paham filosofis
pendidikan saja atau campuran paham tersebut di atas. Namun apapun
paham filosofis yang dijadikan dasar pandangan dalam ilmu pendidikan
agama Islam tetap berpijak pada kekuatan hidayah Allah swt. yang
menentukan hasil akhir.26

25
Abdul Fattah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Ali (Bandung: Diponegoro,
1988), hlm. 124.
26
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: AlMa’arif, 1989), hal. 45

12
D. Proses Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Fitrah Beragama
Manusia
Sebagaimana telah diungkapkan terdahulu bahwa manusia memiliki
potensi yang dapat dikembangkan dengan melalui pendidikan. Dalam hal
ini bagaimana dikemukakan Jalaluddin, perlu diadakan pendekatan untuk
mengembangkan potensi fitrah beragama manusia antara lain27:
1. Pendekatan filosofis.
2. Pendekatan kronologis.
3. Pendekatan fungsional.
4. Pendekatan sosial
Untuk menjelaskan empat cara pendekatan yang dilakukan untuk
mengembangkan potensi fitrah beragama pada manusia melalui proses
pendidikan dijelaskan sebagai berikut:
1. Dengan Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis ini dilakukan dalam konteks pandangan filsafat
yang mengacu pada hakikat penciptaan manusia itu sendiri. Dalam
pandangan filsafat, pendidikan Islam nilai ilahiyat merupakan nilai yang
mengandung kebenaran yang hakiki. Berdasarkan pendekatan filosofis
ini, mengembangkan potensi naluri beragama pada manusia diarahkan
kepada pengabdian dalam bentuk mematuhi ketentuan dan pedoman
Allah selaku penciptanya. Sedangkan ungkapan rasa syukur
digambarkan dalam bentuk penghayatan terhadap nilai-nilai akhlak
yang terkandung di dalamnya serta mampu diimplementasikan dalam
sikap dan perilaku maupun batiniah. Pengembangan diarahkan pada
nilai-nilai batin, dengan menumbuhkan kesadaran dalam diri manusia
bahwa segala potensi-potensi merupakan nikmat Allah.28
2. Dengan Pendekatan Kronologis
Yang dimaksud pendekatan kronologis adalah pendekatan yang
didasarkan atas proses perkembangan melalui pentahapan. Merujuk

27
Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama…hal.111
28
Ibid,

13
pada pengembangan potensi naluri beragama kepada manusia harus
diarahkan kepada bimbingan secara bertahap melalui proses pendidikan
Islam, bimbingan yang diberikan harus pula disesuaikan dengan
hukuman perkembangan, yang secara umum sama.
Diketahui pula bahwa manusia memiliki irama perkembangan yang
berbeda-beda. Tiap individu mempunyai irama perkembangan masing-
masing, karena itu bimbingan yang harus diberikan pula didasarkan
pada kemampuan untuk mengenal karakteristik perkembangan, tahap
demi tahap.29
3. Dengan Pendekatan Fungsional
Melalui pendekatan fungsional ini, dimaksudkan bahwa
pengembangan potensi manusia dilihat dalam kaitannya dengan fungsi
potensi itu masing-masing. Dorongan naluriah seperti makan dan
minum dikembangkan dengan tujuan agar manusia dapat memelihara
kelanjutan hidup manusia. dorongan seksual dibimbing dan diarahkan
untuk menjaga kelanjutan perkembangan jenisnya. Demikian pula
fungsi indrawi, akal maupun dorongan ketundukan (beragama).
Secara fungsional potensi manusia erat kaitannya dengan status
yang diembannya dan sejalan dengan kehendak penciptanya, yaitu
sebagai pengabdi yang setia. Amanat tersebut harus difungsikan
manusia, baik dalam statusnya sebagai makhluk biologis, hamba Allah,
makhluk sosial, maupun sebagai khalifah Allah. Berdasarkan fungsinya
yang hakiki potensi manusia perlu dibina dan dibimbing agar dapat
diarahkan sejalan dengan hakikat kejadiannya.30
4. Dengan Pendekatan Sosial
Sosial Sebagai makhluk sosial, manusia harus menempatkan diri
dengan berperan sesuai dengan statusnya dalam masyarakat dan
lingkungan di mana tempat ia berada. Dalam konteks ini maka potensi
manusia perlu dibina dan dibimbing agar dapat disesuaikan dengan

29
Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama…hal.112
30
Ibid,

14
kebutuhan lingkungan sosial masing-masing.
Secara konkret, pembinaan dan bimbingan potensi manusia
berdasarkan pendekatan sosial ini, secara berjenjang harus diarahkan
sejalan dengan fungsi potensi masing-masing. Kebersamaan dalam
hidup masyarakat, terlihat demikian dipentingkan dalam ajaran Islam
oleh karena itu dalam pendidikan Islam, konsep al-Nash (manusia
sebagai homo sosius) sarat akan nilai-nilai filosofis dalam hubungan
dengan menjaga keharmonisan hidup masyarakat.
Untuk dapat mengembangkan fitrah beragama manusia dalam
proses pendidikan Islam, ada tiga macam pendidikan yang harus
diperhatikan oleh setiap manusia dalam mengembangkan fitrah
beragama ini, antara lain: pendidikan dalam keluarga, pendidikan di
sekolah, dan pendidikan di dalam masyarakat.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fitrah bisa diartikan sebagai sifat dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia sejak lahir. Yang mana sifat dasar tersebut disertai dengan
berbagai potensipotensi dan dalam fitrah terkandung berbagai
keistimewaan. Setiap manusia sebelum ia dilahirkan di alam dunia ini
mereka sudah terlebih dahulu berjanji kepada Allah swt. manusia
diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama, yakni agama tauhid.
Menurut al-Quran, tabiat manusia adalah homo religius (makhluk
beragama) yang sejak lahirnya membawa suatu kecenderungan beragama.
Pendidikan Islam merupakan suatu proses bimbingan atau upaya
yang dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan
akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim yang baik yang
nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Maka
sasaran pendidikan Islam membentuk pribadi setiap Muslim yang beriman
dan berakhlak mulia serta berilmu yang luas, guna mencapai
kesempurnaan hidup manusia dalam menghadapi setiap tantangan
sepanjang tidak keluar dari norma-norma ajaran Islam.
Berfikir secara benar dan sehat merupakan kemampuan fitrah yang
dapat dikembangkan melalui pendidikan dan latihan. Sejalan dengan
interprestasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengaruh faktor
lingkungan yang sengaja adalah pendidikan dan latihan berproses interaktif
dengan kemampuan fitrah manusia.
Pendekatan untuk mengembangkan potensi fitrah beragama
manusia antara lain:
a. Pendekatan filosofis.
b. Pendekatan kronologis.
c. Pendekatan fungsional.

16
d. Pendekatan sosial
B. Saran
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa makalah ini banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Tentunya, penyusun akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, (2005) Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teoritis,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ahmadi. (1992). Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya
Media
Al-Qardhawi, Y. (1980) Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana, Terj.
Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad. Jakarta: Bulan Bintang
Anwar, C. (2014) Hakikat Manusia Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Suka-Press
Arifin, M. (2016). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Aziz, A. (2006). Filsafat Pendidikan: Sebuah Gagasan Membangun Islam,
Surabaya: Elkaf
Azra, A. (1999). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacn Ilmu
Bawani, I. (1990). Ilmu Jiwa Agama Dalam Perkembangan Konteks Pendidikan
Islam, Surabaya: Bina Ilmu
Daradjat, Z. (2008) Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Hawi, A. (2014) Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ismail, A. (1987). Shahih Bukhari, Beirut: Dar Al-Fikr
Jalal, A. (1988) Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Ali. Bandung:
Diponegoro
Majid, N. (1991) Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan
Mayasari, E. (2015, Juli). Urgensi Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan
Fitrah Manusia. Serambi Tarbawi, vol. 4 no. 2.
Marimba, A. (1989). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif
Nizar, S. (2002) Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputaat Press
Qudratullah. (2022). Buku Ajar Psikologi Agama. Klaten: Penerbit Lakeisha
Santosa, H. (2018) Fitrah Based Education Mengembalikan Pendidikan Sejati
Selaras Fitrah Misi Hidup dan Tujuan Hidup, Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara
Timur
Umar, B. (2017). Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Amzah
Zainudin, Seluk Beluk (1991) Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara,

18

Anda mungkin juga menyukai